Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

GEMPA DI POSO, SULAWESI TENGAH

Kelompok 5
1. Rezky Andri
2. Ronaldo Putra
3. Trio Harinaldi (60)
4. Zulhan Insan Makruf (62)
5. Doa Harahap (65)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Gempa di Poso,
Sulawesi Tengah. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Bencana Geologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 2 November 2019


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sabuk Gempa Pasifik (Ring of Fire) merupakan daerah berbentuk seperti
tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik mencakup panjang 40.000
km. Sekitar 90% gempa bumi terjadinya di daerah ini dan 81% gempa bumi
terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api tersebut. Indonesia masuk ke dalam
Sabuk Gempa Pasifik sehingga sering terjadi gempa bumi dan letusan
gunung berapi. Seringnya Indonesia dilanda gempa bumi menyebabkan
resiko terjadinya tsumami akan semakin besar pula. Resiko tersebut akan
semakin meningkat karena Indonesia berada pada pertemuan lempeng Indo-
Australia dan lempeng Eurasia.

Gambar 1.1. Ring of Fire (Kusdiantara, 2011:1)


Negara-negara atau kota yang rentan terhadap benacan alam gempa bumi
ini sudah selayaknya mengetahui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang
dilakukan pada saat pasca-bencana.
Salah satu dari sekian banyak wilayah di bagian timur Indonesia yang
menyimpan potensi tsunami yang cukup besar adalah Kota Poso dan sekitarnya. Wilayah Kota
Poso dan sekitarnya terdapat beberapa potongan sesar yang sangat
berpotensi membangkitkan gempa bumi yang cukup kuat. Sesar tersebut
adalah Sesar Palu-Koro yang memanjang dari Palu ke arah Selatan dan
Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke selatan Bone
sampai di Laut Banda.
Tujuan utama dari penulisan ini adalah untuk mengetahui kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi apa saja yang dilakukan pada brncana alam
gempa di Poso.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahn yang
muncul adalah :
1. Apa saja kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan saat
pasca-bencana di Poso?
2. Apa kegiatan penyiapan logistik di kawasan Kabupaten Poso?
3. Apa saja teknologi yang berguna untuk atasi bencana alam gempa?
1.3. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mengetahui kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang permukiman,
sosial ekonomi, lintas sector di wilayah kabupaten Poso
2. Mengetahui kegiatan penyiapan logistic dan perlatan di kawasan rawan
bencana
3. Mengetahui kegiatan pengembangan aplikasi teknologi infosrmasi,
komunikasi, dan kehumasan

1.4. Manfaat
Dari makalah ini nanti diharapkan mampu memberikan informasi tentang
apa saja kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana yang
dilakukan terhadap bencana alam gempa di Poso.

BAB II
ISI
2.1. Gempa di Poso
Gempa tektonik berkekuatan 6,6 skala Richter (SR) mengguncang wilayah
Kabupaten Poso,Sulawesi Tengah, semalam. Gempa susulan telah terjadi
sebanyak 75 kali."Hingga Selasa (30/5) pukul 10.41 WIB aktivitas gempa susulan
sudah terjadi sebanyak 75kali dengan magnitudo yang bervariasi. Gempa susulan
paling kuat terjadi denganmagnitudo 5,2 SR dan secara umum kekuatannya
menurun secara fluktuatif," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan
Peringatan Dini Tsunami BMKG, Dr. Daryono lewatketerangannya, Selasa
(30/5/2017).

Gambar 2.1. Kerusakan akibat gempa di Poso tahun 2017 (sumber :


Yoanes Litha)

Dia mengatakan, gempa bumi susulan masih berpotensi terjadi namun


dengan kekuatanyang terus mengecil. Dia mengatakan, kondisi tektonik di
wilayah Sulawesi Tengah sangatkompleks.Menurut ahli geologi gempa dari Puslit
Geoteknologi LIPI, Dr. Mudrik R. Daryono, khusus dizona Palu-Poso saja
terdapat cukup banyak sebaran sesar aktif seperti: Sesar Palu-Koro,Sesar Sausu,
Sesar Tokararu, Sesar Naik Malei, Sesar Poso Barat dan Graben Palolo."Ditinjau
dari lokasi, kedalaman dan mekanisme sumbernya, tampak bahwa gempa bumi
Poso saat ini dipicu oleh aktivitas sesar aktif di zona Graben Palolo. Hal ini
didasarkan padalokasi klaster gempa bumi susulan (aftershocks) yang tersebar di
sepanjang zona GrabenPalolo," ucap dia.Berdasarkan peta seismisitas Sulawesi
Tengah, tampak adanya klaster aktivitas gempa disepanjang Graben Palolo. Ini
cerminan bahwa Graben Palolo memang terdapat sesar aktif.

"Melihat aktivitas Sesar Palolo yang demikian aktif, tampaknya perlu ada
kajian komprehansif mengenai bahaya dan risiko gempa bumi akibat aktivitas
sesar aktif di wilayahini," tutur Daryono.Sejarah gempa mencatat adanya
beberapa aktivitas gempa signifikan di zona GrabenPalolo dan sekitarnya. Pada
tahun 1977 di zona ini pernah terjadi gempa dengan kekuatan 5,1 SR. Tahun 1995
kembali terjadi gempa dengan kekuatan 5,9 SR yang mengakibatkan 26 orang
luka-luka dan sebanyak 115 rumah rusak.

Selanjutnya pada tahun 2005 gempa kembali terjadi dengan kekuatan 5,3
SR dan terakhir adalah gempa Palolo 2012 berkekuatan 6,2 SR yang
menyebabkan 5 orang meninggal, 94 orang luka-luka dan sebanyak 1.626 rumah
rusak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah
menyalurkan bantuan logistik untuk korban gempa bumi berkekuatan 6,6 SR yang
mengguncang daerah itu pada Senin (29/5) malam.

Gambar 2.2. Rumah warga yang rusak akibat gempa di Poso


"Beberapa saat setelah terjadi gempa bumi, kami langsung menurunkan
tim reaksi cepat (TRC) bersama bantuan logistik langsung ke lokasi," kata Kepala
BPBD Sulteng, Bartholomeus Tandigala di Palu, Rabu. Ia mengatakan pusat
gempa bumi sesuai laporan BMKG berada di Wuasa, Kecamatan Lore Utara,
Kabupaten Poso.

Hingga saat ini, BPBD Sulteng masih mengirimkan logistik berupa tenda,
bahan makanan dan juga selimut ke lokasi gempa di Kecamatan Lore Utara.
Bartholomeus mengatakan, itu hingga kini warga masih banyak yang tinggal di
tenda-tenda yang dibangun di halaman rumah dan juga balai desa serta di gereja.
Mereka masih trauma dengan gempa bumi yang guncangannya terasa cukup keras
tersebut sehingga untuk sementara memilih tinggal di tenda yang telah disediakan
oleh pemerintah.

Gambar 2.3. Bangunan sekolah yang rusak akibat gempa (sumber :


antaranews.com)

Akibat gempa, tercatat tiga korban yang mengalami luka-luka karena


tertimpa batu bata bangunan rumah mereka. Namun, tidak ada korban jiwa,
kecuali kerugian materi yang hingga saat ini masih didata dan diinventarisasi oleh
instansi terkait. Batrholomeus menambahkan akibat gempa, kebanyakan rumah
warga di sejumlah desa di kecamatan itu mengalami retak-retak dan juga rusak
ringan dan berat. Termasuk bangunan yang rusak yakni gereja dan gedung
sekolah di Wuasa. Tim TRC dari BPBD Provinsi Sulteng, hingga kini masih
berada di lokasi untuk membantu para korban gempa dan mendata kebutuhan
yang diperlukan.

"Kalau memang mereka masih butuh logistik tenda dan bahan makanan,
BPBD Sulteng siap menyalurkannya," kata Bartholomeus. Ia menjamin
ketersediaan logistik bencana alam di gudang BPBD Sulteng masih memadai
sehingga masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan logistik, terutama bahan
makanan dan tenda. Sementara informasi dari BMKG, pada Rabu (31/5) masih
terjadi beberapa kali gempa bumi susulan.

Gambar 2.4. Sejumlah warga mengungsi di tenda darurat di Desa Sedoa,


Kabupaten Poso (sumber : Fiqman Sunandar)

2.2. Kegiatan Rehabilitasi pada Gempa di Poso

Kegitan rehabilitasi pada gempa di Poso dilakukan melalui :

1. Perbaikan lingkungan bencana


Memulihkan kondisi lingkungan yang di terjang gempa bumi dengan
kekuatan 6,6 SR.Seperti membersihkan segala reruntuhan pohon dan
mengantisipasi keretakan tanah yang terjadi akibat ambrukan disebabkan
oleh guncangan gempa

2. Perbaikan prasarana dan sarana umum


Seperti dikutip pada data yaitu terjadinya kerusakan pada sekolah dan gereja
di suatu wilayah wuasa untuk melakukan perbaikan demi terus berjalan nya
kembali aktivitas warga akibat terjadinya gempa

3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;


Gempa yang berkekuatan 6,6 SR membuat banyak rumah warga menjadi
rusak, untuk itu dilakukan kegiatan rehabilitasi untuk memperbaiki rumah
warga yang rusak pasca terjadi gempa

4. Pemulihan sosial psikologis;


Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat yang mendapatkan troma
akibat terjadinya gempa bumi

5. Pelayanan kesehatan;
Menyalurkan obat obatan dan pengecekan kesehatan masyarakat jika terjadi
gangguang kesehatan pasca terjadi gempa

6. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;


Melakukan pembukaan lapangan pekerjaan jika terdapatnya hancur suatu
wilayah lapangan perkerjaan pasca terjadi gempa

7. Pemulihan keamanan dan ketertiban;

8. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan


9. Pemulihan fungsi pelayanan publik
Pemulihan pelayanan publik seperti sarana transportasi dan alat pendukung
lainnya pada kalangan masyarakat

Sedangkan rekonstruksi terdiri atas:

1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;

2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;


4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana;

5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia


usaha, dan masyarakat;

6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;

7 peningkatan fungsi pelayanan publik; dan

8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.


“Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana berupa fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas agama, dan fasilitas penunjang perekonomian agar
aktivitas bisa berfungsi kembali.
Gambar 2.5. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi di Poso (sumber :
trilogy.co.id)

2.3. Penyiapan Logistik di Kabupaten Poso

Pemerintah tengah berupaya memperbaiki akses perhubungan menuju


kawasan yang paling parah terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah,
yakni Kota Palu dan Kabupate Donggala. Kepala Komunikasi Publik
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Endra Saleh
Atmawidjaja, mengatakan lembaganya berfokus membersihkan sisa longsor dan
reruntuhan yang sebelumnya menutup jalur logistik menuju wilayah
terdampak.Sejumlah jalur penting yang dibersihkan, antara lain akses Kabupaten
Mamuju menuju Donggala dan Palu, jalur Gorontalo - Kebun Kopi - Palu, serta
jalur dari sebelah timur Palu, yaitu Poso - Parigi Moutong - Kebun Kopi.
Menurut dia, pemulihan jalur dilakukan dengan alat berat, seperti empat
eskavator dan enam pemindah material (loader), yang dikirim dari Gorontalo
dan PosoBerbagai keperluan pengungsi pun didatangkan dari unit pelaksana
teknis Kementerian PU di Makassar, Surabaya, dan bahkan Jakarta. “Ada 35
unit tangki air, 34 tenda darurat, hidran umum, dan sebagainya,” kata dia.

Akses logistik dan sejumlah fasilitas perhubungan di Sulawesi Selatan


rusak pasca diguncang gempa berkekuatan 7,4 skala richter (SR) yang berpusat
di arah di Timur Laut Kabupaten Donggala. Gempa itu sempat memicu tsunami
setinggi hampir 2 meter, dan efek susulannya masih terasa hingga kemarin.
Sampai berita ini ditulis, Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB)
mencatat lebih dari 800 korban meninggal dan sekitar 530 orang luka berat
akibat insiden tersebut.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi


Setiyadi, tak menutup kemungkinan bahwa lalu lintas kendaraan barang ke
Kabupaten Donggala belum optimal. Pengiriman logistik sempat terhambat
aktivitas masyarakat yang bergerombol di sejumlah jalan.

Budi berkata lembaganya masih menginvetaris potensi kerugian akibat


gempa dan tsunami. Tak hanya darat, akses perhubungan laut dan udara pun
terdampak. “Pada simpul darat ada terminal yang kena, tapi hanya tipe-B.”

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Farid Padang,


mengatakan Pelabuhan Donggala dan Pelabuhan Pantoloan di Palu sudah bisa
disandari kapal logistik. Saat ini, pemerintah menugaskan setidaknya enam
kapal laut untuk membawa bantuan dari berbagai pelabuhan di Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur.

“Kerusakan pelabuhan relatif kecil, karena kami hanya perlu


membersihkan robohan crane,” katanya kepada Tempo. “Layanan pelabuhan
untuk komersial sudah dibuka hari ini (kemarin), tapi kami akan lebih
mengutamakan masuknya bantuan korban gempa.”

Salah satu Ketua Harian QuickResponse Team Kementerian


Perhubungan untuk bencana Palu, Sugeng Wibowo, memastikan lembaganya
akan mengalokasi dana untuk perbaikan infrastruktur perhubungan yang
terdampak. “Pasti akan diajukan untuk perbaikan, seperti di runaway Bandara
Mutiara SIS Al-Jufri dan Pelabuhan Donggala. Masih diinventaris kerusakannya
apa saja,” ucap dia, kemarin.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pun mengatakan pemerintah telah


menyiapkan anggran senilai Rp 560 miliar untuk penanganan dampak gempa.
Dana siap pakai atau ‘oncall’ yang ditempatkan di BNPB itu baru akan
difokuskan untuk pertolongan pertama kepada korban, yakni untuk upaya
penyelamatan maupun fasilitas kesehatan

2.4. Pengembangan Aplikasi Teknologi


Beberapa produk inovasi teknologi unggulan lain yang saat dimiliki
BPPT ini adalah:

1. SIJAGAT, Teknologi Kajian Keandalan Gedung Bertingkat


Terhadap Ancaman Gempa Bumi. Teknologi ini digunakan untuk
mengukur keandalan sebuah gedung terhadap ancaman gempa bumi,
dan memberikan solusi berupa rekomendasi teknis.

Cara kerja teknologi ini ialah dengan pengukuran di lapangan. Data-


data yang diperlukan adalah pengukuran dimensi yang didapatkan
melalui lebar kolom dan jarak antarkolom sebuah gedung. Lalu
dibutuhkan pula jumlah lantai, bentuk gedung, fungsi serta tahun
desain. Alat profometer akan digunakan untuk mengukur baja
tulangan.

Berdasarkan peraturan pemerintah yang terbit pada 2012, seluruh


bangunan gedung harus memenuhi standar SNI tahan gempa.
Termasuk juga jalan-jalan layang yang banyak dijumpai di kota-kota
besar yang pembangunannya sudah cukup lama.

2. SIKUAT, Teknologi Monitoring Gedung Bertingkat Terhadap


Bencana Gempa Bumi. Merupakan sistem monitoring kesehatan
gedung yang dilakukan dengan dipasang di gedung dan dapat segera
diketahui hasilnya. Kegunaannya setelah terjadi gempa, untuk
mengetahui apakah gedung masih aman atau tidak untuk ditempati.

3. Sistem deteksi dan peringatan dini gempa dan tsunami melalui


teknologi cablebase tsunami meter. Merupakan teknologi maju yang
dapat memberikan informasi gempa bumi dengan lebih cepat dan
akurat, serta mampu mendeteksi adanya tsunami.
4. Rumah Komposit Polimer Tahan Gempa, merupakan solusi
Teknologi Rumah Tahan Gempa - BPPT yang menekankan kepada
kekuatan bangunan melalui teknologi Polimer dan kecepatan
pembangunan.

Plastik jenis busa atau gabus menjadi bahan utama. Plastik itu diolah
sedemikian rupa sehingga lebih keras jika dibandingkan dengan
busa-busa pada umumnya. Kemudian, dicetak dalam bentuk
lempengan panel dengan ketebalan sekitar 5cm. Busa itu ditutup
dengan plastik fiber.

Dengan menyiapkan dalam bentuk panel-panel, membuat rumah


bisa dilakukan dalam waktu sehari. Jika kondisi darurat, komponen
bangunan dapat diangkut secara cepat dan mudah.

5. Polintek - Anti seismicPoliymer Technology. Sebuah solusi


teknologi yang ditawarkan mitra BPPT, PT Darta, yang
mengembangkan teknologi maju di bidang polimer, sebagai bahan
tahan goncangan (Anti - Seismic).

6. Teknologi Non Structure Rapid Assessment. Merupakan teknologi


berbasis mobile yang merupakan sistem penilaian bagi kesiapan
sebuah gedung dalam memberikan keselamatan kepada orang-orang
yang berada di dalamnya.

7. Rapid-Timer, hasil kolaborasi BPPT dengan Panasonic Gobel


Indonesia. Merupakan teknologi yang melakukan pemetaan aktual,
baik daerah terdampak bencana, jumlah korban, ataupun juga untuk
memberi informasi kebutuhan logistik bantuan serta akses jalan
untuk distribusi bantuan bagi korban bencana di lokasi evakuasi
menggunakan teknologi mobileBTS.

8. Berbagai teknologi yang bermanfaat pada kondisi tanggap darurat


seperti Biskuit Neo(Biskuit tahan lapar). Biskuit Neo dibuat dari
tepung ubi kayu, ubi jalar, jagung, tempe dan gula. Memiliki
kandungan ± 500Kkal/100gr atau ± 25 persen dari kebutuhan
konsumsi harian bagi para pengungsi.

Dengan memakan empat bungkus biskuit, korban tak cuma akan


kenyang tetapi juga tercukupi kebutuhan nutrisinya sepanjang hari.

Kemudian, instalasi Arsinum (air siap minum) yang sempat


digunakan untuk korban gempa Lombok. Air bahan baku disedot
dari sumur melalui pompa yang ada di perangkat Arsinum. Lalu, air
melalui proses penjernihan dan pengolahan sampai siap minum.
Mulai dari proses ultra filtrasi sampai reverse osmosis (RO).

Pengolahan air menghasilkan dua jenis air. Pertama, air siap minum
dan kedua, air kotor. Umumnya, perbandingannya adalah 50:50.
Nilai perbandingan tersebut bisa berbeda-beda tergantung kualitas
bahan baku airnya.
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari makalah ini adalah :
1. Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga
pergerakan lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Hindia
Australia dari selatan dengan kecepatan rata 7 cm/tahun, lempemg
Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng
Asia bergerak relatif pasif ke tenggara. Posisi Sulawesi yang berada
pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap
gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan
menimbulkan fenomena geologi dan dampak merugikan pada
kehidupan manusia, terutama ancaman gempa dan tsunami yang
disetiap saat dapat terjadi.
2. Kerawanan gempa di poso ini sudah dibuktikan dengan beberapa
catatan sejarah yang berlangsung pada tahun 1977, 1995, 2005,
2012, dan 2017)
3. Untuk memulihkan keadaan pada gempa di Kabupaten Poso,
dilakukan lah kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi oleh pemerintah
dan pemerintah daerah.
4. Terdapat beberapa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang telah
dilakukan diKabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yaitu telah ada
perbaikan lingkunan bencana, perbaikan sarana dan prasarana
umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan
sosial psikologis, pelayanan kesehatan, pemulihan sosial, ekonomi,
dan budaya. Sedangkan kegiatan rekontruksi yang dilakukan, yaitu
pembangkitan khidupansosial budaya masyarakat, penerapan
rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik.
5. Telah ada upaya pemerintah untuk penyiapan logistic dan peralatan
di kawasan rawan bencana yang mana kali yang dibahas adalah
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
6. Sudah ada aplikasi teknologi yang dapat digunakan dalam penangan
bencana alam gempa bumi ini, seperti teknologi SIJAGAT,
SIKUAT, Rumah Komposit Polimer Tahan Gempa, dan lain-lain.
BAB IV
PENUTUP

Sekian makalah yang telah kami selesaikan dengan tujuan mengetahui


rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada gempa di Poso, Sulawesi
Tengah semoga dapat bermanfaat untuk para pembaca. Penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.

Kesan yang didapati selama penulisan ini yaitu disiplin, karena membantu
mahasiswa menjadi mandiri dengan menerapkan penjelasan dari dosen dan
mencari studi kasus dari materi kuliah, dan memacu mahasiswa untuk mencari
tahu lebih dalam mengenai tugas yang diberikan.

Pesan yang penulis miliki yaitu agar para dosen atau pengajar tetap
mempertahankan pola pengajaran seperti ini agar menerapkan kedisiplinan kepada
mahasiswa.

Kelebihan selama penulisan yaitu untuk mencari pustaka dapat


menggunakan internet dan menanyakan kesalah satu teman yang sedikit tahu
mengenai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah.

Kekurangan dalam mengerjakan penulisan ini yaitu minimnya data yang


penulis dapatkan dari internet mengenai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
apa saja yang sudah terlaksana di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
DAFTAR PUSTAKA

 https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/teknologi-dari-bppt-yang-berguna-
atasi-bencana-gempa

 https://kabar24.bisnis.com/read/20170602/15/658617/gempa-poso-
tanggap-darurat-hingga-5-juni

 https://kominfo.go.id/content/detail/14044/percepat-rehabilitasi-dan-
rekonstruksi-pasca-bencana-gempa-bumi-lombok-presiden-keluarkan-
inpres/0/berita

 https://kumparan.com/kumparannews/gempa-di-poso-akibat-pergerakan-
sesar-graben-palolo

 https://m.detik.com/news/berita/d-3515172/bmkg-masih-berpotensi-
terjadi-ada-75-kali-gempa-susulan-di-poso

 http://toentas.com/2017/06/01/satgas-tinombala-dikerahkan-bantu-korban-
gempa-poso/

 http://trilogi.co.id/percepatan-pembangunan-infrastruktur-pascabencana/

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang
….………………....................……………………………………1
1.2.Rumusan Masalah
………………….................…………………………………2
1.3.Tujuan
…………………………………….........................……………………
……..2
1.4.Manfaat
……………………………………........................……………………
……2
BAB II ISI
………………………………………………………..................................………..
……...3
2.1. Gempa di Poso
……………………………………......................………………….3
2.2 Kegiatan Rehabilitasi pada Gempa di Poso
……….....………………….6
2.3. Penyiapan Logistik di Kabupaten Poso
……………….......……………..8
2.4. Pengembangan Aplikasi Teknologi
………………..........…………………9
BAB III KESIMPULAN
…………………………………………............................…………….12
3.1.Kesimpulan
………………………………………...................……….…………12
BAB IV PENUTUP
……………………………..............................……………………………….13
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………….............................……………………..14

Anda mungkin juga menyukai