MODUL # 2
DI INDONESIA
Untuk Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana
Oleh:
Krishna S. Pribadi
Inin Wahdiny
2013
Page 24
I. PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Setelah mengikuti sesi modul ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
untuk:
1. Memahami sistem, kebijakan dan mekanisme penanggulangan
bencana di Indonesia
2. Mampu menjelaskan tahap dan kegiatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Indonesia
3. Memahami dan menjelaskan tugas dan fungsi masing-masing
instansi/lembaga dalam penanggulangan bencana
4. Mampu menyebutkan inisiatif, platform dan regulasi
penanggulangan bencana di tingkat nasional dan daerah
1.3 Waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penyampaian modul ini adalah 5 jam
(300 menit) dengan metode penyampaian sebagai berikut :
1. Kuliah dan Tanya jawab selama 2 jam (120 menit)
2. Diskusi kelompok selama 2 jam (120 menit)
3. Presentasi kelompok dan Tanya jawab selama 1 jam (60 menit)
Gambar 1 :Perubahan
Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana Indonesia (Pribadi, 2012)
1. Saat ini titik tumpu penanggulangan bencana terletak pada pemerintah daerah
yang bertanggung jawab secara penuh dan merupakan titik pusat dalam upaya
penanggulangan bencana (Desentralisasi).. Berbagai strategi yang dikembangkan
dalam penanggulangan bencana mengacu pada kebijakan di tingkat pusat dan
menyesuaikan
ikan pada kondisi lokal. Hal ini berbeda dengan paradigma lama
dimana upaya penanggulangan bencana bertumpu pada pemerintah pusat
(Sentralisasi) dan daerah hanya sebagai pelaksana. Strategi-strategi
Strategi strategi yang ada
menggunakan strategi teknokrasi yang tunggal.
2. Penanggulangan
nanggulangan bencana tidak lagi terfokus pada penanggulangan bencana
saat terjadi bencana dan setelahnya (tanggap
(tanggap darurat
darurat, rehabilitasi,
rekonstruksi) tetapi lebih kepada keseluruhan tahapan manajemen bencana
Page 27
Komponen-komponen
komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Legislasi
Pelaksanaan sistem
stem penanggulangan bencana di Indonesia yang ada saat
ini didasarkan pada perangkat hukum/perund
hukum/perundangan yang
ada.Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang
Undang Nomor
24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.UU
Bencana.UU No. 24/2007 ini
merupakan peraturan tertinggi yang memberikan kepastian hukum
sistem penanggulangan bencana di Indonesia. Undang-undang
Undang No. 24
tahun 2007 terdiri dari 13 bab dan 85 pasal, yaitu: pembahasan antara
lain mengenai i), pembagian umum ii), tujuan iii), tanggungjawab dan
kekuasan pemerintah iv), stuktur lembaga v), kewajiban dan hak
masyarakat vi), peran badan internasional dan dunia usaha vii),
organisasi penanggulangan bencana viii), bantuan dana dan
penanggulangan bencana dan pengaturan sangsi dan denda.
Pelaksanaan sistem penanggulangan bencana semakin jelas dengan
dikeluarkannya aturan-aturan
aturan aturan turunan UU No. 24/2007 dalam bentuk
be :
Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 21/2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
Page 25
2. Perencanaan
Perencanaan penanggulangan bencana dalam UU No. 24/2007 antara
lain tercantum dalam Pasal 35, Pasal 36, Pasal 40 dan Pasal 65. Pasal
35 menyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana
dalam situasi tidakterjadi bencana meliputi salah satunya perencanaan
penanggulangan bencana.Sementara Pasal 36 menyatakan bahwa:
Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 huruf a ditetapkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Penyusunan perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Badan.
Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui penyusunan data tentang risiko
bencana pada suatu wilayah dalam waktu tertentu berdasarkan
dokumen resmi yang berisi program kegiatan penanggulangan
bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi (a) pengenalan dan pengkajian ancaman
bencana; (b) pemahaman tentang kerentanan masyarakat; (c)
analisis kemungkinan dampak bencana; (d) pilihan tindakan
pengurangan risiko bencana; (e) penentuan mekanisme kesiapan
dan penanggulangan dampan bencana dan (f) alokasi tugas,
kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pasal 40 :
Rencana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (3) ditinjau secara berkala.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Badan.
Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang
menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana
Page 30
PENCEGAHAN
PEMULIHAN
DAN MITIGASI
RENCANA PENANGGULANGAN
RENCANA PEMULIHAN
BENCANA
(REHAB DAN REKON)
3. Kelembagaan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, lembaga utama yang khusus menangani
penanggulangan bencana di tingkat nasional adalah Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB merupakan Lembaga
Pemerintah non-Kementerian yang dipimpin oleh pejabat setingkat
menteri.Lembaga ini bertugas untuk merumuskan dan menetapkan
Page 34
Di dalam BNPB terdapat dua unsur utama yaitu Unsur Pengarah dan
UnsurPelaksana.Keduanya berada di bawah Kepala BNPB.Unsur
pengarah terdiridari unsur pejabat pemerintah dan unsur masyarakat
profesional. Sementara unsurpelaksana merupakan kewenangan
pemerintah yang komposisinya terdiri daritenaga profesional dan ahli
yang secara struktural terbagi ke dalam empat deputi :
Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Deputi Tanggap Darurat
Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Deputi Logistik dan Peralatan
Page 35
Unsur Pengarah
Unsur Pelaksana
Saat ini telah terbentuk 33 BPBD di tingkat Propinsi dan 369 BPBD di
tingkat kota/kabupaten (dari total 497 kota/kabupaten di
Indonesia).Distribusi pendirian BPBD di tingkat lokal dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 8 : Peta
a Wilayah Kabupaten Yang Telah Memiliki BPBD (BNPB
(BNPB)
4. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi
melibatkan internasional.Komunitas internasional mendukung
Pemerintah Indonesia dalam membangun manajemen penanggulangan
bencana menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan
Pemerintah Indonesia terhadap masalah bencana sangat tinggi dengan
dibuktikan dengan penganggaran yang signifikan khususnya untuk
pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.
Alokasi Anggaran
Pengeluaran Aktual
erikut
Berikut beberapa sumber pendanaan yang terkait dengan
penanggulangan bencana di Indonesia:
a. Dana DIPA (APBN/APBD)
b. Dana Kontijensi :dana yang dicadangkan untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya bencana tertentu.
c. Dana Siap Pakai/On-call
Pakai/ : dana yang selalu tersedia dan
dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap
darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat
berakhir.
d. Dana Bantual Sosial Berpola Hibah : dana yang disediakan
Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuan
penanganan pascabencana.
e. Dana yang bersumber dari masyarakat
f. Dana dukungan komunitas internasional
Prosedur penggunaan dana siap pakai ini antara lain adalah bahwa
Pemerintah/Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang
telahmenyatakan diri dalam Status Siaga Darurat
Bencana/TanggapDarurat Bencana dapat mengusulkan bantuan
DanaSiap Pakai kepada Kepala BNPB dengan menyampaikan
laporankejadian, hasil/informasi tentang kondisi ancaman bencana
darilembaga terkait, jumlah korban/prakiraan jumlah
pengungsi,kerusakan, kerugian dan bantuan yang diperlukan.
Pengelola bantuan ini adalah :
1. Pejabat yang berwenang mengelola bantuan Dana Siap Pakai di
daerah adalah Kepala/Kepala Pelaksana BPBD tingkat Provinsi
Page 27
5. Peningkatan Kapasitas
Salah satu komponen penting dalam sistem penanggulangan bencana
Indonesia adalah peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas antara
lain dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan terkait
bencana. Berbagai program dalam peningkatan kapasitas melalui
pendidikan dan pelatihan antara lain berupa memasukkan pendidikan
kebencanaan dalam kurikulum sekolah, membuka program
manajemen bencana di perguruan tinggi, menyusun standar modul
pelatihan manajemen bencana, melakukan pelatihan manajer dan
teknis penanggulangan bencana serta mencetak tenaga professional
dan ahli penanggulangan bencana.
Page 23
Prabencana
Penanggulangan bencana prabencana meliputi situasi tidak terjadi bencana
dan situasi terdapat potensi bencana.Dalam hal tidak terjadi bencana
pemerintah dapat melakukan perencanaan penanggulangan bencana,
pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, pelaksanaan dan
penegakan tata ruang, pendidikan dan pelatihan dan persyaratan standar
teknis penanggulangan bencana.
1. Mitigasi bencana
Merupakan upaya mengurangi resiko bencana dengan melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
bencana.Kegiatan mitigasi yang dilakukan dapat berupa mitigasi yang
bersifat fisik yaitu pembangunan infrastruktur tahan bencana maupun
mitigasi yang bersifat non fisik seperti kegiatan pendidikan, penyuluhan,
serta pelatihan bencana untuk meningkatkan pengetahuan.
2. Peringatan dini
Upaya pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
potensi dan kemungkinan terjadinya bencana pada suatu lokasi oleh badan
yang berwenang.Pemantauan bencana secara intensif oleh petugas atau
badan yang telah ditunjuk pemerintah merupakan upaya awal dari
peringatan dini.Hasil pemantauan dianalisis oleh para ahli dan menjadi
rekomendasi untuk penetapan status bencana sehingga informasi ini dapat
disebarluaskan kepada khalayak ramai dan dijadikan dasar dalam
pengambilan tindakan oleh masyarakat.
3. Kesiapsiagaan
Dilakukan dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian dan melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Upaya kesiapsiagaan dilakukan antara lain dengan
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi bencana,
melakukan simulasi bencana dengan memberikan pengetahuan bagi warga
mengenai proses evakuasi serta tempat evakuasi dan sebagainya.
Tanggap darurat
Keadan tanggap darurat merupakan keadaan dimana bencana benar-benar
terjadi pada saat itu.Ketika bencana terjadi segera dilakukan analisa untuk
mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan
bangunan, gangguan terhadap pelayanan umum dan pemerintahan, serta
kemampuan sumberdaya alam maupun sumber daya buatan.
Page 25
Hal yang paling penting ketika terjadi bencana dalah proses evakuasi atau
penanganan bencana. Pada bencana alam kegiatan evakuasi harus dilakukan
agar menghindarkan jumlah korban jiwa yang banyak.
Dalam kondisi seperti ini, diperlukan suatu institusi yang menjadi pusat
komando kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencana
yaitu Pos Komando Tanggap Darurat Bencana. Pos Komando ini berfungsi
sebagai pusat komando operasi tanggap darurat bencana, untuk
mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan tanggap darurat bencana. Pos komando tanggap darurat
bencana dapat dilengkapi dengan pembentukan pos komando lapangan
tanggap darurat bencana dan pos pendukung tanggap darurat bencana, yang
merupakan satu kesatuan sistem penanganan tanggap darurat
bencana.Jangka waktu keberadaan pos komando tanggap darurat bencana
bersifat sementara selama masa tanggap darurat dan beroperasi selama 24
(dua puluh empat) jam setiap hari serta dapat diperpanjang atau
diperpendek waktunya sesuai dengan pelaksanaan tanggap darurat.
Pasca bencana
Kegiatan pasca bencana meliputi kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi.Fungsi pemerintah pada saat paskabencana pada dasarnya
untuk mengembalikan pada
pada keadaan semula dan melakukan normalisasi
fungsi kehidupan masyarakat dalam setiap aspek kehidupan.
1. Rehabilitasi
Kegiatan perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
Page 27
2. Rekonstruksi
Pembangunan kembali semua sarana dan prasarana, kelembagaan pada
wilayah pascabencana, baik pada tingkatan pemerintah maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial, budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan di wilayah pasca bencana.
Kegiatan rekonstruksi adalah berupa: (1) pembangunan kembali prasarana
dan sarana; (2) pembangunan kembali sarana social masyarakat; (3)
pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; (4) penerapan
rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana; (5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakat, dunia usaha dan masyarakat; (6) peningkatan kondisi social,
ekonomi dan budaya (7) peningkatan fungsi pelayanan publik dan (8)
peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Dalam fase pascabencana ini peran dan partisipasi masyarakat dan lembaga
usaha dapat diberdayakan antara lain melalui:
Peran masyarakat :
Berpartisipasi dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi, dan
Berpartisipasi dalam upaya pemulihan dan pembangunan sarana dan
prasarana umum
Peran lembaga usaha:
Terlibat dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi,
Page 28
Pada masa pascabencana ini hal penting lainnya adalah pemberian dan
penanganan bantuan kepada masyarakat.Pada saat paskabencana ini
beberapa jenis bantuan adalah dalam bentuk bantuan perbaikan rumah
masyarakat yang dapat berupa bahan material, komponenrumah atau uang
yang besarnya ditetapkanberdasarkan hasil verifikasi dan evaluasi
tingkatkerusakan rumah yang dialami.Bantuan Pemerintah untuk perbaikan
rumahmasyarakat diberikan dengan pola pemberdayaan masyarakatdengan
memperhatikan karakter daerah dan budayamasyarakat, yang mekanisme
pelaksanaannyaditetapkan melalui koordinasi BPBD.Perbaikan rumah
mengikuti standar teknis sesuai denganketentuan peraturan perundang-
undangan dan pelaksanaan pemberian bantuan perbaikan rumahmasyarakat
dilakukan melalui bimbingan teknis danbantuan teknis oleh
instansi/lembaga yang terkait.
Selain kelembagaan yang bersifat formal yaitu BNPB dan BPBD, baik di tingkat
nasional dan daerah bermunculan lembaga-lembaga non formal yang
memperhatikan dan memperkuat penyelenggaraan penanggulangan bencana
di Indonesia.Di tingkat pusattelah dibentuk Platform Nasional Pengurangan
Risiko Bencana (Planas PRB). Selain Planas PRB di tingkat pusat, ada pula
platform-platform atau forum PRB sektoral yang dibentuk oleh para pihak
berkepentingan menurut sektor atau isu-isu tertentu sepertiForum Perguruan
Tinggi Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB), Konsorsium Pendidikan
Bencana (KPB), dan sebagainya. Informasi singkat mengenai forum-forum
tersebut adalah sebagai berikut:
Page 29
Visi dari PLANAS PRB adalah Terciptanya ketahanan dan ketangguhan bangsa
terhadap bencana.Sedangkan misinya adalah untuk meningkatkan
keikutsertaan serta tindakan terpadu berbagai pemangku kepentingan dan
pelaku dalam rangka pengarusutamaan PB/PRB ke dalam kebijakan-kebijakan,
perencanaan, dan program-program pembangunan sesuai dengan pelaksanaan
Kerangka Aksi Hyogo.
Visi dari FPT PRB adalahIndonesia menjadi negara yang terkemuka dalam
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pengurangan risiko bencana di Indonesia. Sementara misinya adalah:
Dengan adanya forum PRB ini, diharapkan dapat menjadi forum koordinasi
seluruh lintas instansi dan stakeholder yang peduli terhadap upaya-upaya
pengurangan risiko bencana, seperti dari LSM, orsosmas, perguruan tinggi,
tokoh masyarakat, lembaga usaha, media massa, dan instansi pemerintah.
Visi dari forum PRB Yogya adalah Menjadi komunitas Daerah Istimewa
Yogyakarta yang memiliki sistem sosial, ekonomi dan budaya yang tangguh
terhadap bencana sebagai bagian dari upaya-upaya pengurangan risiko
bencana di Negara Republik Indonesia. Sedangkan misinya adalah :
Mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung bagi pengembangan
budaya pencegahan, melalui advokasi dan penumbuhan kesadaran dan
pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana; Memfasilitasi
pengarusutamaan pengurangan risiko bencana ke dalam pembangunan;
Menggunakan berbagai perspektif dan aksi yang bersifat multi sektor dan
Page 33
multi disiplin ilmu; Menjadi wadah kerjasama efektif multi-pihak dan lintas
bidang/sektor dalam proses-proses pembangunan berkelanjutan; Memberikan
sumbangan pemikiran tentang pengurangan risiko bencana melalui upaya yang
terpadu dan terkoordinasi dalam proses penyusunan kebijakan, perencanaan,
administrasi dan pengambilan keputusan pembangunan; Memobilisasi sumber
daya dan kapasitas pemangku kepentingan lokal, lembaga-lembaga nasional,
regional dan internasional/struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa yang relevan;
Menjadi center of excellence dalam pengurangan risiko bencana.
Forum Merapi
Forum Merapi didirikan untuk memfasilitasi kerjasamadalam pengelolaan
Gunung Merapi secara menyeluruh pada aspekancaman, daya dukung
lingkungan dan sosial-budaya masyarakatnya.Forum ini antara lain melibatkan
pemerintah daerah beserta PMI diKabupaten Klaten, Boyolali, Magelang dan
Sleman, paguyubanmasyarakat Pasag Merapi, Balai Penelitian dan
Pengembangan TeknikKegunungapian (BPPTK), sebuah perguruan tinggi dari
Yogyakarta danbeberapa lembaga donor.
Forum Semeru
Forum Semeru adalah sebuah wadah yang merupakan forum pertemuan,
komunikasi, pengkajian, penelitian, dan pengembangan keahlian dalam
penanganan bencana terpadu berbasis masyarakat, baik secara individu
maupun kelembagaan. Forum ini berasal dari berbagai latar belakang dan
budaya antara lain : masyarakat, praktisi, ilmuwan, akademisi, professional,
lembaga-lembaga kemanusiaan, LSM, birokrat, relawan dan donatur serta
kontributor yang mempunyai perhatian terhadap peristiwa, penanganan dan
Page 34
Pra-bencana
1. Mengkoordinasikan penyusunan rencana penanggulangan bencana di tingkat
daerah
2. Mengkoordinasikan penyusunan rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana
yang menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang meliputi unsur dari
pemerintah daerah, non pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha di daerah
yang bersangkutan.
3. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan analisis risiko
bencana.
4. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan yang dilakukan oleh
instansi/lembaga yang berwenang dalam bentuk penyusunan dan uji coba
rencana penanggulangan kedaruratan bencana; pengorganisasian, pemasangan,
dan pengujian sistem peringatan dini; penyediaan dan penyiapan barang
pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; pengorganisasian, penyuluhan,
pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat; penyiapan lokasi
evakuasi; penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana; dan penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan
peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
5. Menyusun secara terkoordinasi rencana penanggulangan kedaruratan bencana
6. Membangun sistem manajemen logistik dan peralatan untuk kesiapsiagaan
dalam penyediaan, penyimpanan serta penyaluran logistik dan peralatan ke
lokasi bencana.
7. Mengkoordinir tindakan yang diambil masyarakat dalam peringatan dini dalam
rangka menyelamatkan dan melindungi masyarakat
Saat bencana
Page 36
Paska bencana
1. Mengkoordinasikan kegiatan rehabilitasi yang dilakukan satuan kerja
pemerintah daerah dan instansi/lembaga terkait.
2. Mengkoordinasikan penetapan mekanisme pelaksanaan bantuan pemerintah
untuk perbaikan rumah masyarakat
3. Mengkoordinasikan pelayanan social psikologis yang dilaksanakan oleh
instansi/lembaga terkait
4. Mengkoordinasikan upaya pemulihan kondisi kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan melalui pusat/pos layanan kesehatan yang ditetapkan oleh
instansi terkait.
5. Melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait dalam pelaksanaan
kegiatan rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan social, ekonomi dan
budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, yang dilakukan oleh
instansi/lembaga tersebut.
6. Mendukung kegiatan pemulihan fungsi pemerintahan
7. Mendukung pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi pelayanan public
8. Mengkoordinasikan kegiatan rekonstruksi yang dilaksanakan oleh satuan kerja
pemerintah daerah dan instansi/lembaga terkait
9. Melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait dalam pelaksanaan
kegiatan pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyarakat yang
dilakukan oleh instansi/lembaga tersebut
Page 38
Table 2 : Perbandingan dampak bencana (korban jiwa, kerusakan dan kerugian) dari bencana besar di
Indonesia (Pribadi, 2012)
Berikut ini adalah contoh dua penanganan kejadian bencana di Indonesia yaitu
Gempa dan Tsunami Aceh 2004 serta Gempa Jogja Mei 2006.
Bencana besar ini telah menjadi perhatian dunia internasional karena merupakan
bencana global terbesar dalam abad ini. Tugaspenanganan bencana besar ini telah
dilakukanoleh berbagai pihak nasional dan internasional.PemerintahIndonesia,
militer, ribuan orang Indonesiadarisemua lapisan masyarakat,
lembagainternasional, pemerintah asingdan LSM berkontribusi besar dalam upaya-
upaya tanggap darurat bencana seperti memberi makan dan memberikan
perlindungan kepada pengungsi, membersihkanpuing-puinguntuk memungkinkan
aksesdan memastikan bahwajalur pasokanlogistikutamabisa terbuka seperti
untukbantuan pangan, air, obat-obatandan sejenisnya.
Sebelum terjadinya peristiwa gempa dan tsunami Aceh ini tidak ada sama sekali
upaya-upaya pencegahan dan mitigasi yang dilakukan sampai terjadi bencana
dahsyat di bumi Aceh sehingga jumlah korban, kerusakan dan kerugian menjadi
sangat besar. Kerusakan dan kerugian gempa dan tsunami Aceh dapat dilihat pada
table berikut ini:
Table 3: Kerusakan dan kerugian gempa dan tsunami Aceh, 2004 dalam billions USD
(Sumber: Bappenas, 2005)
Page 43
Proses tanggap darurat di Aceh berlangsung sekitar 3-4 bulan. Dengan skala
bencana dan kerusakan yang dahsyat, muncul kepanikan dan ketidakpastian.
Ketiadaan koordinasi dan komando yang jelas dan tegas menyebabkan semua pihak
melakukan upaya secara sporadis, melakukan semuanya sendiri, sesuai dengan apa
yang dapat dilakukan. Terputusnya hubungan komunikasi dan jalur perhubungan
menyebabkan banyak wilayah tidak segera mendapatkan bantuan.
Kapasitas pemerintah daerah Aceh dalam proses tanggap darurat bencana saat itu
lumpuh total dan upaya tanggap darurat mengandalkan sukarelawan dari luar
Page 44
daerah bahkan luar negeri. Kegiatan tanggap darurat Aceh terdiri dari lima
kegiatan yaitu :
1. Kegiatan utama dan pertama yang dilakukan saat itu adalah pertolongan
pertama pada korban yang segera membutuhkan pengobatan baik karena luka
dan membutuhkan bahan makanan.
2. Pencarian, pengumpulan, pembersihan dan penguburan mayat-mayat korban
tsunami.
3. Perbaikan sarana-prasarana dasar yang segera diperlukan khususnya
komunikasi, perhubungan, listrik dan air minum.
4. Bantuan shelter berupa tenda-tenda dan terpal-terpal.
5. Bantuan psikologis kepada korban bencana.
Sarana dan prasarana yang rusak seperti jaringan komunikasi, jalan, jembatan,
pelabuhan laut dan udara mempersulit proses tanggap darurat bencana yaitu
menghambat proses pertolongan pertama pada korban, mempersulit proses
pertolongan kesehatan, evakuasi mayat, dan bantuan makanan.
Sesuai Blue Print Rencana Aksi Program Rehab Rekons di Aceh, diperlukan total
dana sebesarUS $ 6,1 milyar yang terdiri dari beberapa program. Program pertama
adalah perumahan dimana perlu dibangun sekitar 110.000 rumah baru, program
kedua adalah pembangunan kembali kembali sarana-prasarana permukiman dan
wilayah termasuk berbagai bangunan dan fasilitas umum yang melibatkan dana
sebesar 300 juta US $.Program selanjutnya adalah dibidang pelayanan social
khususnya pendidikan dan kesehatan.Sektor produktif juga mendapat perhatian
dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh.Program lainnya adalah program
penataan kembali pola, pemilikan dan sertifikasi tanah.
Gempa Yogjakarta terjadi pada tanggal 27 Mei 2006, pukul 22:54:1.18 (UTC) atau
pukul 05:55 (WIB) waktu setempat, dengan moment magnitude Mw = 6.3 dengan
kedalaman 17 Km pada posisi 7.977 Lintang Selatan dan 110.318 Bujur Timur
(Sumber : USGS), sekitar 25 km sebelah selatan Jogjakarta.
Page 46
Gempabumi ini mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana dan sarana fisik serta
lebih dari 6000 orang korban jiwa manusia di Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta
(DIY) dan Jawa Tengah (Jateng).
The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
Gambar 13 : Kerusakan dan Kerugian Gempa Yogja 2006 (Bappenas, Pemprov DIY, 2006)
Dalam situasi ketidaksiapan menghadapi bencana dalam skala besar, yang akhirnya
bergerak cepat, meskipun sumber daya seadanya adalah masyarakat lokal. Pada
jam-jam pertama setelah gempa, warga masyarakat terlibat aktif dalam proses
pencarian, evakuasi dan penyelamatan korban.Proses ini terhambar karena adanya
isu tsunami setelah gempa, dimana banyak warga berhamburan melarikan diri
kearah utara, sesuatu yang tidak perlu terjadi seandainya masyarakat
mendapatkan informasi dan pengetahuan yang cukup mengenai gempa dan
tsunami.
Page 47
Selang sehari setelah gempa, Presiden SBY memindahkan kantornya ke Jogja dan
selama empat hari melakukan koordinasi langsung di Jogja.
Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan pada masa tanggap darurat dan pemulihan
meliputi utamanya penyelamatan jiwa dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
(1) penyelamatan korban; (2) penanganan korban luka-luka; (3) pembentukan tim
tanggap darurat; (4) pembentukan pusat-pusat layanan; (5) distribusi suplai logistic
(tenda dll); (6) penyediaan hunian sementara; (7) penguatan jalur distribusi; (8)
pendataan korban dan kerugian; (9) pendampingan psikologis; dan (10) persiapan
program rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rencana rehab/rekon Jogja tertuang dalam tiga dokumen yaitu (1) Rencana Induk
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Akibat Bencana Alam Gempa Bumi di DIY
Jogja Bangkit yang disiapkan oleh Pemprov DIY dan Mitra Manajemen Jogja
Bangkit; (2) Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Paska Bencana di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang disiapkan oleh Bappeda Propinsi DIY; (3) Rencana Aksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang disiapkan oleh
Bappenas.
Program rehab rekon membutuhkan dana sebesar 29,1 trilyun rupiah dengan focus
pelaksanaan pada beberapa program. Program pertama adalah program perumahan
dengan tantangan membangun kembali rumah sebanyak paling tidak 200.000
unit.Kemudian proram rekonstruksi bidang sosial, khususnya aspek kesehatan dan
Page 48
Model dan mekanisme rekonstruksi pembangunan rumah yang efektif dan efisien
telah diberlakukan di Jogjakarta yaitu rekonstruksi berbasis masyarakat melalui
kelompok masyarakat atau POKMAS.Skema, organisasi pelaksana dan langkah
program rehabilitasi dan rekonstruksi rumah paska gempa Yogya 2006, dapat
dilihat pada gambar-gambar berikut:
Gambar 14: Skema Program Rehab Rekon Rumah (Satker Rehab Rekon Rumah DIY)
Page 49
Gambar 15 : Organisasi Pelaksanaan Program Rehab Rekon Rumah (Satker Rehab Rekon Rumah DIY)
Gambar 16 : Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Rehab Rekon Rumah (Satker Rehab Rekon Rumah DIY)
Page 50
Selain itu di Aceh telah dibentuk badan khusus yakni Badan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Aceh dan Nias (BRR) yang mempunyai tugas utama membangun
kembali sumber-sumber penghidupan dan prasarana serta memperkuat masyarakat
di Aceh dan Nias dengan memimpin pelaksanaan dan program rekonstruksi dan
pembangunan yang terkoordinasi.
Page 51
III. Rangkuman
Dari sisi kelembagaan, selain institusi formal yaitu BNPB/BPBD yang menjadi focal
point penanggulangan bencana di Indonesia, mulai juga bermunculan inisiatif dan
platform-platform yang mendukung penyelenggaraan penanggulangan bencana di
Indonesia. Inisiatif/platform ini terbentuk baik di tingkat nasional maupun daerah.
Di tingkat nasional antara lain Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana
(Planas PRB), Forum Perguruan Tinggi Pengurangan Risiko Bencana (FPT PRB),
danKonsorsium Pendidikan Bencana (KPB). Sementara di tingkat daerah forum PRB
tingkat provinsi, diantaranya Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Bengkulu, DI Yogyakarta, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Bali, dan Kalimantan Timur. Forum-forum tematik di tingkat daerah juga sudah
terbentuk antara lain Forum Merapi, Forum Citarum, Forum Semeru. Adanya
inisiatif/platform tersebut diharapkan akan meningkatkan kualitas penanggulangan
bencana di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Situs Internet
1. Beritajatim.com : BNPB Minta Jatim Bentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana,
Selasa 26 Februari 2013
2. Prbdiy.net : Profil Forum PRB DIY
3. Ftbibencana.blogspot.com : Forum Semeru
4. www.bnpb.go.id
5. Sindonews.com : Normaliasi sungai, Jabar bentuk Fordas Citarum, 6 Februari
2013
6. Kompas.com : Indonesia Beri Pelajaran Penanganan Bencana Pada Dunia, 12
November 2012