Kata Kunci: Kota Pariwisata, Pembangunan hotel dan apatemen, Sanitasi Lingkungan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi salah satu kota pariwisata Yogyakarta menjadi tempat pilihan untuk berlibur
berbagai wisatawan dari dalam ataupun luar negeri. Karena Banyak tempat pariwisata yang bisa
dikunjungi mulai dari pusat perbelanjaan, wisata alam, wisata budaya, wisata edukasi hingga
wisata religi. Dan itulah mengapa Yogyakarta mempunyai daya Tarik tersendiri dikalangan
pelancong yang hanya sekedar berlibur ataupun menetap. Akses transportasi pun mendukung
berbagai jenis transportasi umum telah beroparasi mulai dari Bus kota, Busway, becak dan
andong sangat mudah di temukan. Yogyakarta adalah kota yang ramah dan bertoleransi bagi
siapa saja yang datang. Dengan adanya pembangunan hotel dana apatemen menjadi salah satu
penunjang kota pariwisata. Karena pengunjung dimudahkan dalam mencari penginapan dari
hotel yang kecil hingga besar di pusat keramaian kota.
Namun pada kenyataanya berberapa tahun terakhir Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Sleman di penuhi dengan hotel-hotel dan apatemen yang menjamur seolah tidak ada batasan lagi.
Pada tahun 2018 jumlah hotel di Kota Yogyakarta sendirin sudah berjumlah 513 .(sumber: BPS,
2019). Rumah-rumah masyarakat yang tengelam dengan adanya pembanguanan hotel. Sehingga
obyek wisata yang ada di Yogyakarta dan sleman tidak seimbang dengan pembangunan proyek-
proyek terse but. Menurut Nadia dan Suharno (2015), Dampak yang dirasakan masyarakat atas
pembangunan proyek-proyek terse but adalah ”kekeringan, berkurangnya kualitas dan debit air
tanah serta kemacetan lalu lintas” oleh karena itu menjamurnya pembangunan proyek hotel,
apatermen maupun mall menimbulkan dampak yang negative bagi masyarakat sekitar.
Kabupaten Sleman yang mulai berkembang tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi
pengusaha yang ingin berinvestasi. Oleh karena itu pembangunan maupun pengembangan hotel
di Kabupaten Sleman sudah merajalela dan saling bersaing untuk memberikan fasilitas yang
terbaik. Menurut Soemarwoto (2003), “pembangunan merupakan perubahan terhadap
keseimbangan lingkungan, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah keseimbangan
lingkungan dari kondisi kualitas kurang baik menuju kondisi kualitas yang lebih baik”.
Sedangkan “pengembangan adalah proses perubahan yang terjadi sebagai dampak dari adanya
pembangunan” (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Sedangkan menurut
Menurut Afandi dan Warijo (2015), Pembangunan merupakan sebuah aktivitas yang
dilaksanakan pemerintah maupun dari pihak swasta dan masyarakat yang berlangsung secara
berkesinambungan guna untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek spiritual
maupun materiil.
Banyak nya fenomena pembangunan hotel dan apatermen di Kabupaten Sleman yang ada
di berberapa wilayahnya. Pembangunan infrastruktur terse but dinilai dapat menunjang
kebutuhan masyarakat. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan warganya dengan
adanya pembangunan-pembangunan terse but dan diharapkan banyak dampak positifnya bagi
warga sekitarnya. Namun nyatanya masih adanya penolakan dari warga sekitar pembangunan
sekitar. Salah satunya warga Dusun Gandingan yang melakukan aksi turun ke jalan untuk
memprotes langsung pembangunan apatermen dan condotel terse but. Salah satu alasan mereka
adalah dengan adanya pembangunan apatetermen dan condotel terse but kebudayaan dan warisan
dari leluhur akan luntur.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Analisis Dampak Pembangunan Hotel dan apatemen Terhadap Sanitasi
Lingkungan di Kabupaten Sleman ?
C. Literatur Review
Kajian pustaka ini dilakukan untuk menghindari kesamaan pada penelitian sebelumnya.
Dengan adanya kajian pustaka adalah salah satu cara untuk membedakan dengan sebuah karya
dengan penelitian sebelumnya. Di dalam penelitian ini saya menggunakan sepuluh literature
yang relvan guna untuk memepermudah memahami tulisan ini.
Adanya penelitian tentang Dengan Jogja Asat: Dinamika Konflik Sumberdaya Air di
Kota Jogja. Dilatar Belakangi adanya dampak negative yang dirasakan oleh masyarakat Jogja
sendiri atas maraknya pembangunan hotel-hotel masupun mall yang mulai memenuhi sebagian
besar kota. Salah satu hotel yaitu fave hotel yang berdiri di lingkungan masyarakat terse but
nyatanya memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan sekitar. Masyrakat sekita
mempermasalahakan air tanah yang sebelumnya di gunakan untuk kepentingan pemabangunan
hotel terse but. Hingga pada akhirnya masyarakat menyelediki dan menemukan bahwa dalam
pembangunanya hotel terse but menggunakan air tanah dengan cara di bor. Sehingga air-air
tanah yang di gunakan warga kalah saing dan terjadilah kekeringan di suur-sumur warga padahal
sebelum adanya pembangunan hotel terse but sumur mereka tidak pernah mengalami kekeringan.
Sejak saat itu masyarakat sekitar menuntut pihak hotel untuk segera memberikan kejelasan dan
pertanggungjawaban. setelah adanya protes warga yang dibatu oleh LSM setempat akhirnya
pihak fave hotel memberikan pertanggung jawaban kepada masyarakat sekitar. Dan untuk
masalah air tanah yang dibor pihak hotel bersedia beralih dengan menggunakan saluran air
PDAM. Sedangkan apa yang terjadi di lingkungan sekitar Pembangunan Apatermen dan
Condotel The Palace hampir sama yang terjadi dengan fave hotel. Masalah berkurangnya jumlah
akses dan kualitas air adalah sebuah dampak yang besar bagi masyarakat yang menggunakan air
tanah untuk kehidupan sehari-harinya. Masyarakat sekitar pun akhirnya berdemojuga kepada
pihak Pembangunan Apatermen dan Condotel The Palace untuk menuntut kejelasan dan
pertanggung jawaban. Karena mereka yang akan menerima dampak dari proyek pemabngunan
terse but namun tidak diberi sosialisasi yang berkaitan dengan dampak apa yang terjadi nantinya
yang harus mereka rasakan.
D. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menrupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Hadari
Nawawi (2000:67) dalam (Marsudi, 2017) penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggunakan prosedur pemecahan masalahnya (solusi) yang diselidiki dengan cara
menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu subjek atau objek penelitian (seseorang,
lembaga, dan masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya yang meliputi interpretasi data dan analisis data. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini kami mencari data dari berbagai sumber online seperti jurnal, berita,
maupun Web Pemerintah Yogyakarta. Sebagai salah satu cara untuk memahami masalah yang
terjadi di Sekitar Yogyakarta yang terkena dampak sanitasi dari pembangunan hotel dan
apatermen.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data kualitatif ini adalah reduksi data (data
reduction) atau memilih data¬data mana saja yang penting, menyajikan data agar lebih mudah
dipahami (data display), verifikasi (verification), dan penarikan kesimpulan (conclusion
drawing).
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman dan sekitarnya yang terkena dampak
pembangunan hotel.
Pembahasan
Munculnya fenomena Jogja Asad tersebut menjadi salah satu bentuk protes warga
masyarakat jogja yang terkena dampak dari pembangunan hotel. Karena air adalah masalah vital
yang merupakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat. Dampak negative dari
pembangunan hotel bukan hanya air yang kering, rumah-rumah warga yang tertutup cahaya
matahari dan masalah pengelolahan limbah hotel. Jika dampat negative terse but tidak segera
dicari solusinya maka akan berdampak ke kesehatan masyarakat juga. Sehingga kota Jogja sudah
tidak lagi kondusif sebagai tempat tinggal untuk warganya. Untuk itu adanya pembangunan hotel
seharusnya juga memperhatikan dan mempertimbangkan lingkungan sekitar jangan hanya
langsung bangun saja.
Pembangunan apatermen dan condotel The Palace di Sleman tepatnya di Jalan Kaliurang,
Kilometer 11 menimbulkan protes warga atas pembangunan nya. Warga yang berdemo menuntut
untuk penolakan pengoprasian hotel dan apatermen tersebut. Karena sejak awal akan
pembangunanya warga menemukan kesalahan dalam administrasi soal perizinan pembangunan
apatermen dan condotel terse but. Awal mulanya mereka curiga adalah tidak adanya sosialisasi
yang diberikan kepada warga sekitar yang terkena dampak dari pembanagunan terse but. Selain
itu ada berberapa dokumen-dokumen seperti peta tapak bangunan dan Amdal yang memang
disamarkan. Dan itu membuat warga sekitar merasa ada sesuatu yang janggal dan terkesan di
tutup-tutupi oleh pihak hotel dan apatemen terse but. Yang seharusnya pihak hotel transparan
terhadap masyarakat.
Karena itu masyarakat sekitar menuntut agar pihak hotel memberikan kejelasan dan
pertanggung jawaban. Mereka menuntut yang sebenarnya hak mereka juga, karena memang
mereka yang nantinya merasakan dampak langsung dari pembangunan apatermen dan condotel
terse but. Masyarakat tak ingin lingkungan mereka yang selama ini baik-baik saja terkena
dampak apatermen dan condotel terse but. Selain itu pembangunan apatermen dan Condotel ini
berlangsung dengan tidak mempertimbangkan lingkungan sekitar. Terbukti dengan tempat
berdirinya apatemen dan hotel tesebut termasuk kedalam zona yang rawan gempa. Sehingga
apabila tetap berdiri bangunan tesebut akan sangat membahayakan bagi warga sekitar
lingkungan terse but. Selain itu lokasi apatemen yang akan dibangun pun sebenarnya adalah jalur
utama evakuasi bencana merapi, resapan air untuk sawah dan lingkungan padat penduduk dan
lalulintas.
Selain itu dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat pembangunan apatermen dan
condotel The Palace adalah masalah sanitasi. Sanitasi merupakan salah satu hal pokok yang
menjadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. Jika kebutuhan sanitasi pokok terse but tergangu
maupun tercemar oleh limbah ataupun sebagainya makan akan berdampak juga terhadap hal-hal
lain. Oleh karena itu masyarakat sekitar apatermen dan condotel The Palace menuntut agar
mereka mendapatkan sosialisi yang berkaitan dengan dampak atapun kejelasan yang sebenarnya.
Karena memang sampai saat masyarakat berdemo, mereka tidak memberikan sosialisasi kepada
masyarakat. Bahkan masyarakat yang jarak rumahnya hanya 100 meter belum mendapatkan
sosialisasi. Disisi lain sosialisasi memang di perlukan bagi masyarakat sekitar karena memang
mereka yang merasakan dampak langsung jika nantinya apatermen dan condotel The Palace
beroprasi. Dan mereka juga takut jika dari pihak apatermen dan condotel The Palace tidak
bertanggung jawab untuk dampak lingkungan yang terjadi nantinya.
Dampak Lingkungan yang juga di timbulkan oleh Pembangunan terse but adalah
tergangunya resapan air yang di gunakan untuk mengairi persawahan. Warga juga takut jika
nantinya lingkungan mereka menjadi kekeringan karena dampak dari pembangunan apatermen
dan condotel The Palace. Karena pastinya pembangunan seperti itu juga akan mempengaruhi
ketersediaan air saat musim kemarau nanti. Masyarakat juga mungkin akan kehilangan akses
kualitas dan jumlah air. Jika masyarakat sudah kehilangan akses air yang menjadi kebutuhan
pokok sehari-hari warga Yogyakarta karena pengeboran yang dilakukan untuk membuat sumur
dalam tentunya sangat berpengaruh pada sumur dangkal warga sekitarnya. Jika air tanah kering
mereka tidak bisa mengairi sawah-sawah mereka. Sehingga akan berdampak juga pada kegiatan
perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu masyarakat sekitar juga berpendapat jika
pembangunan apatermen dan condotel The Palace berlangsung akan merusak sosial budaya
masyarakat kampung.
Satu kamar hotel memerlukan setidaknya 380 liter air sementara rumah tangga
memerlukan hanya 300 liter air. Tentu saja ini sangat merugikan warga sekitarnya karena satu
kamar hotel membutuhkan lebih banyak air. Tidak menutup kemungkinan menculnya masalah-
masalah lain yang berkaitan dengan kebutuhan air bersih terse but. Seperti: tergangunya
kesehatan karena kurangnya air bersih dan ekonomi dengan air bersih tanah yang menjadi hak
kita saja harus membeli. Seharusnya dalam pembangunan maupun pengoprasian hotel terse but
harus menggunakan saluran air dari PDAM agar tidak menganggu air tanah sekitar proyek
pembangunan. Di Yogyakarta sendiri pembangunan maupun pengoprasian mall, apatermen
maupun hotel diharuskan menggunakan air dari saluran pipa PDAM.
Yang seharusnya dalam pembangunan hotel dan apatemen terse but pemerintah perlu
memperimbangkan berberapa hal agar keseimbangan tetap ada. Karena pemerintah mempunyai
peran besar untuk memberikan perizinan atas pembangunan hotel-hotel terse but. selain itu
perlunya pengontrolan dan pengawasan terhadap pembangunan-pembangunan tidak hanya hotel,
apatermen akan tetapi juga mall. Sehingga nantinya lebih ke pro lingkungan dibanding dampak
negatifnya yang merugikan warga sekitar. Maka dari itu lingkungan sangat penting untuk kita
jaga. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012, ada berberapa aspek
yang harus dipenuhi dalam pembangunan sebuah hotel maupun apatemen yaitu jika aspek
lingkungan masuk kedalam kualifikasi AMDAL. Maka ada berberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengembang hotel.
Bahkan di Kota Yogyakarta nyatanya tidak banyak yang masuk kualifikasi untuk
mendapatkan AMDAL. AMDAL bisa diterapkan pada daerah cagar budaya dan Luas daerah
10.000m2 . Sedangkan untuk yang tidak Masuk ke dalam Kualifikasi AMDAL, maka perlu UPL
(Upaya Pemantauan Lingkungan) dan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan). Untuk sistem
pengawasan yang berlangsung dimulai dari sebelum pembangunan proyek hotel dengan
pemeriksaan AMDAL maupun UPL dan UKL lalu dilanjukan dengan melakukan uji publikasi
yang nantinya disharing oleh BLH. Saat proses terse but ada hotel yang tiddak masuk kedalam
kriteria AMDAL, namun jika dikembangkan lebih lanjut dengan wajib AMDAL terlebih dahulu.
Saat Pengawasan berlangsung, pihak hotel diwajibkan membuat laporan tentang lingkungan
secara berkala dengan waktu yang telah di tetapkan yaitu enam bulan sekali dan dilaporkan
langsung kepada BLH sebagai syarat untuk memperpanjang izin. Untuk itu selaku Pemerintah
Kabupaten Sleman setempat harus memperketat dalam memberikan izin AMDAL. Agar sesuai
dengan prosedur yang ada sehingga dampak-dampak yang tidak di inginkan dapat di minimalisir.
Sehingga warga Kabupaten Sleman tetap mendapatkan kenyamanan dan ketenanganan.
Banyaknaya masalah yang muncul dari awal menjadi alasan masyarakat berdemo hingga
terbentuknya perlawanan dari warga yang tergabug dalam Aliansi Warga Sleman Berdaya
(AWSB) menuntut penghentian pembangunan apatermen dan condotel The Palace. Lalu atas
dasar swadaya masyarakat sekitar munculah petisi sebagai salah satu cara dalam melakukan
penolakan bersama atas pembangunan apatermen dan condotel terse but yang di tuliskan didalam
sebuah benner yang diletakan di tempat-tempat strategis. Sejak adanya aksi itu masyarakt terus
menerus melakukan audiensi dengan pihak pemerintah. Dengan adanya aksi penolakan itu pula,
pembangunan proyek terse but harus menunggu keputusan kebijakan mengenai pembangunan
apatemen dan condotel terse but. Selain itu dampak- dampak yang akan masyarakat rasakan dan
tanggung jawab dari pihak hotel terse but menjadi alasan. Untuk itu perlu adanya pengendalian
terhadap dampak lingkungan . Selama adanya proses keterbukaan maka akan sampai pada
sebuah pertimbangan dan memutuskanya. Penegakan hukum yang masih lemah belum dapat
membuat pelanggar izin mendapatkan efek jera. Pemerintah lebih mempertimbangkan aspek
ekonomi dengan menjamurnya hotel-hotel maupun apatermen dibandingkan dengan kenyamanan
warganya dan moral atas ketaatan pada asas para investor mengenai permohonan izin.
Dari berbagai munculnya pro dan kontra dari berbagai pihak warga masyrakat termasuk
Aliansi Warga Sleman Berdaya (AWSB), pihak pengembang apatermen dan condotel The Palace
akhirnya angkat bicara. Bahwa mereka telah melakukan sosialisasi kepada warga yang terkena
dampak pembangunan terse but. pihak pengembang juga menjelaskan berbagai izin yang
diperlukan untuk pembangunan telah dikantoginya seperti AMDAL, IPT dan masalah tentang
sosialisasi irigasi. Sosialisasi dilakukan dari warga desa hingga aparatur desa Pendak. Lokasi
proyek terse but berdiri dilahan seluas 4.200m yang terletak di JL. Kaliurang Sleman. Sedangkan
untuk masalah pembangunan apatermen dan condotel The Palace yang akan membangun
basement dengan awal mulanya dengan kedalaman 7m yang tentunya menganggu sumber air
tanah warga lingkungan sekitar telah diubah oleh pihak pengembang menjadi 5,5m. Soal izin
pembuatan basement terse but pihak pengembang mengatakan bahwa mereka sudah mempunyai
Izin Penggunaan Tanah (IPT) dari Bupati sleman. Dan untuk masalah air tanah lingkungan
sekitar yang hilang telah diperhitungkan oleh ahli dalam bidangnya. Pengembang juga
mengatakan bahwa mereka menggunakan sistem terbaik untuk mencegah sumber air tanah yang
hilang, menekan getaran dan dampak-dampak lain yang akan muncul nantinya.
Namun sebenarnya dengan maraknya pembangunan hotel, apatermen maupun mall telah
merusak keistimewaan dan sosial budaya lingkungan setempat. Karena adanya pembangunan
proyek-proyek besar itu menggusur kampung-kampung sekitar sehingga menyebabkan
kerusakan lingkungan. Jika pembangunan terse but terus bertambah kenyaman dan ketentraman
warga setempat pun menjadi tergangu dengan keramaian yang malang melintang. Selain itu
pembangunan hotel, mall dan apatemen merugikan wargas sekitar karena karena keuntungan
yang sebenarnya milik para investor itu sendiri. Sehingga dampak-dampak negative atas
pembangunan-pembangunan proyek besar terse but merugikan rakyat, tetapi menguntungkan
untuk para stakeholder dan swasta. Rakyat dirugikan baik sosial,ekonomi, maupun lingkungan
namun para investor menikmati untung yang besar.
Pembangunan hotel dan apatermen Apatermen dan Condotel The Palace berdampak
besar bagi masyarakat lingkungan sekitar. Dampak akses air, limbah, struktur bangunan mapun
sosial dan budaya. Untuk itu pihak swasta perlu memberikan tanggung jawab kepada masyarakat
sekitar. Peran pemerintah juga sangant diperlukan dalam memeberikan izin pembangunan
(AMDAL). Pihak swasta selaku investor harus mejalani prosedur sesuai dengan aturan yang
berlaku. Agar tidak terjadi Pro dan Kotra di wilayah tempat pembangunan.Selain itu diharapkan
pemerintah melakukan pengendalian dan pengontorolan pembangunan hotel dan apatermen.
Agar Kabupaten Sleman tetap nyaman untuk ditinggali masyarakatnya.
Daftar Pustaka
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta :
Kusuma, D. P., Hartono, W., & Muttaqien, A. Y. (2015). PENGENDALIAN BIAYA DAN
WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DENGAN MENGGUNAKAN
PRIMAVERA PROJECT PLANNER P6 (Studi Kasus Pembangunan Hotel In Yogyakarta).
Matriks Teknik Sipil, 3(3).
Usada, F. (2015). " Jogja Ora Didol" Reprresentasi Perlawanan Masyarakat Yogyakarta Studi
Kasus Grup Musik Jogja Hip Hop Foundation (Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta).
KURNIAWAN, A. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Hak Warga Masyarakat Atas Air
Tanah (Doctoral dissertation, MIH UMY).
Jiwandono, B. (2017). Pertumbuhan Kota (Studi Kasus Interaksi Kepentingan antara Pengusaha
dengan Pemerintah dalam Pembangunan Hotel di Surabaya). Jurnal Politik Muda, 6(1), 16-26.