Anda di halaman 1dari 9

PATRICK GEDDES

(Pola Pemukiman Dan Lingkungan Ekonomi Lokal)

Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri sebagai akibat adanya
respon industrialisasi dan urbanisasi. Degradasi lingkungan yang terjadi membuat pakar kota menginginkan
suatu reformasi Hal ini merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi
industri sendiri telah menciptakan kota-kota industri baru yang sebelumnya tidak ada yaitu terjadi perpindahan
penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Lalu kota itu sendiri menjadi kepentingan yang sangat besar
bagi buruh, karena penduduk yang pindah dari desa ke kota tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru
atau kebutuhan sosial dan teknis untuk hidup di kota.

Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari


Patrick Geddes tentang analisa terperinci dari
pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal
yang
merupakan
awal
dari
lebih
berkembangnya sebuah teori perencanaan.

Dalam teorinya Patrick menyatakan the classic rule of


thumb dalam mendefinisikan batas dari suatu konurbasi, yang
berbunyi broadly speaking, the main limit of the modern city is
that of the hours journey or thereby, the maximum which busy men
[sic] can face without to great deduction from their days work .
Batasan ini sering dipakai oleh para peneliti dalam menentukan
jarak antar pusat dalam suatu interurban polisentris.
Dalam memahami karakteristik interurban polisentris,
penelitian ini juga merujuk kepada tulisan Kloosterman dan
Musterd (2001) yang mengelompokkannya ke dalam empat dimensi
(seperti pada intraurban polisentris). Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam membandingkan karakteristik di antara
keduanya.
PATRICK GEDDES (1854 -1932 )

a) Bentuk Fisik
Seperti halnya dalam intraurban polisentris, pada
interurban polisentris juga terjadi fenomenacross
commutingakibat terjadinya konsentrasi populasi
penduduk dan aktivitas ekonojmi yang terdistribusi pada
masing-masing pusat kota tanpa ada yang menjadi
pusat dominan dalam suatu wilayah interurban
polisentris tersebut. Pola komuting yang terjadi pun
dapat berbentuk radial atau linier. Dalam melakukan
pergerakancross commutingpada interurban polisentris
lebih
banyak
menggunakan
moda
transportasi
kendaraan pribadi terutama mobil (Hall, 1993).

Aktivitas ekonomi di pusat kota Hongkong, ditandai


dengan banyaknya toko atau tempat berbelanja
yang lainnya

Aktivitas ekonomi salah satu tempat terkenal di kota


Tokyo, Harajuku, tempat ini adalah tempat berkumpulnya
anak aanak muda jepang karena disana banyak
shophouse, restoran, dan toko toko yang lainnya yang
menaarkan harga yang murah

b) Kesatuan Politik
Kebijakan pengembangan interurban polisentris
lebih rumit dibandingkan dengan pengembangan
intraurban polisentris. Hal ini karena interurban
polisentris terdiri atas kota-kota atau beberapa kota
diantaranya memiliki kewenangan politik masingmasing, atau secara lebih sederhana, terdiri atas
beberapa organisasi pemerintah (kesatuan politik)
yang
independen.
Sehingga
untuk
membuat
kebijakan pengembangannya diperlukan kesepakatan
bersama di antara organisasi pemerintah tersebut,
yang biasanya melalui suatu perdebatan yang
panjang. Mengingat begitu rumitnya pembuatan
suatu
kebijakan
pengembangan
interurban
polisentris, maka perlu dibentuk suatu lembaga pada
tingkat wilayah interurban, yang beranggotakan
perwakilan dari seluruhstakeholders(masyarakat,
pemerintah, dan swasta) dari semua kota dalam

c) Hubungan Fungsional
Kota-kota dalam interurban polisentris mempunyai
fungsi kegiatan yang berbeda, misalnya ada yang
berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat
perdagangan, pusat industri manufaktur, pusat
perumahan dan permukiman, ataupun mengemban
fungsi lainnya. Meskipun di antara kota-kota tersebut
ada yang memiliki fungsi kegiatan yang sama,
biasanya salah satu kota mempunyai intensitas
kegiatan yang lebih tinggi dibanding kota yang lain.
Pengembangan suatu kegiatan pada salah satu kota
dalam interurban polisentris perlu memperhatikan

Patrick Geddes.

Anda mungkin juga menyukai