MODUL # 1
MANAJEMEN BENCANA
Untuk Pelatihan Dasar Penanggulangan Bencana
Oleh:
Harkunti P. Rahayu
Pribasari Damayanti
2013
Page 2
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan materi dalam modul ini, diharapkan
peserta mampu untuk:
1. Memahami konsep dasar terjadinya bencana
2. Memahami berbagai karakteristik bencana
3. Mengetahui berbagai model terjadinya bencana
4. Memahami konsep dasar manajemen bencana
5. Memahami bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan dalam setiap
tahapan manajemen bencana
6. Mengetahui model-model manajemen bencana
7. Mengetahui berbagai legal framework yang mendasari berbagai
kegiatan penanggulangan bencana
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan adanya pembelajaran materi dalam
modul ini yaitu peserta mampu mengerti dan juga memahami konsep
dan prinsip dasar mengenai bencana dan bagaimana melakukan
pengurangan resiko bencana melalui prinsip manajemen bencana.
Selain itu peserta mampu memahami peran dan posisi mereka di dalam
manajemen bencana tersebut, baik dalam tahap pra, tanggap darurat,
ataupun paska bencana
2.1 Definisi
Didalam UU No. 24 Taun 2007 dijelaskan bahwa Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Di dalam definisi
tersebut tertulis bahwa bencana dimulai karena ada sesuatu yang
mengancam, baik dari faktor alam atau non alam, ataupun manusia,
yang pada akhirnya menimbulkan kerugian, baik harta benda hingga
jiwa manusia.
Jepang: Kobe
17 Januari 1995, Magnitudo 7,3 SR
Gambar 1,1
Berbagai Kejadian Gempa Bumi di Dunia
Page 5
Bencana seringkali memiliki berbagai dampak selain berupa kerusakan fisik dan
non-fisik, beberapa merupakan bentuk ancaman ikutan yang dapat menimbulkan
korban lebih besar dibandingkan bencana utamanya. Berbagai dampak ikutan dari
bencana yaitu:
Retakan Tanah
Gerakan Tanah
Retakan
Tsunami
Kebakaran
Hujan Abu
Lahar Panas
Lahar Hujan
Aliran Lava
Gas Beracun
Lumpur Panas
Tsunami
Kabut Asap
Responsif Proaktif
Gambar 1.2
Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana
Pemicu
Unsur-unsur yang mengancam
Tipe, kecepatan dan jarak ancaman
Tanda-tanda
Frekuensi
Periode
Durasi
Akibat kerusakan
Akar penyebab
Gambar 1.3
Ilustrasi Konsep Terjadinya Bencana
Ancaman/Bahaya x Kerentanan
Risiko Bencana =
Kapasitas
Page 11
kekuatan/volume
ume ancaman, ataupun
ataupun mengurangi kerentanan terhadap
ancaman itu sendiri. Kapasitas dapat berbeda antara satu tempat dengan
tempat yang lain. Kapasitas di daerah urban misalkan kondisi infrastruktur
yang lebih baik dibandingkan daerah rural. Sedangkan di daerah rural
misalkan modal sosial yang lebih tinggi dibandingkan daerah urban.
Gambar 1.4
Kapasitas dan Kerentanan yang berada di daerah Desa dan Kota
Sistem kehidupan
manusia &
Lingkungan kerentanannya
Binaan Manusia
Gambar 1.5
Risiko sebagai Sistem
Alur Kerentanan
Gambar 1.6
Model Terjadinya Bencana PAR MODEL
Gambar 1.7
Model Terjadinya Bencana CRUNCH MODEL
MANAJEMEN BENCANA
Gambar 1.8
Manajemen Bencana
Page 17
BENCANA
Tanggap Darurat:
1. Penyelamatan & Evakuasi (SAR)
2. Bantuan Darurat
Kesiapsiagaan Disaster Risk Resilience
Paska
Bencana
Pra
Bencana
Mitigasi
Pemulihan:
1. Rehabilitasi
2. Rekonstruksi
Pencegahan
Pembangunan
Gambar 1.9
Siklus Manajemen Bencana
kelompok paling rentan baik dari sisi umur, jenis kelamin dan
keadaan fisik
Memperbaiki infrastruktur yang rusak atau hilang dan menggerakkan
kembali aktivitas ekonomi yang paling mudah
Melindungi dan membantu masyarakat sipil dalam menghadapi
kekerasan yang mungkin terjadi di masa setelah terjadinya bencana
Mencari solusi terbaik ketika di pengungsian
Kajian Cepat
Kesehatan
Watsan
Kesehatan Lapangan
Rehabilitasi
Rekonstruksi
Gambar 1.10
Periode Pemulihan setelah Bencana
1. Pengukuran awal
Pengukuran awal dapat dilakukan terhadap berbagai aspek yang
mempengaruhi resiko bencana, disertai pengumpulan data-data
pendukung.
2. Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk memperjelas tujuan dan arah
aktivitas kesiapsiagaan, kemudian mengidentifikasi tugas-tugas
serta tanggung jawab secara lebih spesifik dari setiap stakeholder.
3. Rencana Institusional
Disini ditekankan kerjasama antar berbagai lembaga dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana. Disini dihindarkan
pembentukan struktur kelembagaan yang baru dalam
penanggulangan bencana.
Page 26
4. Sistem Informasi
Sistem informasi mengkoordinasikan segala hal yang diperlukan
misalkan dalam koordinasi peralatan, menyebarkan sistem
peringatan, dan lain-lain.
5. Pusat Sumber Daya
Pusat sumber daya diperlukan untuk mendata berbagai barang dan
jasa yang dibutuhkan dan tersedia terkait penanggulangan
bencana.
6. Sistem Peringatan
Sistem peringatan memiliki peran penting dalam menyampaikan
peringatan kepada masyarakat luas, sehingga harus
dipertimbangkan berbagai cara yang efektif untuk menyampaikan
peringatan tersebut
7. Mekanisme Respon
Respon yang mungkin muncul terhadap terjadinya bencana akan
sangat banyak dan datang dari berbagai daerah sehingga harus
dipersiapkan dengan baik.
8. Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Masyarakat
Setiap masyarakat yang rentan dan rawan terkena ancaman
bencana sebaiknya mempelajari banyak hal mengenai bencana
9. Praktek
Mempraktikkan hal-hal yang sudah dipersiapkan dalam rencana
kesiapsiagaan, sehingga dapat diidentifikasi kesenjangan yang
muncul dalam rencana kesiapsiagaan tersebut.
DRR Master Plan adalah alat bagi pemerintah setempat untuk menjalankan
agenda DRR secara sistematis, termasuk legalitas, kelembagaan, pembiayaan,
sosial, dan teknisnya. Disaster Risk Management Master Plan merupakan
model analitis yang mengintegrasikan upaya pengurangan resiko bencana
kedalam level kebijakan, strategi, dan aksi lokal. Disaster Risk Management
Master Plan akan meningkatkan komunikasi untuk pengurangan resiko,
kemudian disertai program-program peningkatan kapasitas, termasuk integrasi
antar sentor, organisasi professional atau NGO dalam seitap manajemen
bencana di perkotaan.
Tujuan dari DRR Master Plan adalah untuk (1) mencapai kerangka hukum dan
kelembagaan yang kuat untuk sistem manajemen risiko bencana yang efektif,
Page 28
Berikut ini adalah contoh dari penerapan DRR Master Plan yang dilakukan oleh
Kota Metro Manila di Filipina untuk
untuk mengintegrasikan kajian pengurangan
risiko bencana dengan aktor-aktor
aktor aktor lain yang terlibat di kota tersebut. Tim
yang mengkaji pengurangan risiko bencana berhasil meyakinkan aktor-aktor
aktor
lain yang terlibat untuk mendukung program pengurangan risiko bencana.
Model ini juga mengambil keuntungan dari pemerintah pusat dan masyarakat
untuk meyakinkan pemerintah setempat untuk mengutamakan pengurangan
risiko bencana dalam kebijakan-kebijakan
kebijakan yang dikeluarkan.
Gambar 1.11
Gambar 1.11 Sumberdaya di suatu kota besar yang tersedia untuk Rencana
Pengurangan Risiko Bencana . Penerapan DRR Master Plan ini digunakan oleh
Kota Metro Manila di Filipina.
Page 29
Selain itu, terdapat model lain yang dibuat berdasarkan pembelajaran dari
kota Istanbul di Turki. Turki diguncang
diguncang gempa dengan kekuatan 7.2 skala
ritcher yang menewaskan 17.000 nyawa dan membuat 500.000 penduduk
lainnya kehilangan rumah. Model ini sukses diterapkan di Kota Istanbul selama
kurun waktu tahun 2000 hingga tahun 2006. Gambar di bawah ini
menunjukkan DRR Model yang terintegrasi dengan 4 komponen yaitu ilmu
pengetahuan dan sumber daya, partisipasi sosial, komitmen kelembagaan,
dan rencana aksi.
Tanggap
Kesiapsiagaan
Darurat
Pencegahan
Pemulihan
dan Mitigasi
tanggap darurat
Dipergunakan untuk 1 (satu) jenis
bencana yang benar-benar telah
terjadi
Pelaku yang terlibat hanya pihak-
pihak yang benar-benar menangani
kedaruratan
Untuk keperluan selama darurat
(sejak kejadian bencana sampai
dengan pemulihan darurat)
Sumberdaya yang diperlukan ada
pada tahap pengarahan/mobilisasi
Tindak lanjut dari penyusunan rencana aksi nasional di tingkat pusat adalah
penyusunan rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana di tingkat daerah
(RAD-PRB). Rencana aksi daerah ini dokumen daerah yang disusun melalui
proses koordinasi dan partisipasi stakeholder yang memuat landasan,
prioritas, rencana aksi serta mekanisme pelaksanaan dan kelembagaannya
bagi terlaksananya pengurangan Risiko bencana di daerah. Secara umum,
daerah-daerah di Indonesia terdapat dua kondisi kebijakan penanggulangan
bencana yaitu:
Pengurangan yang substansial jika terjadi bencana dalam hal kehilangan/kerugian nyawa, kehidupan sosial,
ekonomi, dan aset sumberdaya yang ada di masyarakat dan negara.
Strategic Goals
Pengurangan Resiko bencana yang Pembuatan dan Penguatan Sistem yang jelas dalam pendekatan
terintegrasi dalam perencanaan dan kelembagaan, mekanisme dan Pengurangan Resiko Bencana dalam
peraturan pembangunan yang kapasitas untuk ketahanan terhadap hal implementasi kesiapsiagaan,
berkelanjutan bahaya respon, dan pemulihan bencana
Prioritas Aksi
1. Memastikan bahwa pengurangan resiko bencana merupakan sebuah prioritas nasional dan
lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat
2. Mengidentifikasi, menilai, dan memonitor resiko bencana dan meningkatkan peringatan dini
3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan
dan ketahanan di setiap tingkat
4. Mengurangi faktor-faktor resiko yang mendasar
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk respon yang efektif di semua tingkatan