Anda di halaman 1dari 11

Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1.

Januari-Juni 2016

Urgensi Pemetaan Instrumen Kebijakan Kebencanaan

Urgency Mapping of Disaster Policy Instrument

Gitadi Tegas Supramudyo


Departemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Airlangga, Surabaya
Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286, Indonesia
Email: info@fisip.unair.ac.id Telepon: +6231 5011744

Abstract
Disaster management efforts should be done comprehensively and systematically, but this is still
constrained two main issues, namely: (1) Inadequate performance of disaster management
apparatus and institutions; (2) Low awareness of disaster risk and understanding of disaster
preparedness. The peculiarities and complexity of disaster issues in Indonesia, from a technical,
geographical, to a cultural and budgetary perspective, requires inclusion and a comprehensive
perspective, in order to achieve a better degree of preparedness, and minimal casualties. For that
step backwards would be understandable, in order to achieve "completeness" map of problems
and disaster challenges in Indonesia.

Keywords: Policy instrument, disaster

Abstrak
Upaya penanggulangan bencana harus dilakukan secara komprehensif dan sistematis, namun hal
ini masih terkendala dua masalah utama, yaitu: (1) Belum memadainya kinerja aparat dan
kelembagaan penanggulangan bencana; (2) Masih rendahnya kesadaran terhadap risiko
bencana dan pemahaman terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kekhasan dan
Kompleksitas isu kebencanaan di Indonesia, baik dari perspektif teknis, geogorafis, hingga
kultural dan budget, mengharuskan pelibatan dan komprehensifitas perspektif, agar dapat
mencapai derajat kesiapan yang semakin baik, dan korban minimal. Untuk itu selangkah
mundurpun kiranya dapat dipahami, agar dapat dicapai “kelengkapan” peta permasalahan dan
tantangan kebencanaan di Indonesia.

Kata Kunci: Instrumen kebijakan, bencana

Pendahuluan puting beliung, dan gelombang


ekstrim. Gempabumi dan tsunami
Indonesia dikenal sebagai dahsyat menerjang Aceh pada tahun
sebuah republik bencana, karena 2004 telah membuka mata
letsknya yang berada di lempeng masyarakat Indonesia, bahwa mereka
dikelilingi oleh tiga lempeng aktif berada di wilayah yang rawan
tektonik. Tetapi juga berada pada bencana. Mengingat 12 tahun
cincin api atau ring of fire. Di sebelum tsunami Aceh, kejadian
samping itu, kondisi bencana yang sama telah menerjang
hidrometeorologi dapat memicu Pulau Babi di Kabupaten Sikka,
terjadinya bencana seperti banjir, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat
tanah longsor, kekeringan, angin itu 263 warga atau seperempat dari

804
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

jumlah masyarakat pulau itu tewas tingkat lokal, nasional, maupun


akibat terjangan tsunami. Sangat internasional.
sedikit publikasi mengenai bencana Mencermati kondisi geografis,
yang menewaskan sekitar 2.000 geologis, hidrologis, dan demografis,
warga di seluruh Kabupaten Sikka. pada kenyataannya wilayah Negara
Setelah kejadian gempa dan tsunami Kesatuan Republik Indonesia
Aceh, serbuan bantuan kemanusiaan memiliki tingkat kerawanan tinggi
dari dalam dan luar negeri serta terhadap terjadinya bencana, baik
media internasional . Mulai dari yang disebabkan oleh faktor alam,
wilayah utara Indonesia, di Aceh faktor non-alam maupun faktor
sebagai wilayah yang saat itu masih manusia. Dampak utama bencana
tersisa konflik kekerasan adalah seringkali menimbulkan korban jiwa
wilayah yang sangat tertutup dari manusia, kerusakan lingkungan,
pemberitaan media internasional. kerugian harta benda, dan dampak
Namun, pasca bencana dahsyat yang kerusakan non materi maupun
mengakibatkan lebih dari 225.000 psikologis. Meskipun perencanaan
jiwa meninggal, Aceh telah menjadi pembangunan di Indonesia telah
perhatian dunia. Tidak hanya didesain sedemikian rupa dengan
bantuan kemanusiaan yang hadir di maksud dan tujuan meningkatkan
tengah masyarakat Aceh tetapi juga kesejahteraan rakyat, meningkatkan
mereka yang berkepentingan untuk rasa keadilan, serta meminimalkan
melakukan penelitian ilmiah dampak perusakan yang terjadi pada
terhadap bencana terbesar abad 21 lingkungan serta melindungi
ini. Tsunami Aceh tahun 2004 telah masyarakat terhadap ancaman
menjadi wake up call bagi bencana. Namun kenyataan
masyarakat dunia dan Indonesia. pelaksanaannya masih acapkali
Masalah bencana telah menjadi terkendala upaya penanganan yang
urusan global. Hal ini di Indonesia, tidak sistemik dan kurang
mendorong kebangkitan nasional koordinatif.
mengenai arti pentingnya Upaya penanggulangan
penanggulangan bencana. Bahwa bencana harus dilakukan secara
masyarakat Indonesia tinggal di komprehensif dan sistematis, namun
daerah yang rawan bencana. hal ini masih terkendala dua
Serangkaian bencana seperti masalah utama, yaitu: (1) Belum
gempabumi Yogyakarta tahun 2006 memadainya kinerja aparat dan
dan Padang 2009 telah mengundang kelembagaan penanggulangan
komunitas internasional untuk bencana; (2) Masih rendahnya
memberikan bantuan kemanusiaan kesadaran terhadap risiko bencana
dan pemulihan pasca bencana. dan pemahaman terhadap
Sementara itu peningkatan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
frekuensi kejadian bencana di bencana. Selanjutnya permasalahan
kawasan Asia telah menyadarkan tersebut secara rinci dijabarkan
pentingnya peran kemitraan antar sebagai berikut:
negara maupun pelaku aksi 1. Belum memadainya kinerja
kemanusiaan lintas batas baik di aparat dan kelembagaan
penanggulangan bencana, hal

805
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

tersebut terkait dengan dalam menghadapi bencana.


keterbatasan kapasitas dalam Secara rinci masalah yang
pelaksanaan tanggap darurat dihadapi terkait dengan
serta upaya rehabilitasi dan kesadaran terhadap upaya
rekonstruksi wilayah pasca pengurangan risiko bencana
bencana. Dalam antara lain: (1) Keterbatasan
penyelenggaraan kegiatan jaringan informasi dan
tanggap darurat, masalah yang komunikasi yang efektif dalam
dihadapi antara lain adalah: (1) penyebaran informasi
Belum terbentuknya kebencanaan kepada
kelembagaan penanggulangan masyarakat; (2) Belum
bencana di daerah; dan (2) terintegrasinya pengurangan
Masih tingginya ketergantungan risiko bencana dalam
pendanaan bantuan tanggap perencanaan pembangunan
darurat dan bantuan secara efektif dan komperhensif;
kemanusiaan kepada (3) Penjabaran kebijakan
pemerintah pusat. Selanjutnya nasional kedalam kebijakan
masalah yang dihadapi dalam daerah. Dalam hal
upaya rehabilitasi dan kesiapsiagaan dalam
rekonstruksi wilayah yang menghadapi bencana masalah
terkena dampak bencana antara yang muncul juga masih terkait
lain adalah: (1) Basis data yang dengan keterbatasan kebijakan
tidak termutakhirkan dan penanggulangan bencana di
teradministrasi secara reguler; daerah; keterbatasan kapasitas
(2) Penilaian kerusakan dan kelembagaan penanggulangan
kerugian pasca bencana yang bencana di daerah; serta
tidak akurat; (3) Keterbatasan keterbatasan alokasi pendanaan
peta wilayah yang menyebabkan bagi penanggulangan bencana
terhambatnya pelaksanaan yang berumber pada alokasi
analisa kerusakan spasial; (4) pemerintah daerah.
Koordinasi penilaian kerusakan Selanjutnya potensi dan
dan kerugian serta perencanaan permasalahan yang dimiliki serta
rehabilitasi dan rekonstruksi dihadapi oleh Badan Nasional
yang terpusat; serta (5) Penanggulangan Bencana
Keterbatasan alokasi pendanaan diuraikan didalam analisa faktor-
bagi rehabilitasi dan faktor yang mempengaruhi kondisi
rekonstruksi yang bersumber internal dan kondisi eksternal
dari pemerintah daerah. Badan Nasional Penanggulangan
2. Masih rendahnya kesadaran Bencana sebagimana uraian
terhadap risiko bencana dan berikut:
masih rendahnya pemahaman
terhadap kesiapsiagaan dalam Faktor Lingkungan Internal
menghadapi bencana, meliputi
rendahnya kesadaran terhadap 1. Tersedianya Landasan
upaya pengurangan risiko hukum penyelenggaraan
bencana serta kesiapsiagaan penanganan bencana

806
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

dengan terbitnya Undang- di daerah, yang


Undang Nomor 24 memungkinkan
Tahun 2007 Tentang pembangunan di bidang
Penanggulangan Bencana kebencanaan dapat
dan aturan-aturan dilaksanakan lebih terpadu
turunannya yang terdiri dari dan menjangkau wilayah
Peraturan Pemerintah Indonesia secara merata;
Nomor 21 Tahun 2008 5. Meningkatnya kesadaran
Tentang Penyelenggaraan masyarakat untuk ikut
Penanggulangan Bencana, serta secara aktif dalam
Peraturan Pemerintah upaya penyelenggaraan
Nomor 22 Tahun 2008 penanganan bencana;
Tentang Pendanaan dan 6. Adanya nilai-nilai gotong
Pengelolaan Bantuan royong dan kebersamaan
Bencana, Peraturan masih relatif kuat
Pemerintah Nomor 23 dipegang oleh masyarakat;
Tahun 2008 Tentang Peran 7. Banyaknya pengalaman
serta Lembaga penanganan bencana yang
Internasional dan Lembaga telah dilakukan diberbagai
Asing Non Pemerintah tempat di Indonesia dapat
dalam Penanggulangan menjadi referensi bagi
Bencana, dan Peraturan kegiatan penyelenggaraan
Presiden Nomor 8 Tahun penanganan bencana yang
2008 Tentang Badan lebih baik; dan
Nasional Penanggulangan 8. Adanya komitmen
Bencana; pendanaan yang lebih
2. Terbentuknya memadai dan fleksibel
kelembagaan BNPB bagi penyelenggaraan
yang dipimpin oleh penanggulangan bencana
setingkat menteri (on call dan contingensi).
memungkinkan akses Disisi lain, data menunjukkan
koordinasi antar lembaga beberapa kelemahan yang masih kuat
terkait menjadi lebih kuat; melekat,
3. Ditetapkannya 1. Belum memadainya
Penanggulangan Bencana prosedur dan regulasi
sebagai prioritas dalam sebagai pedoman
Pembangunan Nasional, penyelenggaraan penanganan
yakni Prioritas nomor 9 bencana di Indonesia
tentang Lingkungan Hidup termasuk belum terpenuhinya
dan Pengelolaan Bencana. seluruh amanah aturan dan
4. Dibentuknya Badan regulasi yang dikehendaki
Penanggulangan Bencana Undang-Undang Nomor 24
Daerah (BPBD) pada Tahun 2007 tentang
setiap pemerintah Penanggulangan Bencana;
Provinsi/Kabupaten/Kota 2. Masih tersebar dan
sebagai mitra kerja BNPB belum terbangun Sistem

807
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

informasi dan komunikasi melaksanakan pengurangan risiko


kebencanaan secara terpadu bencana (PRB) secara terencana,
dan terintegrasi; sistematis dan menyeluruh. Pada
3. Kurang tersedianya tataran global, pelaksanaan dari
anggaran yang memadai undang-undang tersebut juga
dalam rangka merupakan upaya implementasi dari
penanggulangan bencana; Komitmen Dunia yang tertuang
4. Kurang terpadunya dalam Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo
penyelenggaraan Framework for Action/ HFA) 2005-
penanganan bencana dan 2015 yang menjadikan bangsa
masih berjalan secara Indonesia memiliki komitmen
sektoral; terhadap dunia internasional dalam
5. Belum optimalnya koordinasi pengurangan risiko bencana.
pelaksanaan penanggulangan
bencana; dan Instrumen Kebijakan
6. Masih terbatasnya sarana dan Kebencanaan
prasarana dalam
penyelenggaraan Kebijakan terdiri dari dua
penanggulangan bencana. elemen yang saling berhubungan
satu sama lain yaitu tujuan (policy
Dalam Undang Undang goals) dan instrumen kebijakan
Dasar 1945 yang ditegaskan (policy instrument). Menurut Walsh
kembali dalam Undang-Undang bahwa tujuan kebijakan merupakan
nomor 24 tahun 2007 tentang maksud dan harapan dasar
Penanggulangan Bencana, pemerintah dalam memutuskan
menyatakan bahwa Negara Kesatuan untuk melakukan atau tidak
Republik Indonesia bertanggung melakukan beberapa tindakan (policy
jawab melindungi segenap bangsa goals being the basic aims and
Indonesia dan seluruh tumpah darah expectations governments have in
Indonesia dengan tujuan untuk deciding to pursue (or not) some
memberikan perlindungan terhadap course of action). Sedangkan
kehidupan dan penghidupan, yang instrumen kebijakan merupakan
termaktub didalamnya adalah teknik-teknik digunakan pemerintah
perlindungan atas terjadinya untuk mencapai tujuan kebijakan
bencana. (policy means or instruments are the
Penanggulangan bencana techniques they use to attain those
merupakan urusan bersama goals (Howlett, Mukherjee, Jun,
pemerintah, masyarakat, dunia 2015:2-3).
usaha, organisasi non- pemerintah, Dalam studi kebijakan, istilah
internasional, maupun pemangku instrumen kebijakan (tools of
kepentingan (stakeholders) lainnya. government) dipopulerkan oleh
Oleh karenanya landasan nasional Christopher Hood melalui bukunya
dalam penanggulangan bencana dan di tahun 1980-an (Peters dan Zittoun,
pengurangan risiko bencana akan 2016:9). Berbagai istilah yang
memberikan advokasi dan dukungan berkembang dalam studi kebijakan
kepada pemerintah dalam upaya untuk mendeskripsikan konsep yang

808
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

serupa antara lain “governing tersebut, sebagaimana disampaikan


instruments”, “policy tools”, “policy oleh Howlett & Kim bahwa studi
mechanism”, “the tools of instrumen kebijakan berada dalam
government” (Howlett, Mukherjee, domain ilmu politik dan ilmu
Jun, 2015:2). Instrumen kebijakan adminitrasi (the study of these tools
telah menjadi bagian penyelidikan properly falls within both the domain
dalam banyak bidang yang of political science and studies of
berhubungan dengan kebijakan, public administration) (Howlett &
seperti administrasi publik, ilmu Kim (2005:3).
pemerintahan, ilmu politik dan ilmu Definisi instrumen kebijakan
ekonomi (Howlett, Mukherjee dan sendiri telah banyak dikemukakan
Jie, 2015:2). Dalam ilmu kebijakan, oleh para ahli. Menurut Michael
instrumen kebijakan pada dasarnya Howlett, seorang professor ilmu
telah menjadi fokus penyelidikan politik Canada, bahwa instrumen
sejak Harold. D. Lasswell kebijakan merupakan berbagai teknik
memperkenalkan ilmu kebijakan di yang digunakan pemerintah untuk
tahun 1950-an. Fokus instrumen mengimpelmentasikan tujuan
tersebut terlihat dari definisi yang kebijakannya (to encompass the
ditawarkan oleh Lasswell mengenai myriad techniques at the disposal of
kebijakan publik yaitu sebagai government to implement their
keputusan pemerintah yang terdiri public policy objectives) (Hill,
dari dua elemen yang saling terkait 2005:140). Sejalan dengan Howlett,
yaitu tujuan kebijakan (policy goals) Ingram dan Schneider
dan cara mencapai tujuan (policy mendefinisikan instrumen kebijakan
means) (Howlett, Mukherjee & Jie, sebagai teknik-teknik yang
2015:2). digunakan pemerintah untuk
Sebelum Lasswell mencapai tujuan kebijakan
memperkenalkan ilmu kebijakan, (techniques the government uses to
terjadi perdebatan antara ilmuan achieve policy goals) (Schneider,
politik dan administrasi, dimana Ingram 1990: 527). Dari dua definisi
ilmuan politik lebih mementingkan tersebut dapat disimpulkan bahwa
input dari dinamika formulasi instrumen kebijakan muncul setelah
kebijakan sedangkan ilmuan adanya tujuan atau sasaran
administrasi utamanya era Wilson (goals/objective) serta aktor yang
mengkritik ilmuan politik karena membuat instrumen kebijakan itu
mengabaikan aspak implementasi ialah pemerintah. Definisi
dalam kebijakan serta memfokuskan disampaikan pula oleh Vedung
diri secara mendalam pada kegiatan bahwa instrumen kebijakan
administrasi tanpa merupakan sekumpulan teknik yang
mempertimbangkan faktor politik dibuat oleh pemerintah
dari proses kebijakan1. Studi tentang menggunakan kekuasaannya dalam
instrumen kebijakan mengambil upaya untuk memastikan dukungan
posisi yang netral dari pertentangan dan dampak perubahan sosial (the set
of techniques by which governmental
1
Policy Design Lab, Studi of Policy Design. authorities wield their power in
http://policy-design.org/wiki/study-of- attempting to ensure support and
policy-design-2/

809
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

effect social change) (Howlett, kebijakan lebih umum dibandingkan


Mukherjee dan Jie, 2015:6). instrumen. Kebijakan merupakan
Sedikit berbeda dari yang kumpulan program yang beroperasi
disebutkan sebelumnya ialah pada bidang yang sama dan
definisi yang disampaikan oleh ditujukan untuk tujuan-tujuan
Hoogerwerf , ia mendefinisikan tertentu. Kebijakan yang berisi
instrumen kebijakan sebagai segala program-program, dapat
sesuatu yang dipergunakan atau memanfaatkan satu instrumen
dapat dipergunakan oleh seorang maupun banyak instrumen (Salamon,
aktor untuk memperlancar tujuan- 2002:19).
tujuannya (Hoogerwerf, 1983:14). Berdasarkan definisi-definisi
Dalam definisinya ini, Hogerwerf para ahli yang telah disampaikan,
menekankan bahwa instrumen dapat disimpulkan bahwa instrumen
kebijakan menjadi bagian yang kebijakan merupakan teknik, cara
melekat pada aktor kebijakan. Aktor maupun strategi yang ditawarkan
kebijakan yang dimaksud tidak atau digunakan oleh aktor kebijakan
hanya meliputi pemerintah, namun (pemerintah maupun koalisi
dapat berupa aktor di luar pemerintah pemerintah dengan pihak lain) untuk
pula. Definisi yang lebih tegas mencapai tujuan kebijakan. Sebuah
mengenai hal ini disampaikan oleh kebijakan terdiri dari berbagai
Lester Salamon. Menurutnya bahwa instrumen kebijakan. Setiap
instrumen kebijakan merupakan instrumen kebijakan tersebut
metode yang dapat diidentifikasi memiliki tujuan masing-masing.
melalui tindakan bersama yang Sehingga pada posisi tertentu
disusun untuk menyelesaikan instrumen kebijakan dapat menjadi
masalah publik (identifiable method kebijakan itu sendiri serta
through which collective actions is membutuhkan instrumen-instrumen
structured to address a public tertentu untuk mencapai tujuannya.
problem) (Salamon, 2002:19). Dalam Dalam hal ini, posisi instrumen
definisinya tersebut ia kebijakan dalam proses kebijakan
mengungkapkan adanya tindakan dapat berada pada formulasi
bersama dalam hal menyelesaikan kebijakan maupun pada saat
masalah publik. Secara lebih detail implementasi kebijakan.
dalam definisinya, Salamon Beberapa ilmuan
membedakan antara kebijakan, menempatkan instrumen kebijakan
instrumen dan program. Menurutnya dalam tahap perumusan
bahwa instrumen lebih umum formulasi/desain kebijakan. Desain
dibandingkan program. Dengan kebijakan melibatkan upaya yang
demikian program mewujudkan disengaja dan sadar untuk
instrumen dan menerapkannya pada menentukan tujuan kebijakan dan
bidang masalah tertentu. Oleh karena menghubungkan mereka dengan cara
itu, satu instrumen dapat digunakan yang berperan untuk dapat
pada banyak program yang berbeda mewujudkan tujuan-tujuan
dan bidang yang berbeda. Suatu kebijakan. Desain kebijakan, dalam
program hadir untuk mewujudkan pengertian ini, adalah bentuk spesifik
berbagai instrument. Sedangkan dari perumusan kebijakan yang

810
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

didasarkan pada pengumpulan kebijakan didorong untuk terus


pengetahuan tentang efek dari berupaya memikirkan cara/strategi
instrumen kebijakan yang digunakan untuk mencapai tujuan kebijakan
pada sasaran kebijakan dan yang telah ditetapkan. Oleh karena
penerapan pengetahuan untuk itu, penelitian instrumen kebijakan
pengembangan dan pelaksanaan dapat dilakukan dalam tahap
kebijakan mencapai hasil yang formulasi kebijakan maupun pada
diinginkan (Mukherjee dan Howlett, tahap implementasi kebijakan.
2015:2). Dalam hal ini, idealnya Sebagaimana mana disampaian oleh
instrumen kebijakan telah Howlett bahwa instrumen kebijakan
dirumuskan sebelum suatu kebijakan hadir pada setiap tahap dari proses
ditetapkan. Jadi dalam merumuskan kebijakan (policy tools and
kebijakan para aktor kebijakan instruments axist at all stages of the
merumuskan pula instrumen policy process) (Jordan dan
kebijakan yang akan digunakan Turnpenny, 2015:3).
untuk mencapai tujuan kebijakan Berdasarkan konsep-konsep
tersebut. yang ada, premis yang dibangun
Di sisi lain, beberapa ilmuan dalam tesis ini ialah kegagalan suatu
memfokuskan kajian instrumen kebijakan disebabkan tidak didukung
kebijakan pada tahap implementasi oleh instrumen kebijakan yang tepat
kebijakan. Dalam hal ini, instrumen atau memadai. Mengingat instrumen
kebijakan ditujukan untuk kebijakan merupakan cara/strategi
mengimplementasikan tujuan untuk mencapai tujuan kebijakan
kebijakan yang telah disusun (Jordan baik sebelum kebijakan ditetapkan
dan Turnpenny, 2015:3). Sejalan maupun setelah kebijakan
dengan itu, Guy Peter seorang ditetapkan. Tanpa ada cara atau
professor Public Policy dari strategi maka tujuan kebijakan akan
universitas Pitchburg, sulit untuk dicapai.Walaupun
mengungkapkan pula bahwa sebagian kalangan memberikan
instrumen kebijakan berkaitan erat perhatian pada tahap implemetasi
dengan studi implementasi, dimana sebagai kegagalan terbesar suatu
alat-alat atau instrumen yang dipilih kebijakan, namun dengan instrumen
oleh pemerintah dihubungkan kebijakan yang tidak tepat maka
dengan kapasitas pemerintah dalam akan menimbulkan implementasi
mengimplementasikan kebijakan yang tidak tepat pula karena
secara efektif (Peter, 2016:9). Dalam implementasi merupakan turunan
hal ini aktivtas perumusan instrumen dari instrumen kebijakan. Bahakn
dilakukan setelah kebijakan pada saat tertentu instrumen
diformulasikan. Pemahaman ini tidak kebijakan dapat menjadi kebijakan
berarti bahwa dalam perumusan itu sendiri serta membutuhkan
kebijakan tidak merumuskan instrumen-instrumen untuk mencapai
instrumen kebijakan, karena tujuannya.
kebijakan pada dasarnya terdiri dari
tujuan dan instrumen. Namun, demi
mencapai mencapai tujuan kebijakan
yang telah ditetapkannya, para aktor

811
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

Tipologi Instrumen Kebijakan penggunaan informasi (nodality),


kekuasaan legal (authority),
Sebagaimana telah keuangan (treasure), atau
disampaikan sebelumnya bahwa penggunaan organisasi formal
instrumen kebijakan merupakan cara, (organization) (Howlett & Ramesh,
teknik maupun strategi aktor 1995:81).
kebijakan untuk mencapai tujuan
kebijakan maka cara atau strategi Kesimpulan
yang dapat dipilih akan sangat
beragam. Sebagaimana dikatakan Kekhasan dan Kompleksitas
oleh Hoogerwerf bahwa isu kebencanaan di Indonesia, baik
keberagaman instrumen kebijakan dari perspektif teknis, geogorafis,
pada prinsipnya tidak terbatas hingga kultural dan budget,
(Hoogerwerf 1983:15). mengharuskan pelibatan dan
komprehensifitas perspektif, agar
Taxonomi Instrumen Kebijakan dapat mencapai derajat kesiapan
oleh Christopher Hood yang semakin baik, dan korban
minimal. Untuk itu selangkah
mundurpun kiranya dapat dipahami,
agar dapat dicapai “kelengkapan”
peta permasalahan dan tantangan
kebencanaan di Indonesia. Mapping
dimaksud adalah untuk mendapatkan
Sumber: Howlett, 2004:13 gambaran menyeluruh sebagai dasar
Banyaknya pilihan atas mendisain langkah-langkah strategis
instrumen kebijakan menyulitkan hingga program-program kebijakan
usaha ilmuwan untuk teknis operasional yang sampai
mengklasifikasikannya. Dengan tingkat tertentu antisipatif, dan
tujuan mempermudah mempelajari mampu meminimalkan dampak dan
instrumen kebijakan banyak ilmuan korban. Untuk itu maka instrumen
yang membuat tipologi-tipologi peta potensi rawan bencana adalah
tertentu atas instrumen kebijakan landasan pijakan pertama, diikuti,
yang sangat beragam tersebut. Salah instrumen daya dukung birokrasi dan
satu upaya bermakna dalam masyarakat menjadi instrumen
mengklasifikasian instrumen berikutnya. Instrumen-instrumen
kebijakan dilakukan oleh Christopher tersebut hendaknya kemudian
Hood seorang ilmuan pemerintahan dijabarkan ulang secara lebih
dari Universitas Oxford. Hood mendetail, terkait dengan program,
mengusulkan bahwa seluruh kebijakan, dan kegiatan2 tertentu
instrumen kebijakan memanfaatkan yang dibutuhkan dan dapat ddiukur
satu dari empat kategori derajat ketercapaiannya.
“kemampuan/ sumberdaya yang
dimiliki oleh pemerintah” (governing
resources). Hood berpendapat bahwa
pemerintah dapat menyelesaikan
masalah publik mengandalkan pada

812
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

Daftar pustaka Grafindo Persada; Jakarta;


1994
Agustinus Subarsono, Analisis Eugene Bardach, The
Kebijaksanaan Public: Konsep, Implementation Game : What
Teori dan Aplikasinya, Pustaka happens After a Bill Becomes a
Pelajar, Yogyakarta, 2005. Law, MIT Press, 1979.
Dennis Sabatier & Paul A Denhardt, Janet V. and Denhardt,
Mazmanian, Implementation Robert B.2003, The New Public
and Public Policy, Glenview, Service : Serving, not Steering,
III, Scott, Foresman, 1983. New York, M.E. Sharpe, Inc.
Donald Van Meter & C.E Van Horn, Dwiyanto,Agus, 1995, Penilaian
The Policy Implementation Kerja Organisasi Pelayanan
Process : A Conceptual Publik, Makalah disampaikan
Framework, 1975. pada Seminar Kinerja
Fadillah Putra, Paradigma Kritis Organisasi Publik, Fisipol
dalam Studi Kebijakan Publik, UGM, Yogyakarta.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Gibson, James L., Ivancevich, John
2001. M., Donnely JR., James H.,
Michael Hill & Peter Hupe, 1996, Organisasi, Perilaku,
Implementing Public Policy : Struktur, Proses, Edisi
Governance in Theory and in Kedelapan, Binarupa Aksara,
Practice, Sage Publication, Jakarta.
London, 2002. Kevin B. Smith, Christopher W.
Solichin Abdul Wahab, Analisis Larimer, 2009,The Public
Kebijaksanaan, dari Policy Theory Primer
Formulasi ke Implementasi ,,Westview Press, A Member
Kebijaksanaan Negara, PT. of the Perseus Books Group
Bumu Aksara, Jakarta, Lane, Jan-Erik, 1995, The Public
2003.Wayne Parsons, Public Sector, Concept, Models and
Policy ; Pengantar teori dan Approaches, Second Edition,
Praktik Analisis Kebijakan, Sage Publication, London.
Prenada Media, Jakarta, 2005. Michael Moran, Martin Rein, And
John W. Kingdon, Agendas, Robert E. Goodin, (eds),2006,
Alternatives, and Public Policy; The oxford handbook of Public
University of Michigan, USA, Policy , Oxford University
1984Arnold J. Meltsner, Press
Policy Analisyst in the Milles, Mattew B. & Huberman,
Bureaucracy; University of 1992, Analisis Data Kualitatif,
California Press, 1976 Jakarta, Universitas Indonesia
Irfan M. Islamy, Prinsip-prinsip Press.
Perumusan Kebijakan Negara; Robbins, Stephen P., 1996, Perilaku
Bina Aksara; Jakarta; 2003 Organisasi, Jilid I dan II, Edisi
Samudra Wibawa, Yuyun Kedelapan, PT. Prenhallindo,
Purbokusumo; Agus Jakarta.
Pramusinta; Evaluasi Salusu J., 1996, Pengambilan
Kebijakan Publik; PT. Raja Keputusan Strategik untuk

813
Jejaring Administrasi Publik, Vol. 8, No. 1. Januari-Juni 2016

Organisasi Publik dan Penelitian Survey, Edisi Kedua,


Organisasi Non Profit, LP3ES, Jakarta.
Gramedia Widiasarana Steers, Richard M., 1985, Efektifitas
Indonesia, Jakarta. Organisasi Kaidah Tingkah
Siagian, Sondang P., 1994, Patologi Laku (terjemahan), Erlangga,
Birokrasi, Bumi Aksara, Jakarta. Jakarta.
Singarimbun, Masri, dan Effendi,
Sofian, 1995, Metode

814

Anda mungkin juga menyukai