MANAJEMEN BENCANA
Mata Kuliah
MANAJEMEN BENCANA
Case Study
1. Lakukan identifikasi bencana yang potensial terjadi di Kalimantan Barat, pilih
salah satu sebagai kajian saudara !
2. Lakukan identifikasi penyebab dari bencana yang saudara pilih tersebut !
3. Masalah apa saja yang akan timbul ketika bencana tersebut terjadi? Paparkan
secara detail masalah yang ditimbulkan tersebut !
4. Lakukan penilaian masalah yang prioritas dari masalah-masalah yang timbul
akibat bencana !
5. Buatlah langkah penyelesaian dari bencana tersebut serta paparkan kemitraan
yang terlibat ?
Jawab :
1. Identifikasi Bencana yang Potensial yang terjadi di Kalimantan Barat
Menurut Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), tahun 2013 bencana
yang potensial terjadi di Kalimantan Barat adalah banjir, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, abrasi, kebakaran lahan dan
hutan, konflik sosial, epidemi dan wabah penyakit.
Sembilan kabupaten/kota yang memiliki skor tertinggi pada kelas risiko
tinggi terhadap bencana diatas adalah Ketapang dengan skor 192, Sambas
dengan skor 180, Pontianak dengan skor 180, Bengkayang dengan skor 178,
Singkawang dengan skor 178, Kayong Utara dengan skor 168, Kubu Raya
dengan skor 168, Kapuas Hulu dengan skor 163, dan Sintang dengan skor 156.
Serta lima kabupaten/kota yang memiliki skor sedang pada kelas risiko
sedang terhadap bencana diatas adalah Sekadau dengan skor 142, Melawi
dengan skor 132, Landak dengan skor 132, Sanggau dengan skor 132, dan Kota
Pontianak dengan skor 96.
Menurut data dari Pusat Krisis Kesehatan (PKK) Provinsi Kalimantan
Barat diatas, jumlah kejadian bencana berdasarkan jenis bencana pada tahun
2012-2017 banjir tercatat sebagai bencana tertinggi yang terjadi di Kalimantan
Barat.
4. Prioritas Masalah
Dengan melihat fakta diatas, maka diperlukan adanya kegiatan yang
bersifat (1) antisipasi (bersifat prefentif) yang lebih terpadu dari Pemerintah
Daerah kepada masyarakat yang rawan akan bencana banjir, (2) kegiatan yang
dapat dilakukan pada saat terjadi bencana banjir (kegiatan yang bersifat
kedarurat), (3) kegiatan pasca bencana banjir (bersifat recovery dan
rehabilitasi).
Untuk penyusunan program kegiatan rehabilitasi daerah bencana banjir
diperlukan (1) inventarisasi lokasi dan besaran bencana banjir, (2) inventarisasi
dampak sosial, lingkungan dan ekonomi bencana banjir, (3) penyusunan kriteria
dalam penanganan bencana banjir, (4) penyusunan prioritas penanganan
bencana banjir.
Penentuan prioritas penanganan banjir merupakan tindakan yang
diperlukan guna mengurangi kerugian masyarakat. Prioritas dalam hal ini
berupa penyelamatan jiwa manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana yang berisi prinsip prioritas, bahwa kegiatan penanggulangan harus
mendapatkan prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.
Prioritas penanganan banjir dapat diperoleh dengan melakukan teknik
overlay beberapa peta. Peta yang digunakan adalah peta kerawanan banjir, peta
penggunaan lahan, dan peta kepadatan penduduk. Peta kerawanan banjir dan
peta penggunaan lahan di analisis dengan dilakukan pengskoran terhadap
parameter yang berpengaruh terhadap bahaya banjir, semakin besar
pengaruhnya terhadap bahaya banjir maka akan diberi skor yang lebih besar.
Semakin intensif penggunaan lahan akan semakin besar skor.
Setelah pengskoran kemudian dilakukan overlay sehingga akan
menghasilkan peta bahaya banjir. Selanjutnya peta bahaya banjir di overlay
dengan peta kepadatan penduduk sehingga akan menghasilkan peta prioritas
penanganan banjir. Peta yang dihasilkan berguna sebagai bahan pertimbangan
wilayah yang dapat diprioritaskan penanggulangannya. Untuk kasus bencana
ini prioritas masalah yang utama yaitu kerusakan fasilitas kesehatan dan sistem
penyediaan air.
e. Pemberdayaan Masyarakat
Pada tahap bencana peran serta aktif masyarakat ditujukan untuk
membantu petugas kesehatan melalui kader-kader yang sudah terlatih
dalam kegawatdaruratan. Kader terlatih sebagai komponen SPGDT
diharapkan bersma Puskesmas dapat memberikan pertolongan awal
kasus gawat darurat sambil menunggu bantuan tim Kabupaten/Kota,
dan selanjutnya bergabung dengan tim kesehatan bencana dipos medis
lapangan, membantu tim gabungan dalam memberi bantuan darurat
yaitu pangan, sandang, tempat tinggal, kebutuhan air bersih, sanitasi.
3. Pasca Bencana
Penanganan masalah kesehatan yang terkait kegiatan paska bencana
Puskesmas merupakan bagian dari Satgas Kesehatan. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap pasca bencana meliputi :
a. Surveilans Penyakit Potensial Kejadian Luar Biasa Lanjutan
Rusaknya lingkungan akibat bencana dapat berpengaruh pada
kesehatan masyarakat seperti rusaknya sarana air bersih, sarana jamban,
munculnya bangkai dan vektor penyebar penyakit yang merupakan
potensi menimbulkan kejadian luar biasa.
Untuk mencegah terjadinya terjadinya KLB maka Puskesmas
bersama Satgas Kesehatan melakukan pemantauan terhadap kejadian
beberapa kasus penyakit seperti Diare, Malaria, ISPA, Kholera,
keracunana makanan melalui hasil kegiatan pelayanan kesehatan,
faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan masalah penyakit antara
lain vektor penyakit (nyamuk, lalat, tikus), kecukupan air bersih, sarana
jamban, sarana pembuangan air limbah dan status gizi penduduk rentan
(bayi, anak, balita ibu hamil, ibu bersalin)
b. Pemantauan Sanitasi Lingkungan
Kegiatan pemantauan sanitasi lingkungan paska bencana
ditujukan terhadap kecukupan air bersih, kualitas air bersih,
ketersediaan dan sanitasi sarana mandi, cuci kakus, sarana pembuangan
air limbah termasuk sampah dilokasi pemukiman korban bencana.
Pemantauan juga dilakukan terhadap vektor penyebab penyakit.
c. Upaya Pemulihan Masalah Kesehatan Jiwa dan Masalah Gizi pada
Kelompok Rentan
Stress paska trauma yang banyak dialami oleh korban bencana
dapat diatasi melalui konseling dan intervensi psikologis lainnya, agar
tidak berkembang menjadi gangguan stress paska trauma. Masalah gizi
pada kelompok rentan (Balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia
lanjut) memerlukan pemantauan dan pemulihan melalui pemberian
makanan tambahan yang sesuai dengan kelompok umur untuk
menghindari terjadinya kondisi yang lebih buruk.
d. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat paska bencana yang dilakukan oleh
Puskesmas ditujukan agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan
untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat terhadap
kemungkinan timbulnya masalah kesehatan. Upaya pemberdayaan
tersebut mencakup :
Perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
dipenampungan darurat/pengungsian.
Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penyakit yang timbul paska
bencana.
Perbaikan kualitas air dengan penjernihan dan kaporisasi sumber daya
air yang tersedia.
Membantu pengendalian vector penyakit menular dalam rangka
system kewaspadaan dini KLB. (Ditjen Binkesmas Depkes, 2005).