kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya,
Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah SWT adalah
pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia dan lain sebagainya.
Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap muslim maka akan
terimplementasikan dalam realita bahwa Allah SWT –lah yang pertama kaliharus dijadikan
prioritas dalam berakhlak. Jika diperhatikan, akhlak kepada Allah SWT ini merupakan
pondasi atau dasar dalam berakhlak kepada siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika
seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah SWT, maka ia tidak akan memiliki
akhlah positif terhadap siapapun.
Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah
SWT, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang
lain. Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus mempunyai
akhlak kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW –lah, satu-satunya manusia
terhebat di dunia ini. Yang telah membawa banyak perubahan bagi dunia yang fana ini, dan
beliaulah cahaya yang menerangi bumi yang dulu kala gelap gulita. Yang sering dijuluki
kekasih Allah SWT. Karena perilakunya beliau pula lah, yang sangat patut untuk di contoh,
ditiru dan di amalkan kesehariannya oleh kita para umatnya.
A. AKHLAK TERHADAP ALLAH
1. Definisi Akhlak Kepada Allah
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.
Sikap atau perbuatan itu memiliki cirri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah
disebut dalam latar belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa
manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan
manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini
sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai
berikut :
َ اْل ْن
ََسانُ ِم َّم ُخ ِلق ُ ( فَ ْالــ َي ْن۵) ق
ِ ْ ظ ِر َِ ِص ْل ِب َوالت َّ َرآئ
ٍَ ِ( ُخ ِلقَ ِم ْن َمآءٍ دَاف۶) ب ًّ ( َي ْخ ُر ُج ِم ْن َب ْينِال۷)
Artinyaَ :َ “(5).َ Makaَ hendaklahَ manusiaَ memperhatikanَ dariَ apakahَ diaَ
diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar
dariَtulangَsulbiَ(punggung)َdanَtulangَdada”.
Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT dalam syrat
An-Nahl ayat 78 :
ط ْونِأ ُ َّم َها ِت ُك ْمالَتَ ْع َل ُم ْونَ َش ْيئًا
ُ ُ َوالل ُهأَخـْ َر َج ُك ْم ِم ْنب, َ ار َو ْاْل َ ْفئِدََة
َ صَ َو َجعَلَلَ ُك ُمالس َّْم َع َو ْاْل َ ْب,
ََ( لَـ َعلَّ ُك ْمتَ ْش ُك ُر ْون۷۸)
Artinyaَ :َ “(78).َ Danَ Allahَ telahَ mengeluarkanَ kamuَ dariَ perutَ ibumuَ dalamَ
keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran,
penglihatanَdanَhatiَagarَkamuَbersyukur”.
Ketiga, karena Allah SWT –lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT
dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :
ْ َس َّخ َرلَ ُك ُم ْالبَحْ َر ِلتَجْ ِريَ ْالفُ ْل َُك ِف ْي ِهبِأ َ ْم ِره َِو ِلتَ ْبتَغُ ْو ِام ْنف
ََض ِل ِه َولَعَلَّ ُك ْمت َ ْش ُك ُر ْون َ ( الل ُهالَّ ِذ ْي۱۲)
ُام ْن َه ِ ىاْل َ ْر
ِ ًض َج ِم ْيع ْ ِس َم َاواتِ َو َماف
َّ س َّخ َرلَ ُك ْم َمافِىال
َ َو, ََ( إِنَّ ِفىذَا ِلك َِِليَات ِل َق ْومٍ َيت َ َف َّك ُر ْون۱۳)
Artinyaَ:َ“(12).َAllahَ-lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat
berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia
menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya
(sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’َayatَ70َ:
َط ِِّيبَاتِ َوفَض َّْلنَاه ُْم َعلَى َك ِثب ٍْر ِم َّم ْن
َّ ىالبَ ِ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْقنَا ُه ْم ِمنَال
ْ َولَقَدْك ََّر ْمنَا َبنِيْأدَ َم َو َح َم ْلنَا َُه ْم ِف
ًال ِ ( َخلَ ْقنَات َ ْف۷٠ )
َ ض ْي
Artinyaَ:َ“(70).َDanَsungguh,َKamiَtelahَmuliakanَanak-anak cucu Adam dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan
kelebihanَ yangَ sempurna”. Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu
untuk berakhlak kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur
yang tepat dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang
muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
2. Macam-macam Akhlak Terhadap Allah
a. Taat Terhadap Perintah-Nya
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada
Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah –Nya., padahal
Allah SWT –lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah
SWT berfirman dala Al-Qur’anَsuratَAn-Nisa ayat 65 :
Artinyaَ :َ “Makaَ demiَ Tuhanmu,َ mereka tidak beriman sebelum mereka
menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya”.َKendatiَdemikian,َtaatَkeadaَAllahَSWTَmerupakanَkonsekwensiَ
keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini
merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam Sebuah hadits,
Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda :
“Tidakَ berimanَ salahَ seorangَ diَ antaraَ kalian,َ hinggaَ hawaَ nafsunyaَ
(keinginannya) mengikuti apa yang telah dating dariku (Al-Qur’anَ danَ
Sunnah)”.َ(HR.َAbiَAshimَAl-Syaibani)
b. Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha, dalam surat Al-
Mulk ayat 15 di jelaskan, bahwa manusia di syariatkan berjalan di muka bumi
utuk mecari rizky dengan berdagang, bertani dan lain sebagainya. Sahl At-
Tusturiَmengatakan,َ“Barangَsiapaَmencelaَusahaَ(meninggalkanَsebab)َmakaَ
dia telah melncela sunatullah (ketetentuan yang Allah SWT ciptakan). Barang
siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah SWT) maka dia telah
meninggalkanَkeimanan”.
b. Taat
“Haiَ orang-orang yg beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalikanlah hal itu kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih
utama dan lebihَ baikَ akibatnya.”َ Allahَ SWTَ menyeruَ hamba-hamba-Nya yg
berimanَdenganَseruanَ“Haiَorang-orangَygَberiman”َsebagaiَsuatuَpemuliaanَ
bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan
menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap
menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada
Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-
larangan -Nya. Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri apabila dalam
memerintah mereka menyeruَkepadaَygَma’rufَdanَmencegahَygَmunkar.َAkanَ
tetapi jika mereka menyuruh kepada hal-hal yg dapat melalaikan kewajiban
untuk taat kepada Allah SWT atau bahkan menyuruh perbuatan yang melanggar
aturan Allah SWT maka tiap kita kaum muslimin tidak boleh menaatinya.
RasulullahَSAWَtelahَbersabdaَygَartinyaَ“Sesungguhnyaَketaatanَituَ
hanyaَ dalamَ halَ ygَ ma’rufَ danَ tidakَ adaَ ketaatanَ terhadapَ makhlukَ dalamَ
maksiat terhadap sang Khaliq. Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum
muslimin atau antara mereka dengan Ulil Amri atau sesama Ulil Amri maka
wajib baginya mengembalikan persoalan itu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
yaitu dgn merujuk kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Jika benar-benar
beriman seseorang hanya akan kembali kepada kitabullah dan unnah Rasul-Nya
dalam menyelesaikan segala perkara dan tidak akan berhukum kepada selain
keduanya. Jika tidak maka iman seseorang dapat diragukan dari ketulusannya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat
kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT
sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun
yang tersembunyi.
Iman kepada hari akhir akan membuat seseorang berpikir akan akibat
segala perbuatannya yg dilakukannya di dunia. Pada hari akhir seluruh amal
anak Adam akan dibalas, jika baik maka baik pula balasannya, namun jika
buruk maka buruk pula balasannya. Boleh jadi seseorang dapat menghindari
hukuman di dunia namun tidak akan dapat seseorang menghindar dari hukuman
akhirat. Dalam hal taat dan mengembalikan segala perselisihan kepada Allah
dan Rasul-Nya terdapat kebaikan bagi orang-orang mukmin baik di dunia
maupun di akhirat. Akibatnya lebih baik bagi mereka dari pada bermaksiat
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya atau kembali kepada selain-Nya. Perlu kita
ketahui bahwa apabila manusia berlepas diri dari hukum Allah SWT niscaya
mereka menjadi budak-budak setan dan hawa nafsu. Hal itu akan membuat
seseorang dapat berhenti berselisih. Seseorang ingin mendapatkan kebebasan
mutlak tetapi yang terjadi justru adalah menjadi budak setan dan hawa nafsunya.
e. Ziarah
Kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu ziaroh, yang berarti masuk atau
mengunjungi. Yaitu kunjungan yang dilakukan oleh orang islam ketempat
tertentu yang dianggap memiliki nilai-nilai sejarah. Namun sering kali kata
ziarah disebut oleh kebanyakan orang adalah berkunjung ke makam dan dan
mendoakannya sambil mengingat akan diri sendiri dan mengambil pelajaran
tentang kematian. Kegiatan berziarah tersebut terbagi dua bagian, yakni
beerziarah menurut syari’atَ danَ berziarahَ yangَ berbentukَ bid’ah. Pada awal
sejarah islam, yang namanya ziarah itu diharamkan bagi laki-laki maupun
perempuan, dikarenakan hawatir akan goncangnya keimanan. Namun, ketika
aqidah umat islam sudah demikian mantapdan telah diketahui hukum berziarah
serta tujuannya, maka dibolehkan karena pula ada hadits yang
membolehkannya.َMadzhabَsyafi’iَberpendapatَbahwaَziarahَkuburَhukumnyaَ
sunnah, sedangkan kaum wahabi mengatakan bahwa ziarah kubur hukumnya
mubah.
3) Menjaga Kesehatan
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’minَ yangَ kuatَ
lebihَdicintaiَAllahَdariَmu’minَyangَlemah,َdanَmasing-masing memiliki
kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan
mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila
engkauَditimpaَsesuatuَmakaَkatakanlahَ“Qodarullohَwaَmaaَsyaa’aَfa’al,َ
Telahَ ditakdirkanَ olehَ Allahَ danَ apaَ yangَ Diaَ kehendakiَ pastiَ terjadi”.َ
(HR. Muslim)
2) Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu
diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan
pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab,
merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak
selain Dia.Firman Allah SWT :
َ َرقِيبًا َعلَ ْي ُك َْم
َللاَ ا َِّن
Artinyaَ:َ“SesungguhnyaَAllahَituَmahaَmengawasimu.”َ(QS.َAn-Nisa : 1)
3) Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada
suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Firman Allah SWT
yang Artinya : “Haiَ orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
MahaَMengetahuiَapaَyangَkamuَkerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
4) Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan
hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena,
menganggur, tenggelam dalam nafsu yang mengembuskan syahwat,
kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.Firman Allah
SWT yang Artinya : “Danَakuَtidakَmembebaskanَdirikuَ(dariَkesalahan),َ
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali
nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
PengampunَlagiَMahaَPenyanyang.” (QS. Yusuf : 53)
ل يَا
ََ سو ََّ ن
ُ َللاِ َر ََّ ْن ِلي ِإ َ ل أ ُ ْهدِي أ َ ِِّي ِه َما فَإِلَى َج
َِ اري ََ ك أ َ ْق َر ِب ِه َما ِإلَى قَا
َِ َبابًا ِم ْن
“WahaiَRasulullahَsayaَmemilikiَduaَtetanggaَlaluَkepadaَsiapaَdariَkeduanyaَ
aku memberi hadiah? Beliau menjawab: kepada yang pintunya paling dekat
kepadamu.”
d. Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara
yang mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa
oksigen, manusia tidak dapat hidup. Tuhan beberapa kali menyebut angin
(udara) dan fungsinya dalam proses daur air dan hujan. Firman Allah swt dalam
QS. al-Baqarah (2): 164, Terjemahnya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari
langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)
-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-
tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Udara
merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang
meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur yang
seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air,
udara dan api. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern telah
membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana, akan
tetapi merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur. Air misalnya,
terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah yang terbentuk
dari belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian ratus unsur,
dengan dua unsur yang paling dominan, yaitu nitrogen yang mencapai sekitar
78,084 persen dan oksigen sebanyak 20,946 persen. Satu persen sisanya adalah
unsur-unsur lain. Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam
ini, bahwa Dia menciptakan udara dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif
sebagai kandungan mayoritasnya, yaitu 78 persen dari udara. Kalau saja
kandungan udara akan gas nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan
bunga-bunga api dari angkasa luar karena mudahnya menembus lapisan bumi
(hal itu yang kerap kali terjadi) dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada
permukaan bumi. Fungsi lain dari udara/angin adalah dalam proses
penyerbukan/ mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS.
al-Hijr (15): 22 sebagai berikut : Terjemahnya : Dan Kami telah meniupkan
angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari
langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah
kamu yang menyimpan-nya. Dengan Di antara sekian banyak manfaat angin
adalah kemampuannya dalam menggerakkan kapal-kapal untuk terus berlayar
dengan izin Allah. Angin berfungsi juga untuk mengalirkan air dari satu tempat
ke tempat lain, dan yang menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai
permukaan air. Dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa
benih-benih yang menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran
tumbuh-tumbuhan ke berbagai belahan bumi. Sungguh, nikmat udara
merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan demikian, manusia dituntut
untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan Allah
kepada mereka, dengan melestarikannya bukan dengan mencemarinya dan
merusaknya, yang akan membawa mudharat bagi dirinya dan makhluk ciptaan
Allah Swt, lainnya.
e. Air
Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air,
sumber kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt,
berfirman dalam QS. al-Anbiya’َ (21)َ ,َ yakniَ “ي ٍِّ ش ْيءٍ َح ِ ”و َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم
َ اء ك َّل َ (Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup). Pada hakekatnya, air adalah
kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi karena Allah menyediakannya
di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak menghargai
air sebagaimana mestinya. Namun satu hal penting yang layak direnungkan,
bahwa air bukanlah komoditas yang bisa tumbuh dan berkembang. Ia tidak
sama, misalnya dengan kekayaan nabati atau hewani, sebab itulah Allah swt,
mengisyaratkan dalam QS. al-Mu’minunَ (23): Terjemahnya : Dan Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya. Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup
tanpa air, sementara kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan
melestarikan kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-kali melakukan
tindakan-tindakan kontra produktif, yaitu dengan cara mencemarinya, merusak
sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan tidak menggunakan air secara
berlebih-lebihan (israf), menurut ukuran-ukuran yang wajar.
Larangan mencemari air
Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini
seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat
mengotori sumber air. Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya
terbatas pada kencing, buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain.
Bahkan banyak ancaman pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan
berpengaruh dari semua itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia,
zat beracun yang mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra.
Penggunaan air secara berlebihan.
Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu
penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang
murah dan tidak berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir
yang mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan
dengan QS. al-An’amَ(6),َyakni َ( َو ََل تس ِْرفوا ِإنَّه ََل ي ِحبُّ ْالمس ِْرفِينDan janganlah
kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlaku israf).