Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Mitigasi Bencana ini.
Penyusun laporan ini merupakan prasyarat yang harus ditempuh untuk mengikuti
mata kuliah Mitigasi Bencana di Fakultas Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
Malang.
Laporan Tugas Mitigasi Bencana ini tentu saja banyak pihak yang turut membantu,
untuk itu penyusun ingin berterima kasih kepada :
1. Ir. Ussy Andayawanti, MS., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Mitigasi Bencana.
2. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya Laporan Mitigasi Bencana ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan
saran sangatlah diharapkan dengan tujuan memberi masukan untuk kedepannya.
Akhir kata semoga penyusunan Laporan Tugas Mitigasi Bencana ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang, 13 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv
BAB I ..................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 1

1.4 Manfaat ....................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Bencana ................................................................................................... 4

2.2 Pengertian Banjir Bandang ...................................................................................... 4

2.3 Karateristik Banjir Bandang .................................................................................... 4

2.4 Faktor Penyebab Banjir Bandang............................................................................ 5

2.5 Dampak Terjadinya Banjir Bandang ...................................................................... 7

BAB III................................................................................................................................ 11
3.1 Manajemen Bencana ............................................................................................... 11

3.2 Siklus Manajemen Bencana .................................................................................... 15

3.3 Manajemen Bencana Banjir ................................................................................... 20

3.4 Mitigasi Bencana Banjir .......................................................................................... 21

3.5 Penanggulangan Bencana Banjir ........................................................................... 23

BAB IV ................................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 27

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daerah Penguasaan Sungai .......................................................................……….4


Gambar 2.2 Skema bantaran sungai yang tergenang oleh banjir ..................................……….4
Gambar 2.3 Peristiwa Banjir Bandang..........................................................................……….5
Gambar 2.4 Peristiwa Banjir Lahar ..............................................................................……….6
Gambar 2.5 (a) Banjir Kilat, (b) Banjir luapan sungai (c) Banjir pantai………………………7
Gambar 2.6 (a) Penebangan hutan (b) Pemukiman kumuh (c) Membuang sampah tidak pada
tempatnya ......................................................................................................................……….9
Gambar 3.1 Skema manajemen bencana. .....................................................................……...12
Gambar 3.2 Siklus manajemen bencana. ......................................................................……...15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Siklus Penangulangan Banjir............19

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana Alam merupakan salah satu fenomena alam yang mengancam
keberlangsungan hidup manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan bisa berupa
kerugian materi maupun nonmateri. Bencana tersebut bisa dicontohkan seperti
banjir, tanah longsor, gempa bumi ada pula bencana non alam seperti kebakaran
gagal teknologi, gagal modernisasi, konflik sosial antar kelompok dan teror.
Bencana merupakan sebuah fenomena kehidupan manusia yang tidak dapat
diketahui secara pasti kapan terjadinya. Manusia hanya mampu mengenali
gejalagejala awal dan memprediksi terjadinya. Kecanggihan teknologi yang
diciptakan manusia terkadang hanya mampu menjelaskan gejala awal ini,
sehingga kejadian detil dari bencana itu hanya dalam prediksi manusia. Meskipun
demikian, dengan kemampuan mengenali gejala-gejala awal dari sebuah bencana
manuisa dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi becana. Persiapan itu
meliputi persiapan sebelum terjadinya bencana, ketika terjadi bencana, dan pasca
terjadinya bencana. Artinya, kesiapan yang dilakukan oleh manusia dapat
dilakukan ketika dapat mengenali gejala awal, tingkat resikonya dan lain
sebagainya.
Banjir bandang merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di
Indonesia dan menyebabkan kerugian yang sangat besar oleh karena itu
diperlukan langkah mitigasi dan manajemen bencana yang tepat agar kerugian
dapat diminimalisir.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi pokok permasalahan adalah:
1. Apa pengertian dari manajemen bencana?
2. Apa tujuan manajemen bencana?
3. Apa saja tahapan manajemen bencana?
4. Bagaimana upaya mitigasi banjir bandang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen bencana.
2. Untuk mengetahui tujuan manajemen bencana.
3. Untuk mengetahui tahapan manajemen bencana.
4. Untuk mengetahui upaya mitigasi banjir bandang
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan mengenai arti penting manajemen bencana.
2. Memahami tentang tindakan apa yang harus dilakukan saat menghadapi
bencana baik itu sebelum bencana, saat bencana dan sesudah bencana

2
3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
alam atau nonalam. Sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Sedangkan pengertian bencana menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Coburn A W
Menurut Coburn A W pengertian bencana alam adalah suatu kejadian atau
serangkaian kejadian yang mengakibatkan adanya korban dan atau kerusakan,
kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana
kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas normal.
2. Heru Sri Haryanto
Menurut Heru Sri Haryanto definisi bencana alam adalah terjadinya kerusakan
pada pola pola kehidupan normal, bersifat merugikan kehidupan manusia, struktur
sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat.
3. Kamadhis UGM
Menurut Kamadhis UGM pengertian bencana alam adalah serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam, sehingga peristiwa tersebut
mengakibatkan kerugian materi, korban jiwa, dan kerusakan lingkungan.
2.2 Pengertian Banjir Bandang.
Salah satu bencana yang relatif baru dikenal dan akhir-akhir ini muncul
dengan intensitas cukup tinggi adalah apa yang disebut sebagai “banjir bandang”
(flash flood). Banjir bandang merupakan aliran air dalam jumlah besar yang
mengalir dari hulu sungai (sebagai pengirim) ke hilir (sebagai penerima) dengan
kecepatan yang tinggi.
Banjir bandang merupakan banjir yang terjadi secara tiba-tiba pada wilayah
dataran rendah yang dipicu oleh curah hujan hujan tinggi atau ketika terdapat
bendungan alam/buatan yang jebol. Kondisi ini terjadi jika tanah menjadi sangat
jenuh dengan air yang menyebabkan volume air yang besar tidak dapat diserap ke

4
dalam tanah, sehingga menyebabkan terjadinya luapan air dengan cepat pada sisi
tebing yang akan menyapu berbagai macam material yang terdapat sepanjang
daerah aliran. Banjir bandang biasanya terjadi secara tiba-tiba sehingga sangat
membahayakan.
Banjir bandang dibedakan karakteristiknya dengan banjir pada umumnya oleh
kecepatan arus air, waktu genangan air yang relatif cepat hilang yaitu kurang dari
6 jam, viskositas aliran tinggi, membawa material lumpur, kerikil batu dan
pepohonan serta apa saja yang disapunya dalam perjalanan air dari hulu ke hilir,
serta wilayah terdampak relatif lebih sempit dari banjir biasa.
Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan dasar
sungai curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat dan limpasannya dapat
membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta merusak atau
menghanyutkan apa saja yang dilewati namun cepat surut kembali. Beberapa
kejadian banjir bandang yang terekam adalah banjir bandang Bohorok 2003
(Sumatera Utara), banjir bandang Sinjai 2006 (Sulawesi Selatan), Situ Gintung
2009 (Banten), banjir bandang Wasior 2010 (Papua Barat) dan Way Ela (2013).
2.3 Karateristik Banjir Bandang
Jenis- jenis banjir yang berbeda- beda mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda pula antara jenis satu dengan jenis yang lainnya. Masing- masing dari banjir
mempunyai ciri khasnya masing- masing, termasuk juga dengan banjir bandang
ini. Banjir bandang setidaknya mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut:
1. Datang dengan tiba-tiba
Salah satu ciri yang khas yang dimiliki oleh banjir bandang adalah terjadi
dengan cara yang tiba- tiba. Banjir bandang ini terjadi karena air yang berada di
suatu wilayah sudah mengalami kejenuhan, sehingga datangnya banjir ini dengan
tiba- tiba, dan biasanya datangnya air yang tiba- tiba ini langsung bersifat besar,
dan tidak perlahan- lahan seperti banjir yang terjadi karena luapan air sungai atau
semacamnya.
2. Disebabkan oleh hujan lebat yang turun tidak kunjung berhenti
Ciri- ciri selanjutnya yang dimiliki oleh banjir bandang adalah terjadi karena
hujan lebat yang bersifat terus- menerus atau tidak kunjung berhenti. Maka dari
itu banjir bandang ini terjadi setelah hujan lebat turun dalam durasi waktu yang

5
lama pula. Biasanya banjir bandang ini akan terjadi maksimal selama enam jam.
Dengan kata lain, banjir bandang biasanya terjadi kurang dari enam jam.
3. Durasi terjadinya banjir relatif singkat
Ciri khas dari banjir bandang yang selanjutnya adalah terjadi dalam durasi
yang cukup singkat. Banjir bandang ini bukanlah tipe banjir yang datang dan
berlama- lama menggenangi daerah yang dilewatinya. Banjir bandang merupakan
tipe banjir yang terjadi dalam durasi yang cukup singkat. Meskipun singkat, banjir
bandang ini dapat juga menggenangi. Namun genangan air yang diakibatkan oleh
banjir bandang ini relatif tidak banyak. Hanya sedikit genangan yang menempati
daerah yang lebih rendah. Dan ini terjadi ketika banjir surut.
4. Viskositas aliran yang tinggi
Banjir bandang juga merupakan tipe banjir yang mempunyai viskositas tinggi.
5. Tinggi genangan air di antara 3 hingga 6 meter
Meskipun telah disebutkan sebelumnya bahwa banjir bandang merupakan tipe
banjir yang tidak menimbulkan genangan yang terlalu banyak, namun bukan
berarti tidak ada genangan sama sekali. Banjir bandang tetap merupakan suatu
genangan, hanya saja air yang akan menggenangi itu datangnya dengan tiba- tiba
dan berlangsung dalam durasi yang tidak terlalu lama (biasanya maksimal 6 jam).
Tinggi genangan air akibat banjir bandang ini mempunyai ukuran antara 3 hingga
6 meter.
6. Membawa beberapa material lainnya
Ciri khas yang menonjol linnya dari banjir bandang adalah banjir bandang ini
memuat banyak sekali material- materian yang bisa dibawa oleh air banjir
tersebut. Beberapa material yang dapat dibawa oleh air dari banjir bandang antara
lain lumpur, kerikil, batu, hingga pepohonan. Ya, arus dari banjir bandang yang
kuar terkadang mampu mengangkut kayu- kayu pepohinan yang seresrakan di
tanah, atau bahkan bisa mencabut pepohonan yang ukurannya lebih kecil. Oleh
karena banyaknya material yang diangkut ini menyebabkan banjir bandang ini
sebagai bencana yang menyebabkan banyak sekali kerugian material.
Itulah beberapa karakteristik ataupun ciri- ciri yang dimiliki oleh banjir
bandang ini. Ciri- ciri atau karakteristik ataupun sifat yang disebutkan di atas

6
merupakan sifat yang melekat kuat yang dimiliki oleh banjir bandang yang bisa
membedakannya dengan jenis banjir- banjir yang lainnya.
2.4 Faktor Penyebab Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan suatu bencana alam. Bencana alam yang terjadi
ini dapat terjadi karena dipicu oleh berbagai faktor. Bagaimanapun juga bencana
alam terjadinya terjadi karena berbagai hal yang berada di belakangnya. Faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya banjir bandang ini antara lain:
1. Hujan deras yang terjadi terus-menerus atau dalam durasi yang cukup lama
Salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya banjir bandang adalah
turunnya hujan yang terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama. Hujan
yang turun terus menerus akan menyebabkan terjadinya banjir dan juga genangan
air. Hal ini karena debit air yang turun dari hujan tersebut akan semakin banyak-
dan banyak. Hal ini tentu saja akan menyebabkan sungai menjadi kelebihan
jumlah air dan akibatnya bisa meluap. Sungai yang meluap tersebut akan
menjadikan air meluap- luap dan menggenangi area tertentu. Dan inilah
yang penyebab banjir bandang terjadi.
2. Terbentuknya bendungan yang berada di hulu
Salah satu faktor yang manyebabkan terjadinya banjir bandang yang
selanjutnya adalah adanya bendungan yang berada hulu. Hulu ini merupakan
bagin yang lebih tinggi nya nantinya bisa mengalirkan air ke hilir. Ketika bahian
hulu ini sudah penuh terisi air, maka air tersebut akan membludak atau
menumpahkan air tersebut ke area yang berada di sekelilingnya. Hal inilah salah
satu yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di suatu wilayah.
3. Geometri di daerah aliran sungai yang menunjang antara bagian hulu dan juga
hilir
Terjadinya banjir bandang juga bisa disebabkan oleh karena geometri di
daerah aliran sungai yang menunjang antara bagian hulu dan juga di bagian hilir.
4. Membuang sampah sembarangan
Kita semua tahu bahwasannya membuang sampah sembarangan akan
menyebabkan terjadinya bencana alam berupa banjir. Bencana alam berupa banjir
yang bisa disebabkan karena membuang sampah sembarangan di sungai salah
satunya adalah bencana banjir bandang. Ketika orang membuang sampah di

7
sungai maka sampah- sampah yang dibuang di sungai tersebut akan mengendap di
dasar sungai. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pendangkalan di dasar sungai.
Ketika terjadi pendangkalan ini maka jumlah muatan air yang tertampung di
dalam sungai akan menjadi berkurang jumlahnya, akibatnya sungai akan mudah
sekali membludak atau meluap. Karena sungai mudah sekali meluap inilah yang
akan menyebabkan terjadinya banjir bandang.
5. Mendirikan bangunan liar yang berada di sekitar sungai
Lahan kosong dapat berfungsi sebagai penyerap air hujan ketika turun. Ketika
lahan- lahan kosong ini tidak digunakan dengan semestinya maka hal ini akan
akan menyebabkan air yang dapat terserap ke dalam tanah tidak maksimal. Ketika
air yang terserap ini tidak maksimal, maka hal ini akan menyebabkan banjir.
Terlebih apabila lahan yang disalah gunakan tersebut adalah lahan yang berada di
sekitar sungai. Maka hal ini akan semakin membuat banjir bandang mudah sekali
terjadi di daerah yang demikian tersebut.
6. Penggundulan pepohonan
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya pepohonan mempunyai
banyak sekali manfaat. Salah satu manfaat yang dimiliki oleh pepohonan adalah
untuk menyerap air agar dapat tersimpan ke dalam tanah dan merupakan cara
menghindari banjir. Ketika pepohonan yang tumbuh di lingkungan menjadi
sedikit, maka hal ini akan membuat penyerapan air menjadi sedikit terganggu.
Akibatnya akan banyak air yang tidak diserap atau penyerapan menjadi kurang
maksimal. Ketika air yang tidak bisa diserap jumlahnya terlalu banyak, maka akan
meningkatkan resiko terjadinya banjir bandang.
2.5 Tanda-tanda akan Terjadi Banjir Bandang
Meskipun terjadinya banjir bandang ini secara tiba- tiba, namun bukan berarti
datangnya banjir bandang ini tidak dapat diprediksi. Kedatangan banjir bandang
ini bisa kita prediksi dengan cara kita melihat dari tanda- tandanya. Ada beberapa
tanda yang menunjukkan akan terjadinya banjir bandang yang akan
mengganggu lapisan atmosfer bumi. Tanda- tanda akan terjadinya banjir bandang
antara lain sebagai berikut:
 Air berubah warna menjadi keruh

8
Salah satu tanda yang menyebabkan akan terjadinya banjir bandang adalah
adanya perubahan pada air sungai dari yang semula jernih menjadi keruh secara
tiba- tiba.
 Terdapat banyak ranting pepohonan maupun sampah yang mengalir di sungai
Salah satu tanda akan terjadinya banjir bandang yang selanjutnya adalah
apabila kita menemui banyak sampah ataupun ranting pepohonan yang hanyut
terbawa arus sungai. Padahal bila kita amati sebelumya, ranting dan sampah
tersebut pada mulanya tidak ada. Hal ini merupakan salah satu tanda akan
terjadinya banjir bandang.
 Di bagian hulu sungai terlihat langit yang berwarna gelap
Tanda atau ciri- ciri akan terjadinya banjir bandang yang selanjutnya adalah
adanya ketika kita melihat ada awan hitam yang berada di arah hulu sungai.
Ketika kita melihat adanya awan hitam tersebut maka mengindikasikan terjadi
hujan lebat di daerah hulu sungai tersebut. Hujan yang lebat di daerah hulu sungai
akan membangkitkan peluang terjadinya banjir bandang. Maka dari itulah ketika
kita melihat awan hitam yang berada di hulu sungai sebaiknya kita segera
menjauhi daerah sekitar aliran sungai, karena berpotensi terjadinya banjir dandang
tersebut.
2.6 Dampak Terjadinya Banjir Bandang
Semua jenis bencana alam dapat menimbulkan kerugian ataupun dampak
negatif. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerugian material maupun non
material. Tidak terlepas juga dengan banjir bandang. Beberapa dampak negatif
yang ditimbulkan akibat banjir bandang antara lain:
1. Merusak berbagai macam sarana dan prasarana umum
Salah satu dampak yang paling besar dan paling terlihat dari adanya banjir
bandang adalah rusaknya berbagai macam fasilitas umum dan juga sarana dan pra
sarana yang ada di sekitar masyarakat. Beberapa macam sarana dan pra sarana
yangmungkin dapat rusak karena terjadinya banjir bandang ini antara lain jalan
umum, jembatan, gedung, perumahan dan lain sebagainya sehingga akan
mengganggu ruang publik untuk kehidupan manusia.
2. Merusak aset pribadi

9
Selain merusak berbagai macam fasilitas umum ataupun sarna dan prasarana
umum, banjir bandang ini juga merusak berbagai aset pribadi yang dimiliki oleh
seseorang. bagaimanapun juga material serta kuatnya arus yang ditimbulkan oleh
banjir bandang dapat menghanyutkan berbagai macam barang yang dimiliki oleh
masyarakat. Tidak hanya barang saja, namun banjir bandang ini juga dapat
merusak bangunan- bangunan rumah.
3. Merusak jaringan listrik
Dampak selanjutnya yang dihasilkan dari banjir bandang adalah
terganggunya aliran listrik. Bahkan bisa saja aliran listrik menjadi putus ataupun
mati total karena adanya banjir bandang ini. aliran dari air yang ditimbulkan oleh
banjir bandang dapat berupa arus yang kuat, sehingga akan menyebabkan
rusaknya tiang- tiang listrik ataupun kabel- kabel listrik. Hal ini akan berakibat
paad putusnya jaringan listrik. Belum lagi jika ada pohon tumbang ataupun
bangunan yang roboh.
4. Mengganggu aktivitas sehari- hari
Yang namanya bencana alam merupakan suatu peristiwa yang akan merusak
atau mengganggu aktivitas sehari- hari oleh manusia. Hal ini juga brlaku pada
banjir banidang. Terjadinya banjir bandang ini sudah otomatis mengganggu
aktivitas sehari- hari masyarakat, atau bahkan melumpuhkannya.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Bencana


Bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU Nomor 24 Tahun 2007). Dalam
penanganan bencana, Bangsa Indonesia tidak bisa berdiri sendiri karena ancaman
bencana tidak mengenal wilayah. Kesepakatan global terkait PRB dicanangkan
melalui Hyogo Frameworks for Actions (HFA) kemudian diperbaharui dengan
Sendai Frameworks for Disaster Risk Reduction (SFDRR) sebagai acuan global
PRB untuk kurun waktu 2015- 2030. Dalam Kerangka Kerja Sendai disebutkan
bahwa PRB dilakukan dengan upaya meningkatkan pemahaman terhadap risiko
bencana, memperkuat tata laksana risiko bencana untuk pengelolaan risiko
bencana, melakukan investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk
ketangguhan, dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif
dan membangun lebih baik dalam upaya pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Hasil jangka panjang yang ingin dicapai dalam 15 tahun ke depan melalui SFDRR
adalah penurunan yang signifikan risiko bencana dan kehilangan nyawa,
dukungan kebutuhan hidup sehari-hari dan kesehatan dari aspek ekonomi, fisik,
sosial, budaya dan lingkungan, baik pada tingkat individu, bisnis, komunitas,
maupun negara.
Bencana tidak dapat dihindari tapi dapat dikurangi dampak negatifnya atau
risiko bencananya. Pengurangan risiko bencana perlu dilakukan dengan cara
mengelola risiko bencana. Konsep pengelolaan risiko bencana telah mengalami
paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik
(menyeluruh). Pandangan konvensional menganggap bencana merupakan suatu
peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakkan dan korban harus segera
mendapatkan pertolongan.

11
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan besarnya kerugian dalam
bencana:
1. Kurangnya pemahaman tentang karakteristik bencana (hazard).
2. Sikap dan perilaku yang mengakibatkan rentannya kualitas sumber daya alam
(vulnerability).
3. Kurangnya informasi peringatan dini (early warning) sehingga mengakibatkan
ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi bahaya.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No. 21 Tahun 2008). Sebagai
bagian dari peran serta perguruan tinggi dalam upaya PRB, maka setiap PT perlu
mengatur kegiatan terkait dengan upaya mitigasi bencana kepada mahasiswa.
Dengan adanya pedoman umum terkait mitigasi bencana, mahasiswa akan mampu
meningkatkan kesadaran, melakukan penyuluhan, pencegahan dan
penanggulangan bencana di lingkungan perguruan tinggi. Pembekalan
kemampuan tersebut dapat dilakukan kepada mahasiswa melalui kegiatan
kokurikuler dan ekstrakurikuler dan disebarkan kepada masyarakat melalui
penyuluhan dan pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.
Pembekalan dalam mitigasi bencana setidaknya memiliki empat hal penting yaitu:
1. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana,
2.Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana,
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman
bencana.
Tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
 Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda
dan lingkungan hidup.
 Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan
korban.

12
 Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman.
 Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi,
air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan
sosial daerah yang terkena bencana.
 Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
 Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga
tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana,
pada saat tanggap darurat dan pasca bencana. Gambar dan penjelasan dapat dilihat
di bawah ini.

Gambar 3.1 Skema manajemen bencana.


A. Tahap Pra Bencana
1. Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin
dengan meniadakan bahaya). Misalnya melarang pembakaran hutan dalam
perladangan, Melarang penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang
membuang sampah sembarangan.
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

13
menghadapi ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui: a)
pelaksanaan penataan ruang, b) pengaturan pembangunan, pembangunan
infrastruktur, tata bangunan, dan c) penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan
pelatihan baik secara konvensional maupun modern.
1. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.
2. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan tanda
peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian
peringatan dini harus menjangkau masyarakat (accesible), segera (immediate),
tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi (official).
b. Tahap Saat Terjadi Bencana
1. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang dilakukan pada
tahapan tanggap darurat antara lain: a) pengkajian yang tepat terhadap lokasi,
kerusakan, dan sumberdaya; b) penentuan status keadaan darurat bencana; c)
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; d) pemenuhan
kebutuhan dasar; e) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan f) pemulihan
dengan segera prasarana dan sarana vital. Response adalah tindakan yang segera
diambil sebelum dan sesudah dampak bencana yang diarahkan untuk
menyelamatkan nyawa dan melindungi harta benda, dan yang berurusan dengan
gangguan langsung, kerusakan dan efek lainnya yang disebabkan oleh bencana.
2. Bantuan Darurat (relief)

14
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar berupa: Pangan, Sandang, Tempat tinggal sementara, kesehatan,
sanitasi dan air bersih.
c. Tahap Pasca Bencana
1. Pemulihan (recovery)
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya
rehabilitasi. Recovery adalah proses dimana masyarakat dan bangsa dibantu untuk
kembali ke fungsi kehidupan seperti sebelumnya setelah bencana.
2. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
3. Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah
nyata yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun
kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik
di tingkat pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala
aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan
rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non
fisik.
3.2 Siklus Manajemen Bencana
Penyelenggaraan siklus manajemen bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap
meliputi:
1. Pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, serta peringatan dini:
 Pencegahan (prevension); upaya untuk menghilangkan atau
mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Misalnya :

15
pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir, biopori,
penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir
dsb. Namun perlu disadari bahwa pencegahan tidak bisa 100%
efektif terhadap sebagian besar bencana.
 Mitigasi (mitigation); yaitu upaya yang dilakukan untuk
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan
kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan
kerugian besar.
 Kesiap-siagaan (preparedness); yaitu persiapan rencana untuk
bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana.
Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan
dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya yang ada
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat
mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
2. Tanggap Darurat (Emergency Response), saat terjadi bencana yang
mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan
sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan
pengungsian;
3. Pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.
 Pemulihan (recovery);adalah suatu proses yang dilalui agar
kebutuhan pokok terpenuhi. Proses recovery terdiri dari:
 Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang
sifatnya sementara atau berjangka pendek.
 Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen

16
Gambar 3.2 Siklus manajemen bencana.
Tahap-tahap yang terdapat dalam siklus manajemen bencana, antara lain:
A. Tahap Pencegahan dan Mitigasi
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta
menanggulangi resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa
perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural
maupun kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis
bangunan tahan bencana. Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi
kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah
paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat
yang tangguh. Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat
masyarakat peduli terhadap lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya
bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana
2. pembuatan alarm bencana

17
3. membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu
4. memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat
yang berada di wilayah rawan bencana.
B. Tahap Kesiapsiagaan
Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada
tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi.
Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki
kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut.
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari
Rencana Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang
diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana
Kontinjensi berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang
didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu
rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang
diperkirakan tidak terjadi.
Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:
1. menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan
persediaan dan pelatihan personil.
2. menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana
evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana
berulang.
3. melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa
bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan
layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.
C. Tahap Tanggap Darurat
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada
tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara
lain:

1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.


2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.

18
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang
apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri
D.Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya
bencana. Kegiatan inti pada tahapan ini adalah:

1. Bantuan Darurat
o Mendirikan pos komando bantuan
o Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
o Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
o Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
o Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
o Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
o Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2. Inventarisasi kerusakan
o Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang
terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
o Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan
dalam penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam
penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
o Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya.
Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban
yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun
mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

19
o Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
o Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
o Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
o Relokasi korban dari tenda penampungan
o Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
o Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
o Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
o Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah
sakit dan pasar mulai dilakukan
o Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
6. Rekonstruksi
o Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
o Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana
tersebut.

3.3 Manajemen Bencana Banjir


Menurut (BAPPENAS, 2008) manajemen bencana banjir dilakukan secara
bertahap, dari pencegahan sebelum banjir (prevention), penanganan saat banjir
(response/intervention), dan pemulihan setelah banjir (recovery). Secara
menyeluruh, tindakan tersebut digambarkan dalam suatu siklus penanggulangan
banjir yang berkesinambungan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan
ditunjukkan oleh tabel 2 sebagai berikut

20
Tabel 3.1 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Siklus Penangulangan
Banjir

Manajemen banjir harus dimulai dari upaya melakukan pengkajian sebagai


masukan untuk upaya prevention sebelum ada bencana banjir lagi. Pencegahan
dapat berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah
aliran sungai sampai wilayah dataran banjir, sementara non-fisiknya berupa
pengolahan tata guna lahan sampai peringatan dini bencana banjir.
Setelah dilakukan tahap pencegahan, maka selanjutnya dilakukan upaya
response pada saat banjir terjadi. Tindakan penanganan yang dilakukan
diantaranya adalah pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan
banjir, tanggap darurat, bantuan perlengkapan logistik penanganan banjir, dan
perlawanan terhadap banjir.
Pemulihan setelah banjir dilaksanakan secepat mungkin agar kondisi dapat segera
kembali normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai dari bantuaan
pemenuhan kebutuhan hidup, perbaikan sarana-prasarana, rehabilitasi dan
adaptasi kondisi fisik maupun non-fisik, penilaian kerugian, asuransi bencana
banjir, dan pengkajian cepat penyebab banjir.

3.4 Mitigasi Bencana Banjir Bandang


Mitigasi banjir bandang adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik daerah aliran sungai maupun

21
penyadaran dan peningkatan kemampuan masyarakat menghadapi ancaman
bencana banjir yang disebabakan dari limpasan air atau tanggul jebol antara lain
adalah:

1. Program Pemeliharaan
Perbaikan, kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki bangunan agar
kondisinya sesuai dengan kapasitas rencana yang disebabkan oleh kerusakan kecil
seperti pertinggian permukaan tanggul, perbaikan tanggul yang bocor, pelindung
batu untuk tanggul dekat penambangan, penggantian peralatan pintu dan
sebagainya yang tidak berfungsi disebabkan oleh kerusakan dan kegagalan kecil.
Pemeliharaan bangunan, adalah kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan pada
bangunan yang ada untuk memelihara serta menjaga fungsi sungai dan bangunan
sesuai dengan tingkat layanan yang direncanakan mencakup alur sungai dan
bangunan persungaian
Pemeliharaan Berkala, adalah kegiatan yang dijadwalkan berlangsung dari
waktu ke waktu dan berjalan menurut interval waktu terputus-putus dengan tujuan
melestarikan/memelihara fungsi dari sarana-sarana drainase yang tersedia.
Pemeliharaan Darurat, adalah pemeliharaan yang harus dilaksanakan segera agar
kerusakan yang terjadi atau kerusakan yang hampir terjadi tidak menjadi lebih
parah, dimana pekerjaan tersebut penting untuk melindungi keutuhan dan
kekuatan bangunan (dalam skala besar). Pemeliharaan darurat dapat juga berupa
kegiatan penanggulangan banjir seperti pemasangan kantong pasir pada tanggul
sebelum dan selama banjir untuk mencegah limpasan air ke permukaan.
2. Penanggulangan bencana banjir bandang
Penyelenggaraan penanggulangan bencana, adalah serangkaian upaya dari
pemerintah dan elemen masyarakat yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang bisa berisiko timbulnya bencana banjir, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Peringatan dini yaitu pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang sebagai salah satu upaya mitigasi banjir bandang langsung kepada
masyarakat terdampak.

22
Pengungsi, menganjurkan sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar
dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu tertentu sebagai akibat dampak buruk
banjir bandang.
3.5 Penanggulangan Bencana Banjir
Banjir bandang adalah jenis bencana alam yang terjadi secara tiba- tiba.
Meskipun demikian, bencana ini teryata juga bisa diantisipasi supaya kerugian
yang ditimbulkan tidak terlalu banyak. Sebenarnya, untuk mengantisipasi banjir
bandang juga hampir sama dengan banjir pada umumnya. Lalu, bagaimana cara
mengantisipasi atau menanggulangi terjadinya banjir bandang? Berikut adalah
cara- cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bencana banjir bandang:

1. Tidak membuang sampah sembarangan


Salah satu penyebab banjir yang paling ampuh dan sering kita temui adalah
sampah. Sebenarnya di dunia ini pasti sudah memiliki saluran airnya masing-
masing, seperti sungai, parit, selokan dan lainnya. Namun saluran- saluran ini
nyatanya tidak mampu mengalirkan air dengan deras dan kalah dengan desakan
air hujan. Salah satu penyebabnya adalh tumpukan sampah. Kita lihat berita-
berita yang menyiarkan tentang pintu air sungai yang selalu kaya akan sampah
yang melimpah, hal itulah yang menutupi pintu air sehingga air tidak dapat
mengalir dan akhirnya meluap kemana- mana. Air yang datangnya tiba- tiba inilah
nanti yang disebut dengan banjir bandang atau air bah.

2. Melakukan penghijauan

Cara kedua untuk menanggulangi banjir bandang adalah dengan melakukan


penghijauan. Penghijauan adalah salah satu cara yang ampuh untuk mencegah
terjadinya banjir. Akar- akar pohon memiliki kemampuan untuk menyerap air
dengan efektif dan kemudian menguncinya sehingga menjadikannya air tanah
yang dapat digunakan untuk masa- masa lainnya. Nah, dengan demikian
penghijauan atau penanaman pohon akan sangat bermanfaat dan sangat efektif
untuk pencegahan banjir bandang. Penghijauan bisa dilakukan dimana saja,
misalnya di sekitar rumah kita sendiri.

3. Tidak menebangi hutan secara liar

23
Hutan adalah penyeimbang dunia. Ibaratnya, hutan merupakan paru- parunya
Bumi. Bumi bisa bernafas karena adanya hutan. Hutan yang kaya akan pohon
dapat menyerap air melalui akar- akarnya. Jika satu pohon menyerap beberapa
liter air, maka berapa sajakah air yang sudah terserap oleh akar- akar pohon
tersebut? Selain itu pohon akan memproduksi oksigen melalui fotosintesis, maka
dari itulah udara yang ada di bumi tidak terlalu cepat panas. Maka dari itulah kita
bisa melakukan penghijauan dimulai dari kita sendiri, misalnya dengan menanam
pohon di sekitar rumah kita supaya lebih sejuk dan tidak banjir.

4. Mengatur tata kota yang baik

Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan membuat pengaturan tentang tata
kota yang baik. Tata kota yang baik memiliki green open space atau tempat
terbuka hijau. Tempat ini selain untuk berkumpul atau berdiskudi, ternyata juga
bisa menjadi sumber udara sejuk, terutama bagi keluarga. Tata kota yang baik
juga meliputi saluran penggunaan air serta sistem drainase yang baik yang tidak
akan meluap karena banjir.

5. Membuat sistem drainase yang baik

Sistem drainase atau pengairan adalah satu hal yang sangat memegang peranan
dalam kaitannya dengan pencegahan banjir. Bagaimanapun juga drainase adalah
sistem pengairan berserta tata kelola air ketika turun hujan. Sistem drainase juga
termasuk jalannya air sehingga tidak menggenang apalagi meluap secara tiba- tiba
menjadi air bah.

6. Melakukan tebang pilih atau tebang tanam

Menebang pohon terkadang juga diperlukan, misalnya untuk membuat sesuatu


seperti kertas atau mebel. Nah, tidak ada salahnya pula apabila kita sekali- kali
menebangi hutan. Namun dalam menebangi hutan ini tetap ada aturan atau
attitude yang harus dijaga dan diterapkan. Salah satunya adalah melakukan tebang
pilih atau tebang tanam apabila ingin membuat sesuatu dari batag pohon. Tebang
pilih sendiri merupakan teknik tebang dengan memilih pohon yang sudah cukup

24
berumur atau yang memenuhi syarat penebangan supaya hanya pohon tertentu
saja yang ditebang. Lalu tebang tanam adalah setelah menebang pohon kita
menanam pohon yang baru sehingga tidak akan gundul.

7. Mengatur keluarnya debit air

Mengatur keluarnya debit air juga merupakan salah satu cara untuk mencegah
banjir bandang. Ketika hujan turun dengan deras, kita perlu membuka pintu air
sungai lebih lebar supa tidak terjadi luapan yang pada akhirnya bisa mengenai
daerah- daerah di sekitar ekosistem sungai kemudian daratan yang lebih rendah
posisinya. Apabila hal ini berlangsung secara tiba- tiba maka ini akan menjadi
suatu masalah dan bencana yang berbahaya.

8. Tidak mengaspal jalan terlalu padat

Mengaspal jalan adalah hal yang sangat penting karena untuk memperlancar
transportasi. Namun perlu juga kita tahu bahwa jalan yang diaspal tidak boleh
terlalu padat, hal ini akan menyebabkan peresapan air menjadi terganggu,
akibatnya ketika musim hujan tiba, air tidak bisa masuk ke dalam tanah dan akan
menggenangi jalan tersebut. Nah apabila air genangan ini terlalu tinggi, kelak bisa
menuju ke tempat lain dengan cepat dan menjadi banjir bandang.

9. Membuat saluran air bawah tanah

Membuat saluran air bawah tanah juga sangat diperlukan untuk membantu aliran
air. Aliran air bawah tanah akan membantu mengalirkan air ke tampat lain
sehingga tidak menggenang dan menjadi penyebab banjir.

10. Membuat lubang biopori

Lubang biopori juga merpakan hal yang perlu diperhatikan karena bisa mencegah
terjadinya banjir. Lubang biopori adalah lubang ditanah dengan kedalaman
tertentu dan diisioleh tumbuh- tumbuhan (sampah daun). Kita bisa menggunakan
cacing tanah sebagai alat pancingan. Cacing tanah tersebut akan membuat lubang-
lubang pada tanah sehingga membentu peresapan air.

25
BAB IV
KESIMPULAN
1. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang terus menerus dimana
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil merencanakan dan mengurangi
pengaruh bencana, mengambil tindakan segera setelah bencana terjadi, dan
mengambil langkah-langkah untuk pemulihan
2. Penanggulangan banjir dapat dibagi kedalam tiga tahapan utama, yakni:
Pencegahan (prevention) sebelum banjir, Penanganan (response) ketika banjir
melanda, dan Pemulihan (recovery) setelah banjir. Hal-hal ini wajib
dilaksanakan agar masyarakat mampu menghadapi keadaan yang ada ketika
bencana banjir melanda.
3. Melakukan upaya mitigasi banjir yang merupakan bencana dengan intensitas
paling tinggi dengan kegiatan struktural dan non-struktural yang dilakukan
melalui:
a. Kegiatan struktural dengan pembangunan tanggul-tanggul di pinggir sungai
pada titik-titik daerah rawan banjir yang bertujuan mencegah meluapnya air
pada tingkat ketinggian tetentu ke daerah rawan banjir dan Pembangunan
kanal-kanal yang bertujuan menurunkan tingkat ketinggian air di daerah
aliran sungai dengan menambah dan mengalihkan arah aliran sungai
b. Kegiatan non-struktural dengan pengawasan penegak hukum terhadap peran
masyarakat dalam menaati ketentuan penggunaan tata ruang dan pola
pembudidayaan dataran banjir dan das hulu, untuk menghindari penyempitan
dan pendangkalan alur sungai akibat sampah padat maupun bangunan/hunian
dan tanaman di bantaran sungai.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/172057-Pedoman-manajemen-penanggulangan-bencana-
banjir-bandang.html
https://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/0800040/materials/pdf/output
s_15.pdf
https://bnpb.go.id/uploads/24/buku-renas-pb.pdf
https://belmawa.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Panduan-
Pembelajaran-Kebencananaan_Revisi-29-Maret-2019.pdf
http://eprints.ums.ac.id/46866/3/BAB%20I.pdf
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-bencana-alam.html
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/banjir-bandang

27

Anda mungkin juga menyukai