Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUGAS SURVEY

“Sistem Operasi Dan Pemeliharaan Irigasi JIAT, SDTA 606, Pakel, Tulungagung”

Disusun Oleh :
Fikri Akhdan Wiyata 175060400111003
Yosi Asterina 175060401111002
Gayatri Putri Rahayu 175060401111008
Nila Putri Gading Qur’ani 175060401111022
Shiddiq Khadafi 175060400111039

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2018/2019
1. IDENTIFIKASI RUMAH POMPA
a. Nama Rumah Pompa
Rumah Pompa ini dibuat oleh Lembaga Kementrian PUPR dengan papan nama yang terletak di
atas pintu bertuliskan “BBWS BRANTAS-PPK PAT-SDTA 606”

b. Lokasi Rumah Pompa

Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) ini berlokasi pada Dusun Tanggulasri, Desa Bono, Kecamatan
Pakel, Kabupaten Tulungagung. Berikut detail lokasi JIAT Pakel.

Gambar: Lokasi Survei


Sumber : Google 2019
c. Jarak dan Waktu
Perjalanan untuk menuju ke rumah pompa tersebut ditempuh dengan jarak 123 km dengan
menempuh waktu selama kurang lebih 4 jam.

2. RUMAH POMPA
a. Mesin dan Pompa

Spesifikasi Pompa:

Nama : VM MOTORI tipe 44042 CENTO (Ferrara)

Berat : 245 kg

Max Power : 18,5 Kw

R. P. M : 1500

b. Mekanisme Kerja Mesin Pompa

Mekanisme cara kerja pompa sebagai berikut:

1. Menghubungkan mesin pompa dengan aki yang telah disediakan


2. Kemudian memutar tombol “on” pada bagian inti, setelah itu mesin pompa berputar dan siap
untuk mendistribusikan air yang berasal dari dalam tanah menuju outlet atau saluran yang akan
dialiri

3. Air masuk kedalam Outlet yang dimulai dari Outlet 1 sampai outlet 9
c. Outlet yang dialiri

Detail Outlet pada SDTA 606, Pakel dapat dilihat pada table 1 sebagai berikut :
d. Data Laporan Operasi Pompa

Data yang tertulis di papan tulis dibawah ini adalah data laporan operasi pompa, namun data yang
tertulis bukan data harian tetapi data dimana operasi pompa digunakan. Karena sesuai kebutuhan
permintaan pemilik sawah. Untuk cara membacanya yaitu seperti berikut:

Tanggal : 24 Mei 2017

Waktu : 06.00 – 17.00

Outlet :2

Luas Area : 1 Hektar

Gambar 1 : Data Laporan Operasi Pompa


Sumber: Hasil Pemotretan, 2019

e. Hasil Pertanian

Hasil pertanian yang pernah ditanam di desa ini yaitu padi, cabe, jagung, tomat, dan
kacang. Tumbuhan yang sering ditanam ketika musim kemarau adalah jagung karena cara
penanamanya mudah. Selain tanaman jagung ada tanaman cabai yang sering ditanam karena bisa
menghasilkan hasil yang sangat besar dan sering dibutuhkan masyarakat di pasar. Namun untuk
tanaman padi masih tidak mampu diairi saat air kering di musim kemarau. Karena air yang dimliki
di desa ini sangat minim sekali sehingga untuk menanam padi dibutuhkan pergantian jadwal antar
pemilik sawah. Penanaman jagung menghasilkan sebesar 10 ton, dan untuk penanaman padi
menghasilkan sebesar 8 ton. Penghasilan paling terbanyak yaitu tanaman cabe, karena sebanding
antara modal dengan hasil. Untuk tanaman cabe biasanya mengalami gagguan akibat lalat buah
yang sering ditandai dengan cabe yang busuk akibat bercak putih-putih dibagian ujungnya.

Gambar 2 : Hasil Pertanian JIAT Pakel


Sumber: Hasil Pemotretan, 2019

f. Mekanisme Permintaan Air

Mekanisme permintaan air untuk sawah yang akan dialiri dengan cara sang pemilik sawah
datang kepada operator pompa yang bernama Pak Damri dengan membicarakan berapa luas
yang akan dialiri, pada outlet berapa sawah itu berada, tanggal awal sampai akhir pengaliran.
Bahan bakar yang digunakan berupa biosolar. Biasanya menggunakan swadaya petani untuk
membeli solar. Lama pengoperasian pompa ini sekitar 8 sampai 10 jam. Untuk pengoperasian
pompa sendiri biasanya menggunakan dana masyarakat, tetapi perawatan pompa ditanggung
oleh pemerintah. Rata –rata orang yang memakai irigasi air tanah berjumlah 40 orang. Dengan
luas areal sawah 1 Ha berisikan 4-10 orang.

g. Kebutuhan Lain

Tidak ada kebutuhan lain selain dibuat untuk irigasi sawah. JIAT ini tidak menyediakan
kebutuhan air minum bagi masyarakat sekitar.

h. Struktur Organisasi

Organisasi yang telah dibuat di desa ini hanya sekedar diketahui ketua dan anggota-
anggotanya. Komunitas ini biasanya disebut “Pangupo Jiwo”. Organisasi tersebut tidak tertulis
pada lembaran resmi karena tidak ada warga petani yang mau untuk menjadi anggota penting
dari organisasi tersebut, sehingga lurah desa Pakel langsung menunjuk orang sebagai orang yang
mengurusi tentang kegiatan pertanian dan seluk beluknya. Orang yang ditanggungjawabi
sebagai ketua organisasi bernama “Pak Jainuddin” dan operator “Pak Damri” dan operator
operator lainnya. Gaji dari kepengurusan tersebut berasal dari bantuan kepala desa atau lurah
desa Pakel. Dengan Program Kerja setiap bulannya yaitu rapat mengurusi penjadwalan
pembagian air. Dimana waktu dan kebutuhan yang telah di tetapkan pada hasil keputusan rapat
sebelumnya.

i. Masalah Yang Terjadi


1. Minimnya Jumlah Permintaan Air
Masalah paling utama pada irigasi air tanah di desa ini adalah masyarakat yang
sudah membuat sumur pompa sendiri untuk mengaliri sawahnya dengan kedalaman rata –
rata 50 m ke bawah. Mereka sudah tidak memanfaatkan sumur pompa yang sudah
dibangun oleh lembaga negara tersebut. Namun juga ada masyarakat yang masih
mengandalkan rumah pompa tersebut tapi sangat bisa dihitung jumlah permintaan air. Dari
faktor tersebut, itulah penyebab rumah pompa sudah jarang digunakan.
2. Minimnya Air Tanah
Akibat dari pemilik sawah yang telah membuat sumur pompa sendiri, maka ai yang
tersimpan dari dalam tanah di desa ini sangatlah minim. Maka jika pada musim kemarau,
masyarakat resah akan kebutuhan air. Biasanya desa ini meminta kiriman air dari
Kabupaten Trenggalek jika di desa ini betul betul tidak mempunyai air dan tidak cukup
memenuhi kebutuhan air sehari-harinya. Maka dari itu dibutuhkan penjadwalan
pendistribusian air seperti 2 malam dilakukan untuk Pengairan dan 2 malam dilakukan
untuk lingkungan.
3. Irigasi dari air sungai
Selain masyarakat membuat sumur pompa sendiri, ada masyarakat lain yang
memanfaatkan air sungai sebagai irigasi untuk sawahnya. Mereka membuat rumah pompa
sendiri di samping sungai. Kemudian air tersebut daliri pada petak-petak sawah yang
berada di samping sungai tersebut. Pendistribusian irigasi tersebut dapat dilihat dari foto
foto berikut.
Gambar 3 : Saluran Buis Beton, Saluran Terbuka
Sumber: Hasil Pemotretan, 2019

4. Inventaris yang rusak


Terdapat inventaris rumah pompa seperti mesin pompa yang rusak akibat jarang
digunakan, rusaknya tersebut diakibatkan karena munculnya angina yang terdapat di dalam
pompa. Pompa ini terakhir dinyalakan Bulan Maret hingga Mei 2019
5. Biaya yang mahal
Menurut warga sekitar biaya untuk pendistribusian terlalu mahal untuk meminta air dari
irigasi air tanah. Biaya yang diperlukan dalam 1 hektar kurang lebih Rp 2.450.000 sehingga
masyarakat sekitar membuat rumah pompa sendiri untuk mengairi sawah
6. Keadaan geologi
Di desa ini keadaan geologi tanahnya kurang baik untuk meresap air irigasi. Karena tanah
tersebut tergolong tanah merah yang sulit untuk menyerap air tanah yang sudah dialiri dari
outlet masing masing
7. Kurangnya kepengurusan yang terstruktur
Tidak ada yang mau menjadi kepengurusan organisasi “Pangupo Jiwo” disebabkan petani
yang selalu menuntut air karena kebutuhan air yang diinginkan kurang maksimal.
8. Pendistribusian air yang tidak terstruktur
Adapun karena mimimnya jumlah air tanah yang tersedia di desa Pakel ini. Sehingga irigasi
yang dilakukan dengan cara menunggu dari air tadah hujan. Jika air masih belum keluar
maka baru menggunakan pompa yang masing masing telah mempunyai alat tersebut.
Sehingga dibuatlah penjadwalan air jika air yang tersedia normal atau lumayan banyak
maka pendistrusian air dilakukan 2 hari 2 malam. Jika air yang tersedia kurang maka
dilakukan per jam-jaman atau setengah hari.
j. Lay Out Saluran Outlet
Untuk detai invcentarisasi saluran dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
3. PENUTUP

a. Kesimpulan

Rumah pompa yang terletak di desa Pakel memiliki 9 outlet untuk mengaliri petak petak sawah
milik petani. Hasil pertanian yang dihasilkan seperti padi,jagung,tomat,cabai,dan kacang. Namun
rumah pompa tersebut dinyalakan mulai bulan Maret hingga berakhir pada bulan Mei 2019 karena
warga sekita sudah jarang memanfaatkan air tanah tersebut. Adapun faktor faktor rumah pompa
jarang untuk digunakan yaitu diantara lainnya karena masyarakat sekitar atau pemilik sawah telah
membuat sumur pompa sendiri untuk mengairi sawahnya, air irigasi berasal dari sungai, biaya yang
diperlukan mahal, kondisi geologi yang kurang bagus, struktur organisasi yang kurang terstruktur,
pembagian air yang tidak terjadwal, minimnya air tanah, dan inventaris rumah pompa yang rusak.

b. Saran

Penyebab rumah pompa tidak berfungsi dikarenakan minimnya air. Hal tersebut bisa dilakukan
saat sebelum membangun rumah poma dengan cara mengecek dulu apakah di daerah tersebut
mempunyai jumlah ketersediaan air tanah yang cukup memadai untuk kebutuhan irigasi dan yang
lainnya untuk masyarakat sekitar. Dan dibutuhkan perawatan rutin yang dilakukan selama 1 bulan
sekali dari aparat pemerinah untuk mengawasi inventarisasi rumah pompa dan masalah yang terjadi
akibat pendistribusian air yang semisal ada gangguan dalam pendistribusiannya.

Anda mungkin juga menyukai