Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI PADA SUB DAS JENEBERANG

HULU WADUK BILI-BILI KABUPATEN GOWA SULAWESI


SELATAN

TUGAS TERSTRUKTUR

TEKNIK PENGAIRAN

Diajukan Sebagai Tugas Mahasiswa Semester VI

Mata Kuliah Teknik Konservasi Waduk Kelas D

Dosen Pengampu Bapak Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS.

Disusun Oleh :

Yosi Asterina Maharani

NIM. 175060401111002

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2020
BAB I

DESKRIPSI LOKASI

1.1 Umum

Waduk Bili-Bili adalah waduk multi guna yang berfungsi sebagai pemasok berbagai
kebutuhan air, biak untuk keperluan irigasi, pembangkit tenaga listrik, keperluan domestik, dan
industri, untuk daerah sekitarnya seperti kota Makassar, Kab. Gowa dan Kab. Takalar. Waduk
Bili-Bili dengan luas tangkapan air sebesar 384,4 km2 memiliki volume total kapasitas sebesar
375.000.000 m3dengan volume efektif sebesar 345.000.000 m3 dan kapasitas tampungan
sedimen (dead storage) sebesar 29.000.000 m3. Volume yang dialokasikan untuk kepentingan
air irigasi adalah 270.000.000 m3 atau 44,8 m3/dtk dapat melayani areal irigasi seluas ± 24.000
ha (DI. Bili-Bili, DI. Bissua dan DI. Kampili). Volume alokasi untuk air baku sebesar
35.000.000 m3 atau 3,3 m3/dtk yang dimanfaatkan baru 1,1 m3/dtk sesuai kapasitas IPA.
Kemudian, volume kapasitas pengendalian banjir 41.000.000 m3 atau 1000 m3/dtk dapat
mengurangi luasan areal banjir kota Makassar 5.200 ha.

Waduk Bili-Bili terletak di bagian tengah Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang. Daerah
aliran sungai (DAS) Sungai Jeneberang bersumber dari Gunung Bawakaraeng dan Gunung
Lompobattang, mempunyai ketinggian ± 2.833 mdpl. Arah utama pengalirannya adalah ke
barat pada bagian hulu dan ke barat daya pada bagian tengah dan pada bagian hilir terpecah
menjadi dua arah ke barat laut dan ke barat daya. DAS Jeneberang terbagi lagi menjadi Sub
DAS diantaranya Sub Das Jeneberang Hulu.

Wilayah DAS Jeneberang Hulu merupakan bagian dari (Sub) DAS Jeneberang yang
merupakan daerah tangkapan air untuk Dam Serbaguna Bili-bili, yang dibangun untuk
memenuhi kepentingan penyediaan air minum bagi penduduk Kota Makassar, Sungguminasa
dan sekitarnya, irigasi sawah di daerah bagian hilir seluas ± 30.000 ha, pembangkit tenaga
listrik dan sarana rekreasi (BPDAS Jeneberang-Walanae 2003). DTA Jeneberang Hulu juga
berperan sebagai pengendali sedimentasi, dan banjir bagi daerah hilir DAS bersangkutan.

Dengan berkembang pesatnya pemukiman dan penggunaan lahan di wilayah Sub Das
Jeneberang Hulu bagian hulu, berdampak negatif dan sangat berpengaruh nyata terhadap
kondisi DAS Jeneberang, dimana tingkat kekritisan lahan telah mencapai 53.471 ha dan
cenderung terus meningkat (BPDAS JeneberangWalanae 2003). Sejalan dengan semakin
meluasnya areal lahan kritis tersebut, pada beberapa tahun terakhir ini kondisi hidrologis DTA
Jeneberang Hulu menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Banjir terjadi pada
setiap musim hujan dan kekeringan di musim kemarau (BPDAS Jeneberang-Walanae 2003).

Demikian pula luas areal yang mengalami erosi berat di Sub Das Jeneberang Hulu bagian
hulu mencapai 33.269 ha, dan areal ini hampir seluruhnya berada di bagian hulu DAS
Jeneberang (BPDAS Jeneberang-Walanae 2003). Erosi yang terjadi di Sub Das Jeneberang
Hulu bagian hulu sangat erat kaitannya dengan kondisi geologi, tanah, topografi dan vegetasi
yang tumbuh di daerah tersebut, serta bentuk penggunaan lahannya, yaitu jenis batuannya yang
mudah lapuk, kemiringan lereng yang relatif curam, serta penutupan vegetasi yang kurang.

Semakin tingginya tingkat degradasi lahan di bagina hulu DAS Jeneberang


mengakibatkan fungsi Bendungan Bili-bili menjadi tidak optimal, pada saat ini diantaranya
terjadi pendangkalan di bendungan akibat laju sedimentasi dan erosi yang semakin tinggi

sebesar 37.902,36 ton/ha/tahun. (BPDAS JeneberangWalanae 2003).


Gambar 1.1 Peta Sub DAS Jenebarang Hulu

1.2 Topografi

Berdasarkan hasil pengolahan peta digital kontur skala 1 : 25000, wilayah DTA
Jeneberang Hulu terletak pada ketinggian antara 600-2800 mdpl. Mempunyai topografi
bervariasi mulai dari datar hingga sangat curam. DTA Jeneberang Hulu didominasi oleh

wilayah yang bertopografi landai dengan luas 2314,23 ha (34,03 %).

Gambar 1.2 Peta kelas lereng DTA Jeneberang Hulu.


Tabel 1.1 Luasan kemiringan lereng DTA Jeneberang Hulu

Kemiringan (%) Keterangan Luas (ha) %


0-8 Datar 1408,76 20,72
8-15 Landai 2314,23 34,03
15-25 Agak curam 1772,64 26,07
25-45 Curam 1136,47 16,71
45-100 Sangat curam 167,75 2,47
Sumber : Pengolahan atribut peta kelas lereng

1.3 Tanah dan Geologi

Berdasarkan peta digital jenis tanah Sub Das Jeneberang Hulu, jenis tanah yang
terdapat di DTA Jeneberang Hulu adalah Andosol Coklat yang terbentuk dari bahan induk tufa
vulkan masam dan alkali, Latosol Coklat Kekuningan dari bahan induk tufa vulkan masam
sampai intermedier, dan Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol dari bahan induk
tufa dan batuan vulkan intermedier. DTA Jeneberang Hulu didominasi oleh jenis tanah
Andosol Coklat dengan luas sebesar 5423,18 ha (79,70 %). Secara lebih jelas, luas areal
berdasarkan jenis tanah, bahan induk, dan bentuk wilayah disajikan pada Tabel 9 dan
penyebaran jenis tanah secara spasial disajikan pada berikut

Gambar 1.3 Peta jenis tanah DAS Jeneberang Hulu.


Tabel 1.2 Luasan jenis tanah, bahan induk, bentuk wilayah DTA Jeneberang Hulu

Bentuk
Jenis tanah Bahan induk Luas (ha) %
wilayah
Andosol Coklat Tufa vulkan masam Bergunung 5423,18 79,70
dan alkali
Latosol Coklat Tufa vulkan masam Berbukit 1367,92 20,10
Kekuningan sampai intermedier dan
bergunung
Komplek Latosol Coklat Tufa dan batuan Berbukit 13,62 0,20
Kemerahan dan Litosol vulkan intermedier dan
bergunung
Sumber : Pengolahan atribut peta jenis tanah

Dari peta jenis tanah diturunkan nilai erodibilitas tanah pada DTA Jeneberang Hulu, dimana
yang terbesar yaitu pada jenis tanah Andosol Coklat sebesar 0,278. Sedangkan nilai
erodibilitas tanah yang terkecil yaitu pada jenis tanah sebesar 0,075. Nilai erodibilitas tanah
tersebut menunjukkan bahwa jenis tanah Andosol Coklat paling mudah tererosi.

Masukan data tekstur tanah didasarkan pada tekstur tanah yang dominan pada sel
tersebut. Tekstur tanah pada DTA Jeneberang Hulu berupa lempung berliat dan liat. Sebagian
besar tekstur tanah di DTA Jeneberang Hulu berupa lempung berliat. Hal tersebut
menyebabkan aliran permukaan menjadi tinggi dan erosi yang besar.

Tabel 1.3 Nilai faktor erodibilitas tanah (K) dan tekstur tanah (T) di DTA Jeneberang Hulu

Jenis Tanah Nilai K Tekstur


Andosol Coklat 0,278 3
Latosol Coklat Kekuningan 0,082 3
Komplek Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol 0.075 3
Sumber : Puslitbang Pengairan (1996) dalam Triandayani (2004) dan Young et al. (1990)

1.4 Penggunaan Lahan


Berdasarkan hasil analisis peta penutupan lahan Sub Das Jeneberang Hulu, terlihat
bahwa penutupan lahan pada DTA Jeneberang Hulu terdiri dari lima penggunaan lahan
diantaranya semak belukar, sawah, pemukiman, tegalan/ladang, dan hutan campuran.
Sebagian besar DTA Jeneberang Hulu didominasi oleh penutupan lahan berupa hutan dengan
luas sebesar 2868 ha (42,48 %). Secara lebih jelas, luas areal berdasarkan penutupan lahan
disajikan pada Tabel 11 dan peta penyebaran penutupan lahan disajikan pada Gambar 1.5.

Tabel 1.4 Luasan jenis penutupan lahan DTA Jeneberang Hulu tahun 2003

Penutupan lahan Luas (ha) %


Semak belukar 920,51 13,63
Sawah irigasi 1,030,43 15,26
Pemukiman 29,69 0,44
Tegalan/ladang 1,903,48 28,19
Hutan campuran 2,868,22 42,48
Sumber : Pengolahan atribut peta penggunaan lahan

Gambar 1.5 Peta penutupan lahan DTA Jeneberang Hulu.


Pada bagian ujung outlet, jenis penggunaan lahan berupa hutan campuran dan sebagian
persawahan irigasi. Di daerah tersebut memiliki topografi yang landai sehingga air irigasi
mudah disalurkan ke areal persawahan. Hutan yang berada di DTA Jeneberang Hulu berupa
hutan campuran dengan berbagai jenis flora dan fauna serta hutan tanaman yang ditangani
langsung oleh PT. Inhutani dengan jenis pohon Pinus sp.
Dari peta penutupan lahan diturunkan nilai C, P, CN, SCC, dan n dimana besarnya nilai-
nilai tersebut disajikan pada Tabel 1.4, 1.5 dan 1.6.

Tabel 1.5 Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) pada berbagai penutupan lahan di DTA
Jeneberang Hulu

Penutupan Lahan Nilai C


Semak belukar 0,300
Sawah irigasi 0,010
Pemukiman 0,010
Tegalan/ladang 0,700
Hutan campuran 0,001
Sumber : Young et al. (1990) dan Data Pusat Penelitian Tanah (1973-1981) dalam Arsyad (
1989)

Tabel 1.6 Nilai faktor tindakan konservasi tanah (P) pada berbagai penutupan lahan di DTA
Jeneberang Hulu

Penutupan Lahan Tindakan Konservasi Tanah Nilai P


Semak belukar Semak belukar 0,021
Sawah irigasi Teras gulud 0,013
Pemukiman Tanpa tindakan konservasi 1,000
Tegalan/ladang Penanaman padi-jagung 0,209
Hutan campuran Tanpa tindakan konservasi 1,000
Sumber : Arsyad (1989) dan Young et al. (1990)

Tabel 1.7 Nilai koefisien kekasaran Manning (n), konstanta kondisi permukaan (SCC), dan
bilangan kurva aliran permukaan (CN) pada berbagai penutupan lahan di DTA Jeneberang
Hulu

Penutupan Lahan Nilai n Nilai SCC Nilai CN


Semak belukar 0,070 0,15 69
Sawah irigasi 0,035 0,29 75
Pemukiman 0,023 0,01 79
Tegalan/ladang 0,030 0,29 72
Hutan campuran 0,080 0,59 60
Sumber : Young et al. (1990) dan Chow (1950) dalam Seyhan (1990)
1.5 Debit Aliran

Curah hujan yang jatuh ke wilayah DAS Jeneberang Hulu menghasilkan debit yang
beragam, dimana debit rata-rata per tahun sebesar 154,32 m3/detik seperti yang disajikan pada
Tabel 1.7
Tabel 1.7 Debit Aliran Rata-rata dalam setahun tahun 2014

Sumber: SPAS Malino dan BPDAS Jeneberang-Walanae


BAB II

PERHITUNGAN EROSI DAN ANGKUTAN SEDIMEN

2.1 Data Hujan

Data hujan merupakan data curah hujan harian dari 3 tahun yang berbeda di salah satu
stasiun hujan. Diasumsikan data hujan sebagai berikut :

HUJAN TAHUNAN
PETA NO :
COORDINAT LS :
BT :
TAHUN
KECAMATAN :
NAMA STASIUN :
No. STASIUN
KETINGGIAN D.P.L
:
: 2013
TANGGAL JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES
1 13 26 6 - - 3 - - - - 7 -
2 6 2 5 42 4 - - - - - - 10
3 11 4 1 1 3 8 2 - - 58 21
4 2 14 7 3 - 2 - - - - - 10
5 3 5 24 8 - 4 - 0 - - - 21
6 1 4 7 8 - 20 - 2 - - - 31
7 25 - - 18 2 25 - - - - - 36
8 5 - - 11 - 43 - - - 16 26 98
9 1 - 49 - 15 - 9 1 - - 4
10 9 - - 21 - 5 18 0 - 2 - -
11 8 9 10 6 - 0 17 - - - - -
12 13 7 46 5 - 6 17 - - - 7 95
13 4 13 25 2 5 5 - - - - 37 13
14 13 49 1 31 - 2 - - - - 2 14
15 36 27 - - 0 2 - - - 8 21
16 21 2 6 26 - - - - - - 7 22
17 8 15 - 9 - 5 - - - - 7 1
18 - - 20 4 3 - - - - - 12 35
19 3 - 27 60 - - - - - - 6 17
20 24 4 - 1 - - - - - - 2 11
21 10 1 - - 25 33 1 - - - 4 -
22 13 2 - - - 1 - - - - 3
23 12 37 - - - 7 - - - - - 3
24 33 6 - - 25 - - - - - - 7
25 9 - 3 - 2 - 9 - - - - 29
26 - 3 20 - 17 - - - - - 48 3
27 8 1 5 - 15 - - - - 10 1 -
28 12 5 - 3 11 - - - - 28 -
29 25 23 - 3 - - - - - 7 -
30 46 24 - 50 2 - 7 - - 1 -
31 45 79 - 2 - - 7 - 11 10
TOTAL 419 231 392 256 157 191 73 27 1 39 268 515
HARI HUJAN 29 20 20 17 14 19 8 7 1 4 18 23
MAX 46 49 79 60 50 43 18 9 1 16 58 98
TOTAL PER TAHUN 2569 mm

HUJAN TAHUNAN
PETA NO :
COORDINAT LS :
BT :
TAHUN
KECAMATAN :
NAMA STASIUN :
No. STASIUN
KETINGGIAN D.P.L
:
: 2014
TANGGAL JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES
1 7 65 22 - - - - 8 - - - 0
2 0 6 13 - - - - - - - - -
3 2 5 - - - - 10 9 - - - 45
4 28 2 51 - - 4 7 - - - - 30
5 30 8 0 10 - - - - - - - 25
6 36 0 2 4 - - - - - - - 34
7 3 3 0 - - - - - - 0 - 45
8 22 2 - - - - 4 - - - - 33
9 29 10 13 35 9 - 8 - - - - 0
10 - 2 0 - 9 - - - - - - -
11 34 - 2 28 - 30 - 18 - - 76 2
12 34 - 32 - - - - - - - - 7
13 14 - 15 - - - 10 - - 0 - 4
14 11 - 26 - 3 1 9 - - - - 1
15 5 - - - - - 13 - - - - -
16 6 4 47 8 - 4 - - - - - 7
17 - 1 16 12 8 3 - - - - - 22
18 - 2 - - 2 - - - - - - 15
19 8 13 1 18 - 19 - - - - - 21
20 6 5 1 9 - - - - - - - 39
21 5 - 8 1 - - 0 1 - - - 18
22 9 2 7 - 12 - - - - - - 11
23 21 48 - - - - 0 - - - - 25
24 6 5 - 12 - - - - - - - 0
25 7 - - 2 - - 6 - - - 24 4
26 3 33 - 12 - 2 - - - - 25 5
27 - - - 9 11 6 - - - - - -
28 1 38 - 9 - 2 - - - - 13 41
29 12 3 - 1 - - - - 2 96 11
30 1 - - - - - - - - 2 3
31 - 1 - - - - -
TOTAL 340 254 260 169 55 71 67 36 0 2 236 448
HARI HUJAN 26 20 20 14 8 9 10 4 0 3 6 26
MAX 36 65 51 35 12 30 13 18 0 2 96 45
TOTAL PER TAHUN 1938 mm

HUJAN TAHUNAN
PETA NO :
COORDINAT LS :
BT :
TAHUN
KECAMATAN :
NAMA STASIUN :
No. STASIUN
KETINGGIAN D.P.L
:
: 2015
TANGGAL JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES
1 10 15 9 12 18 - - - - - - 20
2 - 30 18 2 1 - - - - - - -
3 4 19 22 - 17 - - - - - - 18
4 8 2 20 1 - 7 - - - - - 38
5 0 41 1 - 15 - - - - - - -
6 - 2 4 - - - - - - - - -
7 - 16 6 21 - - - - - - 10 36.2
8 - 10 7 48 - - - - - 1.5 - 15.3
9 - 3 3 3 - 2 - - - - 0.5 4
10 - 17 - - 1 - - - - - 23.1 9
11 - 3 1 6 - - - - - - - 101
12 - 28 4 24 - - - - - - 9.2 -
13 4 12 15 21 1 - - - - - 3 47
14 35 7 - 3 - - - - - - - 1.4
15 8 14 17 4 1 - - - - - - 33.5
16 0 - 5 - - - - - - - - -
17 0 - 5 - - - - - - - - 6
18 5 - 18 14 - - - - - - - 6
19 5 22 8 18 - - - - - - - 5
20 46 7 3 23 - - - - - - - 8
21 0 - 15 16 - - - - - - - 2
22 - - 10 0 - - - - - - - 3.4
23 14 - 56 - - - - - - - - 6.5
24 15 5 - 3 - - - - - - - -
25 - 2 - - - - - - - - - 1
26 4 - - 4 - - - - - - 33.5 1.5
27 0 - - 1 - - - - - - - -
28 4 - - - - - - - - - - 33
29 - - - - - - - - - - - 25
30 14 - - - - - - - - - - 28
31 10 - - - - - - - - - - 26
TOTAL 186 255 247 224 54 9 0 0 0 1.5 79.3 474.8
HARI HUJAN 20 19 21 19 7 2 0 0 0 1 6 24
MAX 46 41 56 48 18 7 0 0 0 1.5 33.5 101
TOTAL PER TAHUN 1530.6 mm

Dari data tersebut dicari besarnya nilai Erosivitas hujan dengan rumus :
Erosivitas Hujan (R)

Nilai (R) dihitung dgn menggunakan rumus Bols 1978 (Ditjen RRL, 1998), yaitu

Rm = 6,119(Rain)m1,21 x(Days)m-0,47 x(MaxP)m0,53

Keterangan :

Rm = Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata (EI30 (mj.cm/ha/jam/bulan)

Rainm = Curah hujan bulanan (cm)

Daysm = Jumlah hari hujan rata-rata bulanan (hari)

MaxPm = Curah hujan harian rata-rata maksimal (cm)

Misal untuk perhitungan tahun 2013. Bulan Januari :


Rainm = 13,08 cm
Daym = 29 hari
MaxPm = 46
Rm = 6,119(41,9)1,21 x(29)-0,47 x(46)0,53

= 3.90 (mj.cm/ha/jam/bulan)
Untuk bulan selanjutnya dicari dengan cara yang sama. Dapat dilihat pada table 2.1
Kemudian nilai R = Jumlah dari Rm tiap bulan
R = 64,22 (mj.cm/ha/jam/tahun)
Tabel 2.1 Perhitungan Erosivitas Hujan harian 3 tahun
Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Bulan Rm Bulan Rm Bulan Rm
Jan 3.90 Jan 2.39 Jan 4.64
Feb 4.64 Feb 5.76 Feb 10.98
Mar 6.15 Mar 4.32 Mar 4.22
Apr 5.24 Apr 4.20 Apr 5.18
May 2.64 May 1.85 May 7.62
Jun 2.49 Jun 1.48 Jun 3.90
Jul 6.56 Jul 0.00 Jul 0.00
Aug 2.04 Aug 0.00 Aug 0.00
Sep 0.00 Sep 0.00 Sep 0.00
Oct 0.52 Oct 0.53 Oct 16.26
Nov 20.94 Nov 12.25 Nov 12.90
Dec 9.08 Dec 6.70 Dec 7.14
R 64.22 R 39.49 R 72.84

2.2 Erodibilitas
Nilai K menunjukan nilai kepekaan suatu jenis tanah terhadap daya penghancuran dan
penghanyutan air hujan (Kartasapoetra. Dkk, 2000). Besarnya nilai faktor K ini ditentukan dgn
menganalisis sifat fisik tanah yg : tekstur, struktur, permeabilitas dan kandungan bahan
organik. Hasil dr analisis sifak fisik tanah meliputi tekstur, struktur, permeabilitas tanah
dimasukan dengan angka pendekatan sebagaimana dikemukakan oleh Dep. Kehutanan (1985).

Tabel 2.2 nilai factor erodibilitas (K) dan tekstur tanah (T) di DAS Jeneberang Hulu

Dari peta tata guna lahan, kita dapat mengetahui jenis tanah pada daerah Sub Das Jeneberang
Hulu dominan adalah andosol cokelat. Kemudian pada Sub Das Jeneberang Hulu terdapat
beberapa macam penggunaan lahan beserta luasanya sebagai berikut :
Tabel 2.3 Luasan jenis penutupan lahanDAS Jeneberang Hulu tahun 2015

Pada peta tata guna lahan di bab 1, diketahui bahwa pada tutupan lahan yang berada pada jenis
tanah yang berbeda-beda. Sehingga dengan beberapa analisa, didapatkan nilai K untuk
berbagai jenis tutupan lahan sebagai berikut :
Tabel 2.4 Nilai Erodibilitas untuk berbagai jenis tutupan lahan di Sub Das Jeneberang Hulu

Tata Guna Lahan Luas (ha) K


Semak Belukar 920.51 0.278
Sawah Irigasi 1030.43 0.082
Pemukiman 29.69 0.075
Tegalan/Ladang 1903.48 0.278
Hutan Campuran 2868.22 0.278

2.3 Perhitungan Panjang Lereng dan Faktor Lereng


Dari data Sub Das Jeneberang Hulu hulu memiliki bebrapa jenis tingkat kemiringan lereng
sebagai berikut :
Tabel 2.4 Luasan kemiringan Lereng DAS Jeneberang Hulu

Pada data diatas, didapatkan bahwa mayoritas das memiliki tingkat kemiringan landai berkisar
antara 8-15%. Kemudian dengan rumus :

Sehingga didapatkan nilai LS sebagai berikut :


Tabel 2.5 Nilai LS untuk berbagai tata guna lahan Sub Das Jeneberang Hulu

Tata Guna Lahan L S LS


Semak Belukar 3.549 1.124 3.989
Sawah Irigasi 3.549 1.124 3.989
Pemukiman 3.549 1.124 3.989
Tegalan/Ladang 3.549 1.124 3.989
Hutan Campuran 3.549 1.124 3.989

2.4 Perhitungan Nilai C dan P


Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor konservasi tanah (P) digunakan
pendekatan nilai faktor CP dari hasil penelitian Abdurachman dkk (1984), Ambar dan
Syarifudin (1979) sebagaimana dikemukakan Soewarno (1991), Utomo (1994) dan Asdak
(1995). Dari peta penutupan lahan diturunkan nilai C dan P dimana besarnya nilai-nilai tersebut
disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 2.6 Nilai factor pengelolaan tanaman C pada berbagai penutupan lahan di sub DAS
Jenenberang hulu

Tabel 2.7 Nilai factor pengelolaan tanaman P pada berbagai penutupan lahan di sub DAS
Jenenberang hulu

Sehingga dari data diatas, didapatkan nilai C dan P sebagai berikut :


Tabel 2.7 Nilai factor pengelolaan tanaman C dan P pada berbagai penutupan lahan di sub DAS
Jenenberang hulu

Tata Guna Lahan C P


Semak Belukar 0.300 0.021
Sawah Irigasi 0.010 0.013
Pemukiman 0.010 1.000
Tegalan/Ladang 0.700 0.209
Hutan Campuran 0.001 1.000
2.5 Perhitungan Nilai Erosi dengan Metode USLE
Berdasarkan variabel USLE yaitu R, K, LS, CP masing-masing diatas selanjutnya di
overlay dan dilakukan perhitungan dengan cara mengalikan keseluruhan variabel pada masing-
masing tahun, sehingga diperoleh data besaran erosi tiap unit satuan lahan. Hasil penjumlahan
besaran erosi tiap unit satuan unit lahan merupakan nilai total besaran erosi yang terjadi pada
suatu DAS pada tahun tertentu. Nilai total erosi yang terjadi pada DAS Wawar Waduk
Wadaslintang dengan luas 6752,33 ha dapat dilihat pada Tabel 2.8 Persamaan USLE untuk
memperkirakan erosi adalah sebagai berikut:
A = R . K . LS. CP
Dari persamaan tersebut, didapatkan hasil nilai total erosi tiap satuan lahan sebagai berikut.

Tabel 2.8 Nilai Erosi pada Tahun 2013 Sub Das Jeneberang Hulu Hulu
Tata Guna Lahan Luas (ha) K C P R L S A
Semak Belukar 920.51 0.278 0.3 0.021 64.217 3.549 1.124 0.449
Sawah Irigasi 1030.43 0.082 0.01 0.013 64.217 3.549 1.124 0.003
Pemukiman 29.69 0.075 0.01 1 64.217 3.549 1.124 0.192
Tegalan/Ladang 1903.48 0.278 0.7 0.209 64.217 3.549 1.124 10.419
Hutan Campuran 2868.22 0.278 0.001 1 64.217 3.549 1.124 0.071
Jumlah 11.134

Tabel 2.9 Nilai Erosi pada Tahun 2014 Sub Das Jeneberang Hulu Hulu
Tata Guna Lahan Luas (ha) K C P R L S A
Semak Belukar 920.51 0.278 0.3 0.021 39.491 3.549 1.124 0.276
Sawah Irigasi 1030.43 0.082 0.01 0.013 39.491 3.549 1.124 0.002
Pemukiman 29.69 0.075 0.01 1 39.491 3.549 1.124 0.118
Tegalan/Ladang 1903.48 0.278 0.7 0.209 39.491 3.549 1.124 6.407
Hutan Campuran 2868.22 0.278 0.001 1 39.491 3.549 1.124 0.044
Jumlah 6.847

Tabel 2.9 Nilai Erosi pada Tahun 2014 Sub Das Jeneberang Hulu Hulu

Tata Guna Lahan Luas (ha) K C P R L S A


Semak Belukar 920.51 0.278 0.3 0.021 72.841 3.549 1.124 0.509
Sawah Irigasi 1030.43 0.082 0.01 0.013 72.841 3.549 1.124 0.003
Pemukiman 29.69 0.075 0.01 1 72.841 3.549 1.124 0.218
Tegalan/Ladang 1903.48 0.278 0.7 0.209 72.841 3.549 1.124 11.818
Hutan Campuran 2868.22 0.278 0.001 1 72.841 3.549 1.124 0.081
Jumlah 12.629

Contoh perhitungan : (Tahun 2013)


R rerata = 64.217
K = 0,278 (Semak Belukar)
LS = 3.989
CP = 0,0063
Potesial Erosi (A) = R . K . LS . CP
= 64,217 . 0,278 . 3,989 . 0,0063
= 0,509 ton/ha/th
Untuk penggunaan lahan lainnya dengan cara yang sama, dan apabila ditotalkan potensial erosi
pada tahun 2013 di Sub Das Jeneberang Hulu Hulu adalah 11.134 ton/ha/tahun. Perhitungan
selanjutnya dapat dilihat pada table diatas.

2.6 Hasil Sedimen (Sediment Yield)


Sedimen merupakan hasil dari erosi, hasil sedimen sendiri merupakan jumlah total
sedimen yang mencapai sungai atau outlet DAS per tahunnya, jumlahnya selalu lebih kecil
daripada total erosi yang terjadi di DAS tersebut. Analisis sedimen pada waduk perlu dilakukan
karena berpengaruh langsung pada pengurangan kapasitas atau daya tampung waduk. Analisis
hasil sedimen pada waduk dapat dilakukan dengan persamaan:
Y = E (SDR) Ws
Dalam perhitungan hasil sedimen diperlukan nilai nisbah pelepasan sedimen. Nilai nisbah
pelepasan sedimen merupakan rasio antara jumlah sedimen yang terangkut ke dalam sungai
terhadap jumlah erosi yang terjadi di dalam DAS disebut dengan Nisbah Pelepasan Sedimen
atau Sediment Delivery Ratio (SDR). Perhitungan SDR digunakan rumus sebagai berikut :
SDR = 0.41×Luas-0.31
Sehingga didapatkan nilai SDR sebagai berikut
Tabel 2.11 Nilai SDR untuk berbagai tutupan lahan

Tata Guna Lahan SDR (%)


Semak Belukar 0.049
Sawah Irigasi 0.048
Pemukiman 0.143
Tegalan/Ladang 0.039
Hutan Campuran 0.035
Total 0.315
Didapatkan SDR sebesar 31,5 %.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan erosi total per tahun yang berpotensi masuk ke
sungai dengan rumus sebagai berikut :
E = A×Luas×SDR
Sehingga didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 2.12 Nilai Erosi Total tahun 2013

Tata Guna Lahan A SDR (%) Erosi


Semak Belukar 0.449 0.049 20.412
Sawah Irigasi 0.003 0.048 0.134
Pemukiman 0.192 0.143 0.817
Tegalan/Ladang 10.419 0.039 782.524
Hutan Campuran 0.071 0.035 7.098
Total 11.134 0.315 810.985

Tabel 2.13 Nilai Erosi Total tahun 2014


Tata Guna Lahan A SDR (%) Erosi
Semak Belukar 0.276 0.049 12.553
Sawah Irigasi 0.002 0.048 0.083
Pemukiman 0.118 0.143 0.503
Tegalan/Ladang 6.407 0.039 481.221
Hutan Campuran 0.044 0.035 4.365
Total 6.847 0.315 498.724

Tabel 2.14 Nilai Erosi Total tahun 2015

Tata Guna Lahan A SDR (%) Erosi


Semak Belukar 0.509 0.049 23.153
Sawah Irigasi 0.003 0.048 0.152
Pemukiman 0.218 0.143 0.927
Tegalan/Ladang 11.818 0.039 887.617
Hutan Campuran 0.081 0.035 8.051
Total 12.629 0.315 919.901

Dari perhitungan diatas, didapatkan erosi total dari lahan pada tahun 2013 sebesar
810,985 ton/tahun, 2014 sebesar 498,724 ton/tahun, dan 2015 sebesar 919,901 ton/tahun.

2.7 Perhitungan Angkutan Sedimen


2.7.1 Sedimen Suspensi (Muatan Layang)
Dikarenakan tidak ditemukannya data real lapanga, maka data debit diambil dari salah satu
jurnal yang memuat tentang Analisa sungai di da Jeneberang hulu. Debit tahunan yang didapat
diasumsikan berlaku untuk 3 tahun yang telah ditentukan yaitu (2013-2015). Diasumsikan
besarnya debit inflow tahunan sungai pada Sub Das Jeneberang Hulu sebagai berikut :
Tabel 2.15 Data Inflow tahunan sungai pada Sub Das Jeneberang Hulu Hulu

Dengan formula dari MPM (meyer Petter Muller) digunakan rumus untuk menghitung muatan
layang (Suspended Load) sebagai berikut :

Tabel 2.16 Perhitungan Sedimen Suspensi metode MPM


Qs
Koefisien C (mg/lt) Qw m3/det
(ton/bulan)
0.0864 220 20.79 395.17632
0.0864 225 15.921 309.50424
0.0864 230 12.158 241.603776
0.0864 235 11.882 241.252128
0.0864 240 11.533 239.148288
0.0864 245 6.712 142.079616
0.0864 250 7.6 164.16
0.0864 255 9.847 216.949104
0.0864 260 9.718 218.305152
0.0864 265 12.009 274.958064
0.0864 270 12.211 284.858208
0.0864 275 23.541 559.33416
Total Angkutan Suspensi (ton/tahun) 3287.329
2.7.2 Sedimen Bed Load
Sedangkan pada perhitungan Qbed load, dikarenakan tidak terdapat data penampang
sungai asli, maka di asumsikan sungai berpenampang stabil dengan lebar basah 20 meter.
Kemudian digunakan formula dari MPM sebagi berikut :

Dimana nilai Sr :

Sehingga didapatkan perhitungan angkutan sedimen dasar (Bed Load) pada tabel 2.17.
Tabel 2.17 Perhitungan Sedimen Dasar (Bed Load)

H Talud slope A P R U Qw U* Qb
Lebar K log ks ks C C μ qb'
No Bulan (m) m I (m2) (m) (m) (m/dtk) (m3/dtk) kg/m.dt ton/bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20
1 jun 20.00 0.519 1 0.0005 45 10.646 21.468 0.496 0.630 6.712 0.050 -0.940 0.537 19.150 63.749 0.165 0.002 0.002441 4.217
2 jul 20.00 0.559 1 0.0005 45 11.495 21.581 0.533 0.661 7.600 0.052 -0.930 0.482 20.578 64.333 0.181 0.004 0.003919 6.772
3 sep 20.00 0.648 1 0.0005 45 13.384 21.833 0.613 0.726 9.719 0.056 -0.909 0.387 23.463 65.489 0.214 0.008 0.008322 14.381
4 aug 20.00 0.653 1 0.0005 45 13.494 21.848 0.618 0.730 9.848 0.057 -0.908 0.382 23.620 65.551 0.216 0.009 0.008625 14.905
5 may 20.00 0.718 1 0.0005 45 14.886 22.032 0.676 0.775 11.533 0.059 -0.895 0.329 25.528 66.293 0.239 0.013 0.012919 22.323
6 apr 20.00 0.731 1 0.0005 45 15.165 22.069 0.687 0.784 11.883 0.060 -0.892 0.320 25.893 66.434 0.243 0.014 0.013881 23.986
7 oct 20.00 0.736 1 0.0005 45 15.265 22.082 0.691 0.787 12.009 0.060 -0.891 0.317 26.023 66.483 0.245 0.014 0.014235 24.598
8 mar 20.00 0.742 1 0.0005 45 15.383 22.098 0.696 0.790 12.158 0.060 -0.890 0.313 26.175 66.541 0.247 0.015 0.014656 25.326
9 nov 20.00 0.744 1 0.0005 45 15.425 22.103 0.698 0.792 12.211 0.060 -0.890 0.311 26.228 66.562 0.247 0.015 0.014807 25.587
10 feb 20.00 0.872 1 0.0005 45 18.205 22.467 0.810 0.875 15.921 0.065 -0.866 0.238 29.580 67.809 0.288 0.027 0.026613 45.988
11 jan 20.00 1.024 1 0.0005 45 21.528 22.896 0.940 0.966 20.790 0.071 -0.841 0.177 33.141 69.063 0.332 0.045 0.045409 78.467
12 dec 20.00 1.103 1 0.0005 45 23.285 23.121 1.007 1.011 23.541 0.074 -0.829 0.153 34.878 69.647 0.354 0.057 0.057494 99.349
Total Angkutan Dasar (Ton/tahun) 385.901
2.8 Rekapitulasi Angkutan Sedimen Di Sub Das Jeneberang Hulu Hulu
Tabel 2.18 Rekapitulasi angkutas sedimen di Sub Das Jeneberang Hulu Hulu

Erosi Total Angkutan Sus.Load Angkutan Bed Load Sedimen Total


Tahun
(ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun) (ton/tahun)

2013 810.985 3287.329 385.901 4484.215


2014 498.724 3287.329 385.901 4171.954
2015 919.901 3287.329 385.901 4593.131

2.9 Tebal Tanah Tererosi


Apabila diasumsikan berat isi tanah 1,2 g/cm3 atau 1,2×103 kg/m3, dan luas sub DAS
Jeneberang hulu sebesar 6752,33 Ha. Maka, besarnya tanah yang tererosi dapat dihitung
sebagai berikut:
Tabel 2.19 Tebal tanah tererosi tiap tahun
Tahun Luas DAS (Ha) A (ton/ha/tahun) Berat isi tanah Tebal Tanah Tererosi (mm)
2013 6752.33 11.13 1200.00 1.37

2014 6752.33 6.85 1200.00 0.84


2015 6752.33 12.63 1200.00 1.56

Contoh perhitungan pada tahun 2013 :


bobot padatan tanah =11,134 ton = 11,134×103 kg,
Tebal tanah tererosi =1200 kg/m3
Luas Sub Das = 6752,33 Ha
Sehingga, T = (11,134×103)/( 1200×6752,33)
= 1,374 mm
Sehingga, tebal tanah yang hilang/tererosi pada tahun 2013 sebesar 1,374 mm per tahn

Anda mungkin juga menyukai