Anda di halaman 1dari 12

c.

Sumber Daya Air


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi dengan
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah
tersebut akan ditampung oleh punggung gunung dan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama (Novitasari dkk, 2013). Selain itu suatu
DAS pada umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti ditetapkan
berdasarkan aliran permukaan (Sri Harto, 1993). Batas ini tidak ditetapkan
berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah
sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian.

Dari hal tersebut di atas suatu DAS dapat dikatakan sebagai suatu
daerah tangkapan (catchment area) yang merupakan suatu wilayah daratan
yang menerima air hujan dan mengalirkan melalui sungai utama ke
laut/danau/rawa. Catchment area tersebut sangat berpengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas sub-DAS. Sedangkan sub-DAS merupakan bagian dari
DAS yang menerima air hujan dan mengalirkan melalui anak sungai utama.

Suatu daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir. Daerah hulu DAS dicirikan dengan adanya daerah konservasi,
mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan
kemiringan lereng besar (lebih besar dari 15 %), bukan merupakan daerah
banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Sedangkan
daerah hilir DAS dicirikan dengan kerapatan drainase lebih kecil, merupakan
daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah
dengan kemiringan lereng lebih kecil sampai dengan sangat kecil (kurang
dari 8%), pada beberapa tempat merupakan bangunan irigasi. Daerah aliran
sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua keadaan DAS
yang berbeda tersebut di atas (Asdak dan Chay, 1995).
Kabupaten Magetan termasuk di dalam wilayah Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bengawan Solo Hulu. Daerah aliran sungai yang berada di Kabupaten
Magetan ada 7 sub DAS. Sub DAS yang paling luas adalah Sub DAS Ketonggo
dengan luas 27.877,13 Ha (39,55%). Secara rinci Sub DAS yang berada di
wilayah Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.10 Sub DAS yang berada di Kabupaten Magetan
No Sub DAS Luas (Ha) Kecamatan
1. Bringin 7.876,13 Ngariboyo, Nguntoronadi
2. Galok 2.441,94 Poncol, Parang
3. Gandong 14.383,06 Plaosan, Magetan, Kawedanan, Sukomoro,
Bendo, Takeran
4. Gonggang 6.989,74 Poncol, Parang, Lembeyan
5. Kenteng 10.185,00 Poncol, Parang, Ngariboyo,
Kawedanan, Lambeyan, Nguntoronadi
6. Ketonggo 27.877,13 Panekan, Sidorejo, Magetan, Sukomoro,
Karas, Bendo, Maospati, Karangrejo, Barat,
Kartoharjo
7. Tempuran 740,44 Poncol
Jumlah 70.493,44
Sumber : Analisis Peta Hidrologi Kabupaten Magetan 2021

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan


pengalir air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan
kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai juga bisa
diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang sebagai bagian permukaan
bumi letaknya lebih rendah dari tanah sekitarnya dan menjadi tempat
mengalirnya air tawar menuju laut, danau, rawa atau sungai yang lain. Sungai
adalah bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat
mengalir.

Kabupaten Magetan memiliki 15 sungai yang melewati Kabupaten


Magetan. sungai yang berada di Kabupaten Magetan yang paling panjang
adalah Sungai Gandong dengan panjang138,10 km. Secara rinci sungai yang
berada di wilayah Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut
Tabel 3.11 Sungai di Kabupaten Magetan
PANJANG
NO SUNGAI KECAMATAN
(Km)
1. Gandong 138,10 Plaosan, Poncol, Magetan, Sukomoro, Bendo
2. Bringin 56,30 Poncol, Plaosan, Magetan, Kawedanan, Takeran.
3. Semawur 47,10 Sukomoro, Bendo, Maospati
4. Ngelang 43,10 Barat, Kartoharjo
5. Ulo 35,00 Maospati, Barat
6. Purwodadi 124,60 Sukomoro, Karangrejo, Barat, Karas
7. Jungke 27,50 Karangrejo, Barat
8. Tinil 71,90 Panekan, Sukomoro, Karangrejo
9. Galok 4,51 Parang
10. Bening 16,26 Parang, Lembeyan
11. Gonggang 38,59 Poncol, Parang, Lembeyan
12. Sepi 9,79 Parang, Lembeyan
13. Kenteng 28,60 Lembeyan, Kawedanan, Nguntoronadi
14. Watu 13,13 Barat, Kartoharjo
15. Maluk 40,90 Karangrejo, Karas
Sumber : Hasil Analisis Peta Digital Rupa Bumi Indonesia
Catatan: Sungai yang melintasi Kabupaten Magetan bermuara di Kali Madiun
Kecamatan Karas dan Karangrejo secara keseluruhan masuk
kedalam Sub DAS Ketonggo. Sub Daerah Aliran Sungai Ketonggo berhulu di
lereng timur Gunung Lawu dan menjadi Sub DAS terbesar yang ada di
wilayah Kabupaten Magetan dengan luas 27.877,13 Ha. Berdasarkan Tabel
3.11 Kecamatan Karas dilalui oleh Sungai Maluk dan Sungai Purwodadi
sedangkan pada kecamatan Karangrejo dilalui oleh Sungai Jungke, Tinil, dan
Maluk. Kondisi hidrologi di Kecamatan Karas dan Krangrejo cenderung
homogen karena merupakan wilayah dengan topografi datar sehingga
hanya memiliki kenampakan hidrologi yang terbatas. Kondisi hidrologi
yamg sedemikian rupa akan berpengaruh terhadap jenis dan persebaran
flora atau fauna yang ada didalamnya.
Gambar 3.10 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Magetan
1. Penggunaan Lahan
Lahan suatu hal yang penting dalam kehidupan. lahan meliputi seluruh
kondisi lingkungan, dan tanah merupakan salah satu bagiannya. Menurut
Ritohardoyo (2013) lahan dapat disebutkan sebagai bentang permukaan bumi
yang dapat bermanfaat bagi manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.
Lahan selalu terkait dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang
mempengaruhi (letak, kesuburan, lereng, dan lainnya). Dari hal tersebut dapat
dikatakan bahwa lahan merupakan tanah dengan segala ciri kemampuan
maupun sifatnya beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya termasuk
didalamnya kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki
banyak fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha
meningkatkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Karangrejo terdiri dari


7 penggunaan lahan (Bangunan, Permukiman, Perkebunan, Sawah Irigasi,
Tanah Kosong, Tegalan dan Perairan), Sawah irigasi menjadi penggunaan lahan
yang mendominasi lahan di Kecamatan Karangrejo dengan persentase 64,42 %
(1.057,9 Ha) dan penggunaan lahan terkecil merupakan perairan (badan
air/sungai) dengan luas hanya 1.14 Ha (0,07%).
Kecamatan Karangrejo sebagai kecamatan yang dilewati
oleh jalan nasional memiliki luas permukiman mencapai 502,27 Ha
atau 30,59% dari luas wilayah Kecamatan dan terus mengalami
perkembangan selian itu juga terdapat penggunaan lahan
bangunan yang merupakan pabrik dengan luas 2,35 Ha (0,14%).
Penggunaan lahan perkebunan tersebar di sekitar area
permukiman dengan luas 26,93 Ha (1.64%) sedangkan
penggunaan lahan tegalan memanjang di sekitar sungai dengan
luas 48,46 Ha (2.95&). Tanah kosong merupakan lahan yang belum
dimanfaatkan atau akan dimanfaatkan dicirikan dengan tidak
adanya tegakan dan biasanya merupakan tanah lapang yang
ditumbuhi rerumputan, di Kecamatan Karangrejo memiliki luas
penggunaan lahan tanah kosong 3.08 Ha (0,19%). Luas masing-
masing penggunaan lahan di Kecamatan Karangrejo secara rinci
disajikan pada Tabel 3.12. dan persebaran Macam Tanah
Kecamatan Karas dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Tabel 3.12 Penggunaan Lahan Kecamatan Karangrejo


No Luas
Penggunaan Lahan
. Ha %
1. Bangunan 2,35 0.14%
2. Permukiman 502,27 30.59%
3. Perkebunan 26,93 1.64%
4. Sawah Irigasi 1.057,9 64.42%
5. Tanah Kosong 3,08 0.19%
6. Tegalan 48,46 2.95%
7. Perairan 1,14 0.07%
1.642,
Total 100
1
Sumber: Analisis Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Karangrejo
Gambar 3.11 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Karangrejo
Kecamatan Karas menurut peta penggunaan lahan memiliki 8
macam penggunaan lahan (Permukiman, perkebunan, sawah tadah
hujan, sawah irigasi, semak, tanah kosong, tegalan, dan perairan).
Penggunaan lahan sawah tadah hujan menjadi penggunaan lahan
yang mendominasi Kecamatan Karas dengan luas 1.621,1 Ha
(45,07%) sedangkan untuk sawah irigasi mempunyai luas 584,22 Ha
(16,24%). Dominasi lahan sawah tadah hujan disebabkan oleh
kondisi topografi bergelombang yang merupakan bagian dari kaki
lereng Gunung Lawu, sehingga belum memiliki akses jalur irigasi
yang memadai dan hanya mengandalkan curah hujan yang turun.
Penggunaan lahan permukiman memiliki luas 819,97 Ha (22,80%)
menjadi penggunaan lahan ke 2 yang mendominasi yang kemudian
disusul oleh Penggunan lahan Tegalan 329,76 (9,17%) dan
penggunaan lahan Perkebunan dengan luas 208,82 Ha (5,81%).
Penggunaan lahan semak memiliki luas 13,29 Ha (0,37%),
penggunaan lahan perairan yang merupakan tubuh
air/sungai/embung memiliki luas 18,33 Ha (0,51%) dan untuk
penggunaan lahan tersempit merupakan lahan kosong dengan luas
0,99 Ha atau hanya 0,03 % dari total luas Kecamatan Karas. Luas
masing-masing penggunaan lahan di Kecamatan Karas secara rinci
disajikan pada Tabel 3.13. dan persebaran Macam Tanah Kecamatan
Karas dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Tabel 3.13 Penggunaan Lahan Kecamatan Karas
No Luas
Penggunaan Lahan
. Ha %
1. Permukiman 819,97 22,80
2. Perkebunan 208,82 5.,81
3. Sawah Tadah Hujan 1.621,1 45,07
4. Sawah Irigasi 584,22 16,24
5. Semak 13,29 0,37
6. Tanah Kosong 0,99 0,03
7. Tegalan 329,76 9,17
8. Perairan 18,33 0,51
Total 3.596,5 100
Sumber: Analisis Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Karas
Gambar 3.12 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Karas
Dari segi fungsinya, lahan mempunyai beberapa fungsi
menurut Djayanegara (2013) bahwa fungsi lahan ada banyak yaitu
sebagai produksi yang artinya sebagai basis bagi berbagai sistem
penunjang kehidupan, melalui produksi yang menyediakan makanan,
pakan ternak, serat, bahan bakar kayu dan bahan-bahan biotik
lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun melalui binatang
ternak termasuk budidaya kolam dan tambak ikan; sebagai fungsi
biotik, yaitu lahan merupakan basis bagi keragaman daratan
(terestrial) yang menyediakan habitat dan plasma nutfah bagi
tumbuhan, hewan dan jasad-mikro diatas dan dibawah permukaan
tanah dan lahan sebagai fungsi kehidupan dimana lahan
menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri, dan
aktivitas sosial seperti olahraga dan rekreasi. Maka, dapat dikatakan
bahwa lahan di Kecamatan Karangrejo dan Karas lebih difungsikan
sebagai fungsi produksi dengan sektor pertanian menjadi basis
utama dalam penggunaan lahan.

Disamping itu juga dimanfaatkan sebagai fungsi biotik, terlihat


masih terdapat populasi hewan yang seimbang, seperti, burung
kutilang, ular (sebagai predator), dsb. Sifat-sifat dan fungsi lahan
belum menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan
dapat menentukan kelas kemampuan lahan. Akan tetapi, sifat lahan
menentukan d a n mempengaruhi perilaku lahan yaitu bagaimana
ketersediaan air, peredaraan udara, perkembangan akar, kepekaan
erosi, ketersediaan unsur hara dan sebagainya. Karakteristik lahan
yang dipertimbangkan sebagai dasar klasifikasi kemampuan lahan
antara lain kecuraman lereng, kepekatan erosi tanah, kerusakan
erosi, tekstur tanah, drainase, ancaman banjir atau genangan,
salinitas dan lainnya. (Sartohadi, 2012).
Pembangunan seperti sektor usaha mungkin perlu
dikembangkan di kedua kecamatan ini, hal ini untuk
mengembangkan perekonomian daerah. Akan tetapi, dalam hal
pembangunan harus dipertimbangkan dampak kedepannya.
Pembangunan yang dilakukan secara berlebihan akan membawa
dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sendiri, maka dalam
aspek pembangunan tidak boleh berlebihan dan harus ada rancangan
pembangunan, yang tidak hanya menguntungkan bagi daerah tapi
juga bagi lingkungan. Pembangunan yang berkelanjutan diperluhkan
dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di Kecamatan
Karangrejo dan Karas.

Anda mungkin juga menyukai