Pada kesempatan ini, akan disajikan contoh kajian neraca sumberdaya air dan
aplikasinya untuk melihat potensi dan keberlanjutan sumberdaya tersebut di wilayah
Kabupaten Semarang. Kategorisasi sumberdaya air di Kabupaten semarang dapat digolongkan
menjadi air permukaan, airtanah, dan curah hujan. Berdasarkan karakteristik dan kenampakan
wilayah di Kabupaten Semarang, sumberdaya air yang dapat dijumpai yakni sumberdaya air
permukaan dari sungai, waduk, dan rawa, airtanah, dan hasil presipitasi. Secara umum,
Kabupaten Semarang memiliki cakupan sumber air besir yang cukup melimpah. Salah satu
tinjauannya yakni dengan melihat persebaran tingkat kerawanan bencana kekeringan dan banjir
di Kabupaten Semarang.
Gambar 1. Peta Distribusi Kerawanan Bencana Kekeringan di Kabupaten Semarang (Alwi, et
al., 2022)
Gambar 1. Peta Distribusi Kerawanan Bencana Banjir di Kabupaten Semarang (Alwi, et al.,
2022)
Di sisi lain, potensi sumberdaya air juga dapat dilihat dari jumlah ketersediaan airtanah
di daerah Kabupaten Semarang. Untuk melakukan identifikasi jumlah ketersediaan airtanah
dapat dilakuan dengan mengetahui distribusi akuifer dan karakteristik morfologi fisik wilayah.
Karakteristik morfologi ini dapat digolongkan menjadi daerah cekungan airtanah dan non-
cekungan airtanah. Menurut (Febriarta & Purnama, 2020), daerah non cekungan airtanah do
Kabupaten Semarang umumnya terdapat pada morfologi lipatan bagian dari Zona
Antiklinorium Kendeng. Sedangkan daerah cekungan airtanah dipengaruhi oleh keberadaan
gunungapi Ungaran yang berada di Kabupaten Semarang.
Untuk mengetahu neraca sumberdaya air di daerah ini, dilakukan identifikasi mengenai
jumlah ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air. Berdasarkan hasil yang diketahui
sebelumnya, ketersediaan air di Kabupaten Semarang berasal dari sumberdaya air permukaan
dan airtanah. Kebutuhan sumberdaya air, yang paling utama digunakan untuk rumah tangga,
di setiap lokasi dengan persebaran dan kepadatan jumlah penduduk yang berbeda maka
keberlanjutan sumberdaya air di setiap lokasi juga menunjukkan perbedaan. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, penggunaan lahan berupa area persawahan di Kabupaten Semarang
cukup luas sehingga kebutuhan air untuk irigasi juga relatif tinggi.
Kabupaten Semarang juga merupakan wilayah dengan aktivitas di sektor industri dan
pariwisata yang cukup tinggi. Kawasan industri di Ungaran menjadi salah satu penyumbang
dalam inventarisasi sumberdaya air di wilayah ini. Selain itu, Kawasan pariwisata yang
mendorong terbangunnya hotel-hotel juga merupakan aspek yang membutuhkan keberadaan
sumberdaya air. Pada umumnya, di kawasan industri dan hotel-hotel ini kebutuhan air yang
digunakan berupa airtanah. Hal ini dapat mengakibatkan adanya potensi permasalahan berupa
berkurangnya potensi sumberdaya air tanah serta dapat memunculkan adanya permasalahan
pencemaran airtanah karena proses eksploitasi yang dilakukan secara terus-menerus.
Meskipun demikian, implikasi negatif justru dapat terjadi di wilayah lain seperti halnya
adanya pengaruh kekurangan ketersediaan sumberdaya airtanah di Kota Semarang karena
proses eksplorasi di Kabupaten Semarang sudah relatif tinggi. Hal ini juga didukung oleh
morfologi wilayah di Kabupaten Semarang yang relatif lebih tinggi selain itu lokasi keberadaan
sumberdaya air juga relatif lebih dekat. Dengan demikian, keberadaan regulasi dan tata ruang
wilayah menjadi faktor yang sangat penting agar keseimbangan neraca air, yakni antara
persediaan dan kebutuhan sumberdaya air di Kabupaten Semarang lebih stabil. Selain itu,
langkah optimalisasi juga dapat dilakukan dengan menyusun rencana dalam melakukan
analisis potensi dan cadangan sumberdaya air sehingga diperoleh tujuan dan sasaran
pembangunan yang sesuai dalam melakukan kebijakan pengelolaan dan konservasi
sumberdaya alam.
Daftar Pustaka
Alwi, M., Maharti, A. W., Rakhmadini, A., Pratsiyawan, D., Rakhmatika, M., Adalya, M., . . .
Hizbaron, D. R. (2022). Pemetaan Multi Rawan Bencana Longsor, Kekeringan, dan
Banjir di Kabupaten Semarang. Majalah Geografi Indonesia, 19-31.
Sriyana. (2011). Kajian Karakteristik DAS Tuntang dan Model Pengelolaan DAS Terpadu.
Teknik, 180-187.