Anda di halaman 1dari 4

Tugas Geografi Sumberdaya

Nama : Fiqi Ilham Santoso


NIM : 21/478214/GE/09615

Analisis Neraca Sumberdaya untuk Melihat Potensi Keberlanjutan Sumberdaya Air di


Wilayah Kabupaten Semarang Jawa Tengah

Langkah optimalisasi dalam upaya melestarikan daya dukung lingkungan lingkungan


yang didalamnya mencakup fungsi lingkungan hidup dan sumberdaya alam menjadi salah satu
caa untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya pencemaran atau polusi yang berdampak
terhadap kerusakan lingkungan hidup. Kaitannya terhadap suatu daerah, potensi sumberdaya
alam yang dimiliki menjadi sebuah modal dalam pembangunan dimana akan memberikan
implikasi positif jika perencanaan yang dilakukan tetap memperhatikan sifat dan karakteristik
di dalamnya. Salah satu cara dalam melakukan analisis untuk melihat bagaimana keberlanjutan
sumberdaya alam di suatu daerah, yakni dengan melakukan penyusunan Neraca Sumberdaya
Alam. Dengan menggunakan pendekatan spasio-temporal, hasil interpretasi dapat didasarkan
atas kondisi distribusi sebaran titk eksploitasi dan cadangan sumberdaya di suatu daerah
sebagai salah satu acuan untuk melakukan perencanaan pembangunan kaitannya terhadap
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya.

Pada kesempatan ini, akan disajikan contoh kajian neraca sumberdaya air dan
aplikasinya untuk melihat potensi dan keberlanjutan sumberdaya tersebut di wilayah
Kabupaten Semarang. Kategorisasi sumberdaya air di Kabupaten semarang dapat digolongkan
menjadi air permukaan, airtanah, dan curah hujan. Berdasarkan karakteristik dan kenampakan
wilayah di Kabupaten Semarang, sumberdaya air yang dapat dijumpai yakni sumberdaya air
permukaan dari sungai, waduk, dan rawa, airtanah, dan hasil presipitasi. Secara umum,
Kabupaten Semarang memiliki cakupan sumber air besir yang cukup melimpah. Salah satu
tinjauannya yakni dengan melihat persebaran tingkat kerawanan bencana kekeringan dan banjir
di Kabupaten Semarang.
Gambar 1. Peta Distribusi Kerawanan Bencana Kekeringan di Kabupaten Semarang (Alwi, et
al., 2022)

Gambar 1. Peta Distribusi Kerawanan Bencana Banjir di Kabupaten Semarang (Alwi, et al.,
2022)

Berdasarkan peta distribusi kerawanan bencana kekeringan dan banjir di Kabupaten


Semarang seperti pada Gambar 1 dan Gambar 2, dapat diketahui bahwa sumberdaya air
permukaan di Kabupaten Semarang relatif cukup melimpah. Tinjauan selanjutnya untuk
melihat neraca sumberdaya air di Kabupaten Semarang, yakni berupa pemanfaatan dan
kebutuhan. Dari segi pemanfaatan domestik, pemanfaatan dan kebutuhan sumberdaya air di
Kabupaten Semarang teralokasikan diantaranya meliputi kepentingan rumah tangga,
pertokoan, rumah sakit, industri, dan irigasi pertanian.

Analisis selanjutnya dititkberatkan pada pendekatan kondisi sumberdaya air permukaan


dan airtanah. Jika melihat kondisi fisik morfologi wilayah dan peta distribusi kerawanan banjir
di Kabupaten Semarang, wilayah dengan potensi sumberdaya air yang relatif lebih tinggi dari
lokasi lain adalah di sekitar Rawa Pening. Wilayah ini tergolong ke dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS Tuntang), dari kondisi sumberdaya airpermukaan untuk mengetahui secara
kuantitas jumlah distribusinya dapat dilakukan dengan mengacu pada data debit aliran Sungai
Tuntang karena menjadi salah satu sumber mata air utama aktivitas penduduk di sekitarnya.
Menurut (Sriyana, 2011), petani menjadi mata pencaharian yang paling dominan di wilayah
DAS Tuntang, dilanjutkan oleh pedagang, dan pengusaha. Hal ini linear dengan penggunaan
lahan berupa area persawahan yang cukup luas di wilayah Kabupaten Semarang serta di sekitar
Danau Rawa Pening. Dengan demikian, potensi sumberdaya alam teriventarisasi oleh aktivitas
di bidang pertanian seperti untuk irigasi lahan.

Di sisi lain, potensi sumberdaya air juga dapat dilihat dari jumlah ketersediaan airtanah
di daerah Kabupaten Semarang. Untuk melakukan identifikasi jumlah ketersediaan airtanah
dapat dilakuan dengan mengetahui distribusi akuifer dan karakteristik morfologi fisik wilayah.
Karakteristik morfologi ini dapat digolongkan menjadi daerah cekungan airtanah dan non-
cekungan airtanah. Menurut (Febriarta & Purnama, 2020), daerah non cekungan airtanah do
Kabupaten Semarang umumnya terdapat pada morfologi lipatan bagian dari Zona
Antiklinorium Kendeng. Sedangkan daerah cekungan airtanah dipengaruhi oleh keberadaan
gunungapi Ungaran yang berada di Kabupaten Semarang.

Untuk mengetahu neraca sumberdaya air di daerah ini, dilakukan identifikasi mengenai
jumlah ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air. Berdasarkan hasil yang diketahui
sebelumnya, ketersediaan air di Kabupaten Semarang berasal dari sumberdaya air permukaan
dan airtanah. Kebutuhan sumberdaya air, yang paling utama digunakan untuk rumah tangga,
di setiap lokasi dengan persebaran dan kepadatan jumlah penduduk yang berbeda maka
keberlanjutan sumberdaya air di setiap lokasi juga menunjukkan perbedaan. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, penggunaan lahan berupa area persawahan di Kabupaten Semarang
cukup luas sehingga kebutuhan air untuk irigasi juga relatif tinggi.

Kabupaten Semarang juga merupakan wilayah dengan aktivitas di sektor industri dan
pariwisata yang cukup tinggi. Kawasan industri di Ungaran menjadi salah satu penyumbang
dalam inventarisasi sumberdaya air di wilayah ini. Selain itu, Kawasan pariwisata yang
mendorong terbangunnya hotel-hotel juga merupakan aspek yang membutuhkan keberadaan
sumberdaya air. Pada umumnya, di kawasan industri dan hotel-hotel ini kebutuhan air yang
digunakan berupa airtanah. Hal ini dapat mengakibatkan adanya potensi permasalahan berupa
berkurangnya potensi sumberdaya air tanah serta dapat memunculkan adanya permasalahan
pencemaran airtanah karena proses eksploitasi yang dilakukan secara terus-menerus.

Meskipun demikian, implikasi negatif justru dapat terjadi di wilayah lain seperti halnya
adanya pengaruh kekurangan ketersediaan sumberdaya airtanah di Kota Semarang karena
proses eksplorasi di Kabupaten Semarang sudah relatif tinggi. Hal ini juga didukung oleh
morfologi wilayah di Kabupaten Semarang yang relatif lebih tinggi selain itu lokasi keberadaan
sumberdaya air juga relatif lebih dekat. Dengan demikian, keberadaan regulasi dan tata ruang
wilayah menjadi faktor yang sangat penting agar keseimbangan neraca air, yakni antara
persediaan dan kebutuhan sumberdaya air di Kabupaten Semarang lebih stabil. Selain itu,
langkah optimalisasi juga dapat dilakukan dengan menyusun rencana dalam melakukan
analisis potensi dan cadangan sumberdaya air sehingga diperoleh tujuan dan sasaran
pembangunan yang sesuai dalam melakukan kebijakan pengelolaan dan konservasi
sumberdaya alam.

Daftar Pustaka

Alwi, M., Maharti, A. W., Rakhmadini, A., Pratsiyawan, D., Rakhmatika, M., Adalya, M., . . .
Hizbaron, D. R. (2022). Pemetaan Multi Rawan Bencana Longsor, Kekeringan, dan
Banjir di Kabupaten Semarang. Majalah Geografi Indonesia, 19-31.

Febriarta, E., & Purnama, S. (2020). Identifikasi Keterdapatan Airtanah Dengan


Electromagnetic Very Low Frequency (EM-VLF) di Non Cekungan Airtanah
Kecamatan Ungaran Timur. Jurnal Geosains dan Teknologi, 52-62.

Sriyana. (2011). Kajian Karakteristik DAS Tuntang dan Model Pengelolaan DAS Terpadu.
Teknik, 180-187.

Anda mungkin juga menyukai