2014: 8-14
Kawasan Karst Maros mempunyai tata air yang kondusif, baik yang berada di bawah gua maupun yang muncul sebagai
sungai permukaan, seperti DAS Bantimurung. DAS Bantimurung bahagian hulunya dipergunakan sebagai tempat pariwisata,
air irigasi bagi pertanian dan air baku PDAM Kabupaten Maros. Untuk itu, perlu dilakukan valuasi ekonomi terhadap
sumberdaya air tersebut, berupa nilai total ekonomi. Besarnya debit air yang terdapat di Kawasan Karst Maros selama 20 tahun
(1990-2010) cenderung berada pada angka 7,00 m3/s, dengan debit air terendah terjadi bulan September, sekitar 1,00 m3/s dan
tertinggi pada bulan Januari mencapai 20 m3/s. Perhitungan nilai guna langsung (direct use value) sebesar
Rp.385.479.052.214, nilai guna tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp.13.251.588.000, dan nilai bukan guna (non use
value) sebesar Rp.20.016.148.000, sehingga nilai ekonomi total (Total Economic Value, TEV) dari setiap tahunnya sebesar
Rp.418.746.788.214. Untuk keberlanjutan pemanfaatan air sungai bawah tanah Kawasan Karst Maros diperoleh kebutuhan air
seluruh irigasi pertanian di Kabupaten Maros adalah 5,32 m3/s dan PDAM sebesar 2.037.943 m3 setiap tahun. Sedangkan air
yang tersedia di Kawasan Karst Maros adalah 220,8 juta m3 setiap tahun, sehingga masih ada surplus air sebesar 15,10 juta m3
setiap tahun.
Abstract
The karst region of Maros has water system that is conducive both under the cave and emerge as the river surface, such
as watershed Bantimurung. The upstream of DAS Bantimurung is used as a place of tourism , agriculture and irrigation for
raw water in Maros PDAM. To that end, economic valuation needed to be done to water resource, in the form of total
economic value. The amount of discharge water contained in Maros Karst area for 20 years (1990-2010) tended stands at 7,00
m3/s, with the lowest water discharge occurred in September, approximately 1,00 m3/s and the highest in January at 20 m3/s.
Direct use value amounted to Rp 385,479,052,214 then indirect use value was Rp 13,251,588,000 and the non-use value was
Rp20,016,148,000, so the total economic value, TEV, of each year was Rp418,746,788,214. For sustainable use of river water
underground of Karst Maros that acquired the entire agricultural irrigation water needed in Maros regency was 5,32 m3/s and
the PDAM amounted 2,037,943 m3 then available water in Karst Maros was 220.8 milyar m3 per year, so there was still the
water surplus of 15,10 milyar m3 for each year
Bantimurung dan merupakan sumber air bersih bagi gratis. Padahal, air sebagai sumberdaya alam, adalah
masyarakat sekitarnya. Kebutuhan air masyarakat terus terbatas jumlahnya karena memiliki siklus tata air yang
meningkat dan membutuhkan sumber mata air baru relatif tetap. Pembangunan berkelanjutan menurut
salah satunya diharapkan dari Kawasan Karst Maros. Munasinghe dan Lutz (1991) meliputi tiga hal, yakni
Penelitian untuk beberapa lintasan di Kawasan Karst peningkatan kualitas hidup secara kontinyu,
Maros (Arsyad, 2009), memperlihatkan bahwa lapisan penggunaan sumberdaya alam pada intensitas rendah,
air tanah pada kedalaman 0,75-5,0m (soil water/akifer dan meninggalkan sumberdaya alam yang baik untuk
tak tertekan). Sedangkan potensi akifer terbesar generasi yang akan datang (Rogers, 2007).
terdapat pada kedalaman 12-15,7m (ground Untuk itu masalah dalam penelitian ini adalah
water/aquifer tertekan), karena diapit oleh lapisan tentang tinjauan ketersediaan air sungai bawah tanah di
batuan keras dan terakumulasi merata di lapisan Kawasan Karst Maros Sulawesi Selatan, evaluasi
batuannya. kuantitas nilai ekonomi sumberdaya air bawah tanah di
DAS Bantimurung mempunyai panjang ±7 km, Kawasan Karst Maros Sulawesi Selatan dan evaluasi
berhulu di kawasan karst dan bermuara di Sungai pemanfaaatan air sungai bawah tanah yang
Maros, sehingga merupakan sumber air segar bagi berkelanjutan di Kawasan Karst Maros Sulawesi
pertanian dan PDAM Kabupaten Maros. Kebutuhan air Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang, mengevaluasi besarnya ketersediaan air sungai bawah
khusus untuk kota Maros dan Makassar. Menurut hasil tanah di Kawasan Karst Maros Sulawesi Selatan,
survei (JICA, 2010), pada tahun 2015 akan mencapai nilai ekonomi sumberdaya air bawah tanah di Kawasan
2.643 l/s untuk Makassar dan 263 l/s untuk kota Karst Maros Sulawesi Selatan, dan pemanfaaatan air
Maros dengan pertumbuhan penduduk masing-masing sungai bawah tanah yang berkelanjutan di Kawasan
sekitar 7-10% dan 7-8% setiap tahun. Untuk itu, perlu Karst Maros Sulawesi Selatan.
dilakukan valuasi ekonomi terhadap sumberdaya air
yang terdapat di Kawasan Karst Maros. Valuasi METODE PENELITIAN
ekonomi adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai
kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan Tempat dan Waktu Penelitian
oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas apakah Lokasi penelitian ini di Kawasan Karst Maros
nilai pasar (market price) tersedia atau tidak (Fauzi, Sulawesi Selatan yang berada antara 4o50’0’’-5010’0”
1999). Terjadinya krisis air dapat dipicu oleh sikap dan LS dan 119o30’00’’-120o0’0’’ BT, (Gambar 1).
prilaku masyarakat yang cenderung boros dalam Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei 2010- Maret
memanfaatkan air karena air sebagai milik umum 2012.
(common property) dianggap tidak terbatas adanya dan
karenanya dapat diperoleh secara cuma-cuma atau
27.968.597.864 (dua puluh tujuh milyar sembilan ratus berupa longsor, banjir atau kekeringan sehingga
enam puluh delapan juta lima ratus sembilan puluh mengakibatkan terganggunya ketersediaan air.
tujuh ribu delapan ratus enam puluh empat rupiah) Keinginan membayar (WTP) responden masyarakat
setiap tahun. yang berdomisili langsung di sekitar Kawasan Karst
Maros dengan jumlah penduduk 49.818 jiwa. Untuk
Penggunaan debit air sungai bawah tanah pada mengetahui WTP responden, maka di buat pasar
bidang PDAM hipotetik. Keinginan responden untuk membayar
Nilai ekonomi air sungai bawah tanah di bidang berkisar antara Rp1.000.000 hingga Rp4.500.000 per
PDAM diperoleh dengan menghitung banyaknya air responden/tahun dan diperoleh rata-rata Rp2.660.000
minum yang diproduksi dengan harga air per meter setiap responden. Nilai guna tidak langsung Kawasan
kubik untuk tahun 2009 dengan jumlah produksi Karst Maros berdasarkan keinginan membayar
2.037.943 m3, sehingga nilai ekonomi air sungai masyarakat sekitar Kawasan Karst Maros sebesar
bawah tanah untuk PDAM Maros sebesar Rp Rp13.251.588.000 setiap tahun. Proses tersebut
8.063.454.350 (delapan milyar enam puluh tiga juta selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.
empat ratus lima puluh empat ribu tiga ratus lima Dari Tabel 2, terlihat bahwa keinginan responden
puluh rupiah). untuk membayar berkisar antara Rp1.000.000 hingga
Dari bidang pertanian, pariwisata dan PDAM, Rp4.500.000 setiap responden/tahun dan diperoleh
maka nilai guna langsung pemanfaatan air sungai rata-rata sekitar Rp2.660.000 setiap responden. Nilai
bawah tanah Kawasan Karst Maros adalah guna tidak langsung Kawasan Karst Maros
Rp3.372.743.849.214, setiap tahunnya. berdasarkan keinginan membayar masyarakat sekitar
Kawasan Karst Maros sebesar Rp13.251.588.000
Nilai Guna Tidak Langsung Kawasan Karst Maros setiap tahun.
Nilai guna tidak langsung Kawasan Karst Maros
berupa nilai kawasan guna mencegah bencana alam
TEV:
Rp 418.746.788.214
UV: NUV:
Rp 398.730.640.214 Rp 20.016.148.000
DUV IUV EV
Rp365.479.052.214 Rp 13.251.588.000 Rp 20.016.148.000
Gambar 3. Skema perhitungan nilai ekonomi total Kawasan Karst Maros. Sumber: Data primer terolah (2011)
Nilai Bukan Guna Kawasan Karst Maros value) sebesar Rp 3.372.743.849.214, nilai guna tidak
Nilai bukan guna berkaitan dengan nilai langsung (indirect use value) sebesar
kelestarian dalam menjaga resapan air di daerah hulu. Rp13.251.588.000, dan nilai bukan guna (non use
Responden diharapkan dapat menyediakan dana untuk value) sebesar Rp20.016.148.000. Sehingga, nilai
menjaga kelestarian kawasan karst berdasarkan ekonomi total dari sebagian jasa lingkungan Kawasan
kesediaan membayar responden dengan membuat Karst Maros setiap tahunnya dari indikator yang
WTP (willingness to pay). Proses tersebut selanjutnya dibuat adalah sebesar Rp3.406.011.585, setiap
dapat dilihat pada Tabel 3. tahunnya.
Dari Tabel 3, terlihat bahwa nilai bukan guna Dalam bentuk diagram, maka nilai ekonomi total
Kawasan Karst Maros didekati dengan kecenderungan dapat dilihat seperti pada gambar 3. Dari gambar 3 di
nilai keinginan membayar (WTP) responden atas, terlihat bahwa nilai guna (use value, UV) yang
pengunjung wisata Bantimurung. Rata-rata responden terdiri dari nilai guna langsung dan tidak langsung
untuk membayar sebesar Rp29.000, sehingga nilai lebih besar daripada nilai bukan guna (non use, value,
bukan guna sebesar Rp20.016.148.000 yang NUV). Besarnya nilai ekonomi pada bidang pertanian,
merupakan nilai keberadaan Kawasan Karst Maros. karena Kabupaten Maros merupakan salah satu
penghasil padi terbesar di Sulawesi Selatan. Luas
Nilai Ekonomi Total Kawasan Karst Maros lahan sawah yang mencapai 6.997,33 ha untuk lahan
Nilai ekonomi total (Total Economic Value, TEV) yang beririgasi saja dan ketersediaan air sepanjang
adalah jumlah total dari nilai guna langsung (direct use tahun adalah modal dasar bagi penduduk Kabupaten
Maret 2014 ARSYAD, M., DKK.: ANALISIS KETERSEDIAAN AIR 13
sebesar 15,10 juta m3 setiap tahun untuk pertumbuhan Haryono, E. 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst.
penduduk sebesar 7-8% di Kabupaten Maros. Seminar Nasional. Yogyakarta: Fakultas Teknik
Kabupaten Maros dan Propinsi Sulawesi Selatan Sipil UGM
disarankan untuk tetap melakukan regulasi untuk [JICA] Japan International Cooperation Agency. 2010.
zonasi wilayah tambang, hutan lindung, dan lainnya, The Pre-Feasibility Study for the Kabupaten
sehingga pengelolaan tata ruang berjalan. Ini untuk Maros. Final Report: Jakarta.
menjadikan kawasan karst sebagai penyangga Khan, J.R. 1998. The Economic Approach to
ketersediaan air untuk masyarakat, maka diperlukan Environmental and Natural Resources. Second
adanya kebijakan pengelolaan kawasan karst berbasis Edition. Thomson-Western, New York.
masyarakat. Kurniawan, R. 2010. Sistem Pengelolaan Kawasan
karst Maros-Pangkep Propinsi Sulawesi Selatan
DAFTAR PUSTAKA Secara Berkelanjutan. Disertasi Sekolah
Pascasarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian
Arsyad, M. 2009. Eksplorasi, Eksploitasi, dan Bogor.
Pemodelan Sumber Daya Mineral Air Bawah Kurniawan, R., Eriyatno., Rukman, S. dan Alinda.
Tanah di Kawasan Gunung Karst Maros- 2009. Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan
Pangkep dengan Metode Automata Gas Kisi Kawasan Karst Maros-Pangkep. Jurnal Ekonomi
Boltzmann. Laporan Tahun I Penelitian Hibah Lingkungan. 13(1) : 51-60
Penelitian Makassar: UNM Makassar Nur. 2004. Tim Ekspedisi Gua-Gua Karst Maros:
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Maros Dalam Makassar.
Angka. Kerjasama BPS Kabupaten Maros Radhika, S. Amirwandi, Hidayat, R., Fauzi, M., dan
dengan BDI Kabupaten Maros, Maros Hatmoko, W., 2012. Kebutuhan Air di Indonesia.
Daryanto, A. dan Oktariadi. 2009. Klasifikasi Pusat Litbang Sumber Daya Air: Bandung.
Kawasan Karst Maros Sulawesi Selatan untuk Rogers, P.P, 2007, An Introduction Sustainable
Menentukan Kawasan Lindung dan Budidaya. Development, Glen Education Foundation, Inc.
Majalah Pusat Lingkungan Geologi, 19(2): 67- Samani, N. 2001. Response of Karst Aquifers To
81. Rainfall And Evaporation, Maharlu Basin, Iran.
Departemen Kehutanan. 2008. Rencana Pengelolaan Journal of Cave and Karst Studies 63(1): 33-40.
Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung Suhardjono dan Yayuk R. 2007. Laporan Teknik 2006.
Bulusaraung Periode 2008–2027 Kabupaten Inventarisasi dan Karakterisasi Biota Karst dan
Maros dan Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Gua Pegunungan Sewu dan Sulawesi Selatan.
Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung: Proyek 212. Bidang Zoologi (Museum
Maros Zoologicum Bogoriense) Pusat Penelitian Biologi
Fauzi, A. 1999. Metode Valuasi Ekonomi Dampak – LIPI, Bogor.
Lingkungan. The Role Economic Valuation in
EIA. PPSMI. Universitas Indonesia, Jakarta.