Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

ANALISIS SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR


GEL3002-BLOK II

SUMBERDAYA AIR DI KOTA BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN:


KETERKAITANNYA DENGAN KONDISI METEOROLOGI, PERMASALAHAN DAN
ANCAMAN BENCANA

Disusun Oleh :

Nama : Benarifo Ahmada

NIM : 15/382305/GE/08075

Dosen Pengampul : Dr. Emilya Nurjani, M.Si.

DEPARTEMEN GEOGRAFI LINGKUNGAN

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018
A. PENDAHULUAN
Kota Banjarbaru berada di dataran rendah Kalimantan Selatan dan berbatasan dengan
Pegunungan Mandiangin di sisi timur nya (BPS, 1999). Dilihat dari sisi geologi, Kota
Banjarbaru terletak di Sistem Cekungan Airtanah Barito Meratus dengan berkembangnya
sistem multilayer dengan akuifer. Apabila menerka flownet air tanah nya maka dapat dikatakan
Pegunungan Mandiangin merupakan daerah recharge dan Kota Banjarbaru merupakan daerah
discharge yang mana merupakan daerah dengan limpasan air yang melimpah. Sehingga di Kota
Banjarbaru jarang sekali terjadi kekeringan di musim kemarau. Hal ini dipengaruhi oleh
kontribusi hutan pinus yang berada di sisi utara Kota Banjarbaru yang mampu menyerap air
permukaan dan meneruskan air ke lengas tanah. Kemudian di berbatasan Kota Banjarbaru
dengan Martapura, Kabupaten Banjar bentuk lahan yang terbentuk ialah rawa yang mampu
menggenangkan air selama musim hujan berlangsung. (Sikumambang, 1994)

Gambar 1. Peta Administrasi Kota Banjarbaru dilengkapi dengan hillshade


Sumber: Jarwanto, 2008

Sumberdaya air di Kota Banjarabaru terbagi menjadi empat bentuk, yaitu: air sungai,
air tanah, air rawa, dan air hujan. Kegiatan manusia seperti pertambangan, industri rumah
tangga, penebangan hutan, dan pertanian menyebabkan pencemaran bagi air tanah dan juga air
sungai. Hal ini memperburuk kualitas kimia air tanah dan air sungai yang tinggi mengandung
SO4-serta Mg+. Sedangkan untuk kualitas fisika air tanah dan air sungai mengalami
peningkatan nilai DHL, yaitu mencapai 500µ mohs/cm. (Jarwanto, 2008).
B. KONDISI SUMBERDAYA AIR
Secara kuantitas, sumberdaya air di Kota Banjarbaru terbilang aman setiap tahunnya,
dengan penggunaan air 6.092.996.757 liter/tahun atau 73%, sedangkan sisa air atau surplus
2.250.356.243 liter/tahun atau 27%. Namun yang perlu ditekankan yaitu pada musim kemarau
dimana terjadi defisit air sebesar -50mm/tahun selama bulan Juli hingga September. Sedangkan
selama musim penghujan terjadi surplus air hingga sebesar 250mm/bulam. Perhitungan ini
berdasarkan catatan curah hujan dikurangi oleh penguapan yang terjadi dalam besaran
milimeter (mm) (Jarwanto, 2008). Sumber air banyak digunakan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga seperti mencuci, mandi, menyiram tanaman; memenuhi kebutuhan
ekonomi seperti tambang batubara, tambang emas, pengolahan intan, rumah makan lokal; dan
memenuhi kebutuhan pariwisata seperti kolam renang, wc umum, dan pemancingan ikan
sungai.

Tabel 1. Imbangan Hujan dan Penguapan


Sumber: Jarwanto, 2008

Gambar 2. Neraca Sumberdaya Air Kota Banjarbaru


Sumber: Jarwanto, 2008
Gambar 3. Grafik Imbangan Curah Hujan dan Penguapan
Sumber: Jarwanto, 2008

C. ANCAMAN SUMBERDAYA AIR


Ancaman yang menanti Kota Banjarbaru ialah kris sumberdaya air yang diteliti oleh
Jarwanto (2008) akan terjadi pada tahun 2025 seiring dengan berkembangnya pariwisata dan
pertumbuhan penduduk sebesar 1,9% setiap tahunnya yang dapat dipercepat oleh beberapa
aktifitas beberapa industri. Ada empat tipe tingkatan industri yang dijadikan dasar perhitungan
proyeksi kebutuhan air yaitu industri skala besar, yaitu industri dengan jumlah karyawan 2000
orang, industri skala sedang yaitu industri dengan jumlah karyawan 500 orang, industri skala
kecil dengan jumlah karyawan 20 orang dan industri pariwisata dengan jumlah pengunjung
5000 orang per tahun.
Industri besar dengan jumlah karyawan yang sangat besar akan sangat mempercepat
habisnya penyediaan air, berdasarkan hasil perhitungan penambahan satu perusahaan skala
besar dalam satu tahun akan mempercepat habisnya penyediaan air sampai 10 tahun atau tahun
2015 air sudah dalam kondisi kritis. Industri skala sedang akan mempercepat masa kritis 4
tahun atau pada tahun 2021 Kota Banjarbaru mencapai masa kritis. Industri skala kecil
pengaruhnya tidak terlalu signifikan dalam mempercepat datangnya masa kritis yaitu hanya
mempercepat 1 tahun atau pada tahun 2024 mencapai masa kritis. Industri pariwisata dengan
jumlah pengunjung 5000 orang/tahun atau sekitar 14 orang/hari berdasarkan perhitungan tidak
terlalu mempengaruhi penurunan jumlah kebutuhan air atau air mencapai masa kritis pada
tahun 2025.
Gambar 4. Grafik Perkiraan Garis Kebutuhan Air Domestik
Sumber: Jarwanto, 2008

D. PERMASALAHAN SUMBERDAYA AIR


Kota Banjarbaru ditargetkan akan menjadi pusat pemerintahan baru bagi Provinsi
Kalimantan Selatan sehingga pembangunan terus menerus dilakukan sehingga mengurangi
ruang lahan hijau di kawasan perkotaan (Ruslan dan Rahmad, 2012). Berdasarkan pengalaman
penulis, jarang terjadi bencana banjir melanda Kota Banjarbaru namun belakangan ini (tahun
2016-sekarang) kerap terjadi bencana banjir apabila intensitas curah hujan sangat tinggi
(Irmita, 2018, https://www.kanalkalimantan.com/ini-catatan-banjir-banjarbaru-dalam-2-
tahun-terakhir/ , 8 Maret 2018) selain itu dampak dari pembangunan rumah toko (ruko) di atas
lahan resapan air mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air dan tingginya pertumbuhan
penduduk serta aktivitas ekonomi menyebabkan meningkatnya volume sampah, menyebabkan
penyumbatan pada tubuh sungai dan mengganggu arus sungai di Kota Banjarbaru.
Menurut Setiawan, dkk (2015) penyebab utama kerentanan banjir ialah akibat perubahan
penggunaan lahan, morfologi Kota Banjarbaru yang cenderung datar (kemiringan lereng 0-8%)
serta tekstur tanah yang didominasi oleh clay atau lempung. Berdasarkan zonasi kerentanan
banjir Kota Banjarbaru diperoleh data bahwa seluas 16.810 ha atau 51% dari luasan Kota
Banjarbaru berada pada tingkatan agak rentan, kemudian seluas 13.118 ha atau 40% tidak
rentan dan seluas 3.156 ha atau 9% rentan banjir. Kecamatan yang memiliki luas kelas
kerentanan rentan banjir yang paling tinggi adalah Kecamatan Liang Anggang (1.445 Ha)
diikuti Cempaka (967 Ha), dan Landasan Ulin (620 Ha). (Gambar 5.)
Gambar 5. Peta Kerentanan Banjir Kota Banjarbaru
Sumber: Setiawan dkk, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Buku atau Jurnal


BPS (Badan Pusat Statistik). 2016. Kota Banjarbaru Dalam Angka 2016. Banjarbaru:
Badan Pusat Statistik
Jarwanto. 2008. Neraca Sumberdaya Air Kota Banjarbaru-Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmiah MTG, Vol. 1 No. 1, Januari 2008
Ruslan, Muhammad; Rahmad, Basuki. 2012. Kajian Ruang Terbuka Hijau Dalam
Rangka Pembentukan Hutan Kota Di Banjarbaru. Jurnal Hutan Tropis. Volume
13 No. 1, Maret 2012.
Setiawan E. B., Yusran F. H., Razie, F., Mustika, R. 2015. Zonasi Tingkat Kerentanan
Banjir Di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. EnviroScienteae Vol. 11 (2015)
Halaman : 136-142
Sikumambang at all. 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan. Bandung
: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Berita Online
Irmita, Rizka. 2018. Ini Catatan Banjir Banjarbaru Dalam 2 Tahun Terakhir. Kanal
Kalimantan. Dikutip dari https://www.kanalkalimantan.com/ini-catatan-banjir-
banjarbaru-dalam-2-tahun-terakhir/ pada 11 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai