Anda di halaman 1dari 10

KLASIFIKASI TINGKAT KERENTANAN DAERAH BANJIR

DI KECAMATAN PUTUSSIBAU SELATAN


KABUPATEN KAPUAS HULU
Juniar Doni Pratama ¹, Agustiah Wulandari ², Gusti Zulkifli Mulki ²
¹Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak,
² Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
(Email: juniardonipratama@gmail.com)
ABSTRAK
Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan di dataran yang kering sebagai akibat terjadinya limpasan air
dari sungai. Terdapat sebelas Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu yang rentan terhadap banjir sejak ratusan
tahun lalu, salah satunya Kecamatan Putussibau Selatan yang termasuk kawasan rawan banjir dikarenakan
Kecamatan ini memiliki banyak anak sungai. Tujuan penelitian adalah mengklasifikasikan daerah rawan banjir
berdasarkan klasifikasi tingkat kerentanan banjir di Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis overlay. Hasil analisis ditampil dalam
bentuk peta klasifikasi banjir. Banjir di Kecamatan Putussibau Selatan terbagi menjadi empat klasifikasi,
klasifikasi tidak rentan berada di Desa Tanjung Lokang. Cukup rentan berada di Desa Bungan Jaya, Desa
Beringin Jaya, Desa Kereho, Desa Cempaka Baru, Desa Urung Unsa dan Desa Jaras. Rentan berada di Desa
Suka Maju, Desa Siyut/Sayut, Desa Ingko Tambe, Kedamin Darat dan Desa Melapi. Sangat rentan berada
Kelurahan Kedamin Hulu, Kedamin Hilir, Desa Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati. Arahan permanfaatan ruang
kawasan sangat rentan yaitu hutan Produksi sebesar 6% di peruntukan sebagai hutan yang melindungi kawasan
di bawahnya, pertanian sebesar 6% diperuntukkan sebagai kegiatan pertanian lahan basah, Taman Nasional
sebesar 8% diperuntukan sebagai zona inti, zona religi, budaya, sejarah dan zona permanfaatan.
Kata Kunci: banjir, tingkat kerentanan, Putussibau Selatan
ABSTRACT
[Title : Flood Vocational Vulnerability Classification In Putussibau South District Kapuas Hulu District]
Flooding is an occurrence of standing on dry plains asa result of water runoff from a river. There are eleven
Kecamatan in Kabupaten Kapuas Hulu that are flood prone hundreds of years ago, one of which Kecamatan
Putussibau Selatan that includes the prone to flood areas because it has many tributaries. The purpose of research
is to classify flood prone areas by classifying in Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. The
study employed quantitative methods with overlay analysis techniques. An analysis is collected on the flood
classification map. Flooding Kecamatan Putussibau Selatan divided into four classifications, classifications not
at village Tanjung Lokang. Quite vulnerable are the in village Bungan Jaya, village Beringin Jaya, village Kereho,
village Cempaka Baru, village Urung Unsa and village Jaras. Susceptible are the in village Suka Maju, village
Siyut/Sayut, village Ingko Tambe, village Kedamin Darat and village Melapi. At the most vulnerable are the in
village Kedamin Hulu, village Kedamin Hilir, village Sungai Uluk and village Tanjung Jati. The destruction of
space in the region by 6% of production forest in collapse asa forest protecting the region below, agriculture in
6% is designated as wet-land farm activity, a national park of 8% is defined asa core zone, a religious zone, a
culture, history and the benefit zone.
Keywords: flood, level of vulnerability, Putussibau Selatan
I. PENDAHULUAN dan banjir. Salah satu bencana alam yang sering terjadi
Bencana merupakan suatu kejadian atau di Indonesia yaitu bencana banjir.
peristiwa yang memberikan kerugian yang begitu Banjir merupakan peristiwa terjadinya
besar pada masyarakat, yang bersifat merusak, genangan di dataran kering sebagai akibat terjadinya
merugikan dan mengambil waktu yang panjang untuk limpasan air dari sungai (Asdak, 2010). Terjadinya
pemulihannya (Aminudin, 2013). Bencana terdiri dari banjir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial. diantaranya kondisi lingkungan dan kondisi sosial
Bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan, suatu wilayah, persoalan mengenai banjir ini sering
tsunami, angin topan, gunung meletus, tanah longsor, muncul di berbagai wilayah Indonesia salah satunya di
Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Banjir 1. Memetakan dan menganalisis tingkat kerentanan
yang terjadi di Kabupaten ini disebabkan oleh curah banjir di Kecamatan Putussibau Selatan
hujan yang berkisar 3300 mm – 5000 mm dengan berdasarkan indikator kerentanan lingkungan dan
jumlah hari hujan berkisar dari 240 – 260 pertahun dan sosial
terletak pada dataran rendah atau cekung sehingga 2. Menganalisis karakteristik daerah rawan banjir
menyebabkan banjir (Dinas Pertanian Tanaman berdasarkan persepsi pemangku kepentingan dan
Pangan dan Peternakan Kabupaten Kapuas Hulu, persepsi masyarakat.
2017). 3. Mengidentifikasi dan menganalisis arahan
Peraturan daerah Kabupaten Kapuas Hulu No 1 permanfaataan ruang berdasarkan tingkat
Tahun 2014 terdapat 11 (sebelas) Kecamatan di kerentanan dan rencana pola ruang, daerah aliran
Kabupaten Kapuas Hulu yang rentan terhadap banjir sungai dan administrasi
salah satunya Kecamatan Putussibau Selatan. Adapun
dari ke 11 (sebelas) Kecamatan tersebut antara lain II. METODELOGI PENELITIAN
Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan Bunut Hilir, Pendekatan penelitian yang akan dilakukan yaitu
Kecamatan Bika, Kecamatan Embaloh Hilir, menggunakan metode kuantitatif merupakan metode
Kecamatan Badau, Kecamatan Empanang, Kecamatan yang menggunakan data yang terukur dan dianalisis
Suhaid, Kecamatan Selimbau, Kecamatan Jongkong, dengan cara statistik (Jhon, 2003).
dan Kecamatan Putussibau Utara termasuk Kawasan 1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
rawan banjir (BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu, atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
2013). dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Kecamatan Putussibau Selatan yang termasuk peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kawasan rawan banjir dikarenakan Kecamatan ini kesimpulannya (Arikunto, 2009). Populasi dalam
memiliki banyak anak sungai. Terdapat 16 (enam penelitian ini adalah Kecamatan Putussibau
belas) desa yaitu Desa Beringin Jaya, Bungan Jaya, Selatan Kabupaten Kapuas Hulu yang terdiri dari
Cempaka Baru, Ingko Tambe, Jaras, Kedamin Darat, 16 desa
Kedamin Hilir, Kedamin Hulu, Kereho, Melapi, Sayut 2. Variabel yang digunakan untuk menentukan
Atau Siyut, Suka Maju, Sungai Uluk, Tanjung Jati, klasifikasi tingkat kerentanaan banjir di
Tanjung Lokang dan Desa Urung Unsa (BPS Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas
Kecamatan Putussibau Selatan, 2019). Berdasarkan 16 Hulu dengan metode tumpang tindih (overlay).
(enam belas) desa yang berada di Kecamatan Berikut penjabarannya :
Putussibau Selatan terdapat empat desa rawan terhadap
Tabel 1 Variabel dan Indikator (Hasil Analisis,
banjir yaitu Kelurahan Kedamin Hilir, Jaras, Sungai
Uluk dan Desa Tanjung Jati (BPS Kecamatan 2020)
Putussibau Selatan, 2019). No Sasaran Variabel Indikator
Faktor penyebab terjadinya banjir di keempat 1 Memetakan dan Jenis Tanah Regosol
menganalisis Aluvial andosol
desa ini dikarenakan berada di wilayah cekungan dan tingkat Latosol
terletak di dua pertemuan sungai yaitu Sungai Kapuas kerentanan Litosol, Mediteran
dan Sungai Sibau ketika memasuki pada saat musim banjir di Grumusol
penghujan menyebabkan keempat desa menggalami Kecamatan Kelerengan > 40%
Putussibau 15% - 40%
banjir (BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu, 2013). Selatan 5% -15%
Maka dari itu perlunya kajian penelitian pemetaan berdasarkan
2% -5%
daerah banjir di Kecamatan Putussibau Selatan indikator
0% - 2%
berdasarkan aspek lingkungan dan aspek sosial. kerentanan
Curah Hujan >3000
lingkungan dan
Sehingga diperoleh pemetaan dan sebaran tingkat sosial 2500 – <3000
kerentanaan banjir berdasarkan tinggi, sedang dan 2000 – 2500
rendah, dari pemetaan sebaran daerah banjir tersebut 1500 - <2000
<1500
diperoleh arahan penataan ruang di daerah rawan Tutupan Tanah terbuka
banjir Kecamatan Putussibau Selatan. Adapun tujuan lahan Petanian lahan kering
penelitian ini adalah mengklasifikasikan daerah rawan campuran
benjir berdasarkan klasifikasi tingkat kerentanaan Pertanian lahan
kering
banjir di Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Semak belukar rawa
Kapuas Hulu. Sasaran yang dilakukan untuk mencapai Semak belukar
tujuan tersebut dengan cara: Perkebunan
Hutan tanaman
No Sasaran Variabel Indikator No Sasaran Variabel Indikator
Hutan lahan kering • Cempaka Baru
sekunder • Ingko Tambe
Hutan rawa sekunder • Jaras
Hutan rawa primer • Kedamin Darat
Hutan mangrove • Kedamin Hilir
sekunder • Kedamin Hulu
Hutan mangrove • Kereho
primer • Melapi
Tambak • Sayut Atau Siyut
Sawah • Suka Maju
Hutan lahan kering • Sungai Uluk
primer • Tanjung Jati
Permukiman • Tanjung Lokang
Savana • Urung Unsa
Rawa
Tubuh air Teknik Pengumpulan Data: data yang
Bandara digunakan dalam penelitian ini ada dua adalah data
Kepadatan >1000 jiwa/km² primer dan data sekunder. Berikut penjelasan lebih
penduduk 500-1000 jiwa/km² lanjut dari masing-masing jenis data yang digunakan:
< 500 jiwa/km²
Klasifikasi Sangat Rentan a. Data Primer
banjir Rentan • Observasi, yang dilakukan meliputi pengamatan
Cukup Rentan Daerah aliran sungai, keadaan geografi wilayah,
Tidak rentan daerah rawan banjir dan pemanfaatan lahan.
2 Menganalisis Kondisi Lembaga
karakteristik banjir
• Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk
daerah rawan data pada kawasan penelitian seperti keadaan kondisi
banjir eksisting lokasi, sarana prasarana dan aksebilitasi
berdasarkan dalam bentuk dokumen ataupun foto.
persepsi
pemangku • Wawancara penelitian ini dilakukan secara langsung
Faktor penyebab
kepentingan dan terjadinya banjir dengan bertanya kepada informan (orang yang
persepsi memberikan informasi) di lokasi bencana banjir,
masyarakat. digunakan untuk pengumpulan data primer, adapun
Daerah genangan hasil wawancara diperoleh dari Ketua Badan
banjir Penangulangan Bencana Kapuas Hulu, Kepala Camat
Putussibau Selatan, Kasi Trantif Kecamatan
Putussibau, Kepolisian Kecamatan Kabupaten
Ketinggian banjir
Kapuas Hulu, Kepala Desa Rawan Banjir, Tokoh
Rentang waktu banjir
Dampak sosial Masyarakat Rawan Banjir
budaya dari banjir b. Data Sekunder
• Data sekunder biasanya diperoleh dari literatur,
dokumen, serta laporan - laporan yang berkaitan
Dampak lingkungan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari
dari banjir
Kabid Fisik Tata Ruang Kabupaten Kapuas Hulu,
3 Menganalisis Kebijakan Rencana pola ruang
dan Dinas Kehutanan Kabupaten Kapuas Hulu Wilayah
mengidentifikasi Daerah • DAS Bungan/ II, Kasi Trantif Kecamatan Putussibau, Badan
arahan Aliran Langau Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kapuas
permanfaataan Sungai • DAS Kapuas Hulu
ruang • DAS Kapuas II
berdasarkan Teknik Analisis: Penelitian ini menggunakan teknik
• DAS Kariyau
tingkat
• DAS Manday/
analisis kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
kerentanan dan analisis tumpeng susun atau overlay dan analisis
Batangkalis
rencana pola
• DAS Mendalam skoring
ruang, daerah
aliran sungai • DAS Musiman a. Analisis Overlay
dan administrasi • DAS Sibau Teknik analisis overlay yang berfungsi untuk
• DAS
Tuan/Bunut
mengidentifikasi kawasan rawan banjir di Kecamatan
Administrasi • Beringin Jaya Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. Analisis
• Bungan Jaya yang digunakan adalah analisis tingkat kerentanan
banjir berdasarkan indikator kerentanan lingkungan No Tutupan lahan Harkat
dan sosial dalam menentukan kerentanaan banjir 1 Tanah terbuka 5
berdasarkan indikator lingkungan dibutuhkan peta Pertambangan
fisik suatu wilayah seperti jenis tanah, kemiringan 2 Petanian lahan kering campuran 4
Pertanian lahan kering
lereng, curah hujan, tutupan lahan dan jumlah
Belukar rawa
kepadatan penduduk, dengan mengoverlaykan ke 5 Semak/Belukar
peta ini sehingga memunculkan peta baru yaitu peta 3 Perkebunan 3
klasifikasi derah banjir di Kecamatan Putussibau 4 Hutan tanaman 2
Selatan. Hutan lahan kering sekunder
5 Hutan rawa sekunder 1
Hutan rawa primer
Hutan mangrove sekunder
Hutan mangrove primer
Tambak
Sawah
Hutan lahan kering primer
Permukiman
Gambar 1 Overlay Untuk Kerentanaan lingkungan Savana
dan sosial (Hasil Analisis, 2020) Rawa
b. Skoring Tubuh air
Skoring dilakukan untuk pemberian harket Airport
didasarkan pada seberapa besar pengaruh kelas pada
setiap parameter terjadinya banjir Tabel 6 Penilaian Skor Untuk Kepadatan penduduk
(Rum, 2012)
Tabel 2 Penilaian Skor Untuk Jenis Tanah (Peraturan No Kriteria Tingkat Harkat
Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2007) kerentanan
No Jenis tanah Harkat >100
1 > 1 > 1000 jiwa Tinggi 3
1 Ragosol 5 jiwa/km²
2 Alluvial, andosol 4 2 500-1000 Sedang 2
jiwa/km²
3 Latosol 3
3 < 500 jiwa/km² Rendah 1
4 Latosol, mediteran 2
5 Grumusol 1 Klasifikasi tingkat kerentanan banjir: Klasifikasi
Tabel 3 Penilaian Skor Untuk Kemiringan Lereng tingkat kerentanan dilakukan untuk pemberian
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20 klasifikasi tingkat kerentanaan banjir berdasarkan
Tahun 2007) indikator kerentanan lingkungan dan sosial. Rumus
No Lereng Kriteria Harkat yang digunakan untuk membuat kelas interval
kemiringan (Carolita, 2014)
1 >40 Sangat terjal 5
2 15-40 Terjal 4
3 5-15 Miring 3
4 2-5 Landai 2
5 0–2 Datar 1 Keterengan :
Ki : Kelas Interval
Tabel 4 Penilaian Skor Untuk Curah Hujan (Peraturan Xt : Data Tertinggi
Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2007) Xr : Data Terendah
No Curah Hujan Kriteria Hujan Harkat k : Jumlah Kelas yang diinginkan
1 >3000 Sangat Lebat 5
2 2500 - <3000 Lebat 4 Tabel 7 Klasifikasi Banjir indikator lingkungan dan
3 2000 – 2500 Sedang/Normal 3 sosial (Hasil Analisis, 2020)
4 1500 - < 2000 Ringan 2 No Kriteria Tingkat kerentanan
5 < 1500 Sangat Ringan 1 1 15 – 17 Sangat Rentan
2 12 – 14 Rentan
Tabel 5 Penilaian Skor Untuk Tutupan Lahan 3 10 – 11 Cukup Rentan
(Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian 4 0- 9 Tidak rentan
Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
No P.3 Tahun 2018)
III. HASIL DAN ANALISIS Luas
Jumlah Tingkat
NO Desa wilayah
Letak Geografis Wilayah : Kecamatan Putussibau (Ha)
penduduk kerentanan
Selatan memiliki luas wilayah 635.204,07 Ha dari luas 1. Kelurahan
Kabupaten Kapuas Hulu. Secara geografis, batas-batas Kedamin 982,56 7.421 Rendah
Kecamatan Putussibau Selatan adalah sebagai berikut Hulu
(BPS Kecamatan Putussibau Selatan dalam angka 2. Bungan
246.455,30 765 Sedang
2019) Jaya
3. Cempaka
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan 34.227,11 824 Sedang
Baru
Putussibau Utara 4. Ingko'
• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Tambe
7.555,33 797 Sedang
Kalis 5. Jaras 192,50 664 Sedang
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan 6. Tanjung
802,34 714 Sedang
Bika Jati
7. Melapi 2.642,42 1.063 Sedang
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi 8. Sayut/siyut 3.569,92 1.166 Sedang
Kalimantan Timur 9. Suka Maju 5.193,64 1.178 Sedang
Jenis Tanah: Data tanah tahun 2014 Kecamatan 10. Sungai
481,12 1.473 Sedang
Putussibau Selatan terbagi menjadi tiga klasifikasi Uluk
jenis tanah yaitu tanah tektonik/ struktural, aluvial dan 11. Kedamin
3.735,10 1.369 Sedang
Darat
tanah volkon. Tanah dengan tingkat klasifikasi rendah 12. Kelurahan
yaitu tanah volkon merupakan tanah yang relative Kedamin 1.026,72 3.911 Sedang
muda dari tanah latosol dan podzolik tanah ini sangat Hilir
ditentukan mineral liat yang dikandungannya Tanah 13. Kereho 22.821,61 483 Tinggi
biasanya berada di wilayah perbukitan terbentuk dari 14. Beringin
207.040,57 571 Tinggi
tanah abu volkon memiliki luas tanahnya 101.658,27 Jaya
Ha dan tanah tingkat klasifikasi tinggi yaitu tanah 15. Tanjung
96.351,43 513 Tinggi
Lokang
tektonik/ struktural merupakan tanah berasal dari hasil 16. Urang
pelapukan batuan yang terdiri dari batuan kapur dan 2.126,43 501 Tinggi
Unsa
granit tanah ini juga disebut dengan tanah kerangka Total 635.204,08 23.413
memiliki luasan tanah Tektonik/ Struktural 376.182,27 Tutupan Lahan: Jenis tutupan lahan di Kecamatan
Ha Putussibau Selatan bervariasi jenisnya, pada umumnya
Kemiringan: Data kemiringan lereng tahun 2014 bahwa berubah alih fungsi lahan pada suatu kawasan
kondisi kelerengan di Kecamatan Putussibau Selatan akan penyebab terjadinya bencana. Data tutupan lahan
terbagi menjadi lima jenis klasifikasinya. Tingkat tahun 2014 jenis tutupan lahan terbagi menjadi sebelas
kemiringan lereng 0 – 8 % (datar) mendominasi kelas. Kelas tutupan lahan paling rendah yaitu lahan
wilayah – wilayah dataran banjir memiliki luas basah / rawa dengan luas 0,36 Ha dan kelas tutupan lahan
47.684,16 Ha sedangkan tingkat kemiringan lereng > peling tinggi yaitu hutan lahan kering primer dengan luas
40 % merupakan wilayah – wilayah perbukitan 591.835,88 Ha.
memiliki luas wilayah 47.684,16 Ha, wilayah dengan Kepadatan Penduduk: Tingkat kepadatan penduduk
tingkat kemiringan ini perlu diperhatikan apabila akan pada suatu wilayah memperlihatkan jumlah penduduk
dibudidayakan. yang menempati setiap satuan luas wilayah, oleh karena
Curah Hujan: Tingkat curah hujan yang tinggi itulah kepadatan penduduk dihitung dengan cara
merupakan faktor penyebab terjadinya banjir di suatu membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana
wilayah salah satunya Kecamatan Putussibau Selatan. mereka tinggal untuk mengatahi jumlah kepadatan
Data curah hujan tahun 2014 di Kecamatan Putussibau penduduk pada wilayah. Data kepadatan penduduk tahun
Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) klasifikasinya tingkat 2019 terbagi menjadi 3 kelas kriteria kepadatan
curah hujan sangat lebat, sedang/normal sampai ringan. penduduk. Kelas kepadatan penduduk rendah < 500 jiwa
Tingkat kelas hujan ringan 3750 mm dengan luas dengan luas kepadatan penduduk 22.836,38 Ha dan kelas
54.412,41 Ha sedangkan tingkat kelas curah hujan kepadatan penduduk tinggi dengan luas kepadatan
sangat lebat 4750 mm dengan luasan 566.509,64 Ha penduduk 17.635,95 Ha.
Tabel 8 Jumlah Kepadatan Penduduk Tahun 2019
(Hasil Analisis, 2020)
Analisis Tingkat Kerentanaan Banjir Di kembali. Kepolisian Kecamatan Putussibau Selatan
Kecamatan Putussibau Selatan memiliki suatu program melindungi dan memberi
Tahun 2019 Badan Penanggulangan Bencana keamanan kepada masyarakat terkait bencana atau
Daerah Kabupaten Kapuas Hulu sudah disingkat ( HAKAMTIBMAS ) program ini bersifat
mengklasifikasi daerah rawan banjir di Kecamatan koordinasi baik dari pihak BPBD, TNI, Kepolisian dan
Putussibau Selatan, tetapi masih belum maksimal, oleh desa rawan bencana.
karena itu perlunya pengklasifikasian daerah rawan Faktor Penyebab Banjir : Wawancara yang
banjir berdasarkan temuan baru. Menggunakan dilakukan faktor penyebab terjadinya banjir
variabel peta jenis tanah tahun 2014, kemiringan Kecamatan Putussibau Selatan dikarenakan curah
lereng tahun 2014, curah hujan tahun 2014, tutupan hujan yang tinggi di daerah perhuluan, sehingga sungai
lahan tahun 2014 dan kepadatan penduduk tahun 2019 Kapuas tidak mampu menampung debit air hujan yang
sehingga menghasilkan peta klasifikasi daerah – turun, selain Kapuas penyumbang air terbesar terdapat
daerah rawan banjir secara keseluruhan. Berdasarkan juga sungai Kereho dan sungai Bunga penyumbang air
klasifikasi tingkat banjir terbagi menjadi 4 kelas. Kelas terbesar sehingga menyebabkan daerah hilir menjadi
dari 0 – 9 ( tidak rentan) memiliki luas 2.398,78 Ha banjir. berdasarkan perkiraan BMKG kabupaten
berada di Desa Tanjung lokang sedangkan kelas 15-17 Kapus Hulu merupakan wilayah dengan curah hujan
(sangat rentan) memiliki luas 1.271,21 Ha berada di yang tinggi 3300 mm – 500 mm dengan jumlah hari
Kelurahan Kedamin Hulu, Kedamin Hilir, Sungai hujan antara 240 - 260 pertahun dan jumlah curah
Uluk dan Desa Tanjung Jati. hujan maksimum dapat terjadi berkisar antara 29 – 124
Analisis Karakteristik Daerah Rawan Banjir mm/hari. (Database Pertanian Kabupaten Kapuas
Berdasarkan Persepsi Pemangku Kepentingan dan Hulu, 2017) banjir yang terjadi Kabupaten Kapuas
masyarakat Hulu terjadi pada Januari, Februari, Maret, November
Analisis tingkat kerentanan banjir Kecamatan dan Desember di karena pada bulan – bulan tersebut
Putussibau Selatan pada sasaran satu diperolah memasuki musim penghujan ditambah lagi sampah
informasi terkait desa rawan banjir di Kecamatan dari permukiman warga menyebabkan terjadinya
Putussibau Selatan yaitu Desa Sungai Uluk, Kelurahan banjir.
Kedamin Hilir, Kelurahan Kedamin Hulu dan Desa Daerah Genangan Banjir : Wawancara yang
Tanjung Jati. Sasaran berikutnya adalah untuk dilakukan bahwa terdapat beberapa daerah yang sudah
mengetahui karakteristik daerah rawan banjir menjadi daerah langganan banjir pada tiap tahunnya,
berdasarkan persepsi pemangku kepentingan dan dikarenakan desa tersebut berdekatan dengan sungai
persepsi masyarakat khususnya di daerah rawan banjir. Kapuas dan terletak di dataran rendah. banjir 2010
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan maka kejadian banjir besar akibatnya beberapa desa yang
terbagi menjadi dua narasumber yang berasal dari terletak di Kecamatan Putussibau Selatan terendam
pemangku kepentingan diperoleh dari) ketua Badan oleh banjir, sehingga mengakibatkan semua aktivitas
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kapuas warga terhenti, desa yang menjadi langganan banjir
Hulu (BPBD), Camat Putussibau Selatan, Kepala seksi tiap tahunnya yaitu Kelurahan Kedamin Hilir RT 06 -
ketenteraman dan ketertiban (Kasi Trantib) dan RT 09 (Teluk Barak) Desa Sungai Uluk Jalan
kepolisian Putussibau Selatan sedangkan persepsi Putussibau sampai Bika RT 04 , Desa Tanjung Jati
masyarakat diperoleh dari kepala desa rawan banjir Sepanjang Jalan WAN Ismail Kedua Dusun Tanjung
dan toko masyarakat dan Dusun Tanjung Harapan dan Kelurahan Kedamin
Lembaga : Wawancara dengan keempat narasumber Hulu Jalan Manunggal RT 08 RW 03 ( Kampung
berasal dari pemangku kepentingan, diketahui bahwa Baong )
terdapat 3 organisasi suka relawan yang tergabung Ketinggian Banjir : Wawancara dilakukan empat
dalam komunitas bencana yaitu Tagana, Komunitas desa rawan banjir, ketinggian banjir di setiap desa
Siaga Bencana dan Tim Basarnas. Terkait dengan berbeda – beda dikarenakan kondisi topografinya tidak
program mengatasi banjir dari pihak BPBD belum ada, sama. Berikut ini ketinggian banjir di daerah rawan
program dilakukan adalah program desa tangguh banjir. Kelurahan Kedamin Hilir (Teluk Barak)
bencana dari keluarga tangguh berdasarkan Perka ketinggian air mencapai 2-3 meter, Desa Sungai Uluk
BNPB No 1 tahun 2012 tentang pedoman umum desa/ tinggi air mencapai 1,5 – 2 meter, Desa Tanjung Jati
kelurahan tangguh bencana. Program mengatasi banjir tinggi air mencapai 2 – 4 meter, Kelurahan Kedamin
dari Kecamatan Putussibau Selatan tidak cuma Hulu ( Baong, jalan penjara dan jalan rutan ) dengan
menghimbau masyarakat di sempadan sungai untuk tinggi air mencapai 30 cm -50cm.
berhati – hati dan jika menebang pohon harus ditanam
Rentang Waktu : Wawancara dilakukan ke empat Kecamatan Putussibau Selatan yaitu Taman Nasional.
desa rawan banjir. Waktu banjir pada setiap desa Hasil analisis peruntukan pola ruang Taman Nasional
berbeda – beda dikarenakan kondisi topografi dan desa merupakan persentase tertinggi untuk klasifikasi
tersebuat apakah berdekatan dengan sungai. Berikut sangat rentan. Kawasan sangat rentan adalah suatu
ini adalah kurun waktu lama banjir pada setiap desa kawasan yang memiliki tingkat kerapuhan yang tinggi
sebagai berikut Desa Tanjung Jati lama banjir 7 hari – dan sulit untuk kembali seperti kembali semula,
1 bulan, Kelurahan Kedamin Hilir ( Telok Barak) lama sehingga fungsi daerah tersebut sebagai penyangga
banjirnya 3-7 hari, Kelurahan Kedamin Hulu ( jalan kehidupan menjadi rusak. Arahan pemanfaatan ruang
penjara dan jalan bandara ) setengah hari sedangkan ( kawasan Taman Nasional Kecamatan Putussibau
Baoung ) 2 hari dan Desa Sungai Uluk lama banjirnya Selatan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan
3 - 7 hari. Maka dari itu kurun waktu banjir pada setiap No:P.56/Menhut/2006 Tentang Pedoman Zonasi
desa tidak bisa ditentukan satu sama lain Taman Nasional.
Dampak Lingkungan dan Sosial : Wawancara Tabel 9 Klasifikasi Banjir dan Pola Ruang (Hasil
dilakukan ke empat desa rawan banjir. banjir yang Analisis, 2020)
terjadi memberikan dampak baik dampak lingkungan No Klasifika Pola ruang Luasan Persentase
dan dampak sosial. Dampak lingkungan yang terjadi si (Ha) (%)
akibat banjir seperti hasil pertanian warga gagal 1 Tidak Taman Nasional 2.888.753,6 8%
Rentan 7
panen, rumah warga terendam oleh banjir sehingga Hutan Lindung 632.550,36 4%
untuk beristriahat susah. Dampak sosial aktivitas 2 Cukup Hutan Lindung 682.097,47 4%
masyarakat terganggu akibat terjadinya banjir sekolah Rentan Hutan Produksi 41.109,73 3%
dan perkantoran diliburkan, timbulnya penyakit seperti Pertambangan 790,37 1%
DBD, sakit kulit, malaria dan lain – lain, transportasi Taman Nasional 2.166.565,2 8%
5
terganggu saat terjadi banjir, ikan peliharaan warga
3 Rentan Hutan Lindung 1.463.289,1 5%
lepas akibat banjir, perternakan pada mati , kendaraan 7
sepeda motor rusak terendam oleh banjir dan erosi Hutan Produksi 274.288,51 2%
yang terjadi di beberapa daerah . Hutan Produksi 24.990,06 1%
Terbatas
Identifikasi Arahan Pemanfaatan Ruang Permukiman 10.643,32 1%
Berdasarkan Tingkat Kerentanan dan Rencana Perkebunan 1.352,21 1%
Pola Pertambangan 15.764,30 1%
Hasil dari persepsi pemangku kepentingan dan Pertanian 153.422,54 5%
persepsi masyarakat pada sasaran kedua arahan Pertanian Lahan 366,68 0%
Kering
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana Sungai Dan 28.704,22 2%
pola ruang tahun 2014 – 2034 mempengaruhi tingkat Danau
kerentanan banjir di Kecamatan Putussibau Selatan. Taman Nasional 4.335.023,2 29%
Pada sasaran ketiga diperoleh informasi terkait arahan 2
4 Sangat Hutan Lindung 504.278,76 3%
pemanfaatan ruang terhadap daerah rawan banjir. Rentan Hutan Produksi 95.922,71 6%
Berdasarkan data hasil analisis klasifikasi banjir Hutan Produksi 12.495,03 1%
dengan rencana pola ruang terdapat 4 (empat) Terbatas
klasifikasi daerah rawan banjir yang mempengaruhi Permukiman 7.463,46 4%
pola ruang di Kecamatan Putussibau Selatan, yaitu Perkebunan 1.352,21 1%
Pertambangan 3.899,71 2%
tidak rentan, cukup rentan, rentan dan sangat rentan.
Pertanian 82.537,42 6%
Pola ruang terdiri dari Kawasan lindung dan Kawasan Pertanian Lahan 4.708,04 1%
budidaya Kering
Identifikasi pemanfaatan ruang dengan tingkat Sungai Dan 14.905,60 1%
Danau
kerentanan dan pola ruang Kecamatan Putussibau Taman Nasional 362.986,92 8%
Selatan diperoleh hasil klasifikasi sangat rentan, yang Total 13.805.552, 100 %
terbagi menjadi dua kawasan pola ruang yaitu kawasan 91
lindung : Taman Nasional dan kawasan budidaya :
pertanian dan hutan produksi.Kawasan lindung adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Salah satu kawasan lindung yang terdapat di
Gambar 2 Klasifikasi Banjir Kawasan Penelitian Kecamatan Putussibau Selatan
Tabel 9 Klasifikasi Banjir dan Pola Ruang (Hasil No Klasifikasi Pola ruang Luasan Persentase
Analisis, 2020) (Ha) (%)
Hutan 12.495,0 1%
No Klasifikasi Pola ruang Luasan Persentase Produksi 3
(Ha) (%) Terbatas
1 Tidak Taman 2.888.75 8% Permukiman 7.463,46 4%
Rentan Nasional 3,67 Perkebunan 1.352,21 1%
Hutan 632.550, 4% Pertambangan 3.899,71 2%
Lindung 36 Pertanian 82.537,4 6%
2 Cukup Hutan 682.097, 4% 2
Rentan Lindung 47 Pertanian 4.708,04 1%
Hutan 41.109,7 3% Lahan Kering
Produksi 3 Sungai Dan 14.905,6 1%
Pertambangan 790,37 1% Danau 0
Taman 2.166.56 8% Taman 362.986, 8%
Nasional 5,25 Nasional 92
3 Rentan Hutan 1.463.28 5% Total 13.805.5 100 %
Lindung 9,17 52,91
Hutan 274.288, 2%
Produksi 51 Keterangan : terdapat tiga zona yang berada pada Taman
Hutan 24.990,0 1% Nasional yaitu :
Produksi 6 • Zona inti adalah kondisi alam baik biota mau pun
Terbatas
Permukiman 10.643,3 1%
fisiknya masih terjaga dengan asli dan belum diganggu
2 oleh manusia dan yang mutlak dilindungi. Desa – desa
Perkebunan 1.352,21 1% yang memiliki tingkat tidak rentan dan cukup rentan
Pertambangan 15.764,3 1% diperuntukan sebagai zona inti. Adapun desa – desanya
0 seperti Desa Tanjug Lokang, Desa Bunga Jaya, Desa
Pertanian 153.422, 5%
54 Beringin Jaya, Desa Kereho, Desa Cempaka Baru,
Pertanian 366,68 0% Desa Urung Unsa Dan Desa Jaras. Desa – desa tersebut
Lahan Kering merupakan kawasan pelindungan satwa, kawasan
Sungai Dan 28.704,2 2% tangkapan air dan kawasan bahaya erosi.
Danau 2
Taman 4.335.02 29%
• Zona religi, budaya dan sejarah merupakan sebuah
Nasional 3,22 zona yang masih meninggalkan berbagai situs religi,
4 Sangat Hutan 504.278, 3% warisan budaya dan sejarah yang akan dimanfaatkan
Rentan Lindung 76 untuk kegiatan keagamaan atau perlindungan nilai-
Hutan 95.922,7 6% nilai budaya dan sejarah. Desa – desa yang memiliki
Produksi 1
tingkat rentan diperuntukan sebagai zona religi, pertanian lahan basah yang fungsi utamanya
budaya dan sejarah. Adapun desa – desanya seperti diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan basah
Desa Suka Maju, Desa Siyut/Sayut, Desa Ingko karena didukung oleh kondisi topografi tanah
Tambe, Desa Melapi dan Desa Kedamin Darat. Desa Kecamatan Putussibau Selatan dalam menghasilkan
– desa tersebut masih terdapat banyak peninggalan – produksi pangan
peninggalan situs religi, budaya dan sejarah dayak,
oleh karena itu untuk desa – desa tersebut diperuntukan IV.KESIMPULAN
sebagai zona religi, budaya dan sejarah 1. Klasifikasi banjir di Kecamatan Putussibau Selatan
• Zona pemanfaatan adalah kondisi atau potensi terbagi menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu: tidak
alamnya yang dimanfaatkan untuk kepentingan rentan dari (0 – 9 ) memiliki persentase sebesar 4%
pariwisata alam, kondisi/jasa dan lingkungan lainnya. dengan luas 23.426,94 Ha, cukup rentan (10-11)
Desa – desa yang memiliki tingkat sangat rentan memiliki persentase sebesar 81% dengan luas
diperuntukan sebagai zona permanfaatan. Adapun desa 523.292,72 Ha, rentan (12-14) memiliki persentase
– desanya seperti Desa Kedamin Hulu, Desa Kedamin sebesar 13% dengan luas 85.060,08 Ha, sangat
Hilir, Desa Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati. rentan (15-17) memiliki persentase sebesar 2%
Apabila desa - desa dalam zona pemanfaatan dengan luas 1.234,61 Ha. Kelas sangat rentan berada
merupakan daerah perlindungan satwa, kawasan di Kelurahan Kedamin Hulu, Kelurahan Kedamin
tangkapan air atau kawasan bahaya erosi, maka Hilir, Desa Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati
sebaiknya diperuntukan sebagai zona pemanfaatan 2. Karakteristik daerah rawan banjir untuk klasifikasi
semi intensif, sedangkan bila daerah-daerah dalam sangat rentan yaitu :
zona pemanfaatan bukan merupakan daerah a. Faktor penyebab banjir disebabkan karena hujan
perlindungan satwa, kawasan tangkapan air dan di perhuluan Sungai Kapuas dan sampah rumah
kawasan bahaya erosi, maka bisa diperuntukan sebagai tangga
zona pemanfaatan intensif. b. Daerah genangan banjir tersebar beberapa RT
Kecamatan Putussibau Selatan Selain terdapat (RT 04 Dusun Sinau Desa Sungai Uluk, RT 06
Taman Nasional terdapat juga kawasan budidaya yang sampai RT 09 Teluk Barak Kelurahan Kedamin
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Hilir, RT 08 Baoung Kelurahan Kedamin Hulu
No.41/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis dan RT 01 dengan RT 02 Dusun Tanjung dan
Kawasan Budidaya. Kawasan budidaya Kecamatan Dusun Tanjung Harapan Desa Tanjung Jati)
Putussibau Selatan terbagi menjadi dua kawasan yang c. Ketinggian banjir paling rendah (Kelurahan
berpotensi yaitu kawasan hutan produksi dan kawasan Kedamin Hulu) mencapai 30 cm dan yang paling
pertanian tinggi (Desa Tanjung Jati dan Kelurahan
• Hutan produksi merupakan kawasan hutan guna Kedamin Hilir ) mencapai 5 meter.
produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan d. Rentang waktu banjir paling sebentar setengah
masyarakat pada umumnya. Hutan produksi terbagi hari dan paling lama 1 minggu atau 1 bulan
menjadi 4 yaitu hutan produksi tetap, hutan produksi e. Dampak lingkungan hasil pertanian warga gagal
terbatas, hutan produksi yang dapat dikonversi dan panen, rumah warga terendam oleh banjir
hutan lain (hutan kota dan hutan rakyat). Maka dari itu sehingga untuk beristirahat susah (tidur)
kegiatan yang ditawarkan untuk hutan produksi f. Dampak sosial aktivitas masyarakat terganggu
Kecamatan Putussibau Selatan yaitu tetap akibat terjadinya banjir sekolah dan perkantoran
memperhatikan fungsinya sebagian hutan untuk diliburkan, timbulnya penyakit seperti DBD,
melindungi kawasan di bawahnya. Tujuan pengelolaan sakit
kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta g. kulit, malaria dan lain – lain, transportasi
sumberdaya hutan dengan cara tebang pilih dan tanam terganggu saat terjadi banjir, ikan peliharaan
untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan warga lepas akibat banjir, peternakan pada mati ,
negara, masyarakat, industri, ekspor dengan tetap kendaraan sepeda motor rusak terendam oleh
menjaga kelestarian lingkungan. banjir dan erosi yang terjadi di beberapa daerah
• Pertanian adalah kawasan budidaya yang fungsi 3. Berdasarkan arahan pemanfaatan ruang Kecamatan
utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian. Putussibau Selatan, pola ruang untuk klasifikasi
Pertanian terbagi menjadi 5 yaitu Kawasan Tanaman sangat rentan yaitu: Hutan produksi dengan
Pangan Lahan Basah, Kawasan Tanaman Pangan persentase sebesar 6%, Pertanian dengan
Lahan Kering, Kawasan Tanaman persentase sebesar 6% setelah itu Taman Nasional
Tahunan/Perkebunan, Kawasan Peternakan, Kawasan dengan persentase sebesar 8% dengan luas wilayah
Perikanan Darat, Kawasan Perikanan Air Payau dan 362.986,92 Ha. Arahan pemanfaatan ruang
Laut. Maka dari itu arahan yang ditawarkan kawasan kawasan ini adalah
pertanian Kecamatan Putussibau Selatan yaitu
a. Hutan produksi arahan permanfaatan untuk Peraturan Direktur Jendral Pengendalian Daerah Aliran
kawasan ini yaitu tetap memperhatikan fungsinya Sungai dan Hutan Lindung. (2018). Peraturan
sebagai hutan untuk melindungi kawasan di Direktur Jendral Pengendalian Daerah Aliran
bawahnya. Tujuannya pengelolaan kawasan ini Sungai dan Hutan Lindung No P.3. (2018).
adalah memanfaatkan ruang beserta sumberdaya Jakarta: Direktur Jendral.
hutan dengan cara tebang pilih dan tanam untuk Peraturan Menteri Kehutanan. (2006). Peraturan Menteri
menghasilkan hasil-hasil hutan. Kehutanan No:P.56/Menhut-Ii/2006 Tentang
b. Pertanian arahan pemanfaatan untuk kawasan ini Pedoman Zonasi Taman Nasional Menteri
yaitu utamakan kegiatan pertanian lahan basah Kehutanan
karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan
sesuai dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007
lahan yang sesuai untuk lahan basah dalam Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
menghasilkan produksi pangan di Kecamatan Budi Daya
Putussibau Selatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan
c. Taman Nasional arahan permanfaatan kawasan ini Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
sebagai Zona inti Kecamatan Putussibau Selatan Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik
baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya
atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
dilindungi, berfungsi untuk perlindungan Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum
keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
khas, sebagai Zona religi, budaya dan sejarah Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu. (2014).
dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu
perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata
Kecamatan Putussibau Selatan, sebagai zona Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun
permanfatan digunakan untuk kepentingan 2014 - 2034
pariwisata alam dan kondisi dan jasa lingkungan Rum, S. (2012). Identifikasi Tingkat Kerentanan Sosial
lainnya Ekonomi Penduduk Bantaran Sungai Code
Kota Yogyakarta Terhadap Bencana Lahar
REFERENSI
Merapi. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan
Aminudin. (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana
Kota Vol 10 , 265-277.
Alam. Bandung: Angkasa
Undang – Undang. (2007). Undang – Undang Nomor 24
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu
Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bencana. Jakarta: Republik Indonesia.
Asdak, C. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
BAPPEDA. (2013). Buku Putih Sanitasi (BPS).
Kabupaten Kapuas Hulu: Bappeda Kabupaten
Kapuas Hulu.
BPS Kecamatan Putussibau Selatan. (2019). Kecamatan
Putussibau Selatan dalam Angka 2018.
Kabupaten Kapuas : Badan Pusat Statistik.
Carolita. (2014). Analisis Kerentanan Daerah Rawan
Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis
(Studi Kasus : Kecamatan Sekarbela – Kota
Mataram). Jurnal Planoearth PWK FT UMMat
Vol 3 No 1, 36 – 43
Data Base Potensi Pertanian. (2017). Kabupaten Kapuas
Hulu: Kepala Dinas Pertanian
Hapsoro, A. W. (2015 ). Kajian Kerentanan Sosial Dan
Ekonomi Terhadap Bencana Banjir. Jurnal
Teknik PWK Vol 4 .
Jhon, C. (2003). Research Design qualitative and
method approached. California: Sage
Publication Inc .

Anda mungkin juga menyukai