KABUPATEN KAPUAS HULU Juniar Doni Pratama ¹, Agustiah Wulandari ², Gusti Zulkifli Mulki ² ¹Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, ² Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak (Email: juniardonipratama@gmail.com) ABSTRAK Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan di dataran yang kering sebagai akibat terjadinya limpasan air dari sungai. Terdapat sebelas Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu yang rentan terhadap banjir sejak ratusan tahun lalu, salah satunya Kecamatan Putussibau Selatan yang termasuk kawasan rawan banjir dikarenakan Kecamatan ini memiliki banyak anak sungai. Tujuan penelitian adalah mengklasifikasikan daerah rawan banjir berdasarkan klasifikasi tingkat kerentanan banjir di Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis overlay. Hasil analisis ditampil dalam bentuk peta klasifikasi banjir. Banjir di Kecamatan Putussibau Selatan terbagi menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tidak rentan berada di Desa Tanjung Lokang. Cukup rentan berada di Desa Bungan Jaya, Desa Beringin Jaya, Desa Kereho, Desa Cempaka Baru, Desa Urung Unsa dan Desa Jaras. Rentan berada di Desa Suka Maju, Desa Siyut/Sayut, Desa Ingko Tambe, Kedamin Darat dan Desa Melapi. Sangat rentan berada Kelurahan Kedamin Hulu, Kedamin Hilir, Desa Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati. Arahan permanfaatan ruang kawasan sangat rentan yaitu hutan Produksi sebesar 6% di peruntukan sebagai hutan yang melindungi kawasan di bawahnya, pertanian sebesar 6% diperuntukkan sebagai kegiatan pertanian lahan basah, Taman Nasional sebesar 8% diperuntukan sebagai zona inti, zona religi, budaya, sejarah dan zona permanfaatan. Kata Kunci: banjir, tingkat kerentanan, Putussibau Selatan ABSTRACT [Title : Flood Vocational Vulnerability Classification In Putussibau South District Kapuas Hulu District] Flooding is an occurrence of standing on dry plains asa result of water runoff from a river. There are eleven Kecamatan in Kabupaten Kapuas Hulu that are flood prone hundreds of years ago, one of which Kecamatan Putussibau Selatan that includes the prone to flood areas because it has many tributaries. The purpose of research is to classify flood prone areas by classifying in Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. The study employed quantitative methods with overlay analysis techniques. An analysis is collected on the flood classification map. Flooding Kecamatan Putussibau Selatan divided into four classifications, classifications not at village Tanjung Lokang. Quite vulnerable are the in village Bungan Jaya, village Beringin Jaya, village Kereho, village Cempaka Baru, village Urung Unsa and village Jaras. Susceptible are the in village Suka Maju, village Siyut/Sayut, village Ingko Tambe, village Kedamin Darat and village Melapi. At the most vulnerable are the in village Kedamin Hulu, village Kedamin Hilir, village Sungai Uluk and village Tanjung Jati. The destruction of space in the region by 6% of production forest in collapse asa forest protecting the region below, agriculture in 6% is designated as wet-land farm activity, a national park of 8% is defined asa core zone, a religious zone, a culture, history and the benefit zone. Keywords: flood, level of vulnerability, Putussibau Selatan I. PENDAHULUAN dan banjir. Salah satu bencana alam yang sering terjadi Bencana merupakan suatu kejadian atau di Indonesia yaitu bencana banjir. peristiwa yang memberikan kerugian yang begitu Banjir merupakan peristiwa terjadinya besar pada masyarakat, yang bersifat merusak, genangan di dataran kering sebagai akibat terjadinya merugikan dan mengambil waktu yang panjang untuk limpasan air dari sungai (Asdak, 2010). Terjadinya pemulihannya (Aminudin, 2013). Bencana terdiri dari banjir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial. diantaranya kondisi lingkungan dan kondisi sosial Bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan, suatu wilayah, persoalan mengenai banjir ini sering tsunami, angin topan, gunung meletus, tanah longsor, muncul di berbagai wilayah Indonesia salah satunya di Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Banjir 1. Memetakan dan menganalisis tingkat kerentanan yang terjadi di Kabupaten ini disebabkan oleh curah banjir di Kecamatan Putussibau Selatan hujan yang berkisar 3300 mm – 5000 mm dengan berdasarkan indikator kerentanan lingkungan dan jumlah hari hujan berkisar dari 240 – 260 pertahun dan sosial terletak pada dataran rendah atau cekung sehingga 2. Menganalisis karakteristik daerah rawan banjir menyebabkan banjir (Dinas Pertanian Tanaman berdasarkan persepsi pemangku kepentingan dan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kapuas Hulu, persepsi masyarakat. 2017). 3. Mengidentifikasi dan menganalisis arahan Peraturan daerah Kabupaten Kapuas Hulu No 1 permanfaataan ruang berdasarkan tingkat Tahun 2014 terdapat 11 (sebelas) Kecamatan di kerentanan dan rencana pola ruang, daerah aliran Kabupaten Kapuas Hulu yang rentan terhadap banjir sungai dan administrasi salah satunya Kecamatan Putussibau Selatan. Adapun dari ke 11 (sebelas) Kecamatan tersebut antara lain II. METODELOGI PENELITIAN Kecamatan Batang Lupar, Kecamatan Bunut Hilir, Pendekatan penelitian yang akan dilakukan yaitu Kecamatan Bika, Kecamatan Embaloh Hilir, menggunakan metode kuantitatif merupakan metode Kecamatan Badau, Kecamatan Empanang, Kecamatan yang menggunakan data yang terukur dan dianalisis Suhaid, Kecamatan Selimbau, Kecamatan Jongkong, dengan cara statistik (Jhon, 2003). dan Kecamatan Putussibau Utara termasuk Kawasan 1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri rawan banjir (BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu, atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas 2013). dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh Kecamatan Putussibau Selatan yang termasuk peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kawasan rawan banjir dikarenakan Kecamatan ini kesimpulannya (Arikunto, 2009). Populasi dalam memiliki banyak anak sungai. Terdapat 16 (enam penelitian ini adalah Kecamatan Putussibau belas) desa yaitu Desa Beringin Jaya, Bungan Jaya, Selatan Kabupaten Kapuas Hulu yang terdiri dari Cempaka Baru, Ingko Tambe, Jaras, Kedamin Darat, 16 desa Kedamin Hilir, Kedamin Hulu, Kereho, Melapi, Sayut 2. Variabel yang digunakan untuk menentukan Atau Siyut, Suka Maju, Sungai Uluk, Tanjung Jati, klasifikasi tingkat kerentanaan banjir di Tanjung Lokang dan Desa Urung Unsa (BPS Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Kecamatan Putussibau Selatan, 2019). Berdasarkan 16 Hulu dengan metode tumpang tindih (overlay). (enam belas) desa yang berada di Kecamatan Berikut penjabarannya : Putussibau Selatan terdapat empat desa rawan terhadap Tabel 1 Variabel dan Indikator (Hasil Analisis, banjir yaitu Kelurahan Kedamin Hilir, Jaras, Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati (BPS Kecamatan 2020) Putussibau Selatan, 2019). No Sasaran Variabel Indikator Faktor penyebab terjadinya banjir di keempat 1 Memetakan dan Jenis Tanah Regosol menganalisis Aluvial andosol desa ini dikarenakan berada di wilayah cekungan dan tingkat Latosol terletak di dua pertemuan sungai yaitu Sungai Kapuas kerentanan Litosol, Mediteran dan Sungai Sibau ketika memasuki pada saat musim banjir di Grumusol penghujan menyebabkan keempat desa menggalami Kecamatan Kelerengan > 40% Putussibau 15% - 40% banjir (BAPPEDA Kabupaten Kapuas Hulu, 2013). Selatan 5% -15% Maka dari itu perlunya kajian penelitian pemetaan berdasarkan 2% -5% daerah banjir di Kecamatan Putussibau Selatan indikator 0% - 2% berdasarkan aspek lingkungan dan aspek sosial. kerentanan Curah Hujan >3000 lingkungan dan Sehingga diperoleh pemetaan dan sebaran tingkat sosial 2500 – <3000 kerentanaan banjir berdasarkan tinggi, sedang dan 2000 – 2500 rendah, dari pemetaan sebaran daerah banjir tersebut 1500 - <2000 <1500 diperoleh arahan penataan ruang di daerah rawan Tutupan Tanah terbuka banjir Kecamatan Putussibau Selatan. Adapun tujuan lahan Petanian lahan kering penelitian ini adalah mengklasifikasikan daerah rawan campuran benjir berdasarkan klasifikasi tingkat kerentanaan Pertanian lahan kering banjir di Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten Semak belukar rawa Kapuas Hulu. Sasaran yang dilakukan untuk mencapai Semak belukar tujuan tersebut dengan cara: Perkebunan Hutan tanaman No Sasaran Variabel Indikator No Sasaran Variabel Indikator Hutan lahan kering • Cempaka Baru sekunder • Ingko Tambe Hutan rawa sekunder • Jaras Hutan rawa primer • Kedamin Darat Hutan mangrove • Kedamin Hilir sekunder • Kedamin Hulu Hutan mangrove • Kereho primer • Melapi Tambak • Sayut Atau Siyut Sawah • Suka Maju Hutan lahan kering • Sungai Uluk primer • Tanjung Jati Permukiman • Tanjung Lokang Savana • Urung Unsa Rawa Tubuh air Teknik Pengumpulan Data: data yang Bandara digunakan dalam penelitian ini ada dua adalah data Kepadatan >1000 jiwa/km² primer dan data sekunder. Berikut penjelasan lebih penduduk 500-1000 jiwa/km² lanjut dari masing-masing jenis data yang digunakan: < 500 jiwa/km² Klasifikasi Sangat Rentan a. Data Primer banjir Rentan • Observasi, yang dilakukan meliputi pengamatan Cukup Rentan Daerah aliran sungai, keadaan geografi wilayah, Tidak rentan daerah rawan banjir dan pemanfaatan lahan. 2 Menganalisis Kondisi Lembaga karakteristik banjir • Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk daerah rawan data pada kawasan penelitian seperti keadaan kondisi banjir eksisting lokasi, sarana prasarana dan aksebilitasi berdasarkan dalam bentuk dokumen ataupun foto. persepsi pemangku • Wawancara penelitian ini dilakukan secara langsung Faktor penyebab kepentingan dan terjadinya banjir dengan bertanya kepada informan (orang yang persepsi memberikan informasi) di lokasi bencana banjir, masyarakat. digunakan untuk pengumpulan data primer, adapun Daerah genangan hasil wawancara diperoleh dari Ketua Badan banjir Penangulangan Bencana Kapuas Hulu, Kepala Camat Putussibau Selatan, Kasi Trantif Kecamatan Putussibau, Kepolisian Kecamatan Kabupaten Ketinggian banjir Kapuas Hulu, Kepala Desa Rawan Banjir, Tokoh Rentang waktu banjir Dampak sosial Masyarakat Rawan Banjir budaya dari banjir b. Data Sekunder • Data sekunder biasanya diperoleh dari literatur, dokumen, serta laporan - laporan yang berkaitan Dampak lingkungan dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari dari banjir Kabid Fisik Tata Ruang Kabupaten Kapuas Hulu, 3 Menganalisis Kebijakan Rencana pola ruang dan Dinas Kehutanan Kabupaten Kapuas Hulu Wilayah mengidentifikasi Daerah • DAS Bungan/ II, Kasi Trantif Kecamatan Putussibau, Badan arahan Aliran Langau Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kapuas permanfaataan Sungai • DAS Kapuas Hulu ruang • DAS Kapuas II berdasarkan Teknik Analisis: Penelitian ini menggunakan teknik • DAS Kariyau tingkat • DAS Manday/ analisis kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kerentanan dan analisis tumpeng susun atau overlay dan analisis Batangkalis rencana pola • DAS Mendalam skoring ruang, daerah aliran sungai • DAS Musiman a. Analisis Overlay dan administrasi • DAS Sibau Teknik analisis overlay yang berfungsi untuk • DAS Tuan/Bunut mengidentifikasi kawasan rawan banjir di Kecamatan Administrasi • Beringin Jaya Putussibau Selatan Kabupaten Kapuas Hulu. Analisis • Bungan Jaya yang digunakan adalah analisis tingkat kerentanan banjir berdasarkan indikator kerentanan lingkungan No Tutupan lahan Harkat dan sosial dalam menentukan kerentanaan banjir 1 Tanah terbuka 5 berdasarkan indikator lingkungan dibutuhkan peta Pertambangan fisik suatu wilayah seperti jenis tanah, kemiringan 2 Petanian lahan kering campuran 4 Pertanian lahan kering lereng, curah hujan, tutupan lahan dan jumlah Belukar rawa kepadatan penduduk, dengan mengoverlaykan ke 5 Semak/Belukar peta ini sehingga memunculkan peta baru yaitu peta 3 Perkebunan 3 klasifikasi derah banjir di Kecamatan Putussibau 4 Hutan tanaman 2 Selatan. Hutan lahan kering sekunder 5 Hutan rawa sekunder 1 Hutan rawa primer Hutan mangrove sekunder Hutan mangrove primer Tambak Sawah Hutan lahan kering primer Permukiman Gambar 1 Overlay Untuk Kerentanaan lingkungan Savana dan sosial (Hasil Analisis, 2020) Rawa b. Skoring Tubuh air Skoring dilakukan untuk pemberian harket Airport didasarkan pada seberapa besar pengaruh kelas pada setiap parameter terjadinya banjir Tabel 6 Penilaian Skor Untuk Kepadatan penduduk (Rum, 2012) Tabel 2 Penilaian Skor Untuk Jenis Tanah (Peraturan No Kriteria Tingkat Harkat Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2007) kerentanan No Jenis tanah Harkat >100 1 > 1 > 1000 jiwa Tinggi 3 1 Ragosol 5 jiwa/km² 2 Alluvial, andosol 4 2 500-1000 Sedang 2 jiwa/km² 3 Latosol 3 3 < 500 jiwa/km² Rendah 1 4 Latosol, mediteran 2 5 Grumusol 1 Klasifikasi tingkat kerentanan banjir: Klasifikasi Tabel 3 Penilaian Skor Untuk Kemiringan Lereng tingkat kerentanan dilakukan untuk pemberian (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20 klasifikasi tingkat kerentanaan banjir berdasarkan Tahun 2007) indikator kerentanan lingkungan dan sosial. Rumus No Lereng Kriteria Harkat yang digunakan untuk membuat kelas interval kemiringan (Carolita, 2014) 1 >40 Sangat terjal 5 2 15-40 Terjal 4 3 5-15 Miring 3 4 2-5 Landai 2 5 0–2 Datar 1 Keterengan : Ki : Kelas Interval Tabel 4 Penilaian Skor Untuk Curah Hujan (Peraturan Xt : Data Tertinggi Menteri Pekerjaan Umum No.20 Tahun 2007) Xr : Data Terendah No Curah Hujan Kriteria Hujan Harkat k : Jumlah Kelas yang diinginkan 1 >3000 Sangat Lebat 5 2 2500 - <3000 Lebat 4 Tabel 7 Klasifikasi Banjir indikator lingkungan dan 3 2000 – 2500 Sedang/Normal 3 sosial (Hasil Analisis, 2020) 4 1500 - < 2000 Ringan 2 No Kriteria Tingkat kerentanan 5 < 1500 Sangat Ringan 1 1 15 – 17 Sangat Rentan 2 12 – 14 Rentan Tabel 5 Penilaian Skor Untuk Tutupan Lahan 3 10 – 11 Cukup Rentan (Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian 4 0- 9 Tidak rentan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung No P.3 Tahun 2018) III. HASIL DAN ANALISIS Luas Jumlah Tingkat NO Desa wilayah Letak Geografis Wilayah : Kecamatan Putussibau (Ha) penduduk kerentanan Selatan memiliki luas wilayah 635.204,07 Ha dari luas 1. Kelurahan Kabupaten Kapuas Hulu. Secara geografis, batas-batas Kedamin 982,56 7.421 Rendah Kecamatan Putussibau Selatan adalah sebagai berikut Hulu (BPS Kecamatan Putussibau Selatan dalam angka 2. Bungan 246.455,30 765 Sedang 2019) Jaya 3. Cempaka • Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan 34.227,11 824 Sedang Baru Putussibau Utara 4. Ingko' • Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Tambe 7.555,33 797 Sedang Kalis 5. Jaras 192,50 664 Sedang • Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan 6. Tanjung 802,34 714 Sedang Bika Jati 7. Melapi 2.642,42 1.063 Sedang • Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi 8. Sayut/siyut 3.569,92 1.166 Sedang Kalimantan Timur 9. Suka Maju 5.193,64 1.178 Sedang Jenis Tanah: Data tanah tahun 2014 Kecamatan 10. Sungai 481,12 1.473 Sedang Putussibau Selatan terbagi menjadi tiga klasifikasi Uluk jenis tanah yaitu tanah tektonik/ struktural, aluvial dan 11. Kedamin 3.735,10 1.369 Sedang Darat tanah volkon. Tanah dengan tingkat klasifikasi rendah 12. Kelurahan yaitu tanah volkon merupakan tanah yang relative Kedamin 1.026,72 3.911 Sedang muda dari tanah latosol dan podzolik tanah ini sangat Hilir ditentukan mineral liat yang dikandungannya Tanah 13. Kereho 22.821,61 483 Tinggi biasanya berada di wilayah perbukitan terbentuk dari 14. Beringin 207.040,57 571 Tinggi tanah abu volkon memiliki luas tanahnya 101.658,27 Jaya Ha dan tanah tingkat klasifikasi tinggi yaitu tanah 15. Tanjung 96.351,43 513 Tinggi Lokang tektonik/ struktural merupakan tanah berasal dari hasil 16. Urang pelapukan batuan yang terdiri dari batuan kapur dan 2.126,43 501 Tinggi Unsa granit tanah ini juga disebut dengan tanah kerangka Total 635.204,08 23.413 memiliki luasan tanah Tektonik/ Struktural 376.182,27 Tutupan Lahan: Jenis tutupan lahan di Kecamatan Ha Putussibau Selatan bervariasi jenisnya, pada umumnya Kemiringan: Data kemiringan lereng tahun 2014 bahwa berubah alih fungsi lahan pada suatu kawasan kondisi kelerengan di Kecamatan Putussibau Selatan akan penyebab terjadinya bencana. Data tutupan lahan terbagi menjadi lima jenis klasifikasinya. Tingkat tahun 2014 jenis tutupan lahan terbagi menjadi sebelas kemiringan lereng 0 – 8 % (datar) mendominasi kelas. Kelas tutupan lahan paling rendah yaitu lahan wilayah – wilayah dataran banjir memiliki luas basah / rawa dengan luas 0,36 Ha dan kelas tutupan lahan 47.684,16 Ha sedangkan tingkat kemiringan lereng > peling tinggi yaitu hutan lahan kering primer dengan luas 40 % merupakan wilayah – wilayah perbukitan 591.835,88 Ha. memiliki luas wilayah 47.684,16 Ha, wilayah dengan Kepadatan Penduduk: Tingkat kepadatan penduduk tingkat kemiringan ini perlu diperhatikan apabila akan pada suatu wilayah memperlihatkan jumlah penduduk dibudidayakan. yang menempati setiap satuan luas wilayah, oleh karena Curah Hujan: Tingkat curah hujan yang tinggi itulah kepadatan penduduk dihitung dengan cara merupakan faktor penyebab terjadinya banjir di suatu membagi jumlah penduduk dengan luas area dimana wilayah salah satunya Kecamatan Putussibau Selatan. mereka tinggal untuk mengatahi jumlah kepadatan Data curah hujan tahun 2014 di Kecamatan Putussibau penduduk pada wilayah. Data kepadatan penduduk tahun Selatan terbagi menjadi 3 (tiga) klasifikasinya tingkat 2019 terbagi menjadi 3 kelas kriteria kepadatan curah hujan sangat lebat, sedang/normal sampai ringan. penduduk. Kelas kepadatan penduduk rendah < 500 jiwa Tingkat kelas hujan ringan 3750 mm dengan luas dengan luas kepadatan penduduk 22.836,38 Ha dan kelas 54.412,41 Ha sedangkan tingkat kelas curah hujan kepadatan penduduk tinggi dengan luas kepadatan sangat lebat 4750 mm dengan luasan 566.509,64 Ha penduduk 17.635,95 Ha. Tabel 8 Jumlah Kepadatan Penduduk Tahun 2019 (Hasil Analisis, 2020) Analisis Tingkat Kerentanaan Banjir Di kembali. Kepolisian Kecamatan Putussibau Selatan Kecamatan Putussibau Selatan memiliki suatu program melindungi dan memberi Tahun 2019 Badan Penanggulangan Bencana keamanan kepada masyarakat terkait bencana atau Daerah Kabupaten Kapuas Hulu sudah disingkat ( HAKAMTIBMAS ) program ini bersifat mengklasifikasi daerah rawan banjir di Kecamatan koordinasi baik dari pihak BPBD, TNI, Kepolisian dan Putussibau Selatan, tetapi masih belum maksimal, oleh desa rawan bencana. karena itu perlunya pengklasifikasian daerah rawan Faktor Penyebab Banjir : Wawancara yang banjir berdasarkan temuan baru. Menggunakan dilakukan faktor penyebab terjadinya banjir variabel peta jenis tanah tahun 2014, kemiringan Kecamatan Putussibau Selatan dikarenakan curah lereng tahun 2014, curah hujan tahun 2014, tutupan hujan yang tinggi di daerah perhuluan, sehingga sungai lahan tahun 2014 dan kepadatan penduduk tahun 2019 Kapuas tidak mampu menampung debit air hujan yang sehingga menghasilkan peta klasifikasi daerah – turun, selain Kapuas penyumbang air terbesar terdapat daerah rawan banjir secara keseluruhan. Berdasarkan juga sungai Kereho dan sungai Bunga penyumbang air klasifikasi tingkat banjir terbagi menjadi 4 kelas. Kelas terbesar sehingga menyebabkan daerah hilir menjadi dari 0 – 9 ( tidak rentan) memiliki luas 2.398,78 Ha banjir. berdasarkan perkiraan BMKG kabupaten berada di Desa Tanjung lokang sedangkan kelas 15-17 Kapus Hulu merupakan wilayah dengan curah hujan (sangat rentan) memiliki luas 1.271,21 Ha berada di yang tinggi 3300 mm – 500 mm dengan jumlah hari Kelurahan Kedamin Hulu, Kedamin Hilir, Sungai hujan antara 240 - 260 pertahun dan jumlah curah Uluk dan Desa Tanjung Jati. hujan maksimum dapat terjadi berkisar antara 29 – 124 Analisis Karakteristik Daerah Rawan Banjir mm/hari. (Database Pertanian Kabupaten Kapuas Berdasarkan Persepsi Pemangku Kepentingan dan Hulu, 2017) banjir yang terjadi Kabupaten Kapuas masyarakat Hulu terjadi pada Januari, Februari, Maret, November Analisis tingkat kerentanan banjir Kecamatan dan Desember di karena pada bulan – bulan tersebut Putussibau Selatan pada sasaran satu diperolah memasuki musim penghujan ditambah lagi sampah informasi terkait desa rawan banjir di Kecamatan dari permukiman warga menyebabkan terjadinya Putussibau Selatan yaitu Desa Sungai Uluk, Kelurahan banjir. Kedamin Hilir, Kelurahan Kedamin Hulu dan Desa Daerah Genangan Banjir : Wawancara yang Tanjung Jati. Sasaran berikutnya adalah untuk dilakukan bahwa terdapat beberapa daerah yang sudah mengetahui karakteristik daerah rawan banjir menjadi daerah langganan banjir pada tiap tahunnya, berdasarkan persepsi pemangku kepentingan dan dikarenakan desa tersebut berdekatan dengan sungai persepsi masyarakat khususnya di daerah rawan banjir. Kapuas dan terletak di dataran rendah. banjir 2010 Berdasarkan hasil wawancara di lapangan maka kejadian banjir besar akibatnya beberapa desa yang terbagi menjadi dua narasumber yang berasal dari terletak di Kecamatan Putussibau Selatan terendam pemangku kepentingan diperoleh dari) ketua Badan oleh banjir, sehingga mengakibatkan semua aktivitas Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kapuas warga terhenti, desa yang menjadi langganan banjir Hulu (BPBD), Camat Putussibau Selatan, Kepala seksi tiap tahunnya yaitu Kelurahan Kedamin Hilir RT 06 - ketenteraman dan ketertiban (Kasi Trantib) dan RT 09 (Teluk Barak) Desa Sungai Uluk Jalan kepolisian Putussibau Selatan sedangkan persepsi Putussibau sampai Bika RT 04 , Desa Tanjung Jati masyarakat diperoleh dari kepala desa rawan banjir Sepanjang Jalan WAN Ismail Kedua Dusun Tanjung dan toko masyarakat dan Dusun Tanjung Harapan dan Kelurahan Kedamin Lembaga : Wawancara dengan keempat narasumber Hulu Jalan Manunggal RT 08 RW 03 ( Kampung berasal dari pemangku kepentingan, diketahui bahwa Baong ) terdapat 3 organisasi suka relawan yang tergabung Ketinggian Banjir : Wawancara dilakukan empat dalam komunitas bencana yaitu Tagana, Komunitas desa rawan banjir, ketinggian banjir di setiap desa Siaga Bencana dan Tim Basarnas. Terkait dengan berbeda – beda dikarenakan kondisi topografinya tidak program mengatasi banjir dari pihak BPBD belum ada, sama. Berikut ini ketinggian banjir di daerah rawan program dilakukan adalah program desa tangguh banjir. Kelurahan Kedamin Hilir (Teluk Barak) bencana dari keluarga tangguh berdasarkan Perka ketinggian air mencapai 2-3 meter, Desa Sungai Uluk BNPB No 1 tahun 2012 tentang pedoman umum desa/ tinggi air mencapai 1,5 – 2 meter, Desa Tanjung Jati kelurahan tangguh bencana. Program mengatasi banjir tinggi air mencapai 2 – 4 meter, Kelurahan Kedamin dari Kecamatan Putussibau Selatan tidak cuma Hulu ( Baong, jalan penjara dan jalan rutan ) dengan menghimbau masyarakat di sempadan sungai untuk tinggi air mencapai 30 cm -50cm. berhati – hati dan jika menebang pohon harus ditanam Rentang Waktu : Wawancara dilakukan ke empat Kecamatan Putussibau Selatan yaitu Taman Nasional. desa rawan banjir. Waktu banjir pada setiap desa Hasil analisis peruntukan pola ruang Taman Nasional berbeda – beda dikarenakan kondisi topografi dan desa merupakan persentase tertinggi untuk klasifikasi tersebuat apakah berdekatan dengan sungai. Berikut sangat rentan. Kawasan sangat rentan adalah suatu ini adalah kurun waktu lama banjir pada setiap desa kawasan yang memiliki tingkat kerapuhan yang tinggi sebagai berikut Desa Tanjung Jati lama banjir 7 hari – dan sulit untuk kembali seperti kembali semula, 1 bulan, Kelurahan Kedamin Hilir ( Telok Barak) lama sehingga fungsi daerah tersebut sebagai penyangga banjirnya 3-7 hari, Kelurahan Kedamin Hulu ( jalan kehidupan menjadi rusak. Arahan pemanfaatan ruang penjara dan jalan bandara ) setengah hari sedangkan ( kawasan Taman Nasional Kecamatan Putussibau Baoung ) 2 hari dan Desa Sungai Uluk lama banjirnya Selatan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan 3 - 7 hari. Maka dari itu kurun waktu banjir pada setiap No:P.56/Menhut/2006 Tentang Pedoman Zonasi desa tidak bisa ditentukan satu sama lain Taman Nasional. Dampak Lingkungan dan Sosial : Wawancara Tabel 9 Klasifikasi Banjir dan Pola Ruang (Hasil dilakukan ke empat desa rawan banjir. banjir yang Analisis, 2020) terjadi memberikan dampak baik dampak lingkungan No Klasifika Pola ruang Luasan Persentase dan dampak sosial. Dampak lingkungan yang terjadi si (Ha) (%) akibat banjir seperti hasil pertanian warga gagal 1 Tidak Taman Nasional 2.888.753,6 8% Rentan 7 panen, rumah warga terendam oleh banjir sehingga Hutan Lindung 632.550,36 4% untuk beristriahat susah. Dampak sosial aktivitas 2 Cukup Hutan Lindung 682.097,47 4% masyarakat terganggu akibat terjadinya banjir sekolah Rentan Hutan Produksi 41.109,73 3% dan perkantoran diliburkan, timbulnya penyakit seperti Pertambangan 790,37 1% DBD, sakit kulit, malaria dan lain – lain, transportasi Taman Nasional 2.166.565,2 8% 5 terganggu saat terjadi banjir, ikan peliharaan warga 3 Rentan Hutan Lindung 1.463.289,1 5% lepas akibat banjir, perternakan pada mati , kendaraan 7 sepeda motor rusak terendam oleh banjir dan erosi Hutan Produksi 274.288,51 2% yang terjadi di beberapa daerah . Hutan Produksi 24.990,06 1% Terbatas Identifikasi Arahan Pemanfaatan Ruang Permukiman 10.643,32 1% Berdasarkan Tingkat Kerentanan dan Rencana Perkebunan 1.352,21 1% Pola Pertambangan 15.764,30 1% Hasil dari persepsi pemangku kepentingan dan Pertanian 153.422,54 5% persepsi masyarakat pada sasaran kedua arahan Pertanian Lahan 366,68 0% Kering pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana Sungai Dan 28.704,22 2% pola ruang tahun 2014 – 2034 mempengaruhi tingkat Danau kerentanan banjir di Kecamatan Putussibau Selatan. Taman Nasional 4.335.023,2 29% Pada sasaran ketiga diperoleh informasi terkait arahan 2 4 Sangat Hutan Lindung 504.278,76 3% pemanfaatan ruang terhadap daerah rawan banjir. Rentan Hutan Produksi 95.922,71 6% Berdasarkan data hasil analisis klasifikasi banjir Hutan Produksi 12.495,03 1% dengan rencana pola ruang terdapat 4 (empat) Terbatas klasifikasi daerah rawan banjir yang mempengaruhi Permukiman 7.463,46 4% pola ruang di Kecamatan Putussibau Selatan, yaitu Perkebunan 1.352,21 1% Pertambangan 3.899,71 2% tidak rentan, cukup rentan, rentan dan sangat rentan. Pertanian 82.537,42 6% Pola ruang terdiri dari Kawasan lindung dan Kawasan Pertanian Lahan 4.708,04 1% budidaya Kering Identifikasi pemanfaatan ruang dengan tingkat Sungai Dan 14.905,60 1% Danau kerentanan dan pola ruang Kecamatan Putussibau Taman Nasional 362.986,92 8% Selatan diperoleh hasil klasifikasi sangat rentan, yang Total 13.805.552, 100 % terbagi menjadi dua kawasan pola ruang yaitu kawasan 91 lindung : Taman Nasional dan kawasan budidaya : pertanian dan hutan produksi.Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Salah satu kawasan lindung yang terdapat di Gambar 2 Klasifikasi Banjir Kawasan Penelitian Kecamatan Putussibau Selatan Tabel 9 Klasifikasi Banjir dan Pola Ruang (Hasil No Klasifikasi Pola ruang Luasan Persentase Analisis, 2020) (Ha) (%) Hutan 12.495,0 1% No Klasifikasi Pola ruang Luasan Persentase Produksi 3 (Ha) (%) Terbatas 1 Tidak Taman 2.888.75 8% Permukiman 7.463,46 4% Rentan Nasional 3,67 Perkebunan 1.352,21 1% Hutan 632.550, 4% Pertambangan 3.899,71 2% Lindung 36 Pertanian 82.537,4 6% 2 Cukup Hutan 682.097, 4% 2 Rentan Lindung 47 Pertanian 4.708,04 1% Hutan 41.109,7 3% Lahan Kering Produksi 3 Sungai Dan 14.905,6 1% Pertambangan 790,37 1% Danau 0 Taman 2.166.56 8% Taman 362.986, 8% Nasional 5,25 Nasional 92 3 Rentan Hutan 1.463.28 5% Total 13.805.5 100 % Lindung 9,17 52,91 Hutan 274.288, 2% Produksi 51 Keterangan : terdapat tiga zona yang berada pada Taman Hutan 24.990,0 1% Nasional yaitu : Produksi 6 • Zona inti adalah kondisi alam baik biota mau pun Terbatas Permukiman 10.643,3 1% fisiknya masih terjaga dengan asli dan belum diganggu 2 oleh manusia dan yang mutlak dilindungi. Desa – desa Perkebunan 1.352,21 1% yang memiliki tingkat tidak rentan dan cukup rentan Pertambangan 15.764,3 1% diperuntukan sebagai zona inti. Adapun desa – desanya 0 seperti Desa Tanjug Lokang, Desa Bunga Jaya, Desa Pertanian 153.422, 5% 54 Beringin Jaya, Desa Kereho, Desa Cempaka Baru, Pertanian 366,68 0% Desa Urung Unsa Dan Desa Jaras. Desa – desa tersebut Lahan Kering merupakan kawasan pelindungan satwa, kawasan Sungai Dan 28.704,2 2% tangkapan air dan kawasan bahaya erosi. Danau 2 Taman 4.335.02 29% • Zona religi, budaya dan sejarah merupakan sebuah Nasional 3,22 zona yang masih meninggalkan berbagai situs religi, 4 Sangat Hutan 504.278, 3% warisan budaya dan sejarah yang akan dimanfaatkan Rentan Lindung 76 untuk kegiatan keagamaan atau perlindungan nilai- Hutan 95.922,7 6% nilai budaya dan sejarah. Desa – desa yang memiliki Produksi 1 tingkat rentan diperuntukan sebagai zona religi, pertanian lahan basah yang fungsi utamanya budaya dan sejarah. Adapun desa – desanya seperti diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan basah Desa Suka Maju, Desa Siyut/Sayut, Desa Ingko karena didukung oleh kondisi topografi tanah Tambe, Desa Melapi dan Desa Kedamin Darat. Desa Kecamatan Putussibau Selatan dalam menghasilkan – desa tersebut masih terdapat banyak peninggalan – produksi pangan peninggalan situs religi, budaya dan sejarah dayak, oleh karena itu untuk desa – desa tersebut diperuntukan IV.KESIMPULAN sebagai zona religi, budaya dan sejarah 1. Klasifikasi banjir di Kecamatan Putussibau Selatan • Zona pemanfaatan adalah kondisi atau potensi terbagi menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu: tidak alamnya yang dimanfaatkan untuk kepentingan rentan dari (0 – 9 ) memiliki persentase sebesar 4% pariwisata alam, kondisi/jasa dan lingkungan lainnya. dengan luas 23.426,94 Ha, cukup rentan (10-11) Desa – desa yang memiliki tingkat sangat rentan memiliki persentase sebesar 81% dengan luas diperuntukan sebagai zona permanfaatan. Adapun desa 523.292,72 Ha, rentan (12-14) memiliki persentase – desanya seperti Desa Kedamin Hulu, Desa Kedamin sebesar 13% dengan luas 85.060,08 Ha, sangat Hilir, Desa Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati. rentan (15-17) memiliki persentase sebesar 2% Apabila desa - desa dalam zona pemanfaatan dengan luas 1.234,61 Ha. Kelas sangat rentan berada merupakan daerah perlindungan satwa, kawasan di Kelurahan Kedamin Hulu, Kelurahan Kedamin tangkapan air atau kawasan bahaya erosi, maka Hilir, Desa Sungai Uluk dan Desa Tanjung Jati sebaiknya diperuntukan sebagai zona pemanfaatan 2. Karakteristik daerah rawan banjir untuk klasifikasi semi intensif, sedangkan bila daerah-daerah dalam sangat rentan yaitu : zona pemanfaatan bukan merupakan daerah a. Faktor penyebab banjir disebabkan karena hujan perlindungan satwa, kawasan tangkapan air dan di perhuluan Sungai Kapuas dan sampah rumah kawasan bahaya erosi, maka bisa diperuntukan sebagai tangga zona pemanfaatan intensif. b. Daerah genangan banjir tersebar beberapa RT Kecamatan Putussibau Selatan Selain terdapat (RT 04 Dusun Sinau Desa Sungai Uluk, RT 06 Taman Nasional terdapat juga kawasan budidaya yang sampai RT 09 Teluk Barak Kelurahan Kedamin diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Hilir, RT 08 Baoung Kelurahan Kedamin Hulu No.41/Prt/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis dan RT 01 dengan RT 02 Dusun Tanjung dan Kawasan Budidaya. Kawasan budidaya Kecamatan Dusun Tanjung Harapan Desa Tanjung Jati) Putussibau Selatan terbagi menjadi dua kawasan yang c. Ketinggian banjir paling rendah (Kelurahan berpotensi yaitu kawasan hutan produksi dan kawasan Kedamin Hulu) mencapai 30 cm dan yang paling pertanian tinggi (Desa Tanjung Jati dan Kelurahan • Hutan produksi merupakan kawasan hutan guna Kedamin Hilir ) mencapai 5 meter. produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan d. Rentang waktu banjir paling sebentar setengah masyarakat pada umumnya. Hutan produksi terbagi hari dan paling lama 1 minggu atau 1 bulan menjadi 4 yaitu hutan produksi tetap, hutan produksi e. Dampak lingkungan hasil pertanian warga gagal terbatas, hutan produksi yang dapat dikonversi dan panen, rumah warga terendam oleh banjir hutan lain (hutan kota dan hutan rakyat). Maka dari itu sehingga untuk beristirahat susah (tidur) kegiatan yang ditawarkan untuk hutan produksi f. Dampak sosial aktivitas masyarakat terganggu Kecamatan Putussibau Selatan yaitu tetap akibat terjadinya banjir sekolah dan perkantoran memperhatikan fungsinya sebagian hutan untuk diliburkan, timbulnya penyakit seperti DBD, melindungi kawasan di bawahnya. Tujuan pengelolaan sakit kawasan ini adalah memanfaatkan ruang beserta g. kulit, malaria dan lain – lain, transportasi sumberdaya hutan dengan cara tebang pilih dan tanam terganggu saat terjadi banjir, ikan peliharaan untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan warga lepas akibat banjir, peternakan pada mati , negara, masyarakat, industri, ekspor dengan tetap kendaraan sepeda motor rusak terendam oleh menjaga kelestarian lingkungan. banjir dan erosi yang terjadi di beberapa daerah • Pertanian adalah kawasan budidaya yang fungsi 3. Berdasarkan arahan pemanfaatan ruang Kecamatan utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian. Putussibau Selatan, pola ruang untuk klasifikasi Pertanian terbagi menjadi 5 yaitu Kawasan Tanaman sangat rentan yaitu: Hutan produksi dengan Pangan Lahan Basah, Kawasan Tanaman Pangan persentase sebesar 6%, Pertanian dengan Lahan Kering, Kawasan Tanaman persentase sebesar 6% setelah itu Taman Nasional Tahunan/Perkebunan, Kawasan Peternakan, Kawasan dengan persentase sebesar 8% dengan luas wilayah Perikanan Darat, Kawasan Perikanan Air Payau dan 362.986,92 Ha. Arahan pemanfaatan ruang Laut. Maka dari itu arahan yang ditawarkan kawasan kawasan ini adalah pertanian Kecamatan Putussibau Selatan yaitu a. Hutan produksi arahan permanfaatan untuk Peraturan Direktur Jendral Pengendalian Daerah Aliran kawasan ini yaitu tetap memperhatikan fungsinya Sungai dan Hutan Lindung. (2018). Peraturan sebagai hutan untuk melindungi kawasan di Direktur Jendral Pengendalian Daerah Aliran bawahnya. Tujuannya pengelolaan kawasan ini Sungai dan Hutan Lindung No P.3. (2018). adalah memanfaatkan ruang beserta sumberdaya Jakarta: Direktur Jendral. hutan dengan cara tebang pilih dan tanam untuk Peraturan Menteri Kehutanan. (2006). Peraturan Menteri menghasilkan hasil-hasil hutan. Kehutanan No:P.56/Menhut-Ii/2006 Tentang b. Pertanian arahan pemanfaatan untuk kawasan ini Pedoman Zonasi Taman Nasional Menteri yaitu utamakan kegiatan pertanian lahan basah Kehutanan karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan sesuai dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi Menteri Pekerjaan Umum No.41/Prt/M/2007 lahan yang sesuai untuk lahan basah dalam Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan menghasilkan produksi pangan di Kecamatan Budi Daya Putussibau Selatan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2007). Peraturan c. Taman Nasional arahan permanfaatan kawasan ini Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 sebagai Zona inti Kecamatan Putussibau Selatan Tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik baik biota ataupun fisiknya masih asli dan tidak & Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. dilindungi, berfungsi untuk perlindungan Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang. khas, sebagai Zona religi, budaya dan sejarah Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu. (2014). dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Kecamatan Putussibau Selatan, sebagai zona Ruang Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun permanfatan digunakan untuk kepentingan 2014 - 2034 pariwisata alam dan kondisi dan jasa lingkungan Rum, S. (2012). Identifikasi Tingkat Kerentanan Sosial lainnya Ekonomi Penduduk Bantaran Sungai Code Kota Yogyakarta Terhadap Bencana Lahar REFERENSI Merapi. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Aminudin. (2013). Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Kota Vol 10 , 265-277. Alam. Bandung: Angkasa Undang – Undang. (2007). Undang – Undang Nomor 24 Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bencana. Jakarta: Republik Indonesia. Asdak, C. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. BAPPEDA. (2013). Buku Putih Sanitasi (BPS). Kabupaten Kapuas Hulu: Bappeda Kabupaten Kapuas Hulu. BPS Kecamatan Putussibau Selatan. (2019). Kecamatan Putussibau Selatan dalam Angka 2018. Kabupaten Kapuas : Badan Pusat Statistik. Carolita. (2014). Analisis Kerentanan Daerah Rawan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Kecamatan Sekarbela – Kota Mataram). Jurnal Planoearth PWK FT UMMat Vol 3 No 1, 36 – 43 Data Base Potensi Pertanian. (2017). Kabupaten Kapuas Hulu: Kepala Dinas Pertanian Hapsoro, A. W. (2015 ). Kajian Kerentanan Sosial Dan Ekonomi Terhadap Bencana Banjir. Jurnal Teknik PWK Vol 4 . Jhon, C. (2003). Research Design qualitative and method approached. California: Sage Publication Inc .