Anda di halaman 1dari 5

Nama : Intan Permata Sari

NIM : 210501059
Mata Kuliah : Rekayasa Sungai

MENGANALISA PENYEBAB BANJIR DI KABUPATEN LUWU, PROVINSI


SULAWESI SELATAN
Menjelang pertengahan bulan Juli 2020, tepatnya Senin malam 13 Juli 2020 sekitar pukul 19. 00
WITA di wilayah Masamba dan sekitarnya, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dilanda banjir
bandang.

Foto udara kondisi Kota Masamba yang tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi
Selatan, Jumat (17/7/2020).

Peristiwa banjir ini juga menyebabkan sekitar 15.000 warga setempat harus mengungsi. Selepas
banjir surut, rumah-rumah warga terendam lumpur sisa banjir. Berdasarkan data sementara Pusat
Pengendali Operasi Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB, ada sekitar 5. 000 kepala
keluarga yang terdampak banjir. Terkait kerusakan yang diakibatkan banjir, Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional Lapan memotret kerusakan banjir bandang Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Utara
dengan memanfaatkan satelit penginderaan jauh( Haryanto, 2020)
Berbagai faktor disebut sebagai penyebab bencana banjir besar tersebut. Diantaranya faktor
cuaca (curah hujan, intensitas curah hujan, dan durasi curah hujan) dan faktor meluapnya aliran Sungai
Masamba, Sungai Radda dan Sungai Rongkong. struktur tanah yang tidak mendukung memungkinkan
permukaan tanah menjadi cepat jenuh. (Pranita, 2020),

Pada 12 Juli 2020 atau tepatnya sehari sebelum kejadian banjir bandang tersebut, hingga sore hari
pada 13 Juli 2020. berdasarkan data hasil pengamatan curah hujan dan satelit cuaca BMKG, memang
tercatat adanya kejadian hujan dengan intensitas skala sedang hingga lebat di wilayah Masamba dan
sekitarnya. Bahkan, analisis spasial hujan dari citra satelit cuaca juga menunjukkan hal yang sama. Hujan
intensitas sedang-lebat pada tanggal 12-13 Juli 2020 tersebut, terkonsentrasi secara signifikan di wilayah
utara dan timur laut wilayah Masamba dan sekitarnya yang didominasi wilayah perbukitan Kondi.

Wilayah hulu sungai merupakan wilayah tangkapan hujan dengan potensi curah hujan tinggi. Air
hujan meresap kedalam tanah meningkatkan kandungan air dalam retakan batuan dan pelapukannya.
Infiltasi air menerus menyebabkan tanah pelapukan yang bersifat urai, berat masanya bertambah, tahanan
geser tanah pelapukan dan daya ikatnya menurun serta menungkatnya daya dorong pada lereng. Daya
dorong bertambah juga dikontrol kemiringan lereng, proses erosi saat aliran air bergerak diantara
rekahan/retakan batuan, dipermukaan lereng dan pada batas tanah pelapukan dengan batuan granodirit
dibawahnya.Kombinasi dari faktor pengontrol geologi setempat dan intensitas curah hujan
mengakibatkan vegetasi hutan tidak mampu menjaga kestabilan lereng yang telah berlangsung dalam
waktu yang lama dan terjadilah gerakan tanah/longsoran. (Badan Geologi, 2020).
Solusi Penanganannya
Mengingat wilayah di hulu sungai telah hutan terbuka, terdapat potensi bencana berulang
terjadinya gerakan tanah dan banjir bandang, maka direkomendasikan :

1. Peningkatan kewaspadaan masyarakat yang berada di sekitar lokasi bencana dan pada alur sungai
terutama pada saat dan setelah hujan deras yang berlangsung lama untuk mengantisipasi
terjadinya gerakan tanah susulan yang berkembang kembali menjadi aliran bahan
rombakan/banjir bandang;
2. Mejaga aliran air sungai tetap lancar dan mengalir pada alur sungai yang terbentuk sekarang dan
perlu kegiatan normalisasi alur sungai dengan agenda rutin pengerukan sedimentasi di alur
sungai yang mendangkal
3. Pengurangan potensi dampak bencana melalui penataan kawasan terdampak gerakan tanah dan
banjir bandang sepanjang alur sungai dari hulu hingga ke hilir sungai dengan:
o Lestarikan hutan yang ada dan tidak mengalih fungsikan lahan hutan hulu sungai
minimal wilaya tangkapan hujan pada batas Desa Meli dan Maipi
o Pemindahan pemukiman pada daerah terdampak.
o Tidak mengembangkan infrastruktur vital strategis, pemukiman atau sarana publik di
sekitar aliran sungai terdampak banjir bandang terutama yang berhulu di daerah
perbukitan yang rawan longsor dan alur sungai terdampak banjir bandang.
o Pengendalian alih fungsi lahan disepanjang alur terdampak bencana mulai dari desa Meli
dan Maipi ke arah wilayah hilir sungai
o Pembuatan buffer antara wilayah pemukiman dengan alur lembah sungai
dengan menanam pohon berakar kuat, cepat tumbuh, bermanfaat yang diproyeksikan
tidak akan perna di tebang dan atau membangun tembok penahan tebing/talud pada
lereng terjal di sepanjang alur sungai dan pada kelokan sungai.
o Pembuatan rambu, jalur dan lokasi evakuasi
4. Pembangunan sabo dam pada bagian atas Desa Meli dan Desa Maipi untuk mengendalikan aliran
sedimentasi dari hulu sungai.
5. Penanaman vegetasi berakar dalam dan kuat untuk menahan lereng pada bekas longsor serta
untuk menahan laju erosi dan aliran bahan rombakan
6. Pemantauan mandiri pada aliran sungai dan disseminasi informasinya dengan melibatkan peran
serta masyarakat terutama yang bermukim di sepanjang alur sungai untuk antisipasi ;
o Curah hujan lokal di hulu sungai, untuk peningkatan kewaspadaan terhadap banjir
bandang susulan dan potensi banjir luapan sungai
o Menjadikan Desa Meli di hulu sungai Radda dan Desa Maipi, serta Desa lainnya yang
berbatasan dengan hutan sebagai titik kendali pemantauan
o Jika ditemukan material longsor yang menghambat aliran sungai, segera normalisasi
aliran sungai tersebut karena berpotensi berkembang menjadi aliran bahan
rombakan/banjir bandang
o Jika ditemukan retakan pada tebing atas, maka segera menutup retakan dengan tanah liat
atau material kedap dan dipadatkan
7. Peningkatan kapasitas adaptasi ancaman bencana melalui sosialisasi untuk kewaspadaan bagi
masyarakat di sekitar lokasi bencana;
8. Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah / BPBD
setempat.(Badan Geologi, 2020).
Sumber Referensi
https://pu.go.id/berita/cegah-terulang-banjir-bandang-di-kabupaten-luwu-utara-kementerian-pupr-segera-
bangun-sabo-dam-di-sungai-radda
https://vsi.esdm.go.id/index.php/gerakan-tanah/kejadian-gerakan-tanah/3199-laporan-singkat-
pemeriksaan-gerakan-tanah-dan-banjir-bandang-di-kecamatan-masamba-dan-kecamatan-baebunta-
kabupaten-luwu-utara-provinsi-sulawesi-selatan

Anda mungkin juga menyukai