Anda di halaman 1dari 9

BENDUNGAN WATU SONGO

“Tingginya potensi sumber daya air merupakan suatu anugerah, pembangunan dan
pengelolaan bendungan yang berkelanjutan merupakan salah satu upaya untuk mendukung
terwujudnya kedaulatan air yang akan mendukung ketahanan pangan dan energi.” Menteri
pengairan dalam sambutan Hari Air”

Sejarah awal
Indoraya saat ini memiliki lebih dari 99 bendungan (teregistrasi di Kantor Madya
Bendungan KPB per Januari 2023 dengan luas reservoir sekitar +99.183 hektar. Berdasar
pada data tersebut, perlu dilakukan pengelolaan bendungan sebagai acuan dalam
pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan beserta waduknya. Dalam
pelaksanaan operasional bendungan dibutuhkan pengelolaan bendungan yang baik dan
berkelanjutan, di antaranya dengan pemantauan bendungan yang handal dan akurat sesuai
dengan visi Kantor Pengairan Madya Sungai Prono sebagaimanan yang tercantum pada
Keputusan Menteri Infrastruktur nomor 007/KPTS/M/2020 tentang Pola Pengelolaaan
Pengairan Madya Sungai Prono yakni pengelolaan pengairan yang berkelanjutan sebagai
landasan kesejahteraan masyarakat.
Bendungan terbesar kedua di Indoraya sebelumnya sudah lama tidak di fungsikan.
Awalnya dimulai pembangunanya pada tahun 1938 pada masa penjajahan Belanda dan baru
85% hingga ekspansi negara Jepang ke indoraya1942 berhenti pembangunanya.
Bendungan ini sebenarnya adalah bendungan tua yang dioprasionalkan kembali dan
difungsikan tahun 2000 dengan dukungan Belanda NV. Architecten Ingenieurs ditengah
ketersediaan anggaran yang terbatas hanya difungsikan sebagai waduk dan pengendali
banjir. Kondisi kini memberikan tantangan besar bagi Pengelolaan bendungan ini untuk
meningkatkan operasional dan keamanannya.
Pemanfaatan bendungan
Bendungan Watu Songo merupakan sumber air irigasi untuk lahan pertanian di Kabupaten
Gunung Pitu. Bendungan ini terletak di DAS Prono, dan mendapatkan pasokan air dari
Sungai Prono yang melewati beberapa kota di provinsi wongsabar.Terletak di antara dua
bukit, bendungan ini juga memberikan pemandangan alam yang indah.
Dengan luas genangan 1.315,95 hektare, bendungan tipe urugan inti tegak ini
dimanfaatkan sebagai tampungan air pengendali banjir untuk wilayah disepanjang sungai
prono dan sekitarnya karena mampu mengurangi debit banjir sebesar 488 m3/detik serta
memiliki potensi pembangkit listrik sebesar 300MW yang belum dimanfaatkan.
Yang menarik, bendungan terbesar ini memiliki sebuah terowongan sehingga jika ingin
mengunjunginya harus melewati terowongan sepanjang 1 kilometer dulu baru tiba di lokasi.
Secara keseluruhan berdasarkan Kajian IWACO memerlukan anggaran sebesar Rp2,03
triliun untuk peningkatan Bendungan WS/Watu Songo secara maksimal, meski anggaran
peningkatan belum diturunkan telah ada inisiatif Perum Jasa Banyu untuk manfaatkan
sebagai sumber air minum bagi wilayah kab gunung pitu namun belum mendapat respon
dari Kementerian Infrastruktur.
Kondisi bendungan seperjalan waktu
Pada musim hujan, bendungan ini mampu menampung air sebanyak 750 juta meter kubik.
Dengan kapasitas yang besar ini, berdasarkan kajian kementrian investasi dan pariwisata
dapat dijadikan area wisataw dengan fasilitas waterboom dan kebun binatang mini di area
bendungan juga dapat menjadi lokasi wisata yang populer dengan adanya resort berkualitas
menikmati pemandangan yang indah, naik perahu tradisional, memancing, dan bahkan
berkemah. Meski belum secara resmi menjadi daerah wisata, namun tempat ini juga telah
menjadi target retribusi daerah karena sering dikunjungi untuk sekedar menikmati alam
karena pemandangan sekitar bendungan yang memukau membuat Bendungan Watu Songo
cocok sebagai destinasi wisata. Penduduk Kabupaten Gunung Pitu dan sekitarnya juga
menjadikan bendungan ini sebagai salah satu tempat “healing” favorit.
Saat ini, Bendungan Watu Songo juga merupakan tempat yang ideal bagi pecinta
memancing dan berenang. Namun ada beberapa catatan dari Satker Bendungan WS bahwa
pada tanggal 12 Mei 2005 mencatat curah hujan sebesar 300 mm dalam 24 jam, debit aliran
sungai mencapai 640 m³/detik, dan tinggi muka air bendungan (KMDB) yang melampaui
kapasitas desain hingga mencapai 115 meter lebih. Akibatnya, terjadi kerusakan pada
sebagian dinding pelimpah dan sedimentasi akibat erosi tanah yang signifikan.
Pada catatan Gempa Bumi tanggal 17 Maret 2010, gempa dengan magnitudo 7,2 Skala
Richter terjadi dalam jarak 30 km dari bendungan. Dampaknya, terjadi keretakan pada
struktur bendungan dan deformasi yang signifikan pada sejumlah elemen konstruksi
bendungan. Meski begitu Pertumbuhan pesat aktivitas hilir yang subur justru menarik
pergerakan penduduk yang terus berpindah, mengakibatkan perubahan penggunaan lahan
yang sangat cepat di wilayah Kabupaten Gunung Pitu.
Seiring dengan perubahan ini, Berdasar data Badan Pelayanan Data Nasional 2022,
sebesar 80% lahan persawahan telah berubah menjadi kawasan permukiman padat yang
meliputi 5 kecamatan, 18 kelurahan, dengan jumlah penduduk sekitar 6.500 jiwa atau 1.300
KK. Meskipun demikian, 10% penduduk masih mengolah sawah atau lahan pertanian yang
tersisa sebesar 20% dari luas total Kabupaten Gunungpitu.Adapun aktivitas penduduk di
kabupaten tersebut:
Tabel : Jumlah penduduk bersadarkan pekerjaan disekitar area hilir DAS
No. Pekerjaan Jiwa
1 Pertanian 650
2. Pegawai pemda Kabupaten 130
3. Pegawai di Ibukota (komuter) 935
4. Usaha UMKM setempat 850
5 Pengemudi on-line 315
6. Ibu rumah tangga, anak- anak, orang tua, dan lainnya 3620
Sumber : Badan Pelayanan Data Nasional 2022

Kondisi tersebut juga menimbulkan dampak DAS di wilayah sekitar bendungan juga telah
banyak mengalami kerusakan dan penurunan fungsi sebagai akibat perubahan tata guna
lahan. Perubahan tata guna lahan berakibat pada perubahan debit banjir dan laju
sedimentasi yang berpengaruh pada operasi serta bis berakibat berkurangnya umur
layanan bendungan. Evaluasi berkala dilaksanakan terhadap perubahan kondisi lingkungan
DAS bendungan serta penyesuaian pola operasi banjir bendungan.Kondisi ini dari alih fungsi
lahan dan dampak perubahan iklim global yang mengubah pola hujan menjadi banjir
puncak. Selain itu terjadinya siklus la nina dan el nino dalam pengulangan yang lebih
sering. Adaptasi pengaturan pola operasi waduk terkait dengan perubahan iklim memiliki
peran yang strategis bagi pengelola bendungan (UPB) dalam melakukan pengaturan
kebutuhan air yang dapat diterima oleh seluruh pemangku kepentingan.
Dengan berkembangnya daerah hilir bendungan, mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan akan air baku untuk air minum, dimana tingkat kebutuhan air tersebut sangat erat
kaitannya dengan pertumbuhan penduduk. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi
penduduk di hilir menimbulkan masalah antara lain menurunnya kualitas air karena banyak
yang menggunakan sumur dari air tanah. Potensi air yang ada di bendungan dapat
dimanfaatkan secara optimal dengan adanya kerjasama dengan badan usaha untuk
memenuhi kebutuhan air tersebut terutama pada musim kemarau dan dapat meningkatkan
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan air penduduk pada masa yang akan datang.
Perawatan dan Pengelolaan Bendungan
Berdasarkan Laporan Catatan layanan data Kantor Pengairan Madya Sungai Prono pada
tanggal 5 Juli 2012 dilakukan perbaikan pada dinding pelimpah yang rusak akibat banjir
besar sebelumnya. Pemeliharaan rutin dilakukan setiap enam bulan sekali, meliputi
pembersihan saluran air, pengecekan dan penggantian komponen pintu air, serta inspeksi
visual pada struktur bendungan.
Pertengahan 2013 bendungan juga pernah dilakukan rehabilitasi dengan menambahkan
penguatan struktur menggunakan Beton Gravitasi dengan kapasitas 10 juta meter kubik dan
tinggi 80 meter. hingga 30 Juni 2013 dengan pencatatan progres, jumlah beton, pemasangan
struktur baja, dan pengujian kualitas material. Setelah inspeksi konstruksi pada tanggal 10
Juli 2013, dilakukan perbaikan terhadap kecacatan minor, termasuk permukaan beton yang
tidak rata, sebelum bendungan dioperasikan secara penuh.
Evaluasi kinerja bendungan pada tahun 2020 menyimpulkan bahwa meskipun
menghadapi tantangan dari banjir besar dan gempa bumi, melalui perbaikan dan
pemeliharaan rutin, struktur bendungan telah mempertahankan stabilitas dan kinerja yang
memadai. Namun, pembaruan desain dan peningkatan sistem pemantauan diperlukan untuk
memastikan keandalan dan keamanan jangka panjang.
Inspeksi rutin terakhir pada tanggal 20 Januari 2022 menunjukkan adanya kerusakan
minor pada dinding pelimpah yang memerlukan perbaikan segera, namun tidak ditemukan
kerusakan signifikan lainnya pada struktur bendungan. Dengan anggaran PKT UPB200jt, OP
bendungan 250 Juta, PKT padatkarya sebesar 2,5 milyar yang melekat pada Program PKT
bidang sumber daya air terdiri dari tujuh kegiatan. Yakni Program Percepatan Peningkatan
Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI), operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi dan rawa, OP sungai
dan pantai, OP air tanah dan air baku, OP bendungan, pembuatan ABSAH dan tugas
pembantuan operasi pemeliharaan (TP OP) irigasi dan rawa.Hal tersebut nampak nya masih
dainilai minin hanya dapat digunakan untuk perawatan yang sifatnya minor.
Kerjasama pengelolaan bendungan
Pemerintah Provinsi Wg. Sabar & Kabupaten Gunung Pitu Berencana untuk melakukan
intensifikasi lahan pertanian namun disisi lain kondisi debit waduk beberapa waktu terakhir
sedang dikurangi mengingat keamanan bendungan menunggu anggaran peningkatan
bendungan. Dinas pariwisata daerah juga menjadikan waduk sebagai objek retribusi namun
langsung mulai meningkatkan tarif untuk pemeliharaan dan pengelolaan sampah yang dinilai
pengunjung kurang ter-edukasi sebingga pemda membutuhkan anggaran untuk pengelolaan
sampah dan kelestarian lingkungan. Dari kunjungan Menko investasi bersama gubernur dan
Bupati Gunung pitu juga pernah membahas proyek sport tourism di Waduk Prono ini.
Sambil menunggu kerjasama dengan Perum Jasa banyu yang berencana memanfaatkan
air waduk Bendungan WS, PDAM Tirto WS terpaksa menaikan tarif dasar yang dianggap
berat oleh masyarakat sesuai batas atas dalam Keputusan Menteri infrastruktur Nomor
12/KPTS/M/2019 Tahun 2019 tentang Penetapan Harga Dasar Air Permukaan karena
oprasional yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan air di hilir. PT PLN merasa juga
pemanfaatan waduk dapat lebih optimal karena dirasa dapat digunakan sebagai pembangkit
berdasarkan hasil investigasi yang diperoleh. mengingat kebutuhan listrik yang semakin
meningkat seiring laju penduduk sekitar dari alih fungsi lahan. Pengembangan Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) Watu songo masih terkendala tinggal Izin Konstruksi Bendungan
dari Kementerian infrastruktur dan Izin Operasional meski sudah 2 kali melakukan
persidangan dengan Komisi Keamanan Bendungan yang melibatkan sejumlah tim dan
praktisi yang berkompeten di bidang ketenagalistrikan dan bendungan.
Sosial Masyarakat
Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) menemukan dalam
penelitiannya diuji dengan metode Indeks Pencemaran (IP) dan disesuaikan dengan baku
mutu indeks pencemaran menunjukan masih memenuhi baku mutu namun mengalami
pencemaran ringan karena dijadikan objek wisata, serta adanya penangkap ikan keramba.
Aktifitas yang dilakukan di badan air maupun daratan perlahan berpengaruh terhadap
kualitas air di waduk juga mengeluhkan kinerja pengelolan sampah dari UPT bendungan
yang saat uni menjadi UPB tidak berpengaruh justru menemukan fakta. bahwa kualitas air
waduk yang mulai menurun sehingga produk ikan tawar dan pembenihan juga menurun
setengah dari jumlah tahun lalu sebesar 30 ton/tahun lalu menjadi hanya 25ton tahun ini,
dan Jumlah Benih Budidaya Air Tawar juga menurun dari 1,5juta ekor menjadi 800-700 rb
ekor.
Pada awal tahun ini, terjadi viral di media sosial mengenai unggahan masyarakat setempat
yang dilengkapi dengan gambar keretakan pada dinding bendungan yang berdekatan
dengan permukiman penduduk. Masyarakat telah melaporkan hal ini kepada pemerintah
setempat, namun belum terlihat adanya tindak lanjut. Kepolisian banyak menampung
keluhan aduan masyarakat akan pengelolaan bendungan, kondisi keretakan yang tidak
segera ditangani, kondisi tebing yang banyak kerusakan keretakan, dan warga masyarakat
sebagian cemas akan runtuhnya tebing, kondisi longsor dan medan yang sempit
mengganggu akses jalan juga menyulitkan evakuasi serta jika masa libur daerah juga sering
macet . Selain itu beberapa laporan humas UPT KPMS Prono antara lain sbb:
1. LSM bersama organisasi masyarakat pengguna Air juga mempertanyakan debit dan
kualitas air yang menurun dibeberapa daerah menyebabkan gagal panen dan saat musim
tanam, dan pencemaran ini juga menyebabkan usaha perikanan juga terganggu akibat
produktifitas benih menurun akibat kualitas air.
2. Koran Harian Wiro Bhumi membahas memberitakan bahwa bendungan yang berada
dalam kondisi kritis dan membutuhkan penanganan segera untuk mencegah terjadinya
korban jiwa dan kerugian materiil yang dapat mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat
setempat.
3. Badan mitigasi Bencana Nasional Indoraya bersama Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air (GNKPA), secara rutin mengadakan penataan kawasan sekitar waduk,
atas respon masyarakat berupaya melakukan pemasangan alat-alat pemantauan
berencana Namun pembangunan konservasi di hulu waduk serta pengelolaan alat
terkendala SDM dan anggaran.
4. UPT KLH mengingatkan bahwa kerusakan dibagian Hulu dapat meningkatkan debit banjir
disisi lain kekuatan bangunan karena peristiwa gempa yang terjadi bahkan hingga
keretakan dinding tebing perlu diwaspadai. Disamping itu penurunan kualitas air juga hal
yang menjadi sorotan ketika kunjungan Mentri KLH dan Komisi lingkungan meninjau DAS
disekitar lokasi waduk prono. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
123/KLHK/2022 mengatur persyaratan pengelolaan lingkungan yang harus dipenuhi
dalam operasional bendungan.
Studi Kajian :
1. Tehadap bendungan telah ada studi Program Dam Operational Improvement and Safety
Project malakukan Studi tentang perkiraan risiko kegagalan bendungan yang mungkin
terjadi yang menjadi subyek berbagai peraturan khusus yang berkaitan dengan
keselamatan orang-orang yang tinggal di bagian hilir bendungan.
2. Dilanjutkan Dam Operational Improvement and Safety Project melanjutkan Program Dam
Safety Project dengan fokus pada peningkatan operasi dan keselamatan bendungan,
serta kegiatan untuk meningkatkan keberhasilan operasi dan keamanan bendungan serta
pembentukan peraturan bendungan.
3. Dan dilanjutkan tahap 2 memberikan dukungan untuk penyelesaian pekerjaan perbaikan,
rehabilitasi dan peningkatan operasional dan keamanan bendungan milik Kementerian
Infrastruktur. Hasil hasil studi yang disusun memperkuat revitalisasi operasi dan
pemeliharaan infrastruktur sumber daya air sebagai salah satu rencana strategis dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 serta Rencana Kerja
Pemerintah.
4. Studi lain adalan revitalisasi infrastruktur sumber daya air akan berdampak pada
ketahanan pangan Karena Kebutuhan energi juga meningkat yang belakangan ini menjadi
isu penting di Indoraya. Pemantauan dan evaluasi proyek ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi tingkat koordinasi kebijakan di BAPPENAS sebagai Komite Pengarah
Nasional untuk Sumber Daya Air (NSCWR).
5. Studi kegempaan menemukan aspek ketidakpastian yang dapat berdampak pada
keamanan bendungan. menurut peta sumber dan bahaya gempa bumi Indoraya 2017,
secara geologis dan tektonik wilayah Kota x berada pada jalur zona sesar aktif yakni jalur
zona Sesar df berada pada jalur zona Sesar mulai dari hulu hingga hilir sungai x.
Berdasarkan catatan sejarah kegempaan jalur Sesar ini pernah memicu terjadinya
gempabumi merusak di di beberapa kabupaten yang dilalui daerah irigasi termasuk
bendungan.
6. Saat ini adalah berkurangnya lahan irigasi akibat konversi lahan dari lahan irigasi menjadi
lahan Permukiman. Pengembangan dan pemanfaatan waduk multi guna secara terpadu
untuk tujuan lain. Studi pendefinisian ulang dari pemanfaatan bendungan eksisting perlu
dilakukan sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan pengelolaan bendungan. Ada
beberapa alternative optimalisasi bendungan eksisting, misalnya : Pemanfaatan untuk
pariwisata; sarana olah raga air; pembangkit listrik minihidro dan Pemanfaatan area
terbuka reservoir untuk Floating Solar Panel
Anggaran Pemeliharaan
1. Infrastruktur utama seperti bendungan sebagian besar dikategorikan sebagai bendungan
tua. Lebih dari 72% bendungan adalah konstruksi bendungan tua. Bendungan tua ini akan
membutuhkan lebih banyak anggaran OP dan pemeliharaan khusus.
2. Pemerintah harus memikirkan dan menyusun strategi untuk menghindari ketergantungan
anggaran OP kepada pinjaman luar negeri. Oleh karena itu diperlukan terobosan-
terobosan dalam hal pembiayaan OP bendungan. Salah satu opsinya adalah menerima
pendapatan melalui mekanisme terintegrasi dan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan baik itu dengan penerimaan langsung dari pemanfaat sumber daya air
maupun penerimaan dari hasil Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha
(Pariwisata, Energi pasokan bagi Kawasan Ekonomi Khusus).
3. Sektor sumber daya air, belum banyak melibatkan sektor swasta dalam melaksanakan
pengembangan dan pengelolaannya. Terlepas dari kurangnya studi kelayakan bisnis di
sektor ini, dukungan peraturan yang masih belum jelas juga berkontribusi terhadap
ketidakpastian investasi bagi investor yang ingin berinvestasi di sektor sumber daya air.
4. Komisi V DPR RI mengapresiasi kinerja Kementerian infrastruktur dalam operasi
pemeliharaan Bendungan “Di tengah keadaan yang sulit seperti saat ini, kami
mengapresiasi Kementerian yang dapat menambah anggaran untuk Program PKT
Program Padat Karya di mana berdampak langsung pada masyarakat” Namun pimpinan
Direktorat Pengairan menyampaian “perlu segera mempersiapkan Personel dan
koordinator/failitator kegiatan padatkarya tersebut”.
Kebijakan dan Peraturan
1. Melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
menetapkan persyaratan keselamatan dan keamanan bendungan juga menekankan
Pengelolaan Cerdas Sumber Daya Air atau Smart Water Management (SWM) untuk
optimalisasi operasi UPB sangat penting dalam menjaga fungsi, manfaat dan umur
layanan bendungan sedangkan perawatan dan pemantauan bendungan dibutuhkan untuk
mengurangi risiko terjadinya kegagalan bendungan baik karena factor internal maupun
eksternal dalam rangka mempertahankan umur layanan bendungan sesuai perencanaan
pembangunan bendungan.
2. Berdasarkan Peraturan Menteri Infrastruktur nomor 6 tahun 2020 yang mengubah
Peraturan Menteri Infrastruktur nomor 27/PRT/M/2015 tentang bendungan, setiap
bangunan bendungan harus menjalani perawatan dan pemeriksaan rutin untuk menjaga
kekuatan bangunan dan memastikan fungsi serta keamanan lingkungan sekitarnya tetap
terjaga. Unit organisasi pengelolaan bangunan sumber daya air di Kementerian
Infrastruktur memiliki anggaran untuk pembangunan, perawatan, dan rehabilitasi
infrastruktur bangunan air. Namun, anggaran tersebut tidak selalu mencukupi untuk
memenuhi semua kebutuhan masyarakat terkait ketersediaan air baku, irigasi, dan
pencegahan banjir ditambah dikala itu Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang
signifikan dalam pelaksanaan pekerjaan karena terbatasnya mobilitas sumber daya
manusia.
3. Peraturan Menteri Infrastruktur No. 10/PRT/M/2021 telah memberikan pedoman teknis
mengenai keselamatan bendungan, termasuk persyaratan teknis dan metode pengujian
dalam perancangan dan pembangunan, serta pemeliharaan rutin, pemantauan, dan
inspeksi berkala bendungan.
4. Izin Pengelolaan bandungan telah diberikan dengan nomor SK Menteri Infrastruktur 11
/PRT/M /2023 tentang UPB Kantor Pengairan Madya Sungai Prono pada tanggal 15
Januari 2023. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam pembangunan bendungan
termasuk ketinggian muka air bendungan (KMDB) minimal 100 meter, kekuatan struktur
bendungan yang tahan gempa dengan kekuatan minimal 0,3g, serta sistem pengelolaan
air yang dilengkapi dengan pintu air otomatis dan sistem peringatan dini banjir. Selain itu,
bendungan juga harus memiliki rencana evakuasi darurat yang jelas dan telah
disosialisasikan kepada masyarakat sekitar.
5. Menteri Infrastruktur mengukuhkan Unit Pengelola Bendungan (UPB) di Gedung
Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air Kementerian Infrastruktur, pada Kamis
(20/10/2023). UPB adalah unit bagian dari Ditjen Pengairan yang bertugas secara
langsung melaksanakan pengelolaan bendungan beserta waduknya. Unit Pengelola
Bendungan (UPB) sebagai penyelenggara operasi, pemeliharaan dan pengamatan
bendungan memiliki peranan penting dalam pengelolaan bendungan berkelanjutan. UPB
merupakan unit yang tidak hanya bertugas melakukan operasi, pemeliharaan dan
pengamatan di areal bendungan saja tapi juga berhubungan keamanan masyarakat di
lingkungan sekitar bendungan serta di hilir bendungan. Peralihan dari UPT yang melekat
di KPMS-Prono terkendala SDM yang tersertifikasi dan belum tertatanya SDM UPB yang
tersedia dimana hal tersebut menjadi tantangan kepala unit UPB nantinya.
6. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi UPB sumber daya manusia yang unggul dan
handal sangat diperlukan dalam operasi, pemeliharaan dan pemantauan bendungan.
Perkuatan organisasi UPB dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia perlu
dilaksanakan secara terus menerus melalui program pelatihan dan pemberdayaan dalam
upaya peningkatan kinerja operasi pengelolaan bendungan sesuai fungsi dan tujuan
pembangunan bendungan serta menjaga umur layanan bangunan sesuai perencanaan
pembangunan. Kementerian Infrastruktur melalui BPSDM berkomitmen meningkatkan
sumber daya manusia dengan perekrutan, pelatihan, dan sertifikasi keahlian di semua
Sektor infrastruktur dengan Asosiasi KNIBB, Universitas serta NGO JICA Project of
Capacity. Development kegiatan ini dapat paralel, dilanjutkan dengan pelatihan sertifikasi
kompetensi keahlian khususnya bidang bendungan namun kesulitan mencari calon
peserta.
Struktur Organisasi

PENGELOLA BENDUNGAN
Ka.BBWS /Dir.Utama PJT/Dir.Badan Usaha

KEPALA UNIT PENGELOLA BENDUNGAN


Ka.Bid/BWS/Manj/Kadiv

Ka bag Operasi Ka bag Pemeliharaan Ka bag PPE


D3/SMK Sipil dan D3/SMK Sipil dan D3/SMK Sipil dan Pengalaman
Pengalaman Operasi Pengalaman Pemeliharaan Pemeriksaan Pemantauan
Bendungan (SKA/SKT) Bendungan (SKA/SKT) Evaluasi Bendungan (SKA)

Personel Tidak
Sekuriti Operasi Personel Tetap PP Instrumentasi
Tetap/Fasilitator
2-3 Personel 2-3 Personel 2-3 Personel 2-3 Personel
Padatkarya
(tetap) (SKT) (SKT) (SKT)
(PKT)

DATA PERSONIL
Komposisi pegawai terdiri dari 50% ASN dan 50% P3K. Adapun rincian pegawai yang tersedia
untuk Unit Pengelola Bendungan yang tersedia 12 orang sebagai berikut:
No Nama Jabatan Usia Pendidikan Deskripsi
1 Arya P Jafung Bina Konstruksi 35 tahun S1 Sipil Merupakan orang yang rajin, tekun, loyalitas terhadap
Muda SKA OP pimpinan tinggi, tidak berani menolak.
2 Bandi Jafung Pengairan Muda 38 tahun S1 Pengairan Kurang inisiatif, pasif , bekerja bila ada perintah
SKA Bendung
3 Budi L Jafung Teknik pengairan 24 tahun S1 Sipil Kurang teliti, patuh terhadap pimpinan.
pertama SKA SDA
4 Lupita Jafung Pranata Komputer 30 tahun D3 Komputer Kurang inisiatif, tidak suka bekerja lembur
Terampil
5 Bobi Staf Kepegawaian dan 22 tahun S1 Teliti dalam bekerja, dapat diandalkan.
Persuratan Manajemen
6 Zubaed Staf pembantu di 23 tahun S1 IT Sudah mengikuti berbagai Diklat, cepat tanggap, teliti.
kepegawaian
7 Rio Staf pembantu di Keuangan 25 tahun S1 Ekonomi Dapat diandalkan, cepat tanggap.

8 Susilo Staf pembantu keuangan 30 tahun D3 Kurang percaya diri, mudah diberikan arahan.
Administrasi
9 Boris Jafung Teknik Terampil 31 tahun SMK Rajin, inisiatif
SKT SDA Bangunan
10 Soleh Jafung Teknik Terampil 32 tahun SMK Rajin, pekerja keras
SKT OP bendung Bangunan
11 Jack Sekuriti 41 tahun SD Pekerja keras, rajin, patuh,
12 Junianto Driver operasional 38 tahun SMA Pekerja keras, mudah bergaul, ringan tangan
Penanggung Jawab

Ditingkat Kantor Pengairan Madya


Kepala Kantor
Kepala Bidang OP Pengairan Madya

Kepala Satker OP
KEPALA UPB
Koordinator Data
Dan Evaluasi
Pengelola Bendungan

Pelaksana Data Pelaksana Data Pelaksana Data


Dan Evaluasi Dan Evaluasi Dan Evaluasi
Operasi Pemeliharaan Pemantauan

Ditingkat Unit
KEPALA Sub UPB

Koordinator
Petugas

Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas Petugas


Waduk Tubuh Instrumentasi Operasi Landscap Bangunan Keamana
Bendungan e Fasilitas n

Gambar : Struktur Organisasi UPB


Tugas dan Fungsi
Menurut Permen Infrastruktur No. 33 Tahun 2020 Tentang Bendungan, Unit Pengelola
Bendungan adalah unit yang merupakan bagian dari Pengelola Bendungan yang ditetapkan
oleh Pemilik Bendungan untuk melaksanakan pengelolaan bendungan beserta waduknya.
Tabel : Kebutuhan Tenaga Personil UPB
No Fungsi /Jabatan Jumlah
personel/SDM
1 Koordinator petugas 1
2 Petugas Waduk 2
3 Petugas Tubuh Bendungan dan 3
Fasilitasnya
4 Petugas Instrumentasi 3
5 Petugas Operasi 3
6 Petugas Landscape 2
7 Petugas Bangunan Fasilitas 2
8 Petugas Keamanan 4
TOTAL STANDAR 20 personel

Anda mungkin juga menyukai