Anda di halaman 1dari 16

Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali

TOR 2005

KERANGKA ACUAN KERJA


(Term Of Reference / TOR)

STUDI PENGEMBANGAN WADUK MUARA NUSA DUA TAHAP II


DI KOTA DENPASAR PROPINSI BALI

I. UMUM

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan terhadap pemenuhan air baku merupakan hal yang menjadi
syarat utama bagi suatu daerah untuk menjadi berkembang dan maju. Tidak
dapat dipungkiri bahwa Bali merupakan daerah yang menitik beratkan
pengembangan industri pariwisata sebagai ujung tombak pembangunannya.
Untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan air terhadap masyarakat
terutama masyarakat Bali pada khususnya serta untuk perkembangan suatu
wilayah seperti Bali Selatan, maka kebutuhan akan air baku akan menjadi
sangat vital keberadaannya.

Sebagai pertimbangan bahwa pertambahan jumlah penduduk akan selalu


diikuti dengan perkembangan di segala sektor pembangunan termasuk
didalamnya sektor pariwisata sehingga diperlukan sarana dan prasarana
yang menunjang, kebutuhan akan air salah satu hal penting didalamnya.

Usaha untuk meminimalisir kondisi rubbish flood dan sediment


concentration di areal tampungan efektif waduk pada tahun 2004 telah
direalisasi kegiatan pengerukan dan racking system. Diharapkan dari
kegiatan tersebut problem akumulasi sedimen dan sampah di waduk muara
dapat diminimalis. Untuk itu, pembangunan Waduk Muara Tahap I
diharapkan mampu memberikan tambahan pasokan air baku sekitar 300 l/dt
secara kontinyu.

Sesuai dengan maksud pembangunan waduk muara pada awalnya untuk


mengatasi permasalahan kebutuhan air pada daerah Kuta, terutama Kuta
Tengan dan Kuta Selatan. Namun sejalan dengan pertumbuhan penduduk
yang selalu diikuti dengan peningkatan kebutuhan air baku, pasokan air
sebesar 300 lt/dt dari waduk muara belum mampu mengcover kebutuhan air
baku pada daerah tersebut. Dari korelasi kebutuhan air baku dan sumber air
yang mampu dioptimalkan, maka rencana pengembangan waduk muara
tahap II merupakan alternatif yang sangat perlu untuk ditindak lanjuti.

Untuk rencana pengembangan ini akan berbenturan dengan beberapa


kebijakan kedinasan mengingat rencana pengembangan akan

Hal. 1 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

bersinggungan dengan area hutan bakau ( dibawah pengawasan


Departemen Kehutanan ) dan akses ke daerah pantai ( Kajian pendekatan
teknis dan perijinan ). Namun mengingat potensi dan semakin mendesaknya
pemenuhan kebutuhan air baku di service area yang direncanakan disuplai
dari Waduk Muara Nusa Dua Tahap II, maka sangat diperlukan suatu upaya
pemecahan berupa kajian desain terhadap Waduk Muara Tahap II. Kajian ini
diharapkan mampu merespon semua kepentingan terhadap daerah
pengembangan secara teknis maupun politis.

Diharapkan dengan adanya Waduk Muara Tahap II maka suplai air dari
daerah ini akan meningkat. Kondisi ini diharapkan mampu mengurangi
defisit terhadap kebutuhan air baku yang semakin dirasakan masyarakat.

1.2 Rencana Pengembangan


1.2.1 Umum
Setelah tahap konstruksi Optimalisasi Pemanfaatan Waduk Muara Nusa
Dua Tahap I, diharapkan kendala akumulasi sedimen dan sampah di
areal tampungan dapat diatasi. Dengan kapasitas pengambilan
mencapai  300 lt/dt, diharapkan dapat terealisasi dengan sempurna
dan usia guna waduk dapat meningkat.

Alternatif pengembang yang dapat ditindak lanjuti secara teknis antara


lain (Gambar 1);

1. Kondisi I, Pengembangan daerah Offshore.

Daerah pengembangan berapa pada daerah inlet , sehingga apabila


dilakukan expansi kewilayah lepas pantai (offshore) tidak akan
berpengaruh pada longshore drift (arus sedimen sejajar pantai). Hal
ini mengingat kondisi system pada perairan inlet tidak terpengaruh
gelombang secara langsung, pengaruh yang terjadi hanya arus saat
kondisi pasang surut ( terutama arus surut / ebb tide ).

2. Kondisi II, Pengembangan kearah daerah hutan bakau ( Mangrove


Forest )

Daerah pengembangan akan berbenturan pada aspek pengawasan


hutan bakau pada Departemen Kehutanan. Apabila layak secara
teknis maka rencana ini dapat ditindak lanjuti pada kebijakan politis
mengenai pembebasan lahan dan pengembangan lintas
departemen.

Konsep pemikiran pengembangan Waduk Muara Nusa Dua Tahap II


secara teknis masih dapat dipertanggung jawabkan mengingat
beberapa kondisi pendukung, antara lain :

Hal. 2 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

1. Debit aliran sungai pada musim kemarau di Tukad Badung dan


Tukad Mati dapat mencukupi kebutuhan dan kualitas airnya
memenuhi syarat sebagai bahan baku air minum untuk dapat
diolah menjadi air bersih sehingga secara keseluruhan dapat
memenuhi kebutuhan kawasan kawasan industri pariwisata di Nusa
Dua dan wilayah selatan Kabupaten Badung.

2. Pengambilan air tersebut tidak akan menimbulkan konflik dengan


pemakai air lain, terutama para pemakai air untuk irigasi.

3. Lokasi pengembangan Waduk Muara Tahap II berdekatan dengan


service area.

4. Identifikasi dan evaluasi prasarana penunjang yang telah ada.

5. Saat ini pembangunan Waduk Muara Tahap I telah selesai secara


menyeluruh dan antisipasi terhadap kendala operasional dapat
ditekan. Sehingga kondisi tampungan dapat effektif.

1.2.2 Daerah Pengaliran Sungai


Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mempengaruhi kondisi aliran Waduk
Muara Nusa Dua Tahap II adalah DAS Tukad Badung dan DAS Suplesi
Tukad Ayung (Gambar 3), dengan batas-batas DAS sebagai berikut :

1. Bagian Utara dibatasi oleh DAS Tukad Ayung dan Tukad Mati

2. Bagian Timur dibatasi oleh DAS Tukad Ngenjung dan Tukad Ayung

3. Bagian Selatan dibatasi oleh Teluk Benoa

4. Bagian Barat dibatasi oleh DAS Tukad Mati

Tukad Badung berasal dari Desa Cemenggon,  13 km sebelah utara


Kota Denpasar. Sungai tersebut mengalir ke arah selatan melewati
Kota Denpasar dan bermuara di Teluk Benoa. Panjang Sungai Tukad
Badung mulai dari Desa Cemenggon secara keseluruhan adalah  22
km. Anak-anak sungai utama dari Tukad Badung adalah Tukad Lanang
dan Tukad Medih. Luas Daerah Pengaliran Sungai Tukad badung di
Denpasar dan muara masing-masing adalah 25,0 km2 dan 37,7 km2.

Daerah Pengaliran Suplesi Tukad Ayung mulai dari Bendung Oongan


sampai pertemuannya dengan Tukad Badung di Jalan Diponegoro
Denpasar merupakan drainase perkotaan dengan luas 3,20 km 2.
Saluran suplesi tersebut merupakan saluran primer yang dibangun
untuk mengairi Daerah Irigasi Oongan seluas  1700 ha.

1.2.3 Topografi

Hal. 3 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

DAS Tukad Badung merupakan daerah dengan topografi yang landai


sampai jarak 10 km dari muara, dengan ketinggian 0 m sampai 120 m
di atas permukaan laut. Sedangkan elevasi sungai di bagian hulu
bervariasi antara 20 m sampai 50 m di atas permukaan laut. Hal
tersebut merupakan salah satu alasan pemisahan konstruksi antara
waduk tahap II dengan pelimpah banjir Waduk Tahap I, agar tidak
terjadi efek pembendungan di sungai Tukad Badung. Sehingga efek air
balik (back water) dari waduk terutama pada saat banjir dapat dibatasi
serendah mungkin.

1.2.4 Iklim
Umumnya usim hujan terjadi mulai bulan November sampai dengan
bulan Maret, dimana 75% hujan tahunan terjadi pada bulan-bulan
tersebut. Berdasar data hujan dari 3 stasiun penakar hujan harian
selama  15 tahun terakhir, yaitu stasiun Oongan, stasiun Mambal dan
stasiun Abiansemal, maka hujan tahunan rata-rata yang terjadi di DAS
Tukad Badung diperkirakan sebesar 561,98 mm. Temperatur yang
terukur untuk rata-rata bulanan adalah 27,5oC.

1.3 Nama Pekerjaan


Studi Pengembangan Waduk Muara Tahap II di Kota Denpasar.

1.4 Lokasi Pekerjaan


Waduk Muara Nusa Dua, Desa Suwung, Kecamatan Denpasar Selatan,
seperti pada gambar 1 dan 2.

1.5 Maksud dan Tujuan


1) Melakukan kajian rinci kondisi existing operasional Waduk Muara Nusa
Dua Tahap I dalam korelasinya dengan rencana pengembangan studi.

2) Memberikan kondisi detail ( Topografi, Batimetry, dan Land use ) areal


sekitar Waduk Muara Tahap I dalam hubungannya dengan rencana
pengembangan Waduk Muara Nusa Dua Tahap II.

3) Menentukan analisa teknis rencana tampungan, pengaruh pasang surut


air laut, salinitas, intrusi air laut dan pendekatan perencanaan bangunan
spesifik.

4) Menjembatani pihak Pemilik Pekerjaan dalam hubungan lintas sektoral


dengan instansi lain terkait dengan rencana pengembangan dengan dasar

Hal. 4 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

dan analisa teknis yang mampu diakomodir. Hal ini dalam kaitannya
dalam penentuan kebijakan tingkat departemen.

5) Menentukan sistem operasional rencana waduk secara keseluruhan dalam


korelasinya dengan operasional waduk muara tahap I yang telah
terealisasi.

6) Memperoleh alternatif site terbaik yang memungkinkan secara teknis dan


social untuk pengembangan Waduk muara Tahap II baik dari segi fisik,
teknis maupun O & P.

1.6 Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan studi adalah 150 (Seratus Lima Puluh) hari kalender
(seperti terlampir).

II. LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Pengumpulan Data Primer

Untuk melengkapi data-data yang diperlukan selain data dari pengukuran


langsung di lapangan, maka diambil juga data-data dari studi terdahulu yang
dapat digunakan sebagai acuan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.

Data sekunder lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan analisis dan
perhitungan, antara lain data hidroklimatologi, peta-peta, data demografi di
wilayah service area, data pemanfaatan air waduk eksisting dan lain-lain
yang dapat diperoleh dari studi-studi terdahulu yang terkait dengan maksud
dan tujuan pekerjaan. Data tersebut antara lain;

 Data pasang surut dapat menggunakan data referensi pasang surut dari
Benoa (mengingat lokasi sangat dekat). Data ini dapat digunakan sebagai
pembanding analisa pasang surut yang dilakukan di lokasi pekerjaan.

 Data Batimetry diperoleh dari referensi peta batimetry untuk lokasi bali
dari Departemen Hidro Oceanografi (Dehidros).

2.2 Survey Topografi dan Batimetry

Survey Topografi dilaksanakan untuk mengetahui kondisi areal


pengembangan yang masih mampu dijangkau dari darat. Keberadaan survey
ini sangat penting dalam mendukung rencana pengembangan waduk.
Survey Topografi waduk seluas 100 ha, yang akan disajikan dalam peta
situasi skala 1 :1.000 dilengkapi dengan potongan melintang dengan skala
Vertikal 1 : 100 dan Horisontal 1 : 1000.

Hal. 5 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

Survey Batimetry di lakukan untuk mengetahui kondisi topografi di bawah


permukaan air laut. Pengukuran Batimetry berpengaruh pada rencana
kapasitas tampungan waduk dan kemungkinan alternatif pengembangan
kearah offshore. Dalam wacana ini keakuratan pembangkitan gelombang
tidak dilakukan mengingat potensi gelombang didaerah ini tidak ada. Dari
survey ini dapat ditentukan / dianalisa type pasang surut, arus, arah
sedimentasi yang timbul terhadap transport sedimen di inlet.

Survey Batimetry seluas 30 ha, yang akan disajikan dalam peta situasi skala
1 :1.000 dilengkapi dengan potongan melintang dengan skala Vertikal 1 :
100 dan Horisontal 1 : 1000. Dari tahap ini diharapkan survey mampu
memberikan hasil yang optimal dari suatu studi tentang dinamika pantai
terhadap rencana pengembangan, alternatif desain yang paling reasonable.

2.3 Survey Hidro Oceanografi

Pelaksanaan survey Hidro Oceanografi sangat berpengaruh pada rencana


alternative 2 ( rencana pengembangan kearah laut ). Beberapa item yang
harus dilakukan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan :

a. Pengukuran Arus ( Current Measurement )

Pengukuran dilakukan di daerah pesisir ( Onshore ) selama ± 30 hari, dari


data pengukuran arus akan didapat :

 Arah arus ( Current Direction )

 Kecepatan Arus ( Current Velocity )

b. Pengukuran Pasang Surut ( Tide Measurement )

Pengukuran dilakukan pada daerah yang tidak pernah kering akibat


pengaruh pasang surut, lama pengukuran adalah ± 30 hari dengan
interval pengamatan 1 jam, dari data pengamatan pasang surut, dengan
metode least square dan atau admiralty akan diperoleh posisi :

 High water level (HWL)

 Mean sea level (MSL)

 Low water level (LWL)

2.4 Survey Hidrometri dan Salinitas

1. Survey Hidrometri dan Salinitas meliputi:

 Pengamatan muka air waduk dengan interval waktu 1 mingguan


selama pelaksanaan studi atau sebanyak 4 kali.

Hal. 6 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

 Debit inflow waduk dengan interval waktu 1 mingguan selama waktu


pelaksanaan pekerjaan.

 Pengambilan sample sedimen dengan interval 1 mingguan selama


waktu pelaksanaan pekerjaan atau sebanyak 12 sample.

 Pengambilan sample kualitas air secara acak di alur sungai tukad


badung, tampungan waduk dan daerah bakau.

2. Survey dan Analisa Laboratorium kualitas air sebanyak 3 sample secara


acak dengan lokasi ditentukan kemudian sesuai dengan persetujuan
pihak Direksi pekerjaan.

3. Pengukuran debit outflow melalui intake dan pelimpah dengan interval


mingguan.

2.5 Investigasi Geologi

Pekerjaan penyelidikan geologi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan


gambaran secara visual pola penyebaran dan penyusun batuan yang ada
pada lokasi mapping. Hasil dari pemetaan ini akan diperoleh urutan
perlapisan batuan (stratigrafi) di setiap titik pengamatan tersebut dan
dengan jalan mengkorelasi terhadap titik pengamatan lain akan diperoleh
penampang geologi permukaan yang mewakili keadaan geologi di daerah
tersebut. Urutan pekerjaannya adalah sebagai berikut :

a. Pemetaan Geologi ( geological mapping )

b. Pemboran inti ( core boring )

c. Pengujian daya dukung (Standard Penetration Test)

d. Pengujian laboratorium

2.6 Analisa Geoteknik

Pelaksanaan, lokasi titik, jumlah titik Investigasi Geologi ditentukan dari hasil
alternatif penanganan yang akan diambil. Penjelasan secara detail
ditentukan kemudian dan atas persetujuan dari pihak Direksi. Penentuan titik
secara detail dilaksanakan setelah ditentukan alternatif rencana
pengembangan. Dalam studi ini direncanakan dilakukan 6 ( enam ) titik
pengeboran (@ 15 meter), untuk memperoleh kajian terhadap stratigrafi dan
daya dukung tanah. Soil properties tanah dilakukan dengan mengambil
sample masing – masing 2 pada masing-masing lubang bor.

2.7 Analisa Hidrologi, Sedimentasi dan Evaluasi Neraca Air

Hal. 7 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

1) Perhitungan debit andalan (dependeble flow) dengan masukan data hujan


yang ada minimal dari 3 stasiun di wilayah DPS dengan durasi data
minimal 15 tahun dan dilakukan kalibrasi terhadap debit amatan yang
ada, baik debit amatan selama pelaksanaan pekerjaan maupun data
amatan dari AWLR di bagian hulu waduk.

Perhitungan debit andalan juga dilakukan pada saluran suplesi eksisting


menuju waduk, yaitu saluran suplesi dari Tk. Ayung.

2) Analisa debit banjir rancangan (design flood), dimaksudkan untuk


mengevaluasi kemungkinan banjir yang dapat terjadi akibat sedimentasi
pada waduk.

3) Perhitungan kebutuhan air pada saat ini dan proyeksi untuk masa
mendatang (merupakan review terhadap data perencanaan yang ada)
dengan memperhatikan pemenuhan dari sumber air lainnya yang telah
direalisasikan pengoperasiannya.

4) Perhuitungan dan analisa kesetimbangan air (water balance).

5) Perhitungan Simulasi Waduk dengan memperhatikan beberapa


parameter, antara lain pola operasi waduk, kondisi fisik tampungan waduk
(dengan alternatif peningkatan kapasitas tampungan) serta besaran
inflow dari saluran suplesi (dengan alternatif penambahan saluran suplesi
dari sumber air permukaan lainnya).

6) Analisa kualitas air waduk mengacu pada standar baku mutu kualitas air
yang telah ditetapkan di wilayah Propinsi Bali.

7) Perhitungan sediment transport yang masuk ke waduk mengacu pada


data primer dan data sekunder, serta analisa alternatif pengendalian
sedimen masuk ke waduk.

2.8 Analisa Pasang Surut, Arus dan Transport Sedimen

Studi kelayakan ini pada dasarnya akan memperoleh alternatif terpilih, untuk
itu pengaruh lokasi berada di muara merupakan kajian tersendiri. Daerah
pekerjaan berada pada teluk (system inlet) yang tidak memungkinkan terjadi
gelombang, maka analisa yang dilakukan hanya meliputi pengaruh pasang
surut dan arus yang terjadi serta transport sedimen di teluk.

Analisa yang dilakukan meliputi :

1) Dari data amatan pasang surut 30 hari dengan menggunakan Automatic


Tide Recorder, maka diperoleh konstanta pasang surut (amplitude dan
beda fasa). Metode Admiralty dan Least Square dapat digunakan untuk
mengetahui konstanta tersebut.

Hal. 8 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

2) Data sekunder dari Dehidros mengenai konstanta Pasang Surut dari


Pelabuhan Benoa digunakan sebagai referensi ketepatan analisa pada
Tahap (1).

3) Konstanta yang diperoleh akan digunakan untuk meramalkan data


pasang surut ( tide prediction ) selama minimal 20 tahun. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui keakuratan pengukuran dan pengamatan
pasang surut yang telah dilakukan. Tahapan berikutnya adalah
membandingkan keakuratan data amatan ( 30 hari ) dan data ramalan
pada jam dan hari yang sama.

4) Pencapaian Elevasi penting HHWL (Highest High Water Level), HWL (High
Water Level), NWL (Normal Water Level), LWL (Low Water Level) dan
LLWL (Lowest Low Water Level) merupakan nilai yang diperoleh dari data
pasang surut bangkitan 20 tahun. Dari data ini dapat direncanakan tinggi
bangunan yang aman terhadap pasang surut pengaruh air laut.

5) Analisa terhadap survey batimetry dan topografi diperlukan untuk


menentukan rencana pengembangan waduk muara. Dari analisa ini akan
diperoleh kondisi eksisting yang mungkin mampu dikembangkan.

6) Pengamatan analisa batimetry, arah arus (current direction) dan


kecepatan arus (current velocity) dibeberapa titik di lepas pantai
(offshore) terutama pada kondisi arus surut (ebb tide) sangat diperlukan
untuk mengetahui kondisi penyebaran sedimen (drift direction). Dari
analisa ini diharapkan dapat diketahui pola pergerakan sedimen (drift
movement) di inlet secara keseluruhan. Hal ini sangat diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana kondisi penetrasi bangunan rencana tampungan
Waduk Muara Tahap II tidak berpengaruh pada proses didalam sistem
yang telah terbentuk di lokasi pekerjaan.

7) Semua analisa diatas merupakan tahapan yang diperlukan karena pada


dasarnya semua pengembangan kearah offshore diusahakan tidak
menimbulkan dampak terhadap transpor sedimen sejajar pantai.

2.9 Analisa Salinitas

Kualitas air merupakan salah satu komponen yang berperanan sebelum


proses penentuan pemilihan site tampungan dilakukan. Analisa terhadap
faktor ini akan digunakan untuk menentukan treatment yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas air baku.

1) Pengambilan sample dilakukan pada 3 daerah berbeda dilakukan untuk


mengetahui kadar instrusi air laut yang akan digunakan sebagai acuan
dalam menentukan treatment selanjutnya.

Hal. 9 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

2) Pengambilan sample harus dijaga sedemikian rupa sehingga tidak terjadi


proses kimia dan fisika terhadap sample sebelum dilakukan test
dilaboratorium. Pengujian sample tidak terbatas pada sample air namun
juga kadar salinity di dalam sample lumpur / tanah yang diambil dari
investigasi geologi.

2.10 Analisa Lingkungan dan Ekonomi

1. Menganalisa manfaat kegiatan yang dihasilkan berdasar tolok ukur sosial


ekonomi yang meliputi semua parameter yang akan digunakan sebagai
dasar untuk analisa ekonomi dan manfaat sosial dari kegiatan.

2. Data masukan untuk analisa dan perhitungan mengacu pada hasil survey
sosial ekonomi yang telah dilakukan sebelumnya (data primer) maupun
data – data sekunder lainnya.

3. Menganalisa dampak yang terjadi akibat pembangunan konstruksi


terhadap lingkungan sekitar. Salah satu parameter yang dapat dijadikan
sebagai tolok ukur adalah studi AMDAL yang telah berjalan.

4. Menganalisa kondisi paling memungkinkan apabila rencana


pengembangan merupakan daerah yang berada pada pengawasan
Departemen Kehutanan.

2.11 Kelembagaan

Menyiapkan kajian kelembagaan Waduk Muara Nusa Dua dan siap untuk
diserahkan ke Pemerintah Daerah. Bentuk dan efektifnya organisasi
pengelolaan nantinya, dibuat dalam beberapa alternative dan
dipresentasikan dengan melibatkan instansi terkait, sehingga dapat
diperoleh kejelasan dari pengelolaan waduk nantinya.

2.12 Perhitungan Pra Desain dan Penggambaran Hasil Pra Desain

Dari hasi perumusan alternatif upaya teknis untuk Pengembangan Waduk


Muara Nusa Dua Tahap II, selanjutnya dilakukan perhitungan dan
penggambaran pradesain terhadap beberapa review terpilih terhadap
konstruksi yang diperlukan dilengkapi dengan analisa stabilitasnya.

2.13 Perhitungan volume, biaya dan analisa ekonomi

Hal. 10 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

Dari beberapa alternative bangunan terpilih yang telah dilakukan


perhitungan dan penggambaran pradesain selanjutnya dihitung volume dan
kebutuhan biaya konstruksi. Sebagai tolok ukur perbandingan kelayakan
masong – masing alternative digunakan analisa ekonomi standar meliputi
EIRR, BCR dan Sensitivity analysis.

Hal. 11 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

III. PELAPORAN

Laporan yang harus disusun konsultan dan diserahkan kepada pihak pemberi
kerja meliputi :

a) Laporan Bulanan (Monthly Report)

Dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar tiap periode/bulan memuat tentang


kemajuan pekerjaan perbulan, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
studi serta rencana kerja untuk periode selanjutnya. Dalam laporan ini juga
memuat Schedule pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil serta
daftar hadir personil, jadwal pengguanan fasilitas dan peralatan serta
lampiran pendukung administrasi lain yang diperlukan. Laporan ini secara
berkala diserahkan tiap akhir bulan pekerjaan atau selambat-lambatnya 5
(lima) hari pada periode bulan berikutnya.

b) Laporan Pendahuluan (Inception Report)

Memuat rencana kerja serta metode-metode pendekatan yang akan dipakai


dalam penyelesaiaan pekerjaan dan diserahkan setelah pekerjaan berjalan 1
bulan kalender atau setelah laporan bulan I disampaikan dan selanjutnya
diadakan diskusi dengan pihak Direksi / pemberi pekerjaan.

c) Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report)

Memuat hasil akhir dari seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak
Konsultan yang selanjutnya dipresentasikan pada pihak Direksi / pemberi
pekerjaan. Laporan ini harus sudah diserahkan 1 (satu) bulan sebelum batas
akhir kontrak.

d) Laporan Akhir (Final Report)

Laporan ini merupakan penyempurnaan dari laporan akhir sementara dan


harus diserahkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah terbitnya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK), jumlah dan jenisnya sesuai dengan BOQ yang
dibagikan.

Hal. 12 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

IV. TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN

a) Dengan memperhatikan lingkup pekerjaan tersebut diatas, maka untuk


pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu
dengan kualifikasi dan pengalaman sebagai berikut :

1. Team Leader

Ahli Pengairan senior yang bertanggung jawab terhadap seluruh teknis


pelaksanaan pekerjaan, dapat melakukan koordinasi tim dengan pihak
pemberi tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Ketua Tim memiliki
pengalaman dalam bidang pengembangan sumber daya air,
Perencanaan Bangunan Air, Jaringan Irigasi, Penyusunan program
penanganan pengelolaan sumber air secara terpadu dan dampak yang
terkait dengan pembangunan pengairan secara umum, mempunyai
pendidikan Sarjana Teknik Sipil atau Teknik Pengairan dengan total
pengalaman profesional minimal 10 (sepuluh) tahun.

2. Ahli Waduk / Structure Engineer

Seorang sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 8 (delapan)


tahun dalam menangani pekerjaan planning, desain dan supervisi
konstruksi bangunan pengembangan sumber daya air seperti Spillway,
bangunan intake, diversion conduit, bangunan outlet beserta bangunan-
bangunan kelengkapannya.

Ahli Waduk bertugas merencanakan desain konstruksi bangunan


pelengkap di atas secara detail agar memenuhi persaratan konstruksi
yang dibutuhkan yakni stabil dalam konstruksinya dan berfungsi
sebagaimana mestinya.

3. Geodetic Engineer

Seorang Sarjana Teknik Geodesi dengan pengalaman dalam Pemetaan


topografi dalam semua medan kerja, akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan kualitas pekerjaannya. Berpengalaman di bidang sejenis
minimal 8 (delapan) tahun dan mempunyai visi yang jelas dalam
pengembangan sumber daya air. Tugas dan tanggung jawabnya antara
lain;

(a) Melakukan survey topografi sesuai kesepakatan antara pihak direksi


pekerjaan dan konsultan

(b) Berhak memberikan adjustment di lapangan terhadap permasalahn


metode kerja terkait dengan kondisi topografi aktual.

Hal. 13 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

(c) Bertanggung jawab terhadap hasil pengukuran topografi di


lapangan.

(d) Memberikan masukan dalam penyusunan laporan survey topografi.

4. Ahli Hidrologi (Hydrologist)

Bertanggung jawab terhadap analisa hidrologi dan perhitungan simulasi


operasi waduk, berpendidikan Sarjana Teknik Pengairan dengan
pengalaman kerja di bidangnya minimal 8 (delapan) tahun.

5. Ahli Pantai ( Coastal Engineer )

Ahli Teknik Pantai disyaratkan adalah seorang Sarjana Strata 2 dengan


pengalaman kerja 6 (enam) tahun atau Sarjana Strata 1 dengan
pengalaman kerja 8 (delapan) tahun. Ahli Teknik Pantai merupakan
tenaga ahli berpengalaman dalam menganalisa terhadap masalah
pantai dan perilaku sungai, serta perencanaan bangunan yang sesuai
dengan permasalahan di daerah pantai dan muara sungai.

6. Ahli Geologi (Geologist)

Berpengalaman dalam penyelidikan geologi, pengujian dan penafsiran


geologi permukaan atau bawah tanah, penyelidikan quarry dan borrow
area, berpendidikan Sarjana Teknik Geologi dengan pengalaman kerja di
bidangnya minimal 8 (delapan) tahun.

7. Ahli Ekonomi Teknik / Cost Estimator

Ahli Ekonomi Teknik membantu Ketua Tim dalam melakukan analisa


volume pekerjaan, metode kerja dan rencana anggaran biaya
sehubungan pelaksanaan pekerjaan secara general. Tenaga Ahli
Ekonomi Teknik memiliki pendidikan terakhir Sarjana/S1 Teknik
Sipil/Teknik Pengairan dengan pengalaman sekurang-kurangnya 8
(delapan) tahun.

8. Ahli Kelembagaan / Manajemen

Seorang sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen dengan pengalaman


minimal 8 (delapan) tahun dalam menangani pekerjaan pembentukan
organisasi / kelembagaan. Tugas dan tanggung jawabnya adalah
mengadakan evaluasi terhadap kelembagaan / organisasi yang ada dan
menyiapkan kajian struktur kelembagaan yang efektif dalam

Hal. 14 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

pengelolaan waduk, yang dipresentasikan dalam periode awal dan akhir


Pekerjaan dengan instansi terkait.

9. Ahli Sosial & Ekonomi

Seorang sarjana Sosial Ekonomi Pertanian dengan pengalaman minimal


8 (delapan) tahun dalam menangani pekerjaan kajian analisis ekonomi
serta kajian sosial kelayakan kegiatan pengairan.

b) Untuk menunjang penugasan masing - masing Tenaga Ahli tersebut


diperlukan beberapa tenaga sub profesional maupun tenaga penunjang
sebagai berikut :

1. Juru Ukur / Surveyor Topografi - Batimetry

Juru ukur disyaratkan adalah seorang dengan pendidikan SMA atau


sederajat dengan pengalaman kerja di bidang pengukuran dan familiar
terhadap penggunaan peralatan survey modern dan aplikasinya ( Total
Station, Theodolit, Echo Sounding dan penggunaan software
pendukung ).

2. Juru Gambar (Draftman)

Juru Gambar disyaratkan adalah seorang dengan pendidikan SMA atau


sederajat dengan pengalaman kerja di bidang penggambaran teknis dan
familiar terhadap penggunaan peralatan penggambaran dan pencetakan
hasil gambar modern (CAD, land development).

3. Enumerator :

Lulusan SMU atau yang sederajat, diutamakan telah berpengalaman


dalam hal enumerasi, dan jejak pendapat untuk kegiatan pengairan.

Dalam melaksanakan pekerjaan ini dibantu juga oleh tenaga pendukung yang
berpengalaman dalam bidang administrasi & keuangan, operator komputer,
pengemudi / sopir serta tenaga bantu lapangan.

V. SUMBER BIAYA

Sumber dana Pelaksanaan Studi Kelayakan Pengembangan Waduk Muara Nusa


Dua Tahap II berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun
2005.

Hal. 15 dari 19
Satuan Kerja Penyediaan Air Baku Bali
TOR 2005

VI. LAIN - LAIN

Hal-hal lain yang belum jelas ditentukan kemudian.

Denpasar, Desember 2004

Pemimpin Proyek

Penyediaan Air Baku Bali

Drs. I Made Sukardja, Dipl. HE.

Nip. 110 026 570

Hal. 16 dari 19

Anda mungkin juga menyukai