NIM K5419039
Kelas B
Mata Kuliah Kartografi Tematik
Dosen Pengampu Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc.
Sumber: digilib.uns.ac.id
4. Tipe Peta Peta yang digunakan ini termasuk ke dalam Peta Tematik karena
hanya menyajikan satu tema khusus tentang penggunaan lahan di
DAS Juwet Kabupaten Gunung Kidul
5. Inset Memberikan penjelasan
mengenai lokasi yang yang
terdapat di dalam peta (lokasi
DAS Juwet dari Peta Kabupaten
Gunung Kidul)
Jalan Jalan
Lokal Lain
Jalan Kolektor
Permukiman
c. Membaca Simbol
Vegetation Features
a. Sawah Tadah Hujan :
Garis zigzag warna
biru
b. Tegalan : Warna
kuning
Sawah Tegalan
Tadah
Hujan
B. ANALISIS PETA (MAP ANALYSIS)
No Sub- Keterangan
. Bagian
1. Luas DAS Luas DAS 4105 Ha atau 41,05 km2
dan luas Luas per masing-masing jenis penggunaan lahan :
per 1. Tegalan 2.251 ha (54,83%)
masing- 2. Sawah Tadah Hujan 541 ha (13,19%)
masing 3. Permukiman 1.313 ha (31,98%)
jenis
penggunaa
n lahan
Sumber: digilib.uns.ac.id
4. Tanah Berdasarkan Peta Macam Tanah DAS Juwet skala 1 : 60.000, DAS
Juwet memiliki tiga macam tanah seperti yang akan dijelaskan pada
tabel berikut:
Sumber: digilib.uns.ac.id
Sawah Tadah Hujan Untuk penggunaan lahan sawah tadah hujan mayoritas juga
terdapat pada bagian hulu yaitu paling banyak ada di Desa
Hargomulyo. Kemudian di Desa Mertelu. Sisanya ada di
Desa Watugajah, Desa Sampang, Desa Terbah, dan Desa
Nglegi bagian hulu. Dengan pola penggunaan lahannya
berupa menyebar menyesuaikan kondisi sumberdaya air
yang ada. Mengapa malah lebih banyak di hulu? Hal ini
berkaitan dengan sawah tadah hujan yang pengairan
lahannya sangat ditentukan oleh curah hujan sehingga risiko
kekeringan sering terjadi pada daerah tersebut pada musim
kemarau. Kemudian, pemerintah setempat terus
menggencarkan konservasi sumber daya air disana. Kegiatan
konservasi dalam pengelolaan sumber daya air dimaksudkan
untuk menjamin tersedianya air dalam kuantitas dan waktu
secara berkelanjutan, dengan prinsip memperbesar daya
tangkap air di bagian hulu melalui pengembangan
tampungan air (embung, waduk) dan meningkatkan resapan
air untuk memperbesar recharge air tanah, melalui kegiatan
konservasi secara vegetatif, dan sipil teknis, serta
pemberdayaan masyarakat.
Gambar.
Sumber: Semnas_2_Full Paper Ahmad Cahyadi_Pemetaan Potensi_
Airtanah_DAS Juwet-1.pdf
Tegalan Dibanding dengan penggunaan lahan sawah tadah hujan,
nampaknya penggunaan lahan tegalan lebih mendominasi
baik di bagian hulu, tengah, maupun hilir dengan pola
mengelompok saling terhubung. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Karena tegalan dengan pertanian lahan kering
mempunyai ciri pada lokasi yang curah hujannya rendah ( <
250 - 300 mm/tahun), indek kekeringan (rasio /
perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi
kurang dari 0.2), variasi tanaman sangat terbatas (hanya
semak belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di daerah
tertentu), suhu yang sangat tinggi (+- 49 derajat celsius pada
musim panas). Hal ini sesuai dengan kondisi yang ada di
DAS Juwet yang terletak di Gunung Kidul. Kepala Cabang
ACT Daerah Istimewa Yogyakarta, Bagus Suryanto
menyatakan, kondisi kekeringan ekstrim yang melanda
Gunungkidul salah satunya adalah karena faktor musim
kemarau yang didukung oleh geografis yang didominasi
bebatuan karst (kapur). Sehingga air sulit tertahan di atas
tanah. Hal ini sesuai data di atas terkait formasi geologi yang
ada di DAS Juwet salah satunya adalah Formasi Wonosari
yang terdapat batu gamping.