Anda di halaman 1dari 15

Nama Ika Fitri Andini

NIM K5419039
Kelas B
Mata Kuliah Kartografi Tematik
Dosen Pengampu Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc.

TUGAS KARTOGRAFI TEMATIK

“PEMBACAAN, ANALISIS, DAN INTERPRETASI PETA PENGGUNAAN LAHAN”

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan DAS Juwet Kabupaten Gunung Kidul

Sumber: digilib.uns.ac.id

A. MEMBACA PETA (MAP READING)


Adapun komponen dalam “Peta Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai Juwet
Kabupaten Gunung Kidul” adalah sebagai berikut:

No Sub- Keterangan Gambar


. Bagian
1. Judul Peta Penggunaan Lahan Daerah
Aliran Sungai Juwet Kabupaten
Gunung Kidul
2. Skala 1 : 60.000 (tergolong peta
berskala besar)
3. Orientasi Keterangan arah utara

4. Tipe Peta Peta yang digunakan ini termasuk ke dalam Peta Tematik karena
hanya menyajikan satu tema khusus tentang penggunaan lahan di
DAS Juwet Kabupaten Gunung Kidul
5. Inset Memberikan penjelasan
mengenai lokasi yang yang
terdapat di dalam peta (lokasi
DAS Juwet dari Peta Kabupaten
Gunung Kidul)

6. Koordinat Secara astronomis DAS Juwet terletak pada koordinat 7°49’49” LS


- 7°52’16” dan pada koordinat 110°34’13” BT - 110°35’3 BT, atau
pada sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
terletak pada 451.242 mT – 459.687 mT dan pada 9.127.451 mU –
9.135.470 mU.
7. Sumber Peta Penggunaan Lahan
Peta Kabupaten Gunung Kidul
Skala 1 : 100.000
BAPPEDA Kabupaten Gunung
Kidul
8. Pembuat Bayu Prasetyo Aditomo
Peta K5409010
Pendidikan Geografi
FKIP/UNS2016
9. Legenda a. Membaca Simbol
Hidrological Features
1. Sungai Utama
2. Sungai Musiman

Sungai Utama dan Musiman


b. Membaca Simbol Man
Made Features
a. Jalan raya : warna
merah
b. Permukiman : Warna
oranye

Jalan Jalan
Lokal Lain
Jalan Kolektor

Permukiman

c. Membaca Simbol
Vegetation Features
a. Sawah Tadah Hujan :
Garis zigzag warna
biru
b. Tegalan : Warna
kuning
Sawah Tegalan
Tadah
Hujan
B. ANALISIS PETA (MAP ANALYSIS)

No Sub- Keterangan
. Bagian
1. Luas DAS Luas DAS  4105 Ha atau 41,05 km2
dan luas Luas per masing-masing jenis penggunaan lahan :
per 1. Tegalan  2.251 ha (54,83%)
masing- 2. Sawah Tadah Hujan  541 ha (13,19%)
masing 3. Permukiman  1.313 ha (31,98%)
jenis
penggunaa
n lahan

Tabel 1. Desa/Kelurahan yang Tercakup di DAS Juwet


Sumber: digilib.uns.ac.id
2. Lokasi DAS Juwet melewati tiga kecamatan yaitu Kecamatan Nglipar,
Patuk, dan Gedangsari. Dari ketiga kecamatan tersebut yang paling
banyak dilewati oleh Sungai Juwet adalah di Kecamatan Gedangsari
yaitu 6 desa (Sampang, Watugajah, Mertelu, Tegalrejo,
Hargomulyo, dan Ngalang), lebih dari 70% dari keseluruhan DAS
Juwet berada di Kecamatan Gedangsari dengan sisanya berada di
Kecamatan Patuk dengan 2 desa (Nglegi dan Terbah), dan Nglipar
dengan 3 desa (Pilangrejo, Kedungpoh, dan Pengkol).
3. Geologi Jenis batuan dan struktur batuan mempengaruhi kualitas dan
karakteristik lahan suatu Daerah Aliran Sungai. Berdasarkan Peta
Geologi DAS Juwet Kabupaten Gunung Kidul skala 1 : 60.000
sebagian besar DAS Juwet memiliki kontak geologi berupa sesar
geser lurus di wilayah selatan seperti di Desa Ngalang dan Desa
Nglegi. DAS Juwet sendiri terdiri dari 5 formasi geologi yang akan
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Macam-Macam Formasi Geologi yang Ada di DAS Juwet
Sumber: digilib.uns.ac.id
1. Formasi Wonosari
Untuk persebaran Formasi Wonosari (Tmwl) berada di
wilayah DAS Juwet bagian selatan seperti di sebagian kecil
Desa Ngalang. Batuan Formasi Wonosari tersusun dari batu
gamping, batu gamping napalan-tufan, batu gamping
konglomerat, batu pasir tufan, dan batu lanau.
2. Formasi Sambipitu
Untuk persebaaran Formasi Sambipitu (Tmss) berada di
wilayah DAS Juwet bagian selatan seperti di Desa Nglegi,
Ngalang, dan Pengkol. Batuan Formasi Sambipitu tersusun
dari batu pasir, dan batu lempung.
3. Formasi Nglanggran
Untuk persebaran Formasi Nglanggran (Tms) berada di
wilayah DAS juwet bagian utara seperti di Desa Terbah,
Hargomulyo, Mertelu, Pilangrejo, Kedungpoh, Pengkol,
Nglegi, dan Ngalang. Batuan Formasi Nglanggran tersusun
dari breksi gunung api, aglomerat, dan lava andesit-basal dan
tuf.
4. Formasi Semilir
Untuk persebaran Formasi Semilir (Tmng) berada di wilayah
DAS Juwet bagian tengah seperti di Desa Nglegi, Ngalang,
dan Pengkol. Batuan Formasi Semilir tersusun dari tuf,
breksi batu apung dasitan, batu pasir tufan, dan serpih. Serta,
untuk formasi semilir ini yang paling luas persebaran formasi
geologinya.
5. Formasi Kebobutak
Untuk persebaran Formasi Kebobutak (Tomk) berada di
wilayah DAS Juwet bagian utara seperti di Desa Watugajah,
Hargomulyo, Sampang, Tegalrejo, dan Mertelu. Batuan
Formasi Kebobutak tersusun menjadi 2 yaitu bagian atas
yang terdiri dari perselingan batu pasir, batu lempung, dan
lapisan tipis tuf asam serta bagian bawah yang terdiri dari
batu pasir, batu lanau, batu lempung, serpih, tuf, dan
aglomerat.
Gambar 2. Peta Formasi Geologi DAS Juwet

Sumber: digilib.uns.ac.id
4. Tanah Berdasarkan Peta Macam Tanah DAS Juwet skala 1 : 60.000, DAS
Juwet memiliki tiga macam tanah seperti yang akan dijelaskan pada
tabel berikut:

Tabel 3. Macam Tanah di DAS Juwet


Sumber: digilib.uns.ac.id
1. Latosol merah dan Litosol
Tanah Latosol adalah tanah hasil pelapukan batuan induk
yang lemah, tersusun atas perbedaan warna, struktur, dan
konsistensi sebagai hasil pelapukan. Sedangkan Tanah
Litosol adalah adalah tanah dangkal dengan ketebalan kurang
dari 10cm di atas batuan padu (Sutanto, 2005: 157). Untuk
persebaran macam tanah jenis Latosol merah dan Litosol di
DAS Juwet berada di tiga desa yaitu Desa Nglegi, Ngalang,
dan Pengkol.
2. Litosol
Tanah Litosol adalah tanah dangkal dengan ketebalan kurang
dari 10 cm di atas batuan padu. (Sutanto, 2005: 158) Untuk
persebaran macam tanah jenis Litosol di DAS Juwet berada
di seluruh desa di DAS Juwet seperti Desa Watugajah,
Sampang, Terbah, Kedungpoh, Mertelu, Tegalrejo,
Pilangrejo, Hargomulyo, Nglegi, Ngalang, dan Pengkol.
3. Mediteran merah dan Renzina
Tanah Mediteran adalah tanah yang mempunyai horizon B
argilik dengan kejenuhan basa 50% atau lebih yang tidak
mempunyai epipedon molik. Sedangkan Tanah Renzina
adalah tanah dengan perkembangan horizon permukaan kaya
bahan organik yang membentuk epipedon molik di atas
bahan induk kapur (Sutanto, 2005: 158) Untuk persebaran
macam tanah jenis Mediteran merah dan Renzina di DAS
Juwet hanya berada di Desa Ngalang karena memang macam
tanah ini merupakan yang terkecil dari keseluruhan luas
DAS.
5. Kemiringa Luas tiap kelas lereng yang ada di DAS Juwet akan dijelaskan dalam
n Lereng tabel berikut :
Tabel 4. Kelas Kemiringan Lereng DAS Juwet
Kelas Nilai Keterangan Luas
Hektar Persen
(ha) (%)
I 0-8% Datar 705 17,17
II 8-15% Landai 1326 32,30
III 15-25% Agak Curam 659 16,05
IV 25-40% Curam 1086 24,46
V >40% Sangat Curam 329 8,02
Jumlah Total 4105 100
Sumber: digilib.uns.ac.id
Untuk menjelaskan gambaran dari kondisi kemiringan lereng
wilayah DAS Juwet dengan lebih mudah dapat dilihat pada peta
yang berupa peta lereng berikut:

Gambar 3. Peta Kelas Kemiringan Lereng di DAS Juwet


Sumber: digilib.uns.ac.id
Terlihat pada bagian tengah DAS pada sisi kanan-kiri mempunyai tingkat kelerengan
yang sangat curam dengan simbol warna merah (> 45%). Untuk bagian hulu ada
kombinasi warna kecoklatan, kuning, dan hijau yang menandakan bahwa daerah situ
adalah daerah yang mempunyai lereng curam. Sedangkan bagian hilir dominan warna
semu hijau tua yang menandakan disana mempunyai lereng yang tergolong landai.
6. Hidrologi Sungai Juwet adalah salah satu anak Sungai Oyo yang merupakan
cal salah satu sungai terpanjang di Kabupaten Gunungkidul. Sungai Oyo
Features adalah sungai yang mengalir dari perbukitan seribu di Kabupaten
Gunungkidul ke arah barat dengan Sungai Opak sebagai muaranya
di Kabupaten Bantul. Dengan pola aliran dendritik, Hal ini dapat
diketahui bahwa pola aliran sungainya mirip mendaun. Terdapat
pada daerah yang batu – batuannya homogen, dan lereng – lerengnya
tidak begitu terjal (terdapat di daerah dataran rendah), sehingga
sungai – sungainya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk
menempuh jalan yang lurus dan pendek, serta berbentuk memanjang
dan mengerucut di wilayah hilirnya, kondisi ini cukup
menguntungkan karena debit puncak (waktu konsentrasi) terjadi
dalam jangka waktu relatif lebih lama dibandingkan DAS berbentuk
membulat atau melebar.
7. Man 1. Jalan
Made Jika dilihat dari Peta Penggunaan Lahan DAS Juwet, jalan
Features yang terdapat di peta berupa jalan kolektor, jalan lokal, serta
jalan lain. Terlihat yang paling dominan adalah adanya jalan
lain, jalan lain disini bisa termasuk dengan jalan-jalan desa.
Serta jalan kolektor yang hanya terdapat pada bagian tengah
dan hilir DAS (sangat jarang), mengingat jalan kolektor
adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan
menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan
pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala
kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan
pengumpan lokal.
2. Permukiman
Terlihat dalam Peta Penggunaan Lahan DAS Juwet bahwa
pola permukimannya yaitu menyebar.
8. Vegetatio 1. Sawah Tadah Hujan
n Pengertian lahan sawah tadah hujan adalah lahan yang
Features memiliki pematang namun tidak dapat diairi dengan
ketinggian dan waktu tertentu secara kontinyu. Oleh karena
itu, pengairan lahan sawah tadah hujan sangat ditentukan
oleh curah hujan sehingga risiko kekeringan sering terjadi
pada daerah tersebut pada musim kemarau. Dalam Peta
Penggunaan Lahan DAS Juwet tersedianya sawah tadah
hujan dominan ada pada di bagian hulu DAS.
2. Tegalan
Sedangkan untuk tegalan juga dominan ada di bagian hulu
DAS, tetapi sebetulnya di bagian hulu, tengah, dan hilir
masih terdapat tegalan juga.

C. ANALISIS DAN INTERPRETASI PETA (MAP INTERPRETATION)


Distribusi, Pola, dan Faktor Perkembangan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di wilayah DAS Juwet didominasi oleh tegalan, sawah tadah hujan,
dan permukiman dengan persebarannya sebagai berikut:
Permukiman Terlihat bahwa penggunaan lahan permukiman di bagian
hulu (Desa Tegalrejo, Desa watugajah, Desa Sampang, Desa
Terbah, Desa Mertelu, Desa Pilangrejo, Desa Kedungpoh)
masih tergolong jarang dengan pola menyebar
memungkinkan menyesuaikan dengan aksesbilitas pergi ke
sawah/tegalan. Sedangkan di bagian tengah khususnya di
Hargomulyo sudah mulai padat. Kemudian, pulau lebih
padat lagi ada di bagain hilir yang kemiringannya lereng
lebih datar dan lebih memungkinkan untuk dibangun
permukiman disana. Jika banyak bangunan pada lereng
bagian atas yang jika memotong lereng tersebut dapat
berpotensi menyebabkan tanah longsor. Oleh karena itu,
seperti pada gambar di bawah ini warna merah (sangat
curam) tidak dibangun permukiman.

Sumber: digilib.uns.ac.id
Sawah Tadah Hujan Untuk penggunaan lahan sawah tadah hujan mayoritas juga
terdapat pada bagian hulu yaitu paling banyak ada di Desa
Hargomulyo. Kemudian di Desa Mertelu. Sisanya ada di
Desa Watugajah, Desa Sampang, Desa Terbah, dan Desa
Nglegi bagian hulu. Dengan pola penggunaan lahannya
berupa menyebar menyesuaikan kondisi sumberdaya air
yang ada. Mengapa malah lebih banyak di hulu? Hal ini
berkaitan dengan sawah tadah hujan yang pengairan
lahannya sangat ditentukan oleh curah hujan sehingga risiko
kekeringan sering terjadi pada daerah tersebut pada musim
kemarau. Kemudian, pemerintah setempat terus
menggencarkan konservasi sumber daya air disana. Kegiatan
konservasi dalam pengelolaan sumber daya air dimaksudkan
untuk menjamin tersedianya air dalam kuantitas dan waktu
secara berkelanjutan, dengan prinsip memperbesar daya
tangkap air di bagian hulu melalui pengembangan
tampungan air (embung, waduk) dan meningkatkan resapan
air untuk memperbesar recharge air tanah, melalui kegiatan
konservasi secara vegetatif, dan sipil teknis, serta
pemberdayaan masyarakat.
Gambar.
Sumber: Semnas_2_Full Paper Ahmad Cahyadi_Pemetaan Potensi_
Airtanah_DAS Juwet-1.pdf
Tegalan Dibanding dengan penggunaan lahan sawah tadah hujan,
nampaknya penggunaan lahan tegalan lebih mendominasi
baik di bagian hulu, tengah, maupun hilir dengan pola
mengelompok saling terhubung. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Karena tegalan dengan pertanian lahan kering
mempunyai ciri pada lokasi yang curah hujannya rendah ( <
250 - 300 mm/tahun), indek kekeringan (rasio /
perbandingan antara curah hujan dan evapotranspirasi
kurang dari 0.2), variasi tanaman sangat terbatas (hanya
semak belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di daerah
tertentu), suhu yang sangat tinggi (+- 49 derajat celsius pada
musim panas). Hal ini sesuai dengan kondisi yang ada di
DAS Juwet yang terletak di Gunung Kidul. Kepala Cabang
ACT Daerah Istimewa Yogyakarta, Bagus Suryanto
menyatakan, kondisi kekeringan ekstrim yang melanda
Gunungkidul salah satunya adalah karena faktor musim
kemarau yang didukung oleh geografis yang didominasi
bebatuan karst (kapur). Sehingga air sulit tertahan di atas
tanah. Hal ini sesuai data di atas terkait formasi geologi yang
ada di DAS Juwet salah satunya adalah Formasi Wonosari
yang terdapat batu gamping.

Anda mungkin juga menyukai