Anda di halaman 1dari 13

REVIEW JURNAL

ANALISIS HASIL OVERLAY DATA PADA SIG

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Geografi

Dosen Pengampu :

Dedy Miswar, S.Si., M.Pd

Disusun Oleh :

Dwi Oktaviani
2113034017
A (Ganjil)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
JURNAL 1

A. Analisis Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten Sampang Menggunakan

Metode Overlay dengan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografi

• Tujuan

a. Mengetahui manfaat SIG dalam pembuatan peta rawan banjir di Kabupaten

Sampang.

b. Mengetahui tingkat kerawanan banjir yang terjadi di Kabupaten Sampang.

c. Mengetahui faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab kerawanan banjir

di Kabupaten Sampang.

• Variabel/ Data Penelitian

Data penelitian berupa data spasial dan data non-


spasial.
-Data spasial berupa :
a. Shapefile (Shp) peta administrasi Kabupaten
Sampang.
b. Data ASTER Global DEM V2 Kabupaten
Sampang.
c. Shapefile (Shp) peta jenis tanah Kabupaten
Sampang.
d. Shapefile (Shp) peta penggunaan lahan
Kabupaten Sampang.
e. Shapefile (Shp) peta sungai Kabupaten
Sampang.
-Data non-spasial yang digunakan adalah:
a. Data curah hujan Kabupaten Sampang empat
tahun terakhir (42 bulan).
• Analisis Spasial
a. Hasil Klasifikasi Kemiringan Lereng

Berdasarkan gambar IV.1. bagian selatan di Kabupaten Sampang mempunyai


kemiringan lereng dalam kategori datar dengan persentase kemiringan 0- 8%. Hal ini
sangat berpotensi terjadi banjir karena wilayah ini cenderung datar yang bisa menjadi
daerah tampungan air ketika hujan. Sedangkan daerah yang memiliki wilayah curam
berada di Kabupaten Sampang bagian barat seperti pada sebagian besar daerah
Kecamatan Sokobanah yang mempunyai persentase kemiringan 25-45% sehingga
daerah ini sangat aman dari bencana banjir.

b. Hasil Klasifikasi Ketinggian Lahan

Berdasarkan gambar IV.2. menjelaskan bahwa seluruh pesisir utara maupun selatan
Kabupaten Sampang mempunyai elevasi kurang dari 10 meter diatas permukaan air
laut yang memang merupakan daerah pesisir laut. Hal ini sangat berpotensi terjadi
banjir karena semakin rendah elevasi suatu daerah, semakin rawan pula daerah tersebut
untuk terjadi banjir, begitu pula sebaliknya. Namun tidak hanya wilayah pesisir saja
yang mempunyai elevasi sangat rendah, misalnya pada sebagian besar Kecamatan
Jrengik yang jauh dari pesisir mempunyai elevasi sangat rendah yaitu kurang dari 10
meter diatas permukaan air laut. Sedangkan daerah yang mempunyai elevasi tinggi
terletak pada sebagian besar Kecamatan Karang Penang dan Kecamatan Sokobanah
dengan ketinggian antara 100-200 meter diatas permukaan air laut.

c. Hasil Klasifikasi Jenis Tanah

Hampir seluruh wilayah di Kabupaten Sampang mempunyai jenis tanah hutan dan
mediteran. Namun di sebagian wilayah selatan Kabupaten Sampang mempunyai jenis
tanah aluvial, planosol, hidromorf dan laterik yang sangat berpotensi terjadi banjir
karena jenis tanah ini sangat sulit dalam menyerap air. Jenis tanah ini tersebar di
sebagian besar Kecamatan Sreseh, Kecamatan Jrengik, Kecamatan Sampang, dan
sebagian kecil di Kecamatan Pangarengan, Kecamatan Torjun, Kecamatan Omben dan
Kecamatan Camplong.

d. Hasil Klasifikasi Curah Hujan

Hampir di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sampang mempunyai intensitas


curah hujan berkategori ringan dengan rata-rata curah hujan antara 5-20 mm/hari.
Kecamatan-kecamatan ini meliputi Kecamatan Ketapang, Sokobanah, Robatal,
Karangpenang, Tambelangan, Kedungdung, Omben, dan Kecamatan Camplong.
Sedangkan sisanya yaitu Kecamatan Banyuates, Jrengik, Torjun, Sreseh, Pangarengan,
dan Kecamatan Sampang mempunyai intensitas curah hujan berkategori sedang dengan
rata- rata curah hujan per harinya antara 21-50 mm.

e. Hasil Klasifikasi Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang berada di Kabupaten Sampang bagian selatan lebih didominasi
oleh sawah dan tambak. Hal ini cukup berbeda dengan pnggunaan lahan di bagian
tengah Kabupaten Sampang yang banyak dijumpai ladang, tegalan dan kebun.
Sedangkan penggunaan lahan yang berupa pemukiman terlihat menyebar di seluruh
wilayah Kabupaten Sampang terutama pada Kecamatan Sampang itu sendiri yang
merupakan pusat kota dan padat penduduk.

f. Hasil Kerapatan Sungai

Berdasarkan gambar IV.6, Kabupaten Sampang mempunyai banyak sekali sungai dan
anak sungai yang dapat mengalirkan air dari hulu ke hilir sehingga kerapatan sungainya
juga terlihat baik. Namun ada beberapa daerah yang mempunyai kerapatan sungai
buruk, misalnya pada sebagian wilayah di Kecamatan Pangarengan, Kecamatan Torjun,
Kecamatan Omben, dan Kecamatan Sokobanah. Dengan kerapatan sungai yang kurang
dari 1.44 km/km2, maka kecamatan- kecamatan ini cukup berpotensi terjadi banjir.

• Hasil

Hampir seluruh wilayah yang berada di bagian selatan Kabupaten Sampang mempunyai
potensi banjir yang sangat besar. Wilayah ini meliputi sebagian besar Kecamatan Sampang,
Torjun, Pangarengan, Jrengik, wilayah ini dapat dikategorikan sebagai daerah yang sangat
rawan akan terjadinya banjir. Sedangkan wilayah di bagian utara hanya sebagian kecil dari
Kecamatan Banyuates, Ketapang, dan Sokobanah saja yang dapat dikategorikan sebagai
daerah sangat rawan banjir.
Sementara itu, sebagian besar Kecamatan Kedungdung, Tambelangan, Omben, Banyuates,
Robatal, dan Karangpenang dapat dikategorikan sebagai daerah yang cukup rawan
terhadap bencana banjir. Hal ini dapat dilihat dari warna kuning yang hampir mendominasi
di wilayah kecamatan-kecamatan ini. Sedangkan wilayah yang dapat dikatakan aman dari
bahaya banjir terletak di sebagian besar Kecamatan Ketapang dan sebagian kecil dari
Kecamatan Banyuates, Sokobanah, Tambelangan, Jrengik, Torjun dan Kecamatan Omben
JURNAL 2

B. Pemetaan Tingkat Kerawanan Banjir Menggunakan Metode Scoring dan Metode


Overlay Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kota Jambi

• Tujuan
Untuk mengurangi risiko bencana banjir dengan melakukan pencegahan atau mitigasi
bencana.

• Variabel/ Data Penelitian


Data yang digunakan antara lain data shp kemiringan lahan, data shp ketinggian lahan,
data shp tutupan lahan, data shp jenis tanah, dan data curah hujan. Peta pendukung yang
dibutuhkan antara lain peta shp administrasi kota Jambi. Data-data tersebut merupakan
data sekunder yang diakses di situs www.indonesia-geospasial.com dan data curah
hujan diakses melalui situs BMKG di http://dataonline.bmkg.go.id/home.

• Analisis Spasial
a) Kemiringan Lahan

Berdasarkan pada gambar 2 menunjukkan bahwa Kota Jambi dengan kemiringan 0 – 8


% dengan kategori datar memiliki luasan yang paling besar yaitu sekitar 10596.8 ha
dari luas dari luas total wilayah kota Jambi. Wilayah tersebut meliputi keseluruhan
kecamatan yang ada di kota Jambi yaitu Kecamatan Danau Teluk, Kecamatan
Pelayangan, Kecamatan Telanaipura, Kecamatan Kota Baru, Kecamatan Pasar Jambi,
Kecamatan Jambi Timur, serta Kecamatan Jambi Selatan. Kategori dengan luasan
paling kecil adalah kategori sangat curam dengan kemiringan >45% dengan luasan
sekitar 6.06 ha terdapat pada Kecamatan Danau Teluk, Kecamatan Pelayangan,
Kecamatan Pasar Jambi, dan Kecamatan Telanaipura.
b) Ketinggian Lahan
dapat dikatakan bahwa elevasi kota Jambi didominasi pada ketinggian 10 – 50
mdpl. Ketinggian tersebut terdapat di Kecamatan Jelutung, Kecamatan Jambi
Selatan, Kecamatan Telanaipura, sebagian besar dari Kecamatan Pasar Jambi, dan
sebagian besar Kecamatan Jambi Timur. Kecamatan yang berada di daerah
pinggiran sungai berada pada ketinggian 0 – 10 mdpl yaitu Kecamatan Danau Teluk
dan Kecamatan Pelayangan. Kecamatan tersebut termasuk dalam dalam kategori
wilayah yang rawan banjir. Selain ketinggian lahan yang cukup rendah, namun juga
Kecamatan tersebut sangat dekat aliran sungai yang menyebabkan mudah terendam
air saat curah hujan melebihi kapasitasnya. Ketinggian lahan 50 – 100 mdpl hanya
berada di Kecamatan Kota Baru.

c) Penggunaan Lahan
dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah kota Jambi lahannya digunakan
sebagai pemukiman ataupun tempat kegiatan, khususnya pada Kecamatan Pasar
Jambi, Kecamatan Telanaipura, Kecamatan Jambi Timur, Kecamatan Jambi
Selatan dan Kecamatan Jelutung. Selain itu, untuk pemanfaatan lahan yang paling
sedikit adalah lahan hutan rimba hanya berada di Kecamatan Jambi Timur,
Kecamatan Kota Baru dan Kecamatan Jambi Selatan. Daerah yang berada di dekat
sungai yaitu Kecamatan Pelayangan dan Kecamatan Danau Teluk sebagian besar
lahannya digunakan untuk persawahan dan perkebunan.

d) Jenis Tanah
dapat dikatakan bahwa terdapat jenis tanah yang paling dominan di kota Jambi
adalah jenis tanah podsolik haplik dengan luas area sekitar 5248.3 ha yang terdapat
di beberapa Kecamatan diantaranya adalah Kecamatan Jelutung, Kecamatan Pasar,
Kecamatan Jambi Timur, Kecamatan Jambi Selatan, Kecamatan Telanaipura, dan
Kecamatan Kota Baru. Jenis tanah dengan luas area paling sedikit adalah jenis tanah
alluvial gleik dengan luas 738.8 ha, berada di Kecamatan danau Teluk, Kecamatan
Jambi Timur, dan Kecamatan Jambi Selatan.
e) Curah Hujan
dapat dikatakan bahwa sepanjang tahun 2019 curah hujan paling tinggi Kota Jambi
terjadi di kecamatan Kota Baru, kecamatan Telanaipura, dan kecamatan Danau
Teluk yaitu sekitar 165 – 170 mm/bln dengan luas area 7477.4 ha. Curah hujan
paling rendah yaitu 150 – 155 mm/bln terjadi di sebagian kecil Kecamatan Kota
Baru, sebagian Kecamatan Jambi Selatan.

• Hasil
Tingkat kerawanan banjir di kota Jambi dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu kategori
rawan, kategori cukup rawan dan kategori sangat rawan. Masing-masing kategori
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
Daerah dengan kategori banjir sangat rawan merupakan daerah yang menjadi pusat
rawan banjir yang paling sering terjadi. Kategori sangat rawan berada di Kecamatan
Pelayangan, memiliki luas wilayah sekitar 15.29 km2 serta sangat dekat dengan Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Dari data yang diperoleh bahwa Kecamatan ini
berada pada ketinggian 0 – 10 mdpl, dengan kemiringan lereng 15- 25% atau kategori
cukup curam, dengan jenis tanahnya merupakan jenis aluvial gleik, curah hujan untuk
wilayah ini adalah sebesar 160 – 165 mm/bulan, serta lahannya didominasi oleh semak
belukar.
Daerah banjir dengan kategori rawan merupakan daerah yang memiliki luas wilayah
sekitar 77.78 km2 adalah kecamatan Kota Baru. Daerah ini memiliki kemiringan lereng
antara 15 – 25 % atau di kategorikan cukup curam, dengan ketinggian lahan berada
antara 10 – 50 mdpl, untuk curah hujannya adalah kategori hujan menengah berkisar
antara 165 – 170 mm/bulan, serta lahan wilayah tersebut umumnya digunakan sebagai
pemukiman penduduk, tempat kegiatan serta semak belukar.
Daerah dengan kategori banjir cukup rawan di dominasi oleh kecamatan Jambi Selatan
yang memiliki luas wilayah sekitar 34.07 km2. Daerah ini berada pada kemiringan
lereng 15 – 25 %, diperoleh data curah hujannya berkisar antara 150 – 160 mm/bulan
dengan kategori hujan menengah, untuk jenis tanah umumya jenis organosol hemik,
dan penggunaan lahannya di dominasi oleh pemukiman penduduk serta tempat kegiatan
lainnya.
JURNAL 3

C. Analisis Tingkat Kerawanan Banjir Kota Bogor Menggunakan Metode Overlay


dan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografis

• Tujuan
a. Membuat Peta Kerawanan Banjir di Kota Bogor
b. Mengetahui persebaran lokasi kerawanan banjir di Kota Bogor
c. Mengetahui tingkat kerawanan banjir di Kota Bogor
d. Mengetahui parameter yang dominan dalam menyebabkan terjadinya bencana banjir
di Kota Bogor

• Variabel/ Data Penelitian


1. Data Spasial
a. Shapefile (*.shp) peta administrasi Kota
b. Shapefile (*.shp) peta jenis tanah Kota
Bogor
c. Shapefile (*.shp) peta tutupan lahan Kota
Bogor
d. Shapefile (*.shp) peta DAS yang berada di
wilayah administrasi Kota Bogor
e. Shapefile (*.shp) peta sungai yang melalui
DAS di wilayah administrasi Kota Bogor
f. Digital Elevation Model (DEM) Nasional
Kota Bogor.
2. Data non-Spasial
Data curah hujan Kota Bogor tahun 2020 dari BMKG.

• Analisis Spasial
a) Hasil Klasifikasi Kemiringan Lereng
dapat dilihat bahwa sebagian besar daerah bagian utara Kota Bogor (Kecamatan Tanah
Sareal, Bogor Barat, Bogor Utara, dan Bogor Tengah) memiliki klasifikasi kemiringan
lereng yang datar dengan persentase sebesar 0-8%. Dengan kategori tersebut potensi
terjadinya banjir relatif besar karena daerah yang datar akan menjadi tempat
penampungan dari aliran air pada saat hujan. Sedangkan untuk daerah Kota Bogor
bagian selatan terutama Kecamatan Bogor Selatan memiliki kemiringan lereng yang
relatif agak curam dengan persentase 15-25% sehingga daerah ini memiliki potensi
terjadinya banjir yang relatif kecil.

b) Hasil Klasifikasi Ketinggian Lahan


bagian utara daerah Kota Bogor (Kecamatan Tanah Sareal, Bogor Barat, Bogor Utara
dan sebagian Bogor Tengah) memiliki ketinggian lahan yang lebih besar dibandingkan
dengan bagian selatan Kota Bogor (Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur dan
sebagian Bogor Tengah). Meskipun dalam muka peta berwarna hijau namun kategori
ketinggian lahan yang paling rendah di Kota Bogor berupa perbukitan dan yang paling
tinggi adalah perbukitan tinggi, sehingga potensi untuk terjadinya banjir tidak terlalu
besar dibandingkan dengan ketinggian lahan kategori dataran rendah. Scoring untuk
klasifikasi ketinggian lahan dapat dilihat pada tabel 9.

c) Hasil Klasifikasi Jenis Tanah


Kota Bogor memiliki 3 jenis tanah yakni tanah latosol pada bagian utara Kota Bogor
(Kecamatan Tanah Sareal, Bogor Barat, Bogor Utara dan sebagian kecil Bogor
Tengah), tanah andosol pada Kecamatan Bogor Timur, sebagian besar Bogor Tengah
dan Bogor Selatan, serta tanah podsolik pada sebagian kecil dari Kecamatan Bogor
Selatan. Banyaknya jumlah air yang masuk ke dalam tanah saat proses infiltrasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, tekstur, struktur, kelembaban tanah dan
sebagainya (Asdak, 2010 dalam Irawan & Budi Yuwono, 2016).Jenis tanah yang sulit
untuk melakukan proses infiltrasi atau memiliki kepekaan yang kurang maka potensi
terjadinya banjir relatif besar, sedangkan tanah yang sangat peka untuk melakukan
proses infiltrasi maka potensi terjadinya banjir relatif kecil atau bahkan aman dari
bencana banjir.

d) Hasil Klasifikasi Curah Hujan


semua kecamatan yang ada di Kota Bogor terlihat memiliki intensitas curah hujan yang
sangat tinggi dengan kategori sangat basah dengan rata-rata curah hujan sebesar >3000
mm/th. Dengan curah hujan yang sangat tinggi tidak heran apabila Kota Bogor disebut
dengan kota hujan dan potensi terjadinya banjir pun relatif tinggi.

e) Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan


tutupan lahan Kota Bogor didominasi oleh pemukiman karena merupakan pusat kota
dan padat penduduk yang tidak memiliki kemampuan untuk menahan limpasan air,
begitu pula dengan pertanian lahan kering dan sawah sehingga potensi terjadinya banjir
relatif besar. Sedangkan pada salah satu kecamatan di Kota Bogor yakni Kecamatan
Bogor Selatan masih terdapat tutupan lahan berupa hutan tanaman yang memiliki
kemampuan dalam menahan dan menyerap limpasan air sehingga potensi terjadinya
bencana banjir relatif kecil.

f) Hasil Klasifikasi Kerapatan Sungai


di dalam Kota Bogor terdapat empat sistem DAS. Dari keempat sistem DAS terdapat
tiga sistem DAS yang memiliki kerapatan kategori sedang dengan kerapatan sungai
berkisar 1.45-2.27 Km/Km2. Ketiga sistem DAS tersebut antara lain DAS K. Angke
Pesanggrahan, DAS Ciliwung, dan DAS Cisadane. Dengan kerapatan sungai yang
sedang masih memiliki potensi untuk terjadinya banjir. Satu sistem DAS lainnya
memiliki kerapatan kategori jarang dengan kerapatan sungai berkisar 2.28-3.10
Km/Km2. Akan tetapi hanya memiliki luas yang sedikit sehingga Kota Bogor masih
tetap memiliki potensi terjadinya banjir.

• Hasil
Peta kerawanan banjir di Kota Bogor (Gambar 8.) diperoleh dengan melakukan overlay
dari seluruh parameter sebelumnya yakni kemiringan lereng, ketinggian lahan, jenis
tanah, curah hujan, tutupan lahan dan kerapatan sungai. Total nilai dari setiap parameter
akan dijumlahkan hingga menghasilkan total nilai dari overlay keenam parameter.
Penentuan tingkat kerawanan dari tidak rawan hingga sangat rawan dilihat dari interval
setiap kerawanan. Kelas interval kerawanan banjir di Kota Bogor dapat dilihat pada
Tabel 14.
SUMBER:
https://drive.google.com/drive/folders/1-Ovmz6FokBrqjWgWYXSp_hP_VCgdKgpc

Anda mungkin juga menyukai