Abstract
Balikpapan is one of the cities in East Kalimantan which is prone to disasters that cause damage
and loss to the community. Disaster risk mapping is one of the disaster mitigation efforts in
spatial planning and regional development to reduce disaster risk. This research will analyze
the risk of flooding which is a disaster that often occurs in the city of Balikpapan and create a
flood vulnerability map. The parameters that make up the flood hazard map include topographic
condition data, rainfall data, land cover areas, and watersheds. Based on the results of data
analysis and processing, it is known that the average rainfall for Balikpapan City is at class
intervals 64-172.1 with the highest rainfall intensity occurring in February-May, August,
September, November, December 2019 and January and March 2019. 2020. The South
Balikpapan area is the area most prone to flooding and the North Balikpapan area is an area
that is safe from flooding.
Abstrak
Balikpapan adalah salah satu kota di Kalimantan Timur yang rawan terjadi bencana yang
menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat. Pemetaaan risiko bencana adalah salah
satu dari upaya mitigasi bencana dalam pengaturan tataruang dan pengembangan wilayah untuk
mengurangi risiko bencana. Dalam penelitian ini akan menganalisis risiko banjir yang
merupakan bencana yang sering terjadi di Kota Balikpapan dan pembuatan peta kerawanan
banjir. Parameter penyusun peta kerawanan banjir diantaranya adalah data kondisi topografi,
data curah hujan, daerah tutupan lahan, dan daerah aliran sungai. Berdasarkan hasil analisis dan
pengolahan data diketahui rata-rata curah hujan Kota Balikpapan berada pada interval kelas 64-
172,1 dengan intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari-Mei, Agustus,
September, November, Desember tahun 2019 dan bulan Januari dan Maret tahun 2020. Daerah
Balikpapan Selatan merupakan daerah paling rawan terkena banjir dan daerah Balikpapan Utara
termasuk daerah yang aman dari banjir.
Kata kunci: Balikpapan, Banjir, Pemetaan, Kerawanan, Curah hujan
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap
berbagai ancaman bencana alam seperti tsunami, gunung meletus, tanah longsor, degradasi
lahan dan banjir. Dikutip dari CNN Indonesia, Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Dodi Monardo menyebutkan bahwa oleh World Bank, Indonesia dimasukan
dalam daftar 35 Negara di Dunia dengan risiko bencana alam tertinggi. Hal itu disebabkan Posisi
geografis Indonesia yang berada di daerah tropis yang terletak di antara dua benua dan dua
samudera yang menjadikan Indonesia memiliki sistem cuaca dan iklim kontinen maritim yang
khas. Meskipun pola iklim terjadi bergiliran teratur seperti bergantinya musim hujan dan musim
kemarau, jika terjadi gangguan tropis, sering timbul cuaca ekstrem yang dapat memicu
terjadinya bencana alam.
Salah satu bencana alam yang sangat sering menimpa Indonesia adalah banjir. Banjir
sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam “biasa” yakni terbenamnya dataran oleh air
yang biasanya kering yang sering terjadi dan dihadapi hampir diseluruh negara-negara di dunia.
Fenomena ini bisa dianggap bencana besar jika sudah memakan korban. Banjir adalah keadaan
dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Penyebab banjir mencakup
curah hujan yang tinggi, permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut, wilayah
terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air, pendirian
bangunan disepanjang bantaran sungai, naliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh
sampah, serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai, dan sebagainya.
Perubahan iklim yang sering terjadi akan membuat meningkatnya frekuensi kejadian
bencana alam di Indonesia diantaranya banjir (Klipper et al., 2021). Menurut Seyhan dalam
Haryani, banjir adalah peristiwa dimana daratan yang biasanya kering atau daerah yang bukan
rawa menjadi tergenang air, kejadian ini disebabkan oleh tingginya curah hujan dan topografi
wilayah berupa dataran rendah hingga cekung, serta rendahnya kemampuan infiltrasi tanah,
menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Selain itu, banjir juga dapat terjadi karena
meluapnya limpasan air permukaan (run off) yang volumenya melebihi kapasitas pengaliran
sistem drainase atau aliran air sungai.
Menurut Suherlan dalam Suhardiman, Bencana banjir dipengaruhi oleh 3 (tiga) elemen,
yaitu elemen meteorologi, elemen karakteristik fisik DAS dan elemen manusia. Untuk faktor
meteorologi, yang berpengaruh menimbulkan banjir adalah intensitas curah hujan, distribusi
curah hujan, frekuensi dan lamanya hujan berlangsung. Sedangkan karakteristik fisik DAS yang
berpengaruh terhadap terjadinya banjir adalah luas DAS, kemiringanlahan, ketinggian lahan,
penggunaan lahan, dan tekstur tanah dan manusia berperan terhadap percepatan perubahan
karakteristik fisik DAS. Berdasarkan hal tersebut, maka bencana banjir dapat terjadi setelah
terpenuhinya sejumlah kondisi penyebab banjir, antara lain intensitas hujan yang melebihi
kapasitas infiltrasi tanah, terjadinya hujan secara terus menerus yang berlangsung relative lama
dan terjadi pada wilayah yang luas hingga debit air yang terakumulasi melebihi daya tampung
sungai.
Secara geografis wilayah Kota Balikpapan berada antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5 BT
- 117,5 yang luasnya sekitar 50.330,57 Ha atau sekitar 503,3 Km2. Wilayah Kalimantan Timur
yang dibelah garis khatulistiwa memiliki iklim tropik basah, termasuk Kota Balikpapan. Curah
hujan cukup tinggi terjadi merata di hampir sepanjang tahun sehingga dengan curah hujan yang
tinggi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana banjir di Kota Balikpapan.
Sejak tahun 2015, banjir menjadi isu prioritas lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan,
di mana pada periode 2009 sampai tahun 2015 terjadi peningkatan tutupan lahan kawasan
hunian di Kota Balikpapan sebesar 13,34 ha (R. M. K. Yanti, R. D. Anugrah). Bencana banjir
di daerah Balikpapan perlu dikaji lebih lanjut dengan memberikan informasi kepada masyarakat
tentang daerah-daerah yang rawan akan terjadinya banjir. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui pesebaran daerah rawan banjir, mengetahui penyebab umum terjadinya
banjir, mengetahui pengaruh tata guna lahan terhadap banjir, mengetahui pengaruh DAS
terhadap masalah banjir, dan mengetahui penyebaran lokasi daerah rawan banjir di Kota
Balikpapan sehingga penulis mengangkat judul “Pemetaan Banjir Dari Akumulasi Data
Kerawanan Banjir di Daerah Balikpapan Tahun 2019-2020
METODE PENELITIAN
2. Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah dasar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter di atas permukaan
horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian
air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan
tidak mengalir.
Di Kota Balikpapan, suhu udara berkisar antara 23-35 ºC dengan kelembaban
udara antara 70-95%. Sedangkan tekanan udara mulai dari 1010,9-1012,8 milibar
dengan kecepatan angin antara 3 sampai 6 knot dengan arah angin terbanyak adalah ke
arah barat daya. Untuk curah hujan tahunan Kota Balikpapan sebesar 2418 mm/tahun
dengan curah hujan bulanan antara 0-509,8 mm dengan kisaran hari hujan mulai dari 0-
25 hari hujan. Sedangkan untuk persentase penyinaran antara 22,2-78,5%.
Kota Balikpapan sering diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Disamping itu kelembaban udara yang cukup tinggi di lapisan atas menjadi tempat yang
subur bagi pertumbuhan awan dan hujan.
Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
melalui stasiun pengamatan hujan. Dalam penelitian ini, data curah hujan yang
digunakan adalah data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan BMKG dari
tahun 2019-2020.
Tabel 3. Data Curah Hujan
Curah Hujan Menurut Bulan di Balikpapan (mm)
Bulan
2019 2020
Januari 294 158,1
Februari 75 316,7
Maret 159 96,8
April 158 337,3
Mei 166 287,6
Juni 668 545,6
Juli 245 521,7
Agustus 64 263,5
September 99 473,9
Oktober 248 257,6
November 75 315,4
Desember 116 280,3
Dari tabel diatas merupakan tabel yang kami olah menggunakan Excel dengan
menggunakan beberapa rumus Excel seperti COUNT, MIN, MAX dalam mencari
banyak data minimum, dan maximum. Kemudian untuk mengolah data lebih lanjut kami
membutuhkan data interval kelas dan jumlah kategori dengan menggunakan rumus
Excel:
Jumlah Kategori = 1 + 3,322 𝑥 log(𝑁)
(Nilai Maximum – Nilai Minimum)
Interval Kelas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
Setelah didapatkan hasil data dari perhitungan diatas selanjutnya kami menyusun
lagi tabel yang lebih spesifik untuk menentukan grafik dari data curah hujan Balikpapan
tahun 2019-2020.
Tabel 7. Perhitungan Data Curah Hujan
DATA CURAH HUJAN BALIKPAPAN SINCE 2019-2020
F.
FREKUENSI NILAI F.KUMULATIF
KELAS INTERVAL FREKUENSI NILAI TEPI KELAS KUMULATIF
RELATIF TENGAH LEBIH
KURANG
Tabel di atas merupakan tabel perhitungan curah hujan balikpapan dari tahun 2019-
2020 yang dimana di dapatkan interval, frekuensi, frekuensi relatif, nilai tengah, nilai
tepi kelas, frekuensi kumulatif lebih dan frekuensi kumulatif kurang dengan beberapa
rumus di Excel seperti:
Nilai Interval = Nilai Minimum + Jumlah Kategori
Frekuensi = Frekuensi data;(tanda yang muncul)interval tertinggi
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
Frekuensi Relatif = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 + 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Nilai Tengah = 2
Tabel 8. Perhitungan Rata-Rata Data Curah Hujan
MEAN DATA CURAH HUJAN BALIKPAPAN 2019-2020
KELAS INTERVAL Fi Xi Fi*Xi
1 64 172.1 10 118.1 1180.7
2 172.2 280.4 5 226.3 1131.6
3 280.5 388.6 5 334.6 1672.8
4 388.7 496.9 1 442.8 442.8
5 497.0 605.1 2 551.1 1102.1
6 605.2 713.4 1 659.3 659.3
Jumlah 24 2332.1 6189.4
Mean 257.9
Kemudian dari kumulatif data sebelumnya kami membuat data tabel perhitungan
mean dimana didapatkan hasil mean 257.9. yang berfungsi mencari nilai rata-rata dari
skor total keseluruhan jawaban yang diberikan oleh responden, yang tersusun dalam
distribusi data. Tujuan dibuatnya tabel data rata-rata di atas adalah untuk mengetahui
rasio dari cura hujan sendiri, seberapa sering hujan dengan intensitas interval tersebut
terjadi di Balikpapan dari tahun 2019-2020.
Adapun rumus mean sebagai berikut:
∑𝐹𝑖 𝑥 𝑋𝑖
Mean = ∑𝐹𝑖
Tabel 9. Perhitungan Nilai Modus Data Curah Hujan
Selanjutnya kami juga membuat tabel penentuan modus dari hasil kumulatif data,
sehingga didapatkan nilai modus 136,1 yang menandakan bahwa intensitas hujan yang
sering terjadi itu pada rasio 64 – 172,1.
Adapun rumus dari modus sebagai berikut:
𝑑1
Modus = BB + 𝑑1+𝑑2 𝑥 𝑘
k 108.2
Kelas Median 12
MEDIAN 215.5
Nilai median merupakan nilai tengah dari kumpulan data yang di urutkan dari
nilai yang terkecil ke terbesar. Dari perhitungan yang kami lakukan di dapatkan nilai
median yaitu 215.5. Tujuan dari kami menentukan nilai mean dari data ini adalah untuk
menentukakan pemusatan intensitas dari data curah hujan tersebut.
HISTOGRAM
KELAS INTERVAL FREKUENSI
1 64 172.1 10
2 172.2 280.4 5
3 280.5 388.6 5
4 388.7 496.9 1
5 497.0 605.1 2
6 605.2 713.4 1
Setelah semua data telah diolah dan diperoleh hasil, selanjutnya untuk lebih
mendetailkan dan mempermudah penganalisisan data, kami membuat tabel kembali
dengan tujuan membuat grafik yang akan menunjukkan intensitas dari setiap rasio curah
hujan Balikpapan dari tahun 2019-2020.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian daerah rawan banjir Kota Balikpapan dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Dari hasil pemetaan banjir yang kami lakukan dari daerah yang paling rawan sampai
daerah teraman yaitu pada daerah Balikpapan Selatan termasuk darah yang paling rawan
terkena banjir dan daerah Balikpapan Utara termasuk daerah yang paling aman dari
banjir.
2. Dari hasil grafik yang kami buat dapat disimpilkan bahwa rata-rata curah hujan dengan
intensitas curah hujan yang tinggi berada pada interval kelas 64-172,1 dimana terjadi
pada bulan februari-mei, agustus, september, november, desember tahun 2019 dan bulan
januari dan maret tahun 2020.
3. Dari hasil perhitungan data curah hujan dari tahun 2019-2020 kami mendapatkan rata-
rata curah hujan di Balikpapan selama 2 tahun tersebut adalah 257,9.