Anda di halaman 1dari 11

REGIONALISASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Wilayah


(ABKA522)

Dosen Pengampu:
Dr. Nasruddin, S. Pd., M. Sc.
Dr. Rosalina Kumalawati, M. Si

Disusun Oleh:
Muhammad Donny Chandra (1710115110013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
1.1 LATAR BELAKANG

Regionalisasi di dalam geografi adalah suatu upaya


mengelompokkan atau mengklasifikasikan unsur-unsur yang sama.
Mengingat lokasi di muka bumi memiliki jumlah tak terbatas dan
cenderung saling berdekatan, maka lokasi-lokasi tersebut harus disusun
dan dikelompokan menurut kriteria tertentu. Dengan demikian informasi
yang diperlukan dapat diperoleh secara efisien dan ekonomis. Salah satu
prinsip pembuatan suatu region adalah menyederhanakan wilayah tersebut
dengan cara menyatukan tempat-tempat yang memiliki kesamaan atau
kedekatan tersebut menjadi satu kelompok.
Regionalisasi selalu didasarkan pada kriteria dan kepentingan
tertentu. Misalnya, pada pembagian region permukaan bumi berdasarkan
iklim, maka kriteria yang digunakan adalah unsur cuaca, seperti
temperatur, curah hujan, penguapan, kelembapan, dan angin. Regionalisasi
menurut iklim ini sangat berguna untuk mengetahui persebaran hewan dan
tumbuhan, tetapi mungkin kurang berguna dalam hal komunikasi atau
transportasi. Karena itulah pengelompokkan region dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna, tergantung pada kepentingan atau tujuan
pengelompokkan region tersebut.
Regionalisasi suatu fenomena atau gejala di muka bumi
memberikan berbagai manfaat. Beberapa manfaat tersebut antara lain
sebagai berikut:
a) Membantu memisahkan sesuatu yang berguna dari yang kurang
berguna
b) Mengurutkan keanekaragaman permukaan bumi
c) Menyederhanakan informasi dari suatu gejala atau fenomena di
permukaan yang sangat beragam
d) Memantau perubahan-perubahan yang terjadi baik gejala alam maupun
manusia.
Regionalisasi dibagi menjadi dua yaitu Formal region dan Nodal
region.
1.2 Pembahasan

Formal Region
Region formal yang juga disebut region uniform adalah suatu
wilayah yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan, termasuk ke
dalamnya kenampakan fisik muka bumi, iklim, vegetasi, tanah, bentuk
lahan, dan penggunaan lahan. Region formal ini bersifat statis.
Sungai Jeneberang adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Sungai Jeneberang memiliki panjang antara
75-80 km, mengalir dari timur ke barat dari Gunung Bawakaraeng dan
Gunung Lompobattang menuju ke Selat Makassar. Daerah Aliran Sungai
Jeneberang melintasi 8 kabupaten dan 1 kota yang tersebar di Provinsi
Sulawesi Selatan. Sungai Jeneberang mempunyai Daerah Aliran Sungai
(DAS) seluas 860 km2. Sedangkan luas wilayah sungai mencapai 9.331
km2 dengan potensi air permukaan 13.229 juta3/tahun dan potensi air tanah
1.504 juta3/tahun. Sungai Jeneberang melintasi Kota Makassar, Kabupaten
Maros, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Selayar dan
Kabupaten Sinjai. Daerah Aliran Sungai Jeneberang terletak pada
119o23’50’’ BT – 119o56’10’’ dan 05o10’00’’ – 05o26’00’’ LS dengan
jumlah panjang sungai 1199,42 km.
Jenis tanah yang ada di DAS Jeneberang berdasarkan dari data dan
peta yang dikeluarkan oleh pihak Bappeda Kabupaten Gowa ada empat
jenis yaitu:
1. Aluvial
Adalah jenis tanah yang terangkut oleh sungai dan setiap horison
pada umumnya bertalihan dengan sejarah pegendapan, persebaran
tanah ini umumnya di daerah bantaran sungai, danau ataupun delta
sungai dengan kemiringan datar. Tanah aluvial tersebar di:
a) Desa Parangtambung
b) Desa Sugguminasa
c) Desa Pancin
d) Desa Borong
e) Desa Bontolembang
f) Desa Limbung
g) Desa Galesong
h) Desa Tamalaeng
i) Desa Lalleko
j) Desa Bontoramba
k) Desa Takalar
l) Desa Porong
m) Desa Parang
Jenis tanah ini dimanfaatkan desa-desa diatas sebagai lahan
pertanian dan lahan palawijaya.

2. Andosol Cokelat
Adalah umumnya berwarna hitam, kerapatan dan kepadatan tanah
kurang dari 0,85% gr/cm3, banyak mengandung bahan amorf, atau
lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik, dan biasanya terdapat pada
wilayah miring agak berbukit sampai agak curam. Tanah andosol
cokelat tersebar di:
a) Desa Mallno
b) Desa Takapala
c) Desa Lengkese
Jenis tanah ini dimanfaatkan desa-desa diatas sebagai: untuk
wilayah dengan bentuk tanah yang bergelombang, ditanami sayuran,
palawija dan holtikultura. Sedangkan untuk lahan dengan kemiringan
cukup tinggi, ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, kayu manis,
kina, teh dan tanaman perkebunan lainnya.
3. Litosol Cokelat Kekuningan
Adalah bagian dari tanah entisol yaitu masih menunjukkan asal
bahan induk, jadi tanah ini masih baru, belum menunjukkan
perkembangan horison. tekstur tanah beraneka ragam umumnya geluh
hingga geluh berpasir, persebarannya pada wilayah berbukit hingga
agak miring atau bergelombang. Tanah litosol cokelat kekuningan
tersebar di:
a) Desa Lebong
b) Desa Kaluarang
c) Desa Sepaya
Jenis tanah ini dimanfaatkan desa-desa diatas sebagai lahan
rumput, lahan jagung, dan lahan bunga Edelweis.

4. Mediteran Kemerahan dan Latosol


Adalah tanah dengan zarah-zarah lempung diendapkan pada
horison B (berlempung) dan jenuh dengan basa (>50%). Latosol
sendiri adalah tanah yang telah mengalami pelapukan dengan sedikit
atau tanpa mineral yang dapat mengalami pelapukan. Tanah jenis ini
tersebar di Desa Bili-Bili.
Jenis tanah ini dimanfaatkan Desa Bili-Bili sebagai lahan pertanian
(khususnya padi), lahan rumput, bangunan, pohon jati, tembakau,
palawija, jambu mente, jagung, tebu, cokelat, vanili, dan pala.

Untuk lebih jelasnya pembagian dan luasan empat jenis tanah yang
ada di DAS Jeneberang adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel diatas, dinyatakan bahwa jenis tanah yang


memiliki persentase yang paling luas di DAS Jeneberang adalah jenis
tanah Litosol Cokelat Kekuningan dengan persentase 43,91% atau dengan
luas 46.067,29 ha. Sedangkan jenis tanah dengan persentase paling sedikit
adalah Tanah Mediteran Kemerahan dan Latosol dengan persentase 2,48%
atau mencakup area seluas 2.599,32 ha.
Nodal Region
Wilayah nodal atau Nodal Region adalah wilayah yang secara
fungsional mempunyai keterkaitan dan ketergantungan antara pusat (inti)
dan daerah belakangnya (hinterland). Tingkat keterkaitan tersebut
biasanya diukur berdasarkan arus lalu lintas barang, penduduk, modal
dan transporatsi. Dalam pembuatan nodal region, harus memperhatikan
core area atau daerah inti. Ciri region nodal adalah adanya gerakan yang
mengarah ke titik pusat. Adapun daerah belakang penopang atau yang
terpengaruh oleh daerah inti disebut sebagai hinterland. Hinterland
sebuah kota dapat dicirikan dari adanya gerakan pekerja yang bergerak
menuju ke arah kota. Zona hinterland mungkin saja lebih luas
dibandingkan dengan daerah intinya. Dalam nodal region, pertukaran
barang dan jasa secara intern di dalam wilayah tersebut adalah hal yang
mutlak yang harus ada. Biasanya daerah hinterland akan menjual barang-
barang mentah dan jasa tenaga kerja kepada daerah inti, sedangkan
daerah inti akan menjual ke daerah hinterland dalam bentuk barang jadi.
Di Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat sebuah metropolitan yang
merupakan sebuah gambaran dari nodal region dimana wilayah tersebut
mempengaruhi wilayah lain disekitarnya, terjadi interaksi dan timbal
balik kerja sama. Metropolitan tersebut disebut dengan Mamminasata.
Wilayah Metropolitan Mamminasata yang berada di Provinsi
Sulawesi Selatan, meliputi Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten
Gowa dan Kabupaten Takalar yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Wilayah Mamminasata
mencakup seluruh kecamatan di Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.
Luas wilayah Mamminasata adalah 2.462,3 km2 (246.230 ha) dengan
total jumlah penduduk sekitar 2,06 juta jiwa (2003).
Dari peta diatas dapat kita ketahui dimana letak nodus dan
hinterlandnya. Untuk nodus terdapat pada Kota Makassar dimana pusat
pertumbuhan di bidang perekonomian, perdagangan, ketenagakerjaan,
industri, pemerintahan, pemukiman, pelabuhan, pariwisata, dan
kerajinan. Sedangkan untuk hinterland atau daerah pendukung terdapat
pada:
1) Kabupaten Maros
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang perumahan, pariwisata,
perdagangan, perikanan tambak, pabrik semen Bosowa, pertanian,
peternakan, kayu jati, industri.
2) Kabupaten Gowa
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang pertanian, pariwisata,
kehutanan, pabrik kertas, batubara, belerang, emas, perak, tembaga,
timah, seng.
3) Kabuaten Takalar
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang perikanan (rumput laut),
pariwisata, perkebunan, pabrik gula.

Mamminasata diusulkan menjadi “Pusat Logistik dan


Perdagangan”. Karena itu rencana tata ruang disarankan agar
diimplementasikan secara strategis sehingga Mamminasata akan
berfungsi sebagai sebuah pusat logistik dan perdagangan terutama di
Kawasan Timur Indonesia dan Asia Timur.
1.3 Kesimpulan
Jenis tanah yang ada di DAS Jeneberang berdasarkan dari peta diatas
yang dikeluarkan oleh pihak Bappeda Kabupaten Gowa ada empat jenis
yaitu:
1. Tanah Aluvial
2. Tanah Andosol Cokelat
3. Tanah Litosol Cokelat Kekuningan
4. Tanah Mediteran Kemerahan dan Latosol
Berdasarkan tabel yang ada, dinyatakan bahwa jenis tanah yang
memiliki persentase yang paling luas di DAS Jeneberang adalah jenis
tanah Litosol Cokelat Kekuningan dengan persentase 43,91% atau dengan
luas 46.067,29 ha. Sedangkan jenis tanah dengan persentase paling sedikit
adalah Tanah Mediteran Kemerahan dan Latosol dengan persentase 2,48%
atau mencakup area seluas 2.599,32 ha.

Dari peta diatas dapat kita ketahui dimana letak nodus dan
hinterlandnya. Untuk nodus terdapat pada Kota Makassar dimana pusat
pertumbuhan di bidang perekonomian, perdagangan, ketenagakerjaan,
industri, pemerintahan, pemukiman, pelabuhan, pariwisata, dan kerajinan.
Sedangkan untuk hinterland atau daerah pendukung terdapat pada:
1) Kabupaten Maros
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang perumahan, pariwisata,
perdagangan, perikanan tambak, pabrik semen Bosowa, pertanian,
peternakan, kayu jati, industri.
2) Kabupaten Gowa
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang pertanian, pariwisata,
kehutanan, pabrik kertas, batubara, belerang, emas, perak, tembaga,
timah, seng.
3) Kabuaten Takalar
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang perikanan (rumput laut),
pariwisata, perkebunan, pabrik gula.

Mamminasata diusulkan menjadi “Pusat Logistik dan Perdagangan”.


Karena itu rencana tata ruang disarankan agar diimplementasikan secara
strategis sehingga Mamminasata akan berfungsi sebagai sebuah pusat
logistik dan perdagangan terutama di Kawasan Timur Indonesia dan Asia
Timur.
DAFTAR PUSTAKA

2016. Perwilayahan (Regionalisasi). Diambil dari:


https://www.sobatgeo.me/2016/12/perwilayahan-regionalisasi.html (26 Mei
2018)

2016. Pembuatan Region Uniform. Diambil dari:


https://www.sobatgeo.me/2016/12/pembuatan-region-uniform.html (26 Mei
2018)

2016. Pembuatan Wilayah atau Region Nodal. Diambil dari:


https://www.sobatgeo.me/2016/12/pembuatan-wilayah-atau-region-nodal.html
(26 Mei 2018)

Saputra, Arman. 2012. JENIS TANAH TINJAU DAS JENEBERANG. Diambil


dari: http://komunitas-atlas.blogspot.co.id/2012/10/jenis-tanah-tinjau-das-
jeneberang.html (26 Mei 2018)

Departemen Pekerjaan Umum, Badan Kerjasama Pembangunan Metropolitan


Mamminasata, Badan Kerjasama Internasional Jepang. 2006. RENCANA TATA
RUANG TERPADU UNTUK WIYALAH METROPOLITAN MAMMINASATA.
Diambil dari: http://open_jicareport.jica.go.jp/pdf/11834132_01.pdf (13 Mei
2018)

Anda mungkin juga menyukai