Dosen Pengampu:
Dr. Nasruddin, S. Pd., M. Sc.
Dr. Rosalina Kumalawati, M. Si
Disusun Oleh:
Muhammad Donny Chandra (1710115110013)
Formal Region
Region formal yang juga disebut region uniform adalah suatu
wilayah yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan, termasuk ke
dalamnya kenampakan fisik muka bumi, iklim, vegetasi, tanah, bentuk
lahan, dan penggunaan lahan. Region formal ini bersifat statis.
Sungai Jeneberang adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Sungai Jeneberang memiliki panjang antara
75-80 km, mengalir dari timur ke barat dari Gunung Bawakaraeng dan
Gunung Lompobattang menuju ke Selat Makassar. Daerah Aliran Sungai
Jeneberang melintasi 8 kabupaten dan 1 kota yang tersebar di Provinsi
Sulawesi Selatan. Sungai Jeneberang mempunyai Daerah Aliran Sungai
(DAS) seluas 860 km2. Sedangkan luas wilayah sungai mencapai 9.331
km2 dengan potensi air permukaan 13.229 juta3/tahun dan potensi air tanah
1.504 juta3/tahun. Sungai Jeneberang melintasi Kota Makassar, Kabupaten
Maros, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten Jeneponto,
Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Selayar dan
Kabupaten Sinjai. Daerah Aliran Sungai Jeneberang terletak pada
119o23’50’’ BT – 119o56’10’’ dan 05o10’00’’ – 05o26’00’’ LS dengan
jumlah panjang sungai 1199,42 km.
Jenis tanah yang ada di DAS Jeneberang berdasarkan dari data dan
peta yang dikeluarkan oleh pihak Bappeda Kabupaten Gowa ada empat
jenis yaitu:
1. Aluvial
Adalah jenis tanah yang terangkut oleh sungai dan setiap horison
pada umumnya bertalihan dengan sejarah pegendapan, persebaran
tanah ini umumnya di daerah bantaran sungai, danau ataupun delta
sungai dengan kemiringan datar. Tanah aluvial tersebar di:
a) Desa Parangtambung
b) Desa Sugguminasa
c) Desa Pancin
d) Desa Borong
e) Desa Bontolembang
f) Desa Limbung
g) Desa Galesong
h) Desa Tamalaeng
i) Desa Lalleko
j) Desa Bontoramba
k) Desa Takalar
l) Desa Porong
m) Desa Parang
Jenis tanah ini dimanfaatkan desa-desa diatas sebagai lahan
pertanian dan lahan palawijaya.
2. Andosol Cokelat
Adalah umumnya berwarna hitam, kerapatan dan kepadatan tanah
kurang dari 0,85% gr/cm3, banyak mengandung bahan amorf, atau
lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik, dan biasanya terdapat pada
wilayah miring agak berbukit sampai agak curam. Tanah andosol
cokelat tersebar di:
a) Desa Mallno
b) Desa Takapala
c) Desa Lengkese
Jenis tanah ini dimanfaatkan desa-desa diatas sebagai: untuk
wilayah dengan bentuk tanah yang bergelombang, ditanami sayuran,
palawija dan holtikultura. Sedangkan untuk lahan dengan kemiringan
cukup tinggi, ditanami tanaman perkebunan seperti kopi, kayu manis,
kina, teh dan tanaman perkebunan lainnya.
3. Litosol Cokelat Kekuningan
Adalah bagian dari tanah entisol yaitu masih menunjukkan asal
bahan induk, jadi tanah ini masih baru, belum menunjukkan
perkembangan horison. tekstur tanah beraneka ragam umumnya geluh
hingga geluh berpasir, persebarannya pada wilayah berbukit hingga
agak miring atau bergelombang. Tanah litosol cokelat kekuningan
tersebar di:
a) Desa Lebong
b) Desa Kaluarang
c) Desa Sepaya
Jenis tanah ini dimanfaatkan desa-desa diatas sebagai lahan
rumput, lahan jagung, dan lahan bunga Edelweis.
Untuk lebih jelasnya pembagian dan luasan empat jenis tanah yang
ada di DAS Jeneberang adalah sebagai berikut:
Dari peta diatas dapat kita ketahui dimana letak nodus dan
hinterlandnya. Untuk nodus terdapat pada Kota Makassar dimana pusat
pertumbuhan di bidang perekonomian, perdagangan, ketenagakerjaan,
industri, pemerintahan, pemukiman, pelabuhan, pariwisata, dan kerajinan.
Sedangkan untuk hinterland atau daerah pendukung terdapat pada:
1) Kabupaten Maros
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang perumahan, pariwisata,
perdagangan, perikanan tambak, pabrik semen Bosowa, pertanian,
peternakan, kayu jati, industri.
2) Kabupaten Gowa
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang pertanian, pariwisata,
kehutanan, pabrik kertas, batubara, belerang, emas, perak, tembaga,
timah, seng.
3) Kabuaten Takalar
Dimana pusat pertumbuhannya di bidang perikanan (rumput laut),
pariwisata, perkebunan, pabrik gula.