Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

TEKNIK KONSERVASI WADUK

Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas


Dosen Pengampu : Dr. Ery Suhartanto

Nama Kelompok :
 Dimas Tri Kurniawan Hasan 185060400111008
 Frida Rani Yuniar 185060400111031
 M. Ghaniy Pradita 185060401111014
 Reni Meidha Harso 185060401111021
 Sris Novita Emiliawati 185060401111029

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2021
A. Deskripsi Umum DAS Brantas
Berdasarkan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Brantas merupakan Wilayah
Sungai terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi Jawa Timur pada 110°30′ BT
sampai 112°55′ BT dan 7°01′ LS sampai 8°15′ LS. Sungai Brantas mempunyai panjang ±
320 km dan memiliki luas wilayah sungai ± 14.103 km2 yang mencakup ± 25% luas
Propinsi Jawa Timur atau ± 9% luas Pulau Jawa. WS Brantas terdiri dari 4 (empat)
Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas, DAS Tengah dan DAS Ringin
Bandulan serta DAS Kondang Merak.
Dalam pembahasan mengenai potensi sumber daya air ini menggunakan satuan DAS.
DAS Brantas berada di dalam wilayah administrasi 9 Kabupaten dan 6 Kota, yaitu :

Kab. Nganjuk, Kab. Lumajang,


Kab. Tulungagung, Kota Surabaya,
Kab. Malang, Kota Sidoarjo,
Kab. Blitar, Kota Malang,
Kab. Sidoarjo, Kota Blitar,
Kab. Mojokerto, Kota Kediri, dan
Kab. Jombang, Kota Pasuruan.
Kab. Probolinggo,

DAS brantas sendiri memiliki luas lebih kurang 11.988 km2, yang terdiri dari 6 Sub
DAS dan 32 basin block.

Gambar. Peta Das Brantas


B. Karakteristik Fisik DAS Brantas
Karakteristik lingkungan fisik dari DAS Brantas antara lain : Geologi dan Geomorfologi
 Geologi
Informasi mengenai geologi DAS Brantas memberikan penjelasan bahwa kawasan
DAS brantas terbentuk oleh formasi geologi yang terdiri dari :
 Alluvium, berada di daratan yang meliputi Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab.
Mojokerto, Kab. Jombang, Kota Kediri, dan Kota Tulungagung.
 Andesit, banyak ditemukan di utara DAS Brantas terutama di sekitar Sub DAS
Bluwek.
 Hasil Gunung Api Kwarter Muda, tersebar di sekitar Gunung Kelud, Gunung
Kawi, Gunung Butak, dan Gunung Penanggungan.
 Hasil Gunung Api Kwarter Tua, tersebar di sisi timur DAS secara lokal antara
lain di daerah Gunung Arjuno, Jabung, Poncokusumo dan di lereng timur Gunung
Penanggungan.
 Hasil Gunung Api Tak Terurai, merupakan hasil erupsi Gunung Api Wilis yang
berada di sisi Barat DAS.
 Miosen Fasies Batu Gamping, batuan gamping berumur miosen terdapat di sisi
selatan DAS dan tersebar di sebagian Kab. Tulungagung, Kab. Blitar, dan Kab.
Malang.
 Miosen Fasies Batu Sedimen, sedikit berada di Kab. Boyolali
 Pliosen Fasies Batu Gamping, tersebar secara lokal di antara geologi pleistosen
fasies Gunung Api yang berada di Sub DAS Bluwek.
 Pliosen Fasies Batu Sedimen, sedimen hasil pengendapan berumur pliosen
banyak terdapat di daerah dataran Trenggalek.
 Pleistosen Fasies Gunung Api, berada di sekitar Sub DAS Bluwek.
 Pleistosen Fasies Batu Sedimen, batuan hasil pengendapan berumur pleistosen
banyak terdapat di lereng-lereng di Sub DAS Bluwek.

 Geomorfologi

Gunung api-gunung api yang ada mempengaruhi pembentukan lahan di DAS Brantas
antara lain : Gunung Kawi, Gunung Butak, Gunung Kelud, Gunung Wilis, Gunung
Anjasmoro, Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Penanggungan, Gunung Semeru,
dan sedikit bagian dari Gunung Bromo. Hasil erupsi gunung api tersebut kemudian
mengalami proses erosi dan sedimentasi sehingga menghasilkan bentuklahan asal proses
vulkanik yang berupa perbukitan, pegunungan, dataran, maupun lembah. Selain proses
geomorfologi, kondisi permukaan DAS Brantas juga dipengaruhi oleh kondisi relief,
topografi, dan kemiringan lahan. Secara umum kemiringan lahan DAS Brantas sangat
kompleks dan terbagi dalam lima (5) kelas.
1) Kemiringan lereng 0 – 8 % (datar) yang terdapat di dataran aluvial gunungapi.
2) Kemiringan lereng 8 – 15 % (landai) yang membentuk lereng kaki dan lereng
bawah gunungapi.
3) Kemiringan Lereng 15 – 25 % (agak curam) yang dijumpai pada lereng tengah
gunungapi.
4) Kemiringan lereng 25 – 40 % (curam) dan
5) kemiringan lereng > 40 % yang membentuk lereng atas gunungapi.

Daerah-daerah dengan kemiringan tingga (>40%) terutama di sub DAS Borek Glidik,
sedangkan daerah yang berada di kemiringan rendah/datar (<8%) banyak terdapat di sub
DAS Widas dan Lahar.

Keadaan / kondisi kemiringan lahan di Wilayah DAS Brantas

Tabel . Kemiringan Lahan di Wilayah DAS Brantas


 Jenis Tanah
Peta Jenis Tanah

Kondisi tanah di DAS Brantas sangat kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh kompleksnya
batuan penyusun DAS Brantas sebagai bahan induk tanah yang berasal dari sumber yang
berbeda dan adanya pengaruh iklim dan waktu pembentukan yang berbeda. Tipe tanah
yang terdapat di DAS Brantas secara umum antara lain :
1. Alluvial
Tanah alluvial termasuk tanah muda, belum mengalami diferensiasi horison. Sifat tanah
ini dipengaruhi langsung oleh bahan asalnya yaitu aluvium. Material aluvium ini
menampakkan morfologi berlapis – lapis karena adanya periodisasi pengendapan.
Keterdapatan tanah jenis ini berada pada topografi dataran dengan solum tanah yang
dalam. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan pertanian dan perikanan.
2. Litosol
Tanah berbatu-batu. Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras yang belum
mengalami pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini juga disebut tanah azonal.
Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan tanaman
keras
3. Latosol
Merupakan jenis tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut, sehingga telah terjadi
pencucian unsur basa, bahan organik dan silika dengan meninggalkan sekuioksida
sebagai sisa berwarna merah. Tekstur geluh lempung berpasir, struktur remah sampai
gumpal lemah, konsistensi gembur, Terdapat selubang lempung pada agregat tanah
bawah. Kesuburan tanah rendah – sedang dan tidak mudah tererosi maupun longsor.
4. Grumusol
Tanah Grumusol atau disebut juga tanah margalith adalah tanah yang terbentuk dari
material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur.
Tanaman yang tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai, tebu, kapas,
tembakau, dan jati.
5. Regosol
Jenis tanah ini belum mengalami diferensiasi horison meskipun pada tanah regosol tua
horison sudah mulai terbentuk dengan horison Al lemah berwarna kelabu. Tekstur kasar,
struktur kersai atau remah, konsistensi lepas-lepas sampai gembur. Pada jenis tanah ini
belum terbentuk agregat sehingga mudah tererosi, dalam hal ini erosi oleh angin. Tanah
regosol dapat dijumpai di daerah pesisir dengan bahan induk batuan vulkanik. Daya
simpan air pada jenis tanah ini kecil.
6. Andosol
Tanah andosol berasal dari abu gunungapi. Tanah andosol di DAS Brantas berasosiasi
dengan tanah regosol hasil erupsi gunungapi yang belum mengalami pelapukan.
7. Mediteran
Merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah
kemerahan hingga coklat. Jenis tanah ini kurang subur tetapi cocok untuk tanaman
palawija, jati, tembakau, dan jambu mete.

Keadaan Jenis Tanah dan Erodibilitas Tanah di Wilayah DAS Brantas

Tabel. Jenis Tanah di Wilayah DAS Brantas

C. Bentuk Morfologi DAS Brantas


Akibat pembangunan bendungan-bendungan di DAS Brantas maka sebagian besar
sedimen yang seharusnya terangkut dalam sistem aliran permukaan, akhirnya terhenti
(mengendap) di perairan waduk. Sebaliknya untuk pada rezim aliran di sungai yang
terletak di sebelah hilir dari bendungan-bendungan tersebut, sehingga terjadi defisit
angkutan sedimen yang mengakibatkan penggerusan penampang sungai.
Ketidakseimbangan sedimen inilah menjadi penyebab dari morfologi sungai, yang
terjadi secara sistematis di DAS Brantas dalam beberapa tahun terakhir ini. Perubahan
morfologi sungai di DAS Brantas khususnya di ruas tengah sampai hilir, termasuk Sungai
Porong, telah menjadi bahaya yang mengancam keberlanjutan fungsi sarana dan
prasarana (jembatan, revetment , intake dan pondasi bangunan air) telah tampak saat ini.
Pada beberapa ruas sungai terlah terjadi degradasi yang menimbulkan longsoran,
destabilisasi dan kerusakan bangunan seperti bendung karet, pilar jembatan, bendung,
siphon , Intake . Rehabilitasi kerusakan-kerusakan tersebut akan memerlukan biaya yang
sangat besar.
Selain itu, penambangan pasir dari Sungai Brantas juga menjadi salah satu penyebab
degradasi dasar sungai. Berdasarkan studi yang dilakukan pada 1996 di Sungai Brantas
ruas tengah dan Sungai Porong, diketahui volume penambangan pasir per-tahun sebesar
2,12 juta m3. Pada 2004 volume ini meningkat menjadi 2,92 juta m3. Sampai 2012 angka
ini sudah turun namun belum signifikan. Meskipun beberapa kabupaten menetapkan
dengan tegas penghentian kegiatan penambangan pasir di Sungai Brantas namun
penambangan secara mekanis masih dilakukan penduduk secara illegal.

Bentuk Lapangan / Morfologi di Wilayah DAS Brantas

Tabel. Kondisi Morfologi DAS Brantas

D. Erosi dan Sedimentasi di WS Brantas Pola PSDA WS Brantas


Perhitungan erosi yang digunakan adalah model USLE (Universal Soil Loss
Equation). Hasil perhitungan produk sedimen dari erosi lahan di WS Brantas
menggunakan metode USLE adalah sebagai berikut. Produk erosi sedimentasi WS
Brantas sebagai berikut :
Tabel. Hasil Erosi Sedimen di Wilayah DAS Brantas

Sedangkan sedimentasi adalah pengendapan sedimen atau material hasil proses erosi,
baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Perubahan
Historis Kapasitas Tampungan Waduk di WS Brantas sebagai berikut :

Tabel. Kapasitas Tampungan di Waduk WS Brantas

E. Peta Penggunaan Lahan DAS Brantas


F. Data Hidrologi Wilayah DAS Brantas
Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi
(hydrologic phenomena). Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis
awal dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik.
a. Data Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan
horizontal. Tinggi air yang jatuh ini biasanya dinyatakan dengan satuan milimeter.

Curah Hujan Tahunan DAS Brantas

Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun


Tahu Ngaglik Ngujung Pendem Temas
n
(mm) (mm) (mm) (mm)
2010 39.76 29.95 3.2 15.55
2011 18.69 16.12 1.49 9.46
2012 18.36 15.62 16.13 9.17
2013 30.91 28.18 1.93 14.14
2014 17.76 15.82 1.8 9.57
2015 16.57 13.42 1.56 8.4
2016 32.29 1.35 3 18.44
2017 23.5 16.18 2.02 13.64

Tabel Perhitungan curah hujan harian rata-rata di empat stasiun curah hujan yang
berada di DAS Brantas.

Stasiun Stasiun Hujan


Stasiun Stasiun (log x - log
Ngujun Pende harian Log x
Tahun Ngaglik Temas rata-rata
x rerata)3
g m
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1.34468
2010 39.76 29.95 3.2 15.55 22.115 7 0.007697
1.05842
2011 18.69 16.12 1.49 9.46 11.44 6 -0.000701
1.17084
2012 18.36 15.62 16.13 9.17 14.82 8 0.000013
1.27392
2013 30.91 28.18 1.93 14.14 18.79 7 0.002033
2014 17.76 15.82 1.8 9.57 11.2375 1.05067 -0.000901
0.99945
2015 16.57 13.42 1.56 8.4 9.9875 7 -0.003228
1.13893
2016 32.29 1.35 3 18.44 13.77 4 -0.000001
1.14097
2017 23.5 16.18 2.02 13.64 13.835 9 0.000000

b. Perhitungan Debit Banjir Rancangan


 Perhitungan Dengan Menggunakan Metode Gumbel Aritmatika

Metode Gumbel
Tinggi
No. Tahun Hujan X - Xrerata (X - Xrerata)2
(R)
1 2010 22.115 7.616 57.998
2 2011 11.440 -3.059 9.360
3 2012 14.820 0.321 0.103
4 2013 18.790 4.291 18.409
5 2014 11.238 -3.262 10.640
6 2015 9.988 -4.512 20.357
7 2016 13.770 -0.729 0.532
8 2017 13.835 -0.664 0.441
Jumlah 115.995 117.840
Rerata 14.499    
Standart Deviasi 3.618

Dari tabel hubungan Yn dan Sn Gumbel didapatkan :


Yn = 0,484 1/a = 4,001
Sn = 0,904 b = 12,561

Tr YT K Sd . K R rancangan

2 0.3665 -0.130 -0.471 14.028


5 1.4999 1.123 4.064 18.563
10 2.2504 1.953 7.067 21.566
25 3.1985 3.001 10.861 25.360
50 3.9019 3.779 13.675 28.175
100 4.6001 4.551 16.469 30.969
200 5.2958 5.321 19.253 33.752
1000 6.9073 7.103 25.701 40.200

Hujan rancangan dengan kala ulang 2, 5, 10, 50, 100, 200, dan 1000
Curah Hujan
Kala Rancangan
Ulang Aritmatic
Mean
2 14.028
5 18.563
10 21.566
25 25.360
50 28.175
100 30.969
200 33.752
1000 40.200
Rerata 26.577

 Perhitungan Dengan Menggunakan Metode Log Person III

Metode Log Pearson III


Tinggi
No. Tahun Hujan log X (Log X - Log Xrerata)2 (Log X - Log Xrerata)3
(mm)
1 2010 22.115 1.345 0.18224 0.077797
2 2011 11.440 1.058 0.01978 0.002781
3 2012 14.820 1.171 0.06404 0.016205
4 2013 18.790 1.274 0.12683 0.045169
5 2014 11.238 1.051 0.01766 0.002346
6 2015 9.988 0.999 0.00667 0.000545
7 2016 13.770 1.139 0.04890 0.010815
8 2017 13.835 1.141 0.04981 0.011117
Jumlah   9.1779 0.5159 0.1668
Rerata   0.9178    
Standart Deviasi 0.2394
Cs 1.6876

Tr Pr (%) K K . SD X rancangan

2 50 -0.2664 -0.064 7.145


5 20 0.662 0.158 11.918
10 10 1.324 0.317 17.175
25 4 2.177 0.521 27.478
50 2 2.810 0.673 38.966
100 1 3.437 0.823 55.058
200 0.5 4.060 0.972 77.582
1000 0.1 5.490 1.315 170.728

Curah Hujan
Kala Rancangan
Ulang Rerata
Hitung
2 7.145
5 11.918
10 17.175
25 27.478
50 38.966
100 55.058
200 77.582
1000 170.728
Rerata 50.756

 Perhitungan Dengan Metode Chi Square Test Gumbel

JUMLAH DATA
BATAS EXPECTED OBSERVED  
(Oj−Ej)2
NO
KELAS FREQUENCY FREQUENCY Ej
( Ej ) ( Oj )
1 0 - 10,14 1.6 1.000 0.23
2 10,14 - 12,70 1.6 2.0 0.10
3 12,70 - 15,35 1.6 3.0 1.23
4 15,35 - 19,11 1.6 1.0 0.23
5 19,11 - ~ 1.6 1.0 0.23
Jumlah 8 8 2.00
Siqnifikan (%)= 5% 1%
D kritis = 5,99 9,21
X2 hitung = 2 2

Luasan Sebelah
Pr Tr Yt K X
Kiri (%)
20 0.8 1.25 -0.476 -1.062 10.14
40 0.6 1.67 0.087 -0.439 12.70
60 0.4 2.5 0.672 0.207 15.35
80 0.2 5 1.500 1.123 19.11
Yn = 0,484 Sn = 0,904
Kesimpulan yang didapat :
5% Hipotesa Gumbel Diterima
1% Hipotesa Gumbel Diterima

 Perhitungan Dengan Metode Chi Square Test Log Person III

PERHITUNGAN CHI SQUARE TEST


JUMLAH DATA  
N EXPECTED OBSERVED (Oj−Ej)2
BATAS KELAS  
O FREQUENCY Ej
FREQUENCY ( Ef ) ( Of )
1 0 - 11,30 1.6 1 0.23
2 11,30 - 12,45 1.6 2 0.10
3 12,45 - 14,20 1.6 2 0.10
4 14,20 - 16,78 1.6 1 0.23
5 16,78 - ~ 1.6 2 0.10
Jumlah 8 8 0.75
Siqnifikan (%)= 5% 1%
D kritis = 3,94 6,63
X2 hitung = 0,75 0,75
Luasan Sebelah
Probabilitas G G x Sd Log X Y
Kiri (%)
20 80 -0.809 -0.094 1.053 11.30
40 60 -0.447 -0.052 1.095 12.45
60 40 0.043 0.005 1.152 14.20
80 20 0.662 0.077 1.224 16.76

Kesimpulan yang didapat :


5% Hipotesa Log Pearson III Diterima
1% Hipotesa Log Pearson III Diterima

 Data Diuji Dengan Uji Smirnov Kolmogorof Test Gumbel

Tinggi Pe (x) -
No. Pe (x) K Yt Tr Pr Pt (x)
Hujan Pt (x)
1 22.1 0.111 1.856 2.163 9.205 0.109 0.891 0.780
2 11.4 0.222 -0.746 -0.190 1.425 0.702 0.298 0.076
3 14.8 0.333 0.078 0.555 2.289 0.437 0.563 0.230
4 18.8 0.444 1.046 1.430 4.698 0.213 0.787 0.343
5 11.2 0.556 -0.795 -0.235 1.394 0.718 0.282 0.273
6 10.0 0.667 -1.100 -0.510 1.233 0.811 0.189 0.478
7 13.8 0.778 -0.178 0.324 1.942 0.515 0.485 0.293
8 13.8 0.889 -0.162 0.338 1.961 0.510 0.490 0.399
Jumla
116.00
h
Rerata 14.50
  Dmax 0.780
Sd 4.10
Sn 0.9043
Yn 0.4843
Siqnifikan (%)= 5% 1%
D kritis = 0,454 0,542
D maksimum = 0,780 0,780

Dapat ditarik kesimpulan bahwa :

No D critis D maks Keterangan


1. 0.454 0.780 D maks > D cr Hipotesa Gumbel Ditolak
2. 0.542 0.780 D maks > D cr Hipotesa Gumbel Ditolak
 Data Diuji Dengan Uji Smirnov Kolmogorof Test Loq Person III

Tinggi
No. Hujan (R) log R Pe G Pr Pt Pe-Pt
(mm)
1 22.1 1.345 0.111 1.697 0.211 0.789 0.677
2 11.4 1.058 0.222 -0.763 0.767 0.233 0.011
3 14.8 1.171 0.333 0.203 0.558 0.442 0.109
4 18.8 1.274 0.444 1.089 0.566 0.434 0.010
5 11.2 1.051 0.556 -0.830 0.573 0.427 0.128
6 10.0 0.999 0.667 -1.270 0.953 0.047 0.620
7 13.8 1.139 0.778 -0.071 0.403 0.597 0.181
8 13.8 1.141 0.889 -0.054 0.516 0.484 0.405
Jumlah 9.178
Rerata 1.147
Simpangan Baku 0.116 Dmax 0.6774
Koefesien
0.5943
Kepencengan  
Siqnifikan (%)= 5% 1%
D kritis = 0,454 0,542
D maksimum = 0,677 0,677

Dapat disimpulkan bahwa :

No D critis D maks Keterangan

1. 0.4540 0.6774 D maks > D cr Hipotesa Log Pearson Ditolak


2. 0.5420 0.6774 D maks > D cr Hipotesa Log Pearson Ditolak

Anda mungkin juga menyukai