LUAN
BAB 4
KONSEP DASAR PENGELOLAAN
LIMBAH TINJA
4.1 UMUM
Ruang lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan
teknis dan cara persiapan pengoperasian, pelaksanaan
pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan
pengendalian IPLT. Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk
pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut:
a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan;
b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar
operasi dan pemeliharaan;
c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja;
d. tersedia influen air Iimbah;
e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang
memadai;
f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan
kebocoran;
g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada
institusi pengelola
i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan
pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan
keselamatan kerja
j. masyarakat sudah diberi informasi
IV-1
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-3
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-4
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Timur, Raba, dan Asakota. Lokasi rencana IPLT Kota Bima yaitu di TPA
So Mango Kelurahan Kodo Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima .
Lokasi rencana berada di dekat TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
eksisting So Mango. Luas lahan yang tersedia ± 2. Karena sudah ada
TPA eksisting, sehingga akses untuk truk sudah tersedia. Kondisi lahan
saat ini merupakan lahan milik pemerintah daerah dan merupakan
sawah. Kondisi lokasi IPLT dapat dilihat pada Gambar 4.1.
IV-5
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
LT
IP
n
na )
ya go
la an
Pe M
h So
ya PA
la (T
Wi LT
a IP
an si
nc ka
Re Lo
a
an
nc
Re
IV-6
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 2
Cakupan Pelayanan IPLT Kota Bima
IV-7
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 3
Skema Pengelolaan Limbah Domestik Tinja
Gambar 4. 4
Sistem Pengolahan Lumpur Tinja di IPLT
IV-9
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-10
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 5
Teknologi Pengolahan IPLT Kota Bima Alternatif I
Gambar 4. 6
Teknologi Pengolahan IPLT Kota Bima Alternatif II
IV-11
IV-11
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 7
Teknologi Pengolahan IPLT Kota Bima Alternatif III
IV-12
IV-12
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-13
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 8
Prinsip Kerja pada Anaerobic Sludge Digestion (ASD)
Seperti pada anaerobic digester pada umumnya, pada unit
ini juga terjadi proses stabilisasi lumpur. Proses stabilisasi
berlangsung cukup lama yaitu sekitar 10 hingga 30 hari.
Stabilisasi lumpur bertujuan untuk menghindari terjadinya
pembusukan lumpur sehingga lumpur yang telah terstabilisasi
tidak menimbulkan bau dan konsentrasi materi volatile dan
kandungan patogen lumpur berkurang. Proses yang terjadi di
dalam ASD melibatkan mikroorganisme anaerobik.
Mikroorganisme di dalam reaktor akan mereduksi zat-zat organik
yang terkandung dalam sludge untuk menghindari/mengurangi
proses dekomposisi zat organik setelah lumpur keluar dari ASD.
IV-14
Dalam proses reduksi tersebut dihasilkan gas methane (CH 4) dan
karbon dioksida (CO2). Pembentukan gas-gas tersebut terjadi
dalam 2 tahap yaitu asidifikasi (pembentukan asam) dan
methagenesis (pembentukan methane). Gas methane dan gas
karbon dioksida yang dihasilkan dari proses ini ditangkap pada
digester gas untuk selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai energi
pengganti untuk memasak dan lampu penerangan.
IV-14
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
-Kolam Anaerobik-
Pengolahan lumpur tinja dengan cara alami diantaranya
adalah Kolam Stabilisasi. Kolam Stabilisasi terdiri dari Kolam
Anaerobik, Kolam Fakultatif, dan Kolam Maturasi. Prinsip dari
ketiga kolam tersebut hampir sama namun perbedaannya
terletak pada kedalaman kolam. Kolam Anaerobik berfungsi
untuk menguraikan kandungan zat organik (BOD) dan padatan
tersuspensi (TSS) dengan cara anaerobik atau tanpa oksigen.
Waktu detensi dari kolam anaerobik adalah 1 hingga 2 hari
(untuk temperatur 20 hingga 30°C). Kolam tersebut memiliki
kedalaman 3 meter sehingga proses anaerobik terjadi di dalam
kolam dikarenakan tidak adanya/meratanya transfer oksigen IV-15
hingga ke dasar kolam. Bakteri anaerob menguraikan bahan
organik menjadi karbon dioksida dan metana. Prinsip dari reaksi
biologi adalah pembentukan asam dan fermentasi metana.
Proses ini mirip dengan yang terjadi pada proses kondisi
anaerobik pada pengolahan lumpur. Pada proses ini juga
dihasilkan penyebab bau seperti asam-asam organik dan
hidrogen Sulfida (H2S). Prinsip kerja pada Kolam Anaerobik dapat
dilihat pada Gambar 4.9.
IV-15
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 9
Prinsip Kerja pada Kolam Anaerobik
-Kolam Fakultatif-
Kolam Fakultatif berfungsi untuk menguraikan dan
menurunkan konsentrasi bahan organik yang ada di dalam
limbah yang telah diolah pada kolam anaerobik. Kedalaman
kolam fakultatif biasanya adalah 1,2-2,5 m (4-8 ft) yang memiliki
lapisan aerob dan anaerob dan mengandung lumpur. Waktu
detensi pada kolam ini biasanya adalah 5-30 hari. Kandungan
organik dalam air limbah terurai oleh aktifitas bakteri dan
melepaskan fospor, nitrogen, dan karbondioksida. Oksigen yang
dibutuhkan pada proses aerob berasal dari udara luar dan hasil
dari proses fotosistesis. Pada proses fotosintesis alga
menggunakan nutrien dan karbondioksida yang dihasilkan
bakteri sehingga menghasilkan oksigen yang akan terlarut di
dalam air. Oksigen terlarut tersebut digunakan kembali oleh
bakteri. Hal ini menunjukkan terjadinya hubungan keduanya
IV-16
yang terbentuk dalam sebuah siklus. Di bagian bawah kolam, di
zona anaerob dihasilkanlah gas-gas seperti metan(CH 4),
karbondioksida (CO2), dan hidrogen sulfida (H2S). Diantara zona
aerob dan anaerob terdapat suatu zola lapisan yang disebut
sebagai zona fakultatif (facultative zone). Suhu merupakan faktor
utama yang mempengaruhi aktifitas simbiosis biologi tersebut.
Prinsip kerja pada Kolam Fakultatif dapat dilihat pada Gambar
4.10.
IV-16
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 10
Prinsip Kerja pada Kolam Fakultatif
-Kolam Maturasi-
Kolam maturasi merupakan salah satu pengolahan air
limbah secara aerobik dan alami. Prinsip kerja kolam maturasi
adalah air masuk melalui inlet secara kontinyu ke kolam dangkal
(kedalaman maksimal 2 m) dan keluar melalui outlet. Waktu
detensi air di dalam kolam berkisar 5 hingga 15 hari, selama air
berada di kolam akan terpapar sinar matahari sehingga dapat
menghilangkan mikroba patogen. Kedalaman kolam dirancang
dangkal agar pasokan oksigen (O2) bebas di udara merata ke
seluruh kolam sehingga suasana aerobik tetap terjaga. Selain itu,
kolam maturasi juga berfungsi untuk menurunkan konsentrasi
padatan tersuspensi (TSS) dan BOD yang masih terkandung
dalam effluen ABR. Air effluen dari kolam maturasi siap untuk
dibuang ke badan air. Prinsip kerja pada Kolam Maturasi dapat
dilihat pada Gambar 4.11.
IV-17
Gambar 4. 11
Prinsip Kerja pada Kolam Maturasi
-Drying Area-
IV-17
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Gambar 4. 12
IV-18
Drying Area
IV-18
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-19
Gambar 4. 13
Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
-Aerobic Biofilter-
Unit ini menggunakan media untuk menyaring air limbah.
Media tersebut dapat berupa pecahan genteng, batu apung,
kerikil, atau plastik. Pengolahan air limbah dibantu oleh
mikroorganisme yang tumbuh melekat pada media tersebut.
Kelebihan unit Aerobic Biofilter:
IV-19
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-20
Gambar 4. 14
Aerobic Biofilter
Dari ketiga alternatif
tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing yang
dirinci pada Tabel 4.2.
IV-20
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
Tabel 4. 2
Perbandingan Antar Alternatif Teknologi Pengolahan
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Kelebiha -Konstruksi sederhana -Konstruksi sederhana -Konstruksi
n -Kebutuhan lahan kecil -Kebutuhan lahan kecil sederhana
-Kualitas BOD <30 mg/l -Kualitas BOD <30 mg/l -Perawatan
-menghasilkan -menghasilkan mudah (alami)
methane dari ASD dan methane dari ABR
ABR
IV-21
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
IV-21
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-22
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-23
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHU
LUAN
IV-24
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima