Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KONDISI DAERAH STUDI

2.1. Umum
2.1.1. Letak Geografis

Lokasi pekerjaan terletak di Kabupaten Tabanan, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Bali
dengan luas wilayah 839.33 km 2. Secara geografis, terletak pada 8 o 14’ 30’’ sampai 8o 30’ 07’’
Lintang Selatan dan 114o 54’ 52’’ sampai 115o 12’ 57’’ Bujur Timur, terbagi menjadi 8 kecamatan,
113 desa.

Curah hujan tercatat beragam menurut bulannya, dengan jumlah curah hujan tercatat tertinggi
selama tahun 2000 di Kecamatan Baturiti (Stasiun Baturiti) sebesar 4627 mm, jumlah curah hujan
terendah tercatat di Stasiun Bajera sebesar 1821 mm. Curah hujan bulanan tertinggi tercatat di
Stasiun Baturiti pada bulan Januari sebesar 993 mm.

Suhu udara rata-rata sekitar 28o – 30oC, kelembaban udara berkisar antara 90%, pada musim
hujan bisa mencapai 100% dan musim kering mencapai 60%.

2.1.2. Pemerintah dan Kependudukan

Kabupaten Tabanan terdiri dari 8 kecamatan dan 113 desa/kelurahan, dengan jumlah desa
terbanyak pada Kecamatan Selemadeg (23 desa), Kecamatan Kerambitan, Penebel dan Kediri
(masing-masing 15 desa), Kecamatan Marga dan Baturiti (12 desa), Kecamatan Tabanan (11
desa) dan Kecamatan Pupuan (10 desa). Dari 113 desa tersebut, 10 diantaranya berstatus
kelurahan dan selebihnya berstatus desa.

Penggunaan lahan sebagian besar merupakan areal persawahan seluas 29.4%, perkebunan
28.5%, tegalan 21.5%, hutan 11.7%, areal permukiman 6.2% dan penggunaan lain-lain seluas
2.7%.

Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan tahun 2000 sebanyak 383,121 jiwa, terdiri dari laki-laki
sebanyak 189,316 dan perempuan 193,805. Tingkat pertumbuhan penduduk tahun 1999 sampai
2000 sebesar 0.73%, dengan kepadatan penduduk pada tahun 2000 sebesar 456 jiwa per km 2
(Tabanan Dalam Angka 2000, BPS Kab. Tabanan).

2.2.3. Wilayah Pantai

Pantai studi terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Tabanan yang membentang dari Timur
ke Barat. Wilayah Kabupaten Tabanan memiliki panjang pantai total 26.0 kilometer yang terbagi
menjadi 5 (lima) lokasi pantai, yaitu: Pantai Selabih, Pantai Mekayu, Pantai Kelating, Pantai Yeh
Gangga, dan Pantai Tanah Lot.

Kondisi pantai pada lokasi studi (Pantai Yeh Gangga dan Pantai Kelating) termasuk dalam zona 4
dari 10 zona pembagian pantai di daerah Bali. Pembagian zona ini didasarkan pada bentuk pantai,
material pantai, arah gelombang/arus, serta muara sungai (Profil Pantai di Prop. Bali Th. 2000,

II - 1
Proyek Pengamanan Daerah Pantai Bali). Berdasarkan data yang ada, tingkat kerusakan pantai di
daerah studi dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perkembangan Erosi Pantai


Panjang tererosi (km) Deviasi Rata-rata pertahun
Lokasi Panjang (km)
1987 2000 (%) (%)
P. Yeh Gangga 3.0 0.5 0.5 0.0 0.0
P. Kelating 12.0 1.0 1.0 0.0 0.0
Sumber : Profil Pantai di Prop. Bali Th. 2000, Proyek Pengamanan Daerah Pantai Bali

Tabel 2.2. Tingkat Kerusakan Pantai


Lokasi Tingkat kerusakan Peribadatan Kawasan yang terancam
Ringan Sedang Berat (tempat suci) Pertanian Fas. Pariwisata Prasarana
P. Yeh Gangga -  -    -
P. Kelating -  - -   -
Sumber : Profil Pantai di Prop. Bali Th. 2000, Proyek Pengamanan Daerah Pantai Bali

Keterangan tingkat abrasi :


Ringan : 0 – 1 m/tahun
Sedang : 1 – 2 m/tahun
Berat : >2 m/tahun

Kondisi pantai di lokasi pekerjaan bervariasi, mulai pantai terjal sampai dengan pantai datar,
dengan material dasar penyusun pantai adalah pasir kuning keabu-abuan sampai abu-abu.

2.2. Lingkup Daerah Studi

Lokasi pekerjaan terbagi menjadi 2 lokasi pantai yaitu: Pantai Yeh Gangga dan Pantai Kelanting.
Pantai Yeh Gangga terbagi menjadi 2 wilayah pantai sesuai nama daerahnya yaitu Pantai Kedungu
(Daerah Kedungu, Desa Belalang) dan Pantai Yeh Gangga (desa PangkungTibah), sedangkan
Pantai Kelanting terbagi menjadi 3 wilayah pantai, yaitu: Pantai Kelanting (Desa Kelanting), Pantai
Pasut (Daerah Pasut, Desa Tibubiyu) dan Pantai Kelecung (daerah Kelecung, Desa
Tegalmengkeb).

Menurut pembagian wilayah pemerintahan, lokasi pekerjaan terbagi menjadi 4 (empat) kecamatan,
yaitu:
- Kecamatan Kediri : Pantai Kedungu
- Kecamatan Tabanan : Pantai Yeh Gangga
- Kecamatan Kerambitan : Pantai Kelanting, Pantai Pasut
- Kecamatan Selemadeg : Pantai Kelecung

Pantai Kedungu dimulai dari Pura Dalem Tasik (Dusun Kedungu, Desa Belalang) ke arah Barat
sepanjang 2.3 km, kemudian Pantai Yeh Gangga dimulai dari Muara Yeh Gangga (Dusun Gangga,
Desa Sudimara) sepanjang 1.4 km ke arah barat, Pantai Kelanting dimulai dari Muara Yeh Abe
(Desa Kelating) ke arah barat sepanjang 1.9 km, Pantai Pasut dimulai sekitar muara Tukad Yeh
Lating (Desa Tibubiyu) ke arah barat sepanjang 2.2 km sampai Muara Beraban/Tukad Yeh Ho
(Desa Beraban), dan Pantai Kelecung sepanjang 2.3 km ke arah barat sampai Enjung Panggung

II - 2
(Dusun Kelecung, Desa Tegalmengkeb) dengan total panjang pantai  10.0 km. Gambar lokasi
pekerjaan disajikan pada Gambar 1.1.

2.3. Kondisi Lapangan

Pada umumnya masyarakat di sekitar lokasi pekerjaan bermata pencaharian di bidang pertanian,
hanya sebagian kecil yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Pemanfaatan daerah pantai
sebagian besar merupakan areal persawahan, kemudian daerah pemukiman, penginapan/hotel,
fasilitas umum seperti tempat peribadatan (pura), kegiatan upacara peribadatan dan areal
pariwisata.

Aktifitas dan fasilitas yang ditemui di sepanjang lokasi pekerjaan sebagai berikut:
A. Pantai Kedungu
- Daerah pariwisata dengan beberapa warung/kafe kecil dan ditemui adanya tempat persewaan
papan surfing meskipun tidak banyak.
- Aktifitas keagamaan umat Hindu (upacara-upacara adat) dan adanya Pura Dalem Tasik

B. Pantai Yeh Gangga


- Daerah pariwisata dengan beberapa warung/kafe kecil, fasilitas penginapan (Hotel Waga
Gangga dan Yeh Gangga Bungallows) serta sarana olahraga berkuda untuk wisatawan.
- Aktifitas nelayan oleh masyarakat setempat.
- Aktifitas keagamaan dan terdapat pura.

C. Pantai Kelanting
- Aktifitas nelayan
- Daerah pariwisata (penginapan/bungalow)

D. Pantai Pasut
- Daerah pariwisata dengan beberapa warung kecil.
- Aktifitas keagamaan dan terdapat dua pura.
- Penambangan material batuan dasar di Muara Beraban.

E. Pantai Kelecung
- Aktifitas keagamaan.

2.3.1. Muara Sungai

Berdasarkan hasil survey pengamatan lapangan dan pengumpulan data, terdapat beberapa sungai
yang bermuara di lokasi pekerjaan yang semuanya merupakan sungai musiman (intermittent) yang
hanya mengalirkan debit besar pada musim hujan dan kering pada musim kemarau, sehingga
pada saat kemarau terjadi pendangkalan/penutupan muara.

Muara-muara ini dapat dikategorikan sebagai tipe muara yang didominasi oleh gelombang (wave-
dominated river mouth). Tipe muara ini biasanya ditandai penutupan muara oleh pasir (sand spit).
Pola sedimentasi yang terjadi di muara sangat tergantung pada arah datangnya gelombang.

II - 3
Tabel 2.1. Sungai yang mengalir di lokasi pekerjaan
No. Sungai

I. Desa Pangkung Tibah


- Tukad Bungbung
- Pangkung Keputungan
- Tukad Yeh Empas

II. Desa Sudimara


- Tukad Celukapuh
- Tukad Yeh Abe

III. Desa Kelating


- Pangkung Lipah
- Tukad Yeh Lating

IV. Desa Tibubiyu


- Pangkung Kondoh
- Pangkung Penunjaman
- Tukad Yeh Ho
V. Desa Beraban
- Pangkung Abian Kapas
- Tukad Timus
VI. Desa Tegalmengkeb
- Pangkung Nyukeh

2.4. Identifikasi Permasalahan Lapangan

Permasalahan di lokasi pekerjaan adalah terjadinya pendangkalan, penutupan muara sungai


(perpindahan muara). Hanya pada sungai-sungai yang cukup lebar ( 10-20 m) masih dapat
mengalirkan debitnya meskipun posisi muara berpindah-pindah dari waktu ke waktu (Tukad
Bungbung, Yeh Empas, Celukapuh, Yeh Abe, Yeh Lating dan Tukad Yeh Ho), dimana pada muara-
muara tersebut ditemukan gosong pasir atau sand spit yang kesemuanya mengarah ke barat
dikarenakan arah gelombang datang dan pada muara Tukad Bungbung, Tukad Yeh Empas dan
Yeh Abe di tepi kiri muara merupakan pantai bertebing. Perpindahan (posisi yang berubah-ubah)
muara sungai akan membahayakan stabilitas bangunan/utilitas di bagian atasnya. Pada muara-
muara sungai yang lebih kecil terjadi penutupan.

Selain itu, pendangkalan dan pembelokan muara sungai dikhawatirkan dapat menyebabkan arus
balik (back water) yang berdampak bahaya banjir dibagian hulunya maupun di daerah muara itu
sendiri, terutama pada saat awal musim penghujan dimana debit aliran sungai menjadi besar dan
kondisi muara masih tertutup.

Di sebagian pantai Yeh Gangga dan Pantai Kelanting ditemukan abrasi pada tebing pantai akibat
hantaman gelombang. Longsor/runtuhnya tebing tersebut akan menyebabkan kritisnya stabilitas
bangunan/fasilitas umum di daerah atasnya. Sedangkan di Pantai Pasut dan Pantai Kelecung
sudah merupakan pantai yang stabil dilihat dari kondisi pantai dan informasi masyarakat setempat
dimana sedimen pantai (pasir pantai) hanya bergerak maju mundur sepanjang garis pantai.

II - 4
Permasalahan lapangan diidentifikasikan sebagai berikut :
A. Pantai Kedungu
- Pendangkalan muara
- Muara yang berpindah-pindah membahayakan keberadaan/kestabilan Pura Dalem Tasik

B. Pantai Yeh Gangga


- Pendangkalan dan penutupan muara
- Terjadi pembelokan alur pada muara
- Melimpasnya gelombang pada pasang tinggi
- Abrasi di sempadan pantai akibat hantaman gelombang

C. Pantai Kelanting
- Pendangkalan dan penutupan muara
- Terjadi pembelokan alur pada muara dan terbentuknya sand spit
- Abrasi di sempadan pantai akibat gelombang

D. Pantai Pasut
- Pendangkalan dan penutupan muara
- Terjadi pembelokan alur pada muara dan penggerusan tebing akibat pindah-pindahnya muara
- Terdapat penambangan material batuan pantai

E. Pantai Kelecung
- Pendangkalan dan penutupan muara
- Terjadi pembelokan alur pada muara
- Abrasi di sempadan pantai akibat gelombang

2.5. Kajian Lingkungan

Keadaan lingkungan di lokasi pekerjaan sebelum adanya proyek atau saat ini adalah sebagai
berikut:

2.5.1. Sempadan Pantai

Daerah sempadan pantai selebar 100 m dari batas muka air tertinggi sebagian besar merupakan
daerah pertanian (areal persawahan/perkebunan) dan masih dapat ditemui vegetasi pantai di
sepanjang lokasi pekerjaan meskipun lebar daerah ini tidaklah panjang, kurang dari 10 meter.
Dimana seharusnya vegetasi pantai yang difungsikan sebagai ‘buffer zone’ ditentukan selebar 130
x P (tunggang pasang) rerata di daerah tersebut.

Terdapat juga fasilitas peribadatan (pura) bagi umat Hindu di tepi pantai dan beberapa
penginapan/hotel dengan jarak  50 meter dari tepi pantai. Di dusun Pasut, Desa Tibubiyu, batas
daerah pemukiman terletak kurang dari 50 meter dari batas muka air tertinggi.

2.5.2. Topografi dan Daerah Aliran Sungai

II - 5
Topografi di lokasi pekerjaan merupakan dataran berbukit-bukit dengan beda tinggi elevasi antara
garis pantai dan dataran diatasnya berkisar antara 5 – 20 meter. Sebagian tepi pantai dibatasi
dengan batuan cadas yang terjal.

Daerah aliran sungai merupakan dataran berbukit-bukit, merupakan dataran yang cukup tinggi
dan sebagian besar sungai yang bermuara di lokasi pekerjaan memiliki penampang sungai yang
cukup dalam (sungai dengan tebing di tepinya) namun tidak lebar ( 30 m), dan ditemui banyak
bendung-bendung kecil untuk memenuhi kebutuhan irigasi.

2.5.3. Pemukiman

Daerah pemukiman di sekitar lokasi pekerjaan sebagian besar merupakan pemukiman yang cukup
makmur masyarakatnya, dilihat dari bangunan perumahan yang ada yang sudah merupakan
bangunan permanen. Hanya sebagian kecil areal permukiman yang berbatasan langsung dengan
pantai, karena umumnya merupakan areal persawahan.

2.5.5. Tata Guna Lahan

Pemanfaatan lahan di lokasi pekerjaan didominasi oleh areal persawahan, perkebunan kelapa
maupun campuran, lahan tegal/ladang, tanah kosong, semak belukar dan pemukiman, selain itu
terdapat tempat ibadah umat Hindu. Pantai lokasi pekerjaan tidak begitu maju dalam hal
pariwisata, sehingga sangat sedikit dijumpai hotel/penginapan. Peta tata guna lahan disajikan
dalam Gambar 2.1.

II - 6
II - 7
Gambar 2.1. Peta Tata Ruang Lokasi Pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai