Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
PERENCANAAN
2.1 KONDISI FISIK DAERAH
2.1.1 Geograf dan Administrasi
Secara geografis Kota Bima berada pada posisi 1180 41’
00” - 1180 48’ 00” Bujur Timur dan 80 30’ 00” - 80 20’ 00”
Lintang Selatan dengan orientasi wilayah berada pada sebelah
timur Teluk Bima Pulau Sumbawa. Sedangkan secara
administratif Kota Bima terdiri dari 5 (lima) kecamatan yaitu
Kecamatan Rasanae Barat, Rasanae Timur, Asakota, Mpunda dan
Raba dengan batas wilayah:
- Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima
- Sebelah Timur : Kecamatan Wawo Kabupaten Bima
- Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima
- Sebelah Barat : Teluk Bima

Adapun luas Wilayah administrasi Kota Bima adalah


sebesar 222,25 km2 atau 22.225 Ha sedangkan luas wilayah
terbangun yang merupakan cakupan wilayah kajian SSK (Strategi
Sanitasi Kota) Kota Bima adalah 1.552,10 Ha (6,98%). Untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1.
Tabel 2. 1
Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan Kota
Bima
Luas Wilayah
Administrasi Terbangun1
Jumlah
No Nama % thd
Keluraha % thd Luas
. Kecamatan Total
n Ha Ha Administras
Administr
i
asi
1 Rasanae 6 1,014 4,56 265,39 26,17
Barat
2 Mpunda 10 1,528 6,66 379,46 24,84
3 Raba 11 6,373 28,67 421,41 6,61

II-1
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

4 Rasanae 7 6,407 28,83 188,36 2,94


Timur
5 Asakota 4 6,903 31,06 297,48 4,31
TOTAL 38 22,225 100 1552,10 6,98
1
Sumber Data, Peta Citra Satelit Kota Bima, 2014
Sumber : SSK Kota Bima, 2016
Sebagai daerah pesisir, wilayah administratif Kota Bima
terdiri atas wilayah perairan sebesar 188,02 km 2 dan wilayah
daratan dengan luas sebesar 222,25 km2. Pada awal
pembentukan Kota Bima, secara adminsitratif, wilayah
adminsitratif Kota Bima terbagi atas 3 (tiga) Kecamatan dan 25
(dua puluh lima) Kelurahan. Sejak mengalami pemekaran wilayah
kecamatan dan kelurahan pada tahun 2008 lalu, wilayah Kota
Bima terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dan 38 (tiga puluh
delapan) kelurahan.
Kecamatan Asakota merupakan kecamatan terluas yang
mencakup 31,06 persen dari luas wilayah Kota Bima. Sedangkan
Kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan
Rasanae Barat yang luasnya 1014 Ha km atau hanya 4,56 persen
dari luas wilayah Kota Bima.

II-2
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2. 1
Peta Administrasi Kota Bima

II-3
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

II-4
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1.2 Topograf dan Geologi


Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada
kemiringan 0–2% yaitu dengan kemiringan sebesar 18,33% dari
luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 3–15% mempunyai
luas 24,28% dari luas wilayah. Sedangkan lahan dengan
kemiringan 16–40% seluas 23,76% dan lahan dengan kemiringan
lebih dari 40% sebesar 33,63%.
Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut,
Kecamatan Rasanae Barat memiliki ketinggian 1-4 meter dpl,
dimana wilayah tertinggi berada di Kelurahan Sarae dan
terendah berada di Kelurahan Dara dan Tanjung. Rasanae Timur
memiliki ketinggian 5-200 meter dpl, dimana wilayah tertinggi
terdapat di Kelurahan Oi Fo’o dan Lelamese (170-200 meter dpl)
dan terendah adalah Kelurahan Kumbe.
Kecamatan Raba memiliki ketinggian wilayah 6-200 meter
dpl, dengan wilayah tertinggi di Kelurahan Nitu dan terendah di
Kelurahan Rite dan Penaraga (6 – 8 meter).
Kecamatan Mpunda memiliki ketinggian 10 – 23 meter dpl,
wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Sambinae dan Panggi dan
terendah terdapat di Kelurahan Penatoi dan Lewirato. Kecamatan
Asakota, dengan ketinggian wilayah 2-6 meter dpl, wilayah
terendah sebagian besar Kelurahan Melayu.
Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-
60 cm, yakni sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran terbesar di
Kecamatan Rasanae Timur, Asakota dan Raba. Sedangkan
kedalaman efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16 Ha atau
19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang
tersebar di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, Rasanae
Barat 84,80 Ha, Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan
luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan Rasanae Timur dengan luas
811,00 Ha. Luas lahan berdasar kemiringan dan kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 2.2.

II-5
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

Kondisi Kota Bima adalah beriklim tropis dengan curah


hujan rata-rata 122,86 mm dan hari hujan rata-rata 9,58
hari/bulan yang dihitung berdasarkan data 4 (empat) tahun
terakhir. Puncak hari dan curah hujan terjadi sekitar bulan
Desember-Januari dengan temperatur berkisar 27,50 C sampai
dengan 34,50 C. Matahari bersinar terik sepanjang musim
dengan rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan Juni.
Tabel 2. 2
Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kecamatan di Kota Bima
Tahun 2015 (Ha)
Datar Bergelomb Sangat
Nama Curam
No. (0- ang (2- Curam
Kecamatan (15-40%)
2%) 15%) (>40%)
1 Rasanae 395 294 180 145
Barat
2 Mpunda 688 287 257 296
3 Raba 794 1533 1500 2455
4 Rasanae 806 1170 1500 2772
Timur
5 Asakota 1300 1991 1725 1639
6 TOTAL 3938 5275 5162 7307
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

Beberapa lokasi di wilayah pesisir Kota Bima yang memiliki


kerawanan terhadap gelombang pasang surut karena memiliki
tingkat ketinggian antara 0-1 meter dari permukaan laut dan
tingkat kemiringan lahan yang sangat landai sehingga
menyulitkan dalam pengaturan drainase. Wilayah tersebut
antara lain: lingkungan Binabaru yang berada di Kelurahan Dara
(625 jiwa/155 kk), lingkungan Sarata yang berada di Kelurahan
Paruga (1.246 jiwa/312 kk), Kelurahan Tanjung (6.105 jiwa/1.416
kk), Kelurahan Melayu (6.135 jiwa/1130 kk) dan Kelurahan Kolo
(4.548 jiwa/1.112 kk). Gambar topografi Kota Bima dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

II-6
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2. 2
Peta Topograf Kota Bima

II-7
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1.3 Jenis Tanah


Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya
termasuk dalam Busur Gunungapi Nusa Tenggara yang
merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah Timur dan Busur
Banda sebelah Barat.
Wilayah Bima dan sekitarnya secara geomorfologi
berdasarkan morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan
menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu:
1. Satuan geomorfologi dataran fluvial
Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan
disekitarnya dan Teluk Bima yang terletak di tengah-tengah
daerah Kota Bima memanjang dari Barat ke Timur melalui celah
antara Dora Pokah dengan Doro Kolo. Satuan geomorfologi ini
menempati ± 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas
pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan
geomorfologi dataran fluvial, meliputi daerah Jatibaru, Sadia,
Sambinae, Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga,
Raba Ngodu, Raba Dompu, Kumbe, Sadia, Kendo, Tato, Lampe,
dan sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran fluvial ini memiliki
nilai beda tinggi rata – rata 3 meter dan kemiringan lereng rata –
rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini
adalah pasir dan lempung.
2. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai
Satuan geomorfologi ini menempati ± 10% dari daerah
Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian barat Kota Bima.
Satuan geomorfologi dataran endapan pantai, meliputi: daerah
Tanjung, Melayu dan sekitarnya. Satuan geomorfologi dataran
endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata – rata 2 meter
dan kemiringan lereng rata – rata sebesar 2%. Litologi penyusun
dari satuan geomorfologi ini adalah pasir.

II-8
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

3. Satuan geomorfologi bergelombang lemah


denudasional.
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua, batuan sedimen
dan setempat-setempat oleh batugamping koral. Satuan
geomorfologi ini menempati ± 30% dari daerah Kota Bima, yang
terhampar luas pada bagian tengah lokasi Kota Bima. Satuan
geomorfologi bergelombang lemah denudasional, meliputi:
daerah Doro Oi’ombo, Doro Oi’si,i, Doro Jati Oi’ifoo, Nitu dan
sekitarnya. memiliki nilai beda tinggi rata – rata 42 meter dan
kemiringan lereng rata – rata sebesar 6 %. Litologi penyusun dari
satuan geomorfologi ini adalah batugamping dan batupasir.
4. Satuan geomorfologi bergelombang lemah–kuat
vulkanik.
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi,
lava, tuf dan batuan beku terobosan. Satuan geomorfologi ini
menempati ± 40% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas
pada bagian tengah dan bagian selatan lokasi Kota Bima satuan
geomorfologi bergelombang lemah–kuat vulkanik, meliputi:
daerah Doro Kol0, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan
sekitarnya. Memiliki nilai beda tinggi rata – rata 75 meter dan
kemiringan lereng rata – rata sebesar 13 %. Litologi penyusun
dari satuan geomorfologi ini adalah andesit dan tuf.
Litologi di Kota Bima dan sekitarnya disusun oleh batuan
dari tua ke muda, yaitu batuan gunungapi tua, batuan
gunungapi, batugamping, batuan hasil gunungapi tua dan
aluvium (Ratman dan Yasin, 1978).
Batuan-batuan penyusun Kota Bima antara lain:
1. Batuan gunungapi tua (Tlmv).
Meliputi bagian Selatan Kota Bima dan merupakan daerah
pegunungan terjal yang mengitari teluk Kota Bima di bagian
selatan seperti Doro Parewa dan sekitarnya. Batuan gunungapi
tua ini penyusun utamanya adalah lava dan breksi berkomposisi

II-9
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

andesit dan basalt, mengandung sisipan tufa bersifat andesit dan


batugamping, sedangkan lavanya sebagian berstruktur bantal
dan bersisipan rijang merah. Umur batuan ini diperkirakan
Miosen Awal.
Andesit pada kenampakan di daerah Waki yaitu: warna
segar abu-abu kehitaman, warna lapuk kehitaman dan ukuran
butir halus. Dari analisa petrografi yang diambil dari sampel
didapat: warna abu-abu kecoklatan, tekstur porfiritik, fenokris
berukuran (0,1 – 1,8)mm, bentuk anhedral – subhedral, terdiri
dari plagioklas, piroksen dan magnetik, masa dasar berupa
mikrolit plagioklas dan gelas, dengan komposisi mineral
plagioklas (56%), piroksen (5%), magnetik (4%), massa dasar
(23%), nama petrografi Andesite (William, et al, 1982).
Andesit pada kenampakan di daerah Sambinae, yaitu:
warna segar abu-abu kehitaman, warna lapuk kehitaman dan
ukuran butir halus. Dari analisa petrografi yang diambil dari
sampel didapat: warna abu-abu kecoklatan, tekstur porfiritik,
fenokris berukuran (0,1 – 1,8)mm, bentuk anhedral – subhedral,
terdiri dari plagioklas, piroksen dan magnetik, masa dasar
berupa mikrolit plagioklas dan gelas, dengan komposisi mineral
plagioklas (46%), piroksen (17%), magnetik (3%) dan massa
dasar (34%), nama petrografi Pyroxene Andesite (William, et al,
1982).
Andesit pada kenampakan di daerah Doro Bedi, yaitu:
warna segar abu-abu kehitaman, warna lapuk kehitaman dan
ukuran butir halus. Dari analisa petrografi yang diambil dari
sampel didapat: warna abu-abu kecoklatan, tekstur porfiritik,
fenokris berukuran (0,1 – 1,0)mm, bentuk anhedral – subhedral,
terdiri dari plagioklas, piroksen dan magnetik, masa dasar
berupa mikrolit plagioklas dan gelas. Tampak struktur aliran
dengan adanya penjajaran plagioklas dengan masa dasar,
menunjukkan batuan berupa lava, dengan komposisi mineral

II-10
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

plagioklas (40%), piroksen (18%), magnetik (2%), masa dasar


(40%), nama petrografiPyroxene Andesite (William, et al., 1982).
2. Batugamping (Tlml)
Meliputi bagian Selatan dan bagian Barat daerah Kota
Bima, penyusun utama batuan ini adalah batugamping berlapis
berwarna kelabu, pejal, mengandung sisipan-sisipan
batugamping tufaan, batupasir kuarsa, umur dari batuan ini
Miosen Tengah.
Batugamping pada kenampakan di lapangan, yaitu: warna
segar abu-abu cerah, warna lapuk abu-abu kehitaman, tekstur
klastik, struktur berlapis, ukuran butir halus dan kemas terbuka.
Dari analisa petrografi yang diambil dari sampel daerah Doro
Oimbo didapat: warna abu – abu keruh, tekstur klastik, grain
supported, berukuran pasir sedang (0,1 – 1,2)mm, bentuk butir
membulat tanggung – meruncing tanggung, pemilahan sedang,
komposisi terdiri dari fosil foram besar, alge, kalsit dan lumpur
karbonat. Batuan telah mengalami proses diagenesa dengan
hdirnya kalsit dalam jumlah yang cukup banyak, dengan
komposisi mineral fosil (56%), kalsit (30%) dan lumpur karbonat
(14%), nama petrografi Calcarenite(Pettijohn, 1972).
3. Satuan Hasil gunungapi Tua
Meliputi bagian utara Kota bima, penyusun batuan ini
terdari persilangan antara lahar dan tuf, lahar dan abu vulkanik
andesit. Secara petrografis batuanya bersusunan andesit
piroksen, gelas basalt, basalt dan basalt olivin.
4. Endapan Permukaan berupa Aluvium dan Endapan
Pantai (Qa)
Meliputi bagian teluk yang cukup luas. Penyusun utama
terdiri dari kerikil dan pasir. Satuan batuan ini merupakan satuan
batuan termuda yang tersingkap di daerah penelitian.
Penyebaran satuan ini menempati satuan geomorfologi daratan
fluvial dan satuan geomorfologi daratan endapan pantai.

II-11
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1.4 Hidrologi
Kota Bima dilalui oleh 7 (tujuh) sungai, 3 (tiga) diantaranya
merupakan sungai besar, yaitu: Sungai Padolo, Sungai Romo,
Sungai Jatiwangi/Melayu. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Kota
Bima memiliki potensi air permukaan yang cukup baik untuk
kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Hampir
keseluruhan sungai yang ada mengaliri daerah irigasi dengan
luas total 1.054 Ha. Sungai terpanjang adalah Sungai Lampe
yang memiliki panjang 25 km. Air sungai dimanfaatkan antara
lain sebagai sumber air minum dan pengairan/irigasi. Sungai-
sungai yang mengalir di Kota Bima dapat dilihat apda Tabel 2.3.
Adapun daerah aliran sungai yang ada di Kota Bima terlihat pada
Tabel 2.4.
Tabel 2. 3
Sungai di Kota Bima
Panjan Lebar Kecamatan
Nama Sungai
g (km) (m) Hulu Hilir
Sungai Lampe 25 30 Rasanae Rasanae Barat
Timur
Sungai Dohu 12 20 Rasanae Rasanae Timur
Timur
Sungai Nungga 22 20 Rasanae Mpunda
Timur
Sungai Kendo 15 15 Raba Rasanae Barat
Sungai Ntobo 12 20 Raba Rasanae Barat
Sungai 16 15 Asakota Asakota
Jatiwangi
Sungai Romo 2 12 Asakota Asakota
Sumber Data: Kota Bima Dalam Angka 2016

Tabel 2. 4
Daerah Aliran Sungai (DAS) Di Wilayah Kota Bima
Debit Luas Daerah
Nama Daerah Aliran Luas
No (liter Irigasi
Sungai (DAS) (Ha)
/dtk) Baku (Ha)
1 DAS Lampe (Padolo) 75 - 260
2 DAS Dodu 24 - 130
3 DAS Nungga 44 40 241

II-12
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

Debit Luas Daerah


Nama Daerah Aliran Luas
No (liter Irigasi
Sungai (DAS) (Ha)
/dtk) Baku (Ha)
4 DAS Kendo 22,5 - 50
5 DAS Ntobo 24 - 147
DAS Jatiwangi -
6 24 225
(Melayu)
7 DAS Romo 2,6 - -
Sumber Data: Kota Bima Dalam Angka 2016

2.1.5 Klimatologi
Kondisi Kota Bima adalah beriklim tropis dengan curah
hujan rata-rata 122,86 mm dan hari hujan rata-rata 9,58
hari/bulan yang dihitung berdasarkan data 4 (empat) tahun
terakhir. Puncak hari dan curah hujan terjadi sekitar bulan
Desember-Januari dengan temperatur berkisar 27,50 C sampai
dengan 34,50 C. Matahari bersinar terik sepanjang musim dengan
rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan Juni.
Curah hujan disuatu tempat dipengaruhi oleh keadaan
iklim, keadaan geografis dan perputaran/pertemuan arus udara.
Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam tiap bulan. Jumlah
curah hujan tertinggi pada tahun 2013 terjadi selama bulan
Desember dengan curah hujan tertinggi mencapai 379,4 mm,
sementara pada bulan Agustus sampai September paling sedikit
mendapat curah hujan. Jumlah curah hujan di Kota Bima tahun
2013 dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2. 5
Rata-rata Jumlah Hari hujan dan Curah Hujan Setiap
Bulan
Tahun 2013
Jumlah
Jumlah CH
Bulan HH
(mm3)
(hari)
Januari 337,7 30
Februari 123 19
Maret 72 15
April 79.9 13
Mei 158,2 15

II-13
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

Jumlah
Jumlah CH
Bulan HH
(mm3)
(hari)
Juni 103,1 13
Juli 20,6 6
Agustus 00 0
September 00 1
Oktober 19,8 4
November 119,7 21
Desember 379,4 27
Rata-rata 117,78 14
2012 92,1 14
2011 74,7 13
2010 121 14
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

2.2 FASILITAS DAN PELAYANAN SOSIAL


2.2.1 Fasilitas Pendidikan
Kemajuan pendidikan di Kota Bima cukup
menggembirakan, pelaksanaan program pembangunan
pendidikan di daerah ini telah berkembang diberbagai jenis dan
jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya program
pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau ke
semua wilayah.
Pendidikan merupakan kegiatan belajar mengajar dengan
tingkatan formal dan informal yang mencakup kegiatan belajar
mengajar dibawah naungan Departemen Pendidikan maupun
Departemen Agama. Kegiatan pendidikan di setiap jenjangnya
agar berjalan dengan baik perlu ditunjang dengan fasilitas-
fasilitas pendidikan mulai dari TK hingga SMA/ SMK. Berikut ini
merupakan kondisi fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.

2.2.2 Fasilitas Kesehatan


Keadaan kesehatan masyarakat di Kota Bima dapat
digambarkan bahwa gizi masyarakat pada umumnya bervariasi
yaitu ada yang baik, kurang baik atau buruk dengan rincian 75%

II-14
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

baik, 25% kurang, dan 0% buruk dengan angka harapan hidup 55


tahun, yang didukung oleh puskesmas induk sebanyak 5 buah,
puskesmas pembantu 16 buah, puskesmas keliling 6 buah,
polindes 26 buah, posyandu 148 buah dan rumah sakit
sebanyak 1 buah serta laboratorium klinik 3 buah. Jumlah
puskesmas terhadap kecamatan adalah 100%, bila setiap
kecamatan diharuskan memiliki 1 puskesmas, maka tidak ada
Kecamatan di wilayah Kota Bima yang belum memiliki
puskesmas. Jumlah fasilitas kesehatan di Kota Bima dapat dilihat
pada Tabel 2.7.

II-15
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2. 6
Banyaknya Fasilitas Pendidikan Di Kota Bima Tahun 2015
Tama
n
Taman
Kana SD/ SMA/
Kanak- SD SMP/M SMP SMA SMK
k- MI MA SMK
Kecamatan Kanak Swas TS Swas Swas Neg
Kana Neg Neger Swas
Negeri/ ta Negeri ta ta eri
k eri i ta
RA
Swas
ta
Rasanae Barat 10 9 13 4 4 3 0 4 1 2
Mpunda 7 8 15 4 5 0 4 2 2 1
Rasanae Timur 11 0 16 0 5 1 0 2 0 0
Raba 11 8 21 0 5 3 3 4 0 2
Asakota 7 10 14 2 5 1 3 0 2 1
Jumlah Total 46 35 79 10 24 8 10 12 5 6
2014 59 80 9 22 7 10 12 5 5
2013 57 78 8 23 6 9 10 5 5
2012 54 79 6 23 5 9 9 4 4
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

IV-16
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima

IV-16
LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2. 7
Banyaknya Fasilitas Kesehatan Di Kota Bima Tahun 2015
Puskes
Puskes
Rumah Puskes Posyan Laborator Polind mas
Kecamatan mas
Sakit mas du ium Klinik es Pemban
Keliling
tu
Rasanae Barat 1 1 32 4 5 3 3
Mpunda 1 1 35 0 11 3 3
Rasanae 0 1 26 0 7 5 3
Timur
Raba 2 1 40 0 8 5 2
Asakota 0 1 30 1 6 3 2
Total 4 5 163 5 37 19 13
2014 1 5 163 5 37 19 13
2013 1 5 163 5 37 19 13
2012 1 5 154 5 35 19 13
2011 2 5 135 4 35 19 13
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

IV-17
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima

IV-17
LAPORAN PENDAHULUAN

2.2.3 Fasilitas Peribadatan


Fasilitas peribadatan yang terdapat di Kota Bima meliputi
125 unit Masjid dan 58 unit Langgar 170 Mushola. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 dibawah ini.
Tabel 2. 8
Banyaknya Fasilitas Peribadatan Di Kota Bima Tahun 2015
Gerej
Gereja
Masji Langga a
Kecamatan Mushala Protes Pura
d r Katol
tan
ik
Rasanae 24 32 11 2 0 2
Barat
Mpunda 29 64 6 0 0 0
Rasanae 25 16 9 0 0 1
Timur
Raba 17 37 24 1 1 0
Asakota 30 21 8 1 0 1
Total 125 170 58 4 1 4
2014 124 137 82 4 1 4
2013 120 122 80 4 1 3
2012 118 119 79 3 1 2
2011 118 119 79 3 1 2
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

2.2.4 Perdagangan dan Jasa


Pada tahun 2015 di Kota Bima terdapat 7 perdagangan IV-18
besar, 10 perdagangan menengah, dan 131 perdagangan kecil.
Sementara untuk sarana perdagangan di Kota Bima dari tahun
2011 hingga 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2. 9
Banyaknya Sarana Perdagangan Di Kota Bima Tahun 2011-2015
Jenis Sarana
2011 2012 2013 2014 2015
Perdagangan
Pasar Umum 5 5 6 6 8
Pasar Desa 0 0 0 0 0
Toko 333 399 457 94 45
Kios/warung 352 417 481 60 5
Rumah Makan 20 46 51 2 3
Sumber : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2016

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-18


LAPORAN PENDAHULUAN

2.2.5 Pariwisata
Objek wisata di Kabupaten ini sangat banyak dan menarik
untuk dikunjungi. Objek wisata tersebut terdiri dari wisata alam,
wisata buatan, wisata religius, dan wisata sejarah/budaya. Objek-
objek wisata itu antara lain Pantai Oi Ni’u, Mada Oi Mbo, Pulau
Ular, Diwu Munca, Istana Raja Bicara, Pundu Nence, Masjid
Sultah Salahudin, Makam Raja Tolo Bali, Benteng Asakota, Pulau
Kambing, Makam Danatraha, Ncuhi Temba Kolo, Rumah Raja
Bicara Terakhir .
Selain terdapat objek wisata, di kabupaten ini juga terdapat
16 hotel yang siap melayani dengan berbagai fasilitas dan
akomodasi yang dimilikinya. Jumlah tamu turis yang menginap
pada tahun 2015 naik menjadi 2,71% jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang hanya 2,37%.

2.3 KONDISI KESEHATAN MASYARAKAT


Keadaan kesehatan masyarakat di Kota Bima dapat
digambarkan bahwa gizi masyarakat pada umumnya bervariasi
yaitu ada yang baik, kurang baik atau buruk dengan rincian 75%
IV-19
baik, 25% kurang, dan 0% buruk dengan angka harapan hidup 55
tahun, yang didukung oleh puskesmas induk sebanyak 5 buah,
puskesmas pembantu 16 buah, puskesmas keliling 6 buah,
polindes 26 buah, posyandu 148 buah dan rumah sakit
sebanyak 1 buah serta laboratorium klinik 3 buah. Jumlah
puskesmas terhadap kecamatan adalah 100%, bila setiap
kecamatan diharuskan memiliki 1 puskesmas, maka tidak ada
Kecamatan di wilayah Kota Bima yang belum memiliki
puskesmas.
Tabel 2. 10 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2015
No. Jenis Penyakit Pasien
1 Infeksi akut lain saluran pernafasan bagian 21.128
atas

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-19


LAPORAN PENDAHULUAN

No. Jenis Penyakit Pasien


2 Penyakit tulang belulang, radang sendi 13.860
3 Gastritis 11.577
4 Diare termasuk tersangka kolera 1.799
5 Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian 1.012
atas
6 Penyakit tekanan darah tinggi 6.937
7 Penyakit kulit infeksi 6.732
8 Penyakit kulit alergi 5.259
9 Kecelakaan dan ruda paksa 5.203
10 Gingivitis dan penyakit periodental 5.019
Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2016

2.4 TATA GUNA LAHAN


Tujuan penataan ruang wilayah Kota Bima adalah untuk
mewujudkan ruang wilayah kota yang aman, nyaman, produktif
dan berkelanjutan dalam rangka mendorong perkembangan
wilayah kota sebagai kawasan pengembangan perdagangan dan
jasa, serta pendidikan.
Terbitnya Undang –Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Tata Ruang mengamanatkan perlunya pemerintah Kota
dan Kabupaten merevisi rencana tata ruangnya. Peninjauan
kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota dilakukan
sesuai dengan tuntunan pembangunan dan perkembangan
wilayah kota dan dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.
Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
IV-20
meliputi kegiatan pemantauan, penelaahan dan diselenggarakan
dengan menghormati hak perorangan atau lembaga berdasarkan
peraturan perundang – undangan, hukum adat atau kebiasaan
yang berlaku.
Disamping pemberlakuan Undang-undang nomor 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang yang mendasari revisi Perda
Nomor 7 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Bima, maka pemekaran
kecamatan dari 3 (tiga) kecamatan menjadi 5 (lima) kecamatan
dan kelurahan dari 25 (dua puluh lima) kelurahan menjadi 38
(tiga puluh delapan) kelurahan.
Berdasarkan RTRW Propinsi NTB Tahun 2010-2030, Kota
Bima (Raba Bima) sebagai simpul transportasi regional dan

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-20


LAPORAN PENDAHULUAN

nasional di Pulau Sumbawa bagian timur ditetapkan sebagai


Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi pelayanan utama
yaitu:
1. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa skala
regional
2. Simpul transportasi laut Pulau Sumbawa bagian timur
3. Daerah tujuan wisata budaya dan bahari
4. Pusat pengembangan industri perikanan

Adapun rencana pusat pelayanan wilayah dan sistem


perkotaan Kota Bima tertuang dalam Tabel 2.11.

Tabel 2. 11
Rencana Pusat Pelayanan dan Sistem Perkotaan Kota Bima

IV-21

Sumber: RTRW Kota Bima 2012-2031

Sedangkan fungsi dan kegiatan utama pada masing-


masing pusat pelayanan kota, sub pusat pelayan kota, dan pusat
pelayanan lingkungan tertuang pada Tabel 2.12.
Tabel 2. 12
Fungsi dan Kegiatan Utama Pelayanan di Kota Bima

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-21


LAPORAN PENDAHULUAN

IV-22

Sumber: RTRW Kota Bima 2012-2031

Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam serta sumber daya buatan guna
pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan analisis kesesuaian
lahan dan mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang
Kawasan Lindung.

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-22


LAPORAN PENDAHULUAN

Jenis kawasan lindung yang direncanakan adalah sebagai


berikut:
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan
bawahannya, yaitu:
 Kawasan Resapan Air.
3. Kawasan perlindungan setempat;
 Sempadan pantai;
Pada bagian barat Kota Bima berbatasan langsung dengan
laut (Teluk Bima). Pantai tersebut membentang dari utara ke
selatan. Panjang pantai melalui 3 (tiga) kecamatan, yaitu
Kecamatan Mpunda, Kecamatan Asakota dan Kecamatan
Rasanae Barat, dan melewati Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu,
Kelurahan Tanjung, dan Kelurahan Dara.
Pola Guna Lahan dari kawasan pantai sendiri bervariasi,
untuk di kawasan utara dan tengah yang merupakan wilayah
administrasi dari Kecamatan Asakota dan Kecamatan Rasanae
Barat sebagian merupakan daerah permukiman perkotaan dan
nelayan dengan kondisi lingkungan cenderung kumuh.
 Sempadan sungai;
Kawasan sempadan sungai yang berada di Kota Bima
IV-23
meliputi yaitu, sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Nungga,
Sungai Kendo, Sungai Busu, Sungai Jatiwangi, Sungai Romo,
Sungai Padolo, dan Sungai Melayu
 Kawasan sekitar mata air.
Mata air Temba Serinci I, Temba Serinci II, Oi Wontu,
Temba Ongge, Temba Rombo I, dan Temba Rombo II
di kelurahan Rontu.
Mata air Oi Fo’o di Kelurahan Oi Fo’o.
Mata air Oi Mbo I dan Oi Mbo II di kelurahan Kumbe.
Mata air Mpangga, Na’a I, dan Na’a II di kelurahan
Jatibaru.
Mata air Nungga di Kelurahan Nungga

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-23


LAPORAN PENDAHULUAN

4. Kawasan suaka alam;


 Kawasan Cagar Budaya.
5. Kawasan RTH Kota
6. Kawasan rawan bencana alam;
 Kawasan rawan gempa;
 Kawasan rawan gerakan tanah dan longsor;
 Kawasan rawan bencana banjir;
 Kawasan rawan bencana tsunami;
 Kawasan rawan bencana gelombang pasang

Rencana Struktur ruang Kota Bima secara lengkap dapat


dilihat pada Gambar 2.3.

IV-24

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-24


LAPORAN PENDAHULUAN

IV-25

Gambar 2. 3
Peta RTRW Kota Bima 2011-2031

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-25


LAPORAN PENDAHULUAN

2.5 KEPENDUDUKAN
Kependudukan menjadi salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam proses pembangunan, karena dalam proses
dan kegiatan pembangunan aspek kependudukan berperan
dominan tidak hanya sebagai pelaksana pembangunan tetapi
juga sebagai sasaran pembangunan. Oleh karena itu, dalam
menunjang keberhasilan pembangunan, aspek kependudukan
tidak hanya diarahkan pada upaya pengendalian penduduk
tetapi juga dititikberatkan pada peningktan kualitas sumber daya
manusia. Pada sub bab berikut akan dijelaskan jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin, usia, agama yang dianut, dan mata
pencaharian.
2.5.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Data kependudukan merupakan data yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan
karena penduduk merupakan subyek dan sekaligus sebagai
obyek pembangunan. Penduduk Kota Bima berdasarkan proyeksi
penduduk tahun 2015 sebanyak 159.736 jiwa yang terdiri atas
78.394 jiwa penduduk laki-laki dan 81.342 jiwa penduduk
perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk
tahun 2014, penduduk Kota Bima mengalami pertumbuhan
sebesar 2,13 persen. Kecamatan Raba memiliki jumlah penduduk IV-26

terbesar, yaitu sebesar 39.038jiwa dengan komposisi laki-laki


19.160 jiwa dan perempuan 19.878jiwa. Kecamatan yang memiliki
penduduk terkecil adalah Kecamatan Rasanae Timur dengan
jumlah penduduk 18.155 jiwa dengan komposisi laki-laki 8.909
jiwa dan perempuan 9.246 jiwa.
Tabel 2. 13
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Bima Tahun
2015
Jumlah Penduduk
Kecamatan Perempua
Laki-laki Jumlah
n
Rasanae barat 17.114 17.757 34.871
Mpunda 17.868 18.541 36.409

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-26


LAPORAN PENDAHULUAN

Jumlah Penduduk
Kecamatan Perempua
Laki-laki Jumlah
n
Rasanae Timur 8.909 9.246 18.155
Raba 19.160 19.878 39.038
Asakota 15.343 15.920 31.263
78.394 81.342 159.73
Jumlah 6
Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2016

2.5.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk di Kota Bima tahun 2015 mencapai
719 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 5 kecamatan cukup
beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di
kecamatan Rasanae Barat dengan
kepadatan sebesar 3.439 jiwa/km2dan terendah di Kecamatan
Rasanae Timur sebesar 283 jiwa/km2. Sementara itu jumlah
rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 2,14 persen dari
tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihar pada Tabel 2.14.
dibawah ini.
Tabel 2. 14
Kepadatan Penduduk di Kota Bima Tahun 2015
Jumlah Kepadata
Luas Penduduk n
Kecamatan (jiwa) Pendudu IV-27
k (jiwa/
(km2) % 2014 2015
km2)
Rasanae barat 10,14 4,56 34.143 34.871 3.439
Mpunda 15,28 6,88 35.648 36.409 2.383
Rasanae Timur 64,07 28,83 17.776 18.155 283
Raba 63,73 28,67 38.223 39.038 613
Asakota 69,03 31,06 30.610 31.263 453
222,2 100 156.4 159.7 719
Jumlah 5 00 36
Sumber: Kota Bima Dalam Angka 2015

2.5.3 Proyeksi Penduduk


Dalam perencanaan ini jumlah penduduk di Kota Bima
diproyeksikan dengan periode proyeksi 20 tahun menggunakan
metode geometrik yang didasarkan pada laju pertumbuhan

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-27


LAPORAN PENDAHULUAN

penduduk tiap kecamatan tahun 2011 – 2015. Pada tahun


proyeksi 2038 didapatkan jumlah penduduk proyeksi Kota Bima
mencapai 340.998 jiwa. Dan untuk lebih jelasnya jumlah
penduduk proyeksi di tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel
2.15.
Tabel 2. 15
Jumlah Proyeksi Penduduk di Kota Bima Tahun 2018 – 2038
N Kecamatan Proyeksi Penduduk (jiwa)
o /Kelurahan 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Kota Bima 19088 19622 20172 20737 213187 21915
1 1 8 6 7 9
Rasanae 36852 37885 38946 40037 41159 42312
a Barat
Mpunda 38478 39556 40664 41803 42974 44178
Rasanae 33039 33965 34916 35895 36900 37934
Timur
Raba 41256 42412 43600 44821 46077 47368
Asakota 41256 42412 43600 44821 46077 47368

N Kecamatan Proyeksi Penduduk (jiwa)


o /Kelurahan 2023 2024 2025 2026 2027 2028
Kota Bima 23161 23809 25162 25867
1 225299 1 9 244770 7 6
Rasanae
a Barat 43497 44716 45968 47256 48580 49941
Mpunda 45416 46688 47996 49340 50723 52144
Rasanae
Timur 38997 40089 41212 42367 43554 44774
IV-28
Raba 48695 50059 51461 52903 54385 55909
Asakota 48695 50059 51461 52903 54385 55909

N Kecamatan Proyeksi Penduduk (jiwa)


o /Kelurahan 2029 2030 2031 2032 2033
Kota Bima 26592 27337 29699
1 3 3 281032 288905 8
Rasanae
a Barat 51340 52778 54257 55777 57340
Mpunda 53605 55106 56650 58237 59869
Rasanae
Timur 46028 47318 48643 50006 51407
Raba 57475 59085 60741 62442 64192
Asakota 57475 59085 60741 62442 64192

N Kecamatan Proyeksi Penduduk (jiwa)


o /Kelurahan 2034 2035 2036 2037 2038
1 Kota Bima 30531 31387 322666 331705 34099

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-28


LAPORAN PENDAHULUAN

N Kecamatan Proyeksi Penduduk (jiwa)


o /Kelurahan 2034 2035 2036 2037 2038
9 2 8
Rasanae
a Barat 58946 60597 62295 64040 65834
Mpunda 61546 63270 65043 66865 68738
Rasanae
Timur 52847 54328 55850 57414 59023
Raba 65990 67839 69739 71693 73701
Asakota 65990 67839 69739 71693 73701
Sumber : Hasil perhitungan dan analisa konsultan Tahun 2017

IV-29

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-29


LAPORAN PENDAHULUAN

2.6 KONDISI EKSISTING SISTEM PENGELOLAAN


AIR LIMBAH
2.6.1 Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Air Limbah
Fasilitas tempat buang air besar sangat dibutuhkan oleh
setiap rumah tangga, pertambahan penduduk setiap tahunnya di
Kota Bima akan diikuti oleh kebutuhan penyediaan tempat buang
air besar. Kebutuhan akan fasilitas tempat buang air besar perlu
dipenuhi karena apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Beberapa tahun terakhir
telah digulirkan program penghapusan jamban di sungai secara
bertahap serta adanya gerakan “Jangan Buang Air Besar
Sembarangan”. Dengan adanya gerakan ini diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi sumber
pencemaran lingkungan.
Pengolahan limbah tinja (black water) memerlukan sarana
unit septic tank atau tangki kedap yang dapat memproses limbah
tinja tersebut secara anaerobic agar effluent yang dihasilkan
aman bagi lingkungan dan menghasilkan lumpur biologis yang
lebih stabil. Unit septictank ini akan didapatkan akumulasi
lumpur tinja yang mengendap di unit septictank dan secara
berkala memerlukan pengurasan agar unit septictank dapat
IV-30
berfungsi secara optimal. Namun keberadaan septictank yang
benar-benar kedap ini terasa sulit ditemui di beberapa tempat
khususnya di wilayah perencanaan, sehingga tidak pernah terjadi
akumulasi lumpur di dalam unit septictank (meresap).
Kondisi eksisting penanganan limbah cair khususnya limbah
cair rumah tangga (domestik) di Kota Bima masih
mempergunakan system setempat (on-site sistem) berupa tangki
septik maupun cubluk yang masih bisa dijumpai di beberapa
tempat. Berdasarkan hasil studi EHRA tahun 2015, sistem ini
meliputi tangki septik sebesar 72%, pipa sewer 0,5% dan cubluk
0,50% selebihnya dibuang disungai atau drainase, kebun atau

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-30


LAPORAN PENDAHULUAN

ladang. Hingga saat ini di Kota Bima belum memiliki sistem


pengelolaan air limbah terpusat seperti IPLT.
Sesuai pembahasan Buku Strategi Sanitasi Kota (SSK),
berdasarkan isu pokok sanitasi air limbah domestik,
permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik
di Kota Bima, sebagai berikut:
 Praktek BABS masih cukup tinggi yakni 21,08 % (analisa
Pokja 2016)
 Akses terhadap jamban yang tidak layak yaitu 13,07%
(5.100 KK)
 Jumlah truk tinja tidak memadai (hanya 2 unit) ; praktek
pengurasan tinja sangat rendah per tahun (.. % atau .. KK)
(tidak ada data)
 Belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat
(IPLT) sehingga belum ada pengolahan lumpur tinja
 Prasarana dan Sarana yang terbangun masih sangat minim
dibandingkan dengan jumlah KK/Penduduk yang dilayani
 Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan air
Limbah
 Partisipasi dunia usaha belum optimal
 Peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih
sangat minim Masih karena rendahnya pengetahuan dan
kepedulian masyarakat perlunya dilakukan penyedotan
lumpur tinja secara berkala IV-31
 Belum ada kelembagaan khusus yang menangani
pengelolaan Air Limbah Domestik
 Pendanaan dari APBD masih sangat minim, terutama yang
bersumber dari APBD Provinsi
 Koordinasi dan komunikasi antar SKPD dalam pembangunan
Air limbah di Kota Bima belum optimal

Hasil Study EHRA Kota Bima tahun 2015 juga menunjukkan


bahwa pencemaran akibat SPAL yang tidak aman 63% dan SPAL
dengan kondisi aman hanya 37%. Hal ini berarti bahwa kondisi
sarana air limbah yang ada di masyarakat kota bima masih akan
menjadi sumber resiko pencemaran lingkungan.
Dari hasil survey tersebut diatas terlihat bahwa masih ada
masyarakat yang BAB di sembarang tempat seperti sungai,
DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-31
LAPORAN PENDAHULUAN

pantai kebun dan lain-lain selain penggunaan tangki septik


secara kualitas belum semuanya aman. Artinya bahwa
lingkungan di Kota Bima masih rawan tercemar terutama air dan
tanahnya.
Prasarana pendukung pengelolaan air limbah IPAL Komunal
tersedia 1 unit dengan kapasitas pengolahan 26 m3 Black water
dengan cakupan layanan 150 KK atau lebih kurang 600 Jiwa.
Kapasitas IPAL Komunal yang terbangun adalah 80 m 3 perhari
atau 5 m3 perhari. Cakupan layanan Sistem On site di Kota Bima
sebesar 69,97% dan sistem off site (IPAL Komunal dan Tangki
Septic > 10 SR) sebesar 0,55%, sehingga akses sanitasi layak di
Kota Bima 70,52%. Akses dasar sebesar 8,40% dan jumlah KK
yang BABs sebesar 21,08%.
Pihak pemerintah daerah telah menyediakan 2 unit mobil
pengangkut tinja dengan kapasitas 6 m3 dimana sekarang dalam
kondisi tidak beroperasi lagi. Faktor utama adalah masih
rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah
dimana hal tersebut didasari oleh ketidaktahuan masyarakat
kapan perlu dilakukan penyedotan lumpur tinja. Disisi lain kondisi
sarana dan prasarana pengolahan air limbah yang belum
memadai terutama ketersediaan IPAL Skala Kawasan dan IPLT
yang belum ada. Sehingga hampir tidak ada aktivitas pengolahan IV-32
Air Limbah Domestik di Kota Bima.
Sistem pengelolaan air limbah di Kota Bima sebagian
besar masih menggunakan sistem on site individual (WC/ MCK).
Di bawah ini disajikan tabel yang menggambarkan kondisi
eksisting pengolahan air limbah berdasarkan Buku Strategi
Sanitasi Kota Bima tahun 2016. Data rinci dapat dilihat pada
Tabel 2.16 dan Tabel 2.17.
Tabel 2. 16
Kondisi Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kota Bima 2016

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-32


LAPORAN PENDAHULUAN

Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bima Tahun 2016

IV-33

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-33


LAPORAN PENDAHULUAN

Tabel 2. 17
Kepemilikan Sarana Sanitasi di Kota Bima Tahun 2016
Akses Layak
Akses Dasar (KK)
On-site Off-site
% septik
Jumlah Tangki Tangki Septik indiv.
No Tangki IPA
Kecamatan Pendud septik Septik IPAL IPAL Individu Aman Cubl BAB
. septik MCK Jumla L Jumla Jumla
uk (KK) Komun Komun Komun Kawasa al thd uk S
Individu (KK) h Kot h h
al (=< al (> 10 al (SR) n (SR) Belum Jumlah (KK) (KK)
al (KK) a
10 KK) KK) Aman Pendud
uk
Rasanae
1 Barat 8536 4304 0 2281 6585 0 0 0 0 0 503 5.89 558 1061 890

2
Mpunda 8912 4650 0 2542 7192 0 0 0 0 0 502 5.63 15 517 1203
Rasanae
3 Timur 9534 4189 66 2395 6650 65 0 0 0 65 560 5.87 140 700 2119

Raba
4 4446 914 0 844 1758 0 0 0 0 0 470 10.57 18 488 2200
5 Asakota 7653 3616 0 1545 5161 0 150 0 0 150 515 6.73 0 515 1827
Total 39081 17673 66 9607 27346 65 150 0 0 215 2550 6.52 731 3281 8239
Sumber : Strategi Sanitasi Kota Bima Tahun 2016

IV-34

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima

IV-34
LAPORAN PENDAHULUAN

…………………………………………..

------------------------------------

IV-35

DED Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Bima IV-35

Anda mungkin juga menyukai