ruang terbuka) dan lahan tak terbangun non aktifitas kota (pertanian, perkebunan,
area perairan, produksi dan penambangan sumber daya alam).
Gambar 51 adalah peta penggunaan lahan Kota Palopo. Peta ini berisi
informasi tentang penggunaan lahan yang ada di Kota Palopo, diantaranya yaitu :
1. Industri, merupakan kawasan yang di dalamnya terdapat kegiatan memproses
atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya
mesin.
2. Makam, merupakan tanah tempat menguburkan jenazah.
3. Jalan, merupakan penghubung antara satu titik ke titik lain atau dari suatu
tempat ke tempat yang lain.
4. Sungai, merupakan aliran air permukaan yang berbentuk memanjang dan
mengalir secara terus menerus dari hulu ke hilir.
5. Kebun, merupakan sebidang tanah yang ditanami pohon musiman (buah-
buahan dan sebagainya).
6. Semak Belukar, adalah wilayah yang ditumbuhi pohon-pohon rendah,
berdaun kecil-kecil, dan berbatang keras.
47
Gambar 52 adalah peta geologi Kota Palopo. Peta ini berisi informasi
tentang formasi batuan yang ada di Kota Palopo. Berikut ini adalah formasi
batuan yang terdapat di Kota Palopo.
1. Kls : Formasi Latimojong : Secara umum formasi ini mengalami pemalihan
lemah – sedang, terdiri atas serpih, filit, rijang, marmer, kuarsit, dan breksi
terkersikkan, diterobos oleh batuan beku menengah sampai basa, di Lembar
Mamuju (Ratman dan Atmawinata, 1993) juga dijumpai batu lempung
49
tiap-tiap kelas dijelaskan dalam legenda. Hampir semua peta survei tanah
disajikan dalam bentuk peta dalam kelompok ini dan dapat disajikan dengan
model vektor dalam Sistem Informasi Geografi.
Secara konseptual, peta ini memenuhi model diskrit dari variasi spasial.
Variasi yang memotong lanskap dapat dibedakan dengan batas tegas dalam daerah
yang relatif homogen. Variasi ini menentukan pembagian hierarki dari daerah
yang dipetakan ke dalam masing-masing kelas dan kemudian ke dalam delineasi
individual. Masing-masing delineasi termasuk dalam hanya satu kelas legenda.
Nama lain peta ini adalah peta tanah chrolopleth, yaitu peta yang menggunakan
gradasi rona atau warna yang berbeda untuk menyajikan perbedaan satuan peta.
Contohnya peta kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu.
3. Peta Lapangan Kontinyu yang dibuat dengan Metode Interpolasi.
Peta ini umumnya disajikan dengan isoline atau pada grid halus model
raster. Peta ini memperlihatkan kontinuitas sebaran sifat tanah yang diduga
dengan jalan interpolasi. Secara konseptual peta ini memenuhi model kontinyu
dari variasi spasial. Tidak ada batas yang tegas, semua variasi yang memotong
lanskap dianggap kontinyu.
4. Peta Lapangan Kontinyu yang dibuat Melalui Pengamatan Langsung di
Seluruh Daerah Survei.
Pada peta ini terdapat pengukuran aktual yang dilakukan pada tiap-tiap
titik. Peta ini umumnya disajikan dalam peta grid. Peta ini memperlihatkan
sebaran sifat tanah kontinyu yang diukur. Peta semacam ini sudah jarang
digunakan dan saat ini hanya digunakan dari parsel individu untuk "precision
farming". Contoh umum adalah peta elevasi, indeks vegetasi (bukan peta tanah)
yang menggunakan bantuan wahana satelit atau pesawat terbang atau survei
lapangan.
54
Gambar 53 adalah peta jenis Kota Palopo. Peta ini berisi informasi
tentang jenis tanah yang ada di Kota Palopo, diantaranya:
1. Aluvial Hidromorf, Glei Humus
Tanah aluvial hidromorf, yaitu tanah aluvial yang selalu jenuh air. Jenis
tanah ini mempunyai ciri-ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki
permeabilitas (water run off) lambat. Jenis tanah ini biasanya banyak digenangi
oleh air sehingga warnanya tua kelabu sampai kehitaman. Daerah penyebarannya
terdapat di berbagai ketinggian tetapi umumnya di dataran rendah dengan daerah
relatif datar sampai bergelombang.
Glei humus adalah suatu tanah yang terbentuk dari hasil endapan suatu
bahan yang sifatnya ialah aluvial. Tanah jenis ini terbentuk pada wilayah yang
tingkat curah hujannya tinggi, yaitu sekitar 1500 mm/tahun. Dataran rendah yang
berawa-rawa ialah persebaran dari jenis tanah ini dan kita bisa menemukannya di
tempat tersebut.
2. Aluvial Brown Forest Soil
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir
halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
55
Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh peta curah hujan atau peta
isohyet antara lain sebagai berikut:
1. Berisikan informasi mengenai curah hujan yang sama
Karakteristik utama yang dimiliki oleh peta curah hujan yakni ada di
isinya. Peta curah hujan berisikan informasi- informasi mengenai curah hujan
yang ada di suatu tempat. Peta curah hujan atau isohyet juga menandai tempat-
tempat yang memiliki curah hujan sama. Dengan demikian, melalui peta curah
hujan ini kita dapat melihat daerah mana saja yang memiliki tingkat curah hujan
yang sama.
2. Tidak memiliki banyak warna
Peta curah hujan merupakan peta khusus yang tidak memiliki banyak
warna. Peta curah hujan tidak terlalu memiliki banyak warna seperti peta pada
umumnya. Jikalau ada warna- warna yang tersebar maka warna itu merupakan
tanda besarnya curah hujan tertentu. Dan biasanya peta curah hujan ini dibatasi
garis yang jelas antara warna satu dengan warna lainnya. Hal ini karena setiap
daerah memiliki curah hujan yang berbeda- beda.
3. Tidak terlalu banyak simbol
Peta curah hujan atau peta isohyet merupakan peta khusus yang tidak
terlalu menggunakan banyak simbol seperti peta umum. Hal ini karena informasi
yang disampaikan juga sangat terbatas, yakni terbatas pada curah hujan saja.
Peta curah hujan banyak dimanfaatkan oleh pihak- pihak tertentu. Yang
menerbitkan peta curah hujan ini adalah lembaga yang berkaitan dengan keadaan
iklim, seperti Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Sementara itu pemakai
peta ini adalah pihak- pihak yang berkepentingan, seperti penyuluh pertanian.
57
Gambar 55 adalah peta Curah Hujan Kota Palopo. Peta ini berisi
informasi tentang tingkat curah hujan di Kota Palopo yang terbagi dalam tiga
kelas, yaitu:
1. Rendah, dengan klasifikasi:
a. 0-10 mm
b. 11-20 mm
c. 21-50 mm
2. Sedang, dengan klasifikasi:
a. 51-75 mm
b. 76-100 mm
c. 101-150 mm
3. Tinggi, dengan klasifikasi:
a. 151-200 mm
b. 201-300 mm