Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN TATA RUANG DAN PENGEMBANGAN KAWASAN

PERKEBUNAN KOPI (Coffea) DI KECAMATAN TOMPOBULU KABUPATEN


BANTAENG
NUR INDAH LESTARI (G111 15 510)
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar 2017
Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Indah, Makassar, Sulawesi Selatan
90245
Nurindahlestari1705@gmail.com

ABSTRAK
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan
wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang. Salah satu masalah tata ruang yang saat ini terjadi adalah di daerah
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Pada titik tertentu, ada lahan yang bias
dimanfaatkan untuk komoditi tertentu akan tetapi masih terbengkalai sehingga dibutuhkan
perencanaan tata ruang yang baik. Tujuan dari perencanaan tata ruang ini adalah untuk
mengefisienkan fungsi lahan yang terbengkalai sesuai dengan kemampuan lahan itu sendiri.
Kopi (Coffea sp.) merupakan salahsatu komoditas ekspor penting dari Indonesia.
Data menunjukkan, Indonesia meng-ekspor kopi ke berbagai negara senilai US$
588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00. Kecamatan
Tompobulu merupakan salah satu dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng.
Tompobulu. Terletak pada posisi antara 052708 Lintang Selatan dan
1200226 Bujur Timur dengan ibukota Kecamatan berada di Kelurahan Banyorang.
Pengembangan wilayah di Kecamatan Tompobulu dititikberatkan pada pengembangan
budidaya Tanaman Kopi dan penyuluhan kepada petani-petani untuk meningkatkan kualitas
dari kopi-kopi yang telah dibudidayakan agar bisa bersaing dengan kopi dari daerah lain.
Dengan adanya hutan desa, lahan tersebut dapat dijadikan sebagai tempat budidaya
tanaman kopi ditambah dengan beberapa lahan di daerah Kecamatan Tompobulu yang
belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Kata Kunci : Kecamatan Tompobulu, Kopi, Arabika, Robusta, Ruang, Hutan Desa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini sedang bergulat dengan masalah
penataan kota. Fenomena pembangunan tata ruang kota yang semakin pelik membuat
pemanfaatan lahan semakin minim. Lahan merupakan sumber daya pembangunan yang
memiliki karakteristik unik, seperti luas yang relatif karena perubahan luas akbibat proses
alami dan proses artifisial sangat kecil; memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral,
dan sebagainya) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang cenderung
spesifik.
Oleh karena itu, lahan harus dimanfaatkan sesuai dengan sifat fisiknya agar
masyaratakat dapat memanfaatkan lahan dengan semaksimal mungkin. Dalam
mengefisiensikan alokasi pemanfaatan lahan, diperlukan rencana untuk mewadahi
kebutuhan berbagai sektor kegiatan masyarakat, baik untuk saat ini maupun masa depan
nanti.
Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan
rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah
administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan
atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan
blok dan subblok peruntukan.
Zonasi sama saja artinya dengan rencana. Namun rencana saja tidak cukup untuk
membuat orang-orang yang berhak atas bidang tanah untuk melakukan hal-hal sesuai dengan
rencana yang dilakukan dalam zonasi. Karena itu dibutuhkan suatu aturan yang secara tegas
dan rinci. Di Indonesia, pengaturan zonasi tertuang di dalam Peraturan Daerah Rencana Tata
Ruang Wilayah yang dibuat bersama antara pemerintah kota atau kabupaten bersama
anggota legislatif daerah yang melibatkan berbagai elemen penting lainnya
Salah satu masalah tata ruang yang saat ini terjadi adalah di daerah Kecamatan
Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Pada titik tertentu, ada lahan yang bias dimanfaatkan
untuk komoditi tertentu akan tetapi masih terbengkalai sehingga dibutuhkan perencanaan
tata ruang yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penting kiranya untuk melakukan perencanaan tata ruang
pada Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng agar masyarakat dapat memanfaatkan
lahan dengan baik dan semaksimal mungkin.
2.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari perencanaan tata ruang ini adalah untuk mengefisienkan fungsi lahan yang
terbengkalai sesuai dengan kemampuan lahan itu sendiri.
Adapun manfaat dari rencana tata ruang ini adalah sebagai bahan informasi dan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk tata ruang yang baik di Kecamatan Tompobulu Kabupaten
Bantaeng.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Pengembangan Kawasan Perkebunan
Perkebunan adalah budidaya tanaman pangan maupun non pangan yang berfungs
untuk menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapaan, menghasilkan devisa negara,
pemeliharaan sumberdaya alam yang dilakukan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan
(perkebunan besar).
Tanaman perkebunan dikelompokkan jadi 2 tanaman semusim dan tanaman tahunan.
Tanaman semusim yaitu merupakan tanaman yang hanya dipanen satu kali dengan siklus
hidup satu tahun sekali, contohnya tanaman tebu,kapas dan tembakau. Sementara tanaman
tahunan membutuhkan waktu yang panjang untuk berproduksi dan bisa menghasilkan
sampai puluhan tahun dan bisa dipanen lebih dari satu kali, misalnya tan kelapa sawit,karet,
kakao, cengkeh, kopi dan lada.
2.2 Tanaman Kopi
Kopi (Coffea sp.) merupakan salahsatu komoditas ekspor penting dari Indonesia.
Data menunjukkan, Indonesia meng-ekspor kopi ke berbagai negara senilai US$
588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00 (Pusat Data
dan Statistik Pertanian, 2006). Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama
dikenal oleh masyarakat.
Di Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi menurut Prastowo (2010),
diantaranya adalah :
1. Kopi arabika, penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang
berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan
biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda
di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian
mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang
kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke
berbagai bagian di kepulauan Indonesia
2. Kopi Robusta. Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada
tahun 1900. Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan
syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi.
Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya.
Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi
Robusta.
2.3 Keadaan Wilayah Kecamatan Tompobulu
Kecamatan Tompobulu merupakan salah satu dari 8 kecamatan yang ada di Kabupaten
Bantaeng. Tompobulu. Terletak pada posisi antara 052708 Lintang Selatan dan
1200226 Bujur Timur dengan ibukota Kecamatan berada di Kelurahan Banyorang, Batas
kecamatan yaitu sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gantarangkeke, sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba dan Kecamatan Eremerasa, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Bantaeng dan Kecamatan Eremerasa. Luas wilayah Kecamatan Tompobulu 76,66 km2
atau hanya kurang lebih 19,45% dari luas total Kabupaten Bantaeng yang memiliki 10
desa/kelurahan dan semuanya termasuk desa bukan pesisir.
Kepadatan penduduk Kecamatan Tompobulu 97-1072 jiwa perkilometer persegi
dengan jumlah rumah tangga sebanyak 6.068. Rata-rata anggota rumah sebanyak 4,00 artinya
setiap rumah tangga dihuni 4 orang.
Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan di Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng adalah tanaman kopi. Tanaman kopi telah lama dibudidayakan di
Kecamatan Tompobulu. Bahkan salah satu sentra Budidaya Tanaman Kopi yang terkenal di
Kabupateen Bantaeng ada di Kecamatan Tompobulu.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Aspek Wilayah
3.3.1 Iklim
Kecamatan Tompobulu tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan
rata-rata 540mm/tahun. Temperatur udara rata-rata 20oC sampai dengan 30oC. Dengan dua
musim dan perubahan iklim setiap tahunnya yang sangat spesifik karena merupakan daerah
peralihan iklim Barat (Sektor Barat) dan iklim Timur (Sektor Timur) dari wilayah Sulawesi
Selatan.
3.3.2 Topografi
Topografi Kecamatan Tompobulu pada umumnya berada di dataran tinggi.
Kecamatan Tompobulu berada pada kemiringan 15-40%, dan berada pada ketinggian 500-
1000 mdpl.
3.3.3 Tanah dan Geologi
Persebaran jenis tanah di Kecamatan Tompobulu adalah Latosol Cokelat Kuning,
Andosol Cokelat, dan Mediteran. Persebaran jenis batuannya yaitu Breksi Laharik,
Kelompok Bassal, dan Piroklastik.
3.3.4 Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kecamatan Tompobulu dipengaruhi oleh sumber air yang
berasal dari sungai dan anak sungai serta mata air dengan debit yang bervariasi. Dengan
wilayah yang bergunung dan berbukit, terdapat 16 sungai besar dan sungai kecil yang
mengalir di Kecamatan Tompobulu. 16 sungai tersebut adalah Sungai Kulepang, Sungai Lera
Ngari, Sungai Bonto Kene, Sungai Nipa-Nipa, Sungai Bialo, Sungai, Biangkeke, Sungai
Tambangbuku, Sungai Kalamassang, Sungai Banyorang, Sungai Baji Areng, Sungai Maesa,
Sungai Moti, Sungai Lele, Sungai Kalumpang, Sungai Biangloe, Sungai Bola Ninring,
Sungai Bajeng, dan Sungai Sangga Timoro. Banyaknya sumberdaya air di Kecamatan
Tompobulu ini, memudahkan proses bercocok tanam di daerah ini. Sumberdaya air juga
digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
3.2 Aspek Sosial Budaya
Jumlah penduduk pada tahun 2014 yaitu 17.053 jiwa yang terdiri dari 7.883 jiwa dan
perempuan 9.170 jiwa. Kecamatan Tompobulu meskipun wilayah yang paling besar, tetapi
rasio pernduduk terhadap luas wilayah cukup besar yaitu sebesar 297 jiwa per km2. Sex ratio
sebesar 88 yang artinya dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 88 penduduk laki-laki,
jumlah rumah tangga 6.086 kk dengan rata-rata ART 4 dan angka beban ketergantungan
46,70% yang berarti 100 orang penduduk usia produktif akan menanggung secara ekonomi
sekitar 46 orang usia tidak produktif.
3.3 Aspek Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu daerah/wilayah sangat tergantung pada potensi dan
sumberdaya alam yang dimiliki dn kemampuan daerah itu untuk mengembangkan segala
potensi yang di,iliki.
Sektor Pertanian merupakan mata pencaharian utama di Kecamatan Tompobulu.
Wilayah Kecamatan Tompobulu termasuk wilayah yang potensial untuk tanaman pertanian
pangan dan perkebunan. Padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, dan kopi sebagai
andalan pada tanaman perkebunan.
Keberhasilan pembangunan disektor perdagangan yang telah dicapai memberikan
peluang usaha yang dapat menyerap tenaga kerja. Sector perdagangan sangat erat kaitanya
dengan sector ekonomi dan memberikan andil pada sector pertanian, di mana hasil-hasil
pertanian yang ada di wilayah Kecamatan Tompobulu terdistribusi ke ibukota kabupaten
Bantaeng dan ke daerah lain. Seiring meningkatnya sarana dan prasarana tersebut
memberikan kemudahan masyarakat di Kecamatan Tompobulu untuk memenuhi kebutuhan
dan hasil-hasil pertanianyang dapat dipasarkan dengan mudah
3.4 Analisis Sintesis
Kebupaten Bantaeng merupakan salah satu. Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan yang ditunjuk sebagai tempat percontohan Hutan Desa setelah itu disahkan
pembentukannya melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.55/Menhut-
II/2010 (Kementerian Kehutanan, 2010).
Pembangunan hutan desa dapat memberi kontribusi untuk pengembangan keamanan
mata pencaharian bagi masyarakat yang memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya
hutan, melalui tanggung jawab dan akuntabilitas yang lebih besar terhadap kebijakan
dan institusi publik dalam penguasaan sumberdaya alam (Alif dan Supratman,2010).
Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng adalah lokasi dimana Hutan Desa
tersebut. Desa ini memiliki luas hutan desa sebesar 342 ha yang merupakan hutan lindung.
Tanaman yang banyak di budidayakan di Hutan Desa Labbo adalah kopi arabika, kopi
robusta, markisa, dan madu.
Produksi tanaman perkebunan yang menjadi primadona di Kecamatan Tompobulu
salah satunya adalah tanaman kopi. Pada tahun 2014, jumah produksi tanaman kopi
mencapai 1.023 ton. Produksi kopi mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu sebesar 976
ton.
Keberadaan hutan desa di Kabupaten Bantaeng juga memberikan berbagai manfaat
antara lain: sebagai penyerap karbon, menjaga keanekaragaman hayati, menjaga tata air dan
menghasilkan berbagai jenis hasil hutan bukan kayu yang dapat membantu perekonomian
masyarakat terutama yang bermukim di sekitar lokasi tersebut
3.5 Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah di Kecamatan Tompobulu dititikberatkan pada pengembangan
budidaya Tanaman Kopi dan penyuluhan kepada petani-petani untuk meningkatkan kualitas
dari kopi-kopi yang telah dibudidayakan agar bisa bersaing dengan kopi dari daerah lain.
Dengan adanya hutan desa, lahan tersebut dapat dijadikan sebagai tempat budidaya tanaman
kopi ditambah dengan beberapa lahan di daerah Kecamatan Tompobulu yang belum
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Perencanaan pengembangan budidaya tanaman Kopi di Kecamatan Tompobulu dapat
dimulai dari penentuan lahan pada setiap desa ataupun kelurahan sebagai lokasi budidaya
tanaman kopi arabika dan robusta. Selain hutan desa, lahan yang dipilih diusahakan berada
di dekat sungai sehingga aspek irigasinya dapat terpenuhi
Selanjutnya adalah penyuluhan kepada petani tentang pengolahan lahan yang baik
menggunakan teknologi modern yang dapat meringankan pekerjaan dari sang petani secara
efektif dan efisien. Begitu pula dengan penyuluhan budidaya tanaman kopi yang baik dan
benar, karena selama ini kebanyakan petani kopi kecamatan Tompobulu terkenal lebih sering
memanen lebih awal tanaman kopi tersebut sebelum masak fisiologis yang membuat kualitas
kopi menjadi kurang bagus.
Perencanaan selanjutnya pembangunan pabrik kopi yang menggunakan teknologi
modern sehingga mempermudah petani dalam mengolah tanaman kopi setelah panen selesai.
Hal ini dilakukan agar kualitas dari kopi dapat tetap terjaga hingga proses pemasaran.
Proses pemasaran dapat dilakukan oleh masyarakat secara individu, namun dengan
fasilitasi BUMDes pemasaran akan diarahkan melalui kelompok sehingga bisa
lebih terorganisir
Zonasi Ruang Kecamatan Tompobulu

Keterangan :
Zona 1-3 : Lahan budidaya Tanaman Kopi Arabika
Zona 5-8 : Lahan budidaya Tanaman Kopi Arabika
Zona 9 dan 10 : Lahan budidaya Tanaman Kopi Robusta
Zona 4 : Lokasi Pabrik Kopi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis perencanaan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng adalah kecamatan yang terletak di dataran
tinggi yang memiliki potensi sebagai tempat pengembangan sentra Tanaman kopi yang
baik
2. Hutan desa yang terletak di Desa Labbo memiliki peran dan fungsi yang penting bagi
keberlangsungan budidaya tanaman kopi
3. Untuk mendapatkan kualitas tanaman kopi yang baik, penyuluhan harus dilakukan
kepada petani agar produk kopinya dapat bersaing dengan produk kopi dari daerah lain

DAFTAR PUSTAKA
Alif, Muhmmad., dkk. 2011. Analisis Aspek Ekonomi Dalam Pengembangan Pasar Produk
Hutan Desa Labbo Kabupaten Bantaeng. Jurnal Hutan Masyarakat Vol. 6 no.1

Anonim. 2015. Kecamatan Tompobulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bantaeng Provinsi Bantaeng
Anonim. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Tompobulu. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bantaeng Provinsi Selatan

Hulupi, Retno. Dkk. 2013. Budidaya dan Pemeliharaan Tanaman Kopi di Kebun Campur.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Bogor.

Nurhaedah.,dkk. 2014. Hutan Desa Kabupaten Bantaeng dan Manfaatnya Bagi Masyarakat.
Jurnal Teknis Eboni Vol.11 No.1

Prastowo, Bambang.,dkk. 2010. Budidaya dan Pascapanen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai