Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KOPI SALUAN LUWUK BANGAI

OLEH :
MOH RIZKY ARIYANTO DJAPAR
E32119203

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi keanekaragaman

hayati yang tinggi setelah Brazil dan Zaire (Kongo). Keragamannya tersebar mulai

dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan

Papua. Potensi keanekaragaman hayati dari sektor perkebunan seperti kopi,

merupakan salah satu andalan bangsa ini dalam perdagangan Internasional. Kopi

merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang

cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai

sumber devisa negara.

Produksi kopi indonesia berasal dari beberapa daerah yang sudah dikenal

sebagai sentra penghasil kopi, baik kopi robusta dan arabika. Menurut Triyanti (2016)

bahwa, Tahun 2014 Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur,

dan Sumatera Barat merupakan sentra produksi kopi robusta. Sedangkan Provinsi

Sumatera Utara, Aceh. Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur

sebagai sentra kopi arabika. Di Sulawesi Tengah, luas areal dan produksi kopi

perkebunan rakyat juga memperlihatkan trend penurunan mulai tahun 2015-2017.

Namun demikian, jumlah petani pembudidayaan kopi justru mengalami peningkatan.

Salah satu Kabupaten di Sulawesi Tengah yang membudidayakan komoditi

kopi yaitu Kabupaten Banggai. Kabupaten Banggai secara geografis terletak antara

122023’-124020’ BT dan 0030’-2020’ LS. Daerah ini memiliki luas daratan ± 9.672,70

Km2 dan luas laut 20.309,68 Km2 dengan garis pantai sepanjang 613,25 Km.
Kabupaten yang beribu kota di Luwuk ini, mempunyai potensi sumberdaya alam

yang melipah mulai dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan

hingga ke sektor minyak bumi dan gas alam.

Berdasarkan data Disbunnak Sulteng, untuk tiga Tahun terakhir (2015-2017)

luas areal perkebunan dan petani kopi di Kabupaten Banggai mengalami peningkatan.

Adapun jenis kpi yang banyak dibudidayakan yaitu kopi robusta. Komoditi kopi di

Kabupaten Banggai tersebar di beberapa kecamatan, seperti: Toili Barat, Batui,

Moilong, Batui Selatan, Nuhon, Simpang Raya, Kintom, Nambo, Luwuk Utara,

Luwuk Selatan, Pagimana, Bualemo, Balantak, Balantak Selatan dan Balantak Utara.

Salah satu inovasi lokal Kabupaten Banggai berbahan baku kopi yaitu hadirnya

produk yang diberi nama “Kopi Saluan” atau yang lebih akrab dikenal dengan

“Kopsal”.

Produk ini memiliki kemasan elegan dan menarik, berbahan baku kopi

robusta. Produk kopsal telah memenuhi pasar yang ada di Kabupaten Banggai dan

beberapa daerah di Sulawei Tengah, Gorontalo, Makassar dan Surabaya. Memadukan

nama komoditi dan suku asli lokal, kopsal semakin memperkaya khasanah jenis

produk nusantara yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar

negeri.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian tersebut yaitu,

1. Bagaimana tingkat saluran pemasaran produk kopi saluan?

2. Masalah, tantangan dan peluang pengembangan kopi saluan?


1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada penelitian tersebut agar dapat mengetahui tingkat

pemasaran kopi saluan yang ada di Kabupaten Banggai.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai pendapatan petani dan menciptakan

lapangan kerja serta kopi juga memiliki kontribusi dan sebagai penghasil devisa.

Anda mungkin juga menyukai