ABSTRACT
Indonesia is one of the largest coffee producing and exporting countries in the world, where coffee crops
also contribute to the Indonesian economy. In general there are two types of coffee grown on Indonesian
coffee plantations namely Robusta and Arabica Coffee. Robusta coffee is a coffee that has a higher
production when compared with arabica coffee. Until now, the total area, production and productivity of
coffee plantations in Indonesia, both from Robusta coffee and arabica coffee are still dominated by public
plantation (PR) with 95.37% of coffee area. The area of coffee production in Indonesia is estimated to be
about 1.3 million hectares, spread across North Sumatra, Java, and Sulawesi. Robusta coffee is
commonly planted by farmers in South Sumatra, Lampung and East Java, whereas arabica coffee is
commonly planted by farmers in Aceh, North Sumatra, South Sulawesi, Bali and Flores.
Keyword : Arabica Coffee, Robusta Coffee, Indonesian Coffee Production
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia, dimana tanaman
kopi juga memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Secara umum terdapat dua jenis
kopi yang ditanam pada perkebunan kopi Indonesia yaitu Kopi Robusta dan Arabika. Kopi Robusta
merupakan kopi yang memiliki produksi lebih tinggi jika dibandingkan dengan kopi arabika. Hingga saat
ini, luas areal, produksi maupun produktivitas perkebunan kopi di Indonesia baik dari jenis kopi robusta
maupun kopi arabika masih dominan dikuasi oleh perkebunan rakyat (PR) dengan luas areal kopi
mencapai 95,37%. Areal produksi kopi di Indonesia diperkirakan sekitar 1.3 juta hektar, yang tersebar di
Sumatera Utara, Jawa, dan Sulawesi. Kopi jenis robusta umumnya ditanam petani di Sumatera Selatan,
Lampung, dan Jawa Timur, sedangkan kopi jenis arabika umumnya ditanam petani di Aceh, Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, Bali, dan Flores.
Kata Kunci : Kopi Arabika, Kopi Robusta, Produksi Kopi Indonesia
112
Elvin Desi Martauli
dalam negeri yang cukup potensial sehingga ditemuin dan tidak menyebabkan kerusakan
dapat menggairahkan petani kopi. Kondisi serta pada tanaman yang fatal (Semangun, 1990).
peluang untuk petani kopi di Indonesia untuk Selain penyakit, tinggi rendahnya produktivitas
mampu berkreativitas agar produksi kopi kopi juga disebabkan perkembangan teknologi.
Indonesia mengalami peningkatan dan lebih Suhendra et al (2012) dalam penelitiannya
dikenal. Upaya yang dilakukan melalui menyatakan bahwa perkembangan teknologi
peningkatan produksi kopi akan memberikan budidaya kopi di KabupatenRejang Lebong
dampak positif bagi kesejahteraanpetani kopi Provinsi Bengkulu mampu menggerakkan
maupun negara. kesadaran petani kopi di wilayah ini bahwa kopi
merupakan tanaman tahunan yang prospektif.
STUDI PUSTAKA Permasalahaan yang dihadapi dalam
Kopi (Coffea sp)merupakan salah satu pengembangan kopi antara lain adalah karena
komoditas perkebunan yang memiliki nilai jual tanaman ini 96% diusahan oleh rakyat maka
tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya. teknik budidayanya belum sesuai dengan
Selain itu juga, komoditi kopi juga memberikan anjuran/good agriculture practise (GAP),
kontribusi yang cukup penting sebagai sumber produktivitas tanaman rendah karena
devisa negara. Disisi lain, tanaman kopi juga munggunakan bibit asalan, lemahnya
merupakan sumber penghasilan bagi petani kopi kelembagaan petani, value added yang diterima
untuk mencukupi kehidupan ekonomi keluarga petani rendah karena sebagian yang diekspor
petani kopi tidak kurang dari setengah juta jiwa dalam bentuk biji kopi, serta terbatasnya modal.
petani kopi yang tersebut di wilayah negara Meskipun demikian harapan pengembangan
Indonesia(Rahardjo, 2012).Komposisi bentuk komoditas ini cukup besar karena sistem
usaha perkebunan kopi di Indonesia didominasi budidaya kopi akan disesuaikan dengan GAP,
oleh Perkebunan Rakyat (PR) dengan porsi 96% upaya meningkatkan barganing position kopi
dari total area di Indonesia, dan 2% sisanya Indonesia di pasar internasional, peningkatan
merupakan Perkebunan Besar Negara (PBN), daya saing kopi Indonesia melalui upaya
serta 2% merupakan Perkebunan Besar Swasta sertifikasi kebun kopi berkelanjutan (Titisari,
(PBS) (Kusmiati dan Windiarti 2011). 2016).
Pada tahun 2011 Indonesia menjadi Kebijakan umum ini didukung dengan
produsen utama kopi ketiga setelah Vietnam kebijakan teknis yaitu pengembangan kopi,
dan Brasil dengan luas tanaman kopi diwilayah peningkatan SDM, pengembangan kemitraan
negara Indonesia yaitu 1.292.965 ha dengan dan kelembagaan, peningkatan investasi usaha
hasil produksi sekitar 633.991 ton. Perkebunan serta pengembangan sistem informasi
kopi di Indonesia sekitar 96% merupakan usaha manajemen. Kebijakan tersebut diatas
rakyat dengan skala yang masih kecil. Jenis dijabarkan dalam program dan strategi
tanaman kopi yang di budidaya oleh petani pengembangan kopi. Programnya adalah
Indonesia yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. peningkatan produksi, produktivitas dan mutu
Masing-masing kopi memiliki keunggulan, kopi tanaman kopi berkelanjutan. Stretegi
Arabika memiliki cita rasa yang khas sehingga pengembangan kopi melalui revitalisasi lahan,
mempunyai pasar khusus, sedangkan kopi perbenihan, infrastruktur dan sarana, SDM,
Robusta (Defitri, 2016) adalah salah satu pembiayaan petani, kelembagaan petani dan
komoditas yang memiliki nilai strategis dalam teknologi industri hilir. Implementasi program
rangka pemberdayaan ekonomi rakyat. Prospek dan strategi tersebut adalah untuk kopi robusta
komoditi kopi Indonesia sangat besar karena adalah perbaikan produktivitas tanaman melalui
didukung adanya ketersediaan lahan kegiatan intensifikasi sedangkan untuk arabika
pengembangan kopi serta Indonesia memiliki dilakukan pula perluasan tanaman. Dimasa
keunggulan geografis dan iklim yang datang berdasarkan tuntutan pasar terutama
menghasilkan kopi yang mempunyai cita rasa pasar internasional maka perlu dibuat
dan aroma yang digemari masyarakat dunia. standar/kriteria kopi berkelanjutan Indonesia
Rendah produksi tanaman kopi yang dalam suatu standar nasional (Titisari, 2016).
dihasilkan bisa disebabkan karena terserang Konversi lahan atau alih fungsi lahan
penyakit, sehingga keuntungan yang diperoleh merupakan perubahan yang dilakukan sebagian
petani kopi juga menjadi menurut. Setiap tahun, atau secara keseluruhan kawasan lahan dari
kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit kopi fungsi awal menjadi fungsi lain, sehingga
bisa sampai jutaan rupiah setiap hektar tanaman memberikan dampak negatif terhadap
kopi. Penyakit kopi yang umumnya ditemui lingkungan sekitar dan mengurangi potensi
pada tanaman kopi adalah jamur, sedangkan lahan itu sendiri (Ningrum, 2011).Lebih lanjut
untuk bakteri maupun jamur jarang sekali menurut Heryana et al (2016) menyatakan
113
ANALYSIS OF COFFEE PRODUCTION IN INDONESIA
bahwa faktor-faktor yang mendorong alih fungsi kopi robusta antara lain dengan penanganan
lahan dari tanaman kopi menjadi tanaman jeruk organisme pengganggu tanaman, pemberian
yaitu disebakan oleh (1) suhu yang dingin dan bantuan alat pengolahan dan pascapanen,
berkabut menyebabkan petani di daerah pemberian bibit berkualitas serta perbaikan
kintamani sulit untuk menjemur kopi agar kebun induk (Risandewi, 2013).
kering sehingga petani menjual kopi dalam
bentuk basah dan harga jual kopi menjadi lebih B. METODE PENELITIAN
rendah; (2) bibit kopi arabika saat ini kurang Penelitian “Analisis Produksi Kopi di
produktif dan buahnya kecil; (3) proses Indonesia” ini merupakan penelitian deskriptif.
pemetikan buah kopi membutuhkan waktu yang Metode penelitian yang digunakan yaitu berupa
lebih lama jika dibandingkan dengan jeruk; (4) studi literatur. Studi Literatur merupakan cara
penjualan hasil tanaman kopi lebih susah karena untuk menyelesaikan persoalan dengan
harus terlebih dahulu membawa ke pasar, menelusuri sumber-sumber tulisan yang
sedangkan tanaman jeruk langsung diambil oleh pernah dibuat sebelumnya kemudian
pengepul; (6) harga tanaman kopi tidak stabil. membaca kembali, mengumpulkan, mencatat
Asmarantaka (2008) menjelaskan bahwa sesuai dengan topik penelitian yang diambil,
kondisi harga kopi di pasar Indonesia (FOB) informasi melalui internet serta sumber lainnya
selalu mengikuti perubahan harga kopi di berupa teori dan yang mendukung.
Brazil. Fluktuasi harga kopi baik di Brazil dan
Indonesia menunjukkan kecenderungan arah C. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang sama dimana kondisi harga tinggi 1. Gambaran Umum Kopi Indonesia
kemudian menurun, kondisi harga kopi ini Tanaman kopi merupakan kelompok
karena adanya intervensi dari organisasi tanaman semak belukar dengan genus coffea.
produsen kopi dunia ICO (International Coffee Kopi termasuk kedalam famili Rubiaceae,
Organization) dan ICA (International Coffee subfamili lxoroidae, dan suku coffeae. Jenis
Agreement). Penyebab utamanya adalah volume kopi yang banyak dibudidayakan adalah kopi
produksi dan konsumsi dunia. Produksi kopi arabika dan kopi robusta. Ada juga jenis lain
dunia dicerminkan oleh keragaan produksi tanaman kopi yaitu liberika dan exelsa, akan
Brazil sebagai produsen utama. Faktor tetapi kedua jenis tersebut tidak banyak
perubahan harga dalam jangka panjang, dibudidayakan oleh petani kopi.
direspon oleh petani dengan perubahan investasi Kopi selain sebagai komoditas unggulan
pada tanaman kopi, meskipun kurang responsif. dari sektor perkebunan, juga memiliki peluang
Perubahan harga dalam jangka pendek pasar didalam dan luar negeri. Disisi lain,
berpengaruh terhadap jumlah produksi kopi di Indonesia adalah eksportir kopi ke-4 dunia
Indonesia. Dengan demikian secara umum, seperti kopi arabika Indonesia memiliki pangsa
peubah harga kopi maupun nilai tukar rupiah pasar rata-rata sebesar 4,76 persen terhadap total
terhadap dollar US, mempunyai dampak yang ekspor kopi dunia. Eksportir kopi pertama dunia
positif terhadap produksi, konsumsi dan ekspor diduduki oleh Brazil dengan peran rata-rata
kopi dari Indonesia, meskipun kurang responsif. sebesar 24,30 persen, diikuti dengan Vietnam
Penerapan teknologi pengolahan semi sebesar 17,94 persen dan Colombia sebesar
basah pada pasca panen kopi adalah salah satu 10,65 persen, sedangkan kopi robusta Indonesia
upaya untuk meningkatkan mutu kopi rakyat. menduduki posisi kedua setelah Vietnam (ICO,
Buah kopi akan melalui proses fermentasi yang 2010). Sedangkan untuk basis negara-negara di
dipercaya dapat meningkatkan cita rasa (Cortez ASEAN pada gambar 1, terlihat bahwa produksi
and Menezez, 2000). Saragih (2016), kopi Indonesia menduduki posisi kedua sebagai
peningkatan produksi kopi arabika dapat sentra produksi kopi setelah Vietnam. Negara
dilakukan dengan strategi perluasan areal tujuan ekspor kopi ditujukan pada seperti Uni
tanam, penggunaan kerja, peningkatan biaya Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
untuk pupuk organik dan kimia, peningkatan Jika dilihat dari total ekspor kopi delapan
harga kopi gabah, peningkatan harga premium tahun terakhir pada Gambar 1, terlihat bahwa
kopi sertifikat, dan peningkatan likuiditas ekspor kopi Indonesia cenderung berfluktuasi,
keuangan rumah tangga petani. Melalui ekologi antara (-) 27,94% sampai dengan 30,46%. Pada
pertanian yaitu dengan pemangkasan tanaman tahun 2009 total berat ekspor mencapai 433,6
kopi dan pengendalian penggerek buah kopi ribu ton dengan total nilai sebesar US$ 814,3
(PBKo). Sedangkan untuk meningkatkan juta meningkat menjadi 414,65 ribu ton pada
produksi kopi robusta secara intensifikasi tahun 2016 dengan total nilai sebesar US$ 1
tanaman dan perluasan lahan, upaya lain yang 008,55 juta.Hal ini dikarenakan, perkembangan
akan dilakukan untuk meningkatkan produksi luas lahan dan produksi negara Brazil dan
114
Elvin Desi Martauli
2. Perkembangan Luas Areal Kopi di menjadi 1,23 juta hektar atau meningkat 1,55%.
Indonesia Sedangkan laju pertumbuhan luas areal kopi di
Perkebunan kopi di Indonesia dikelola Indonesia tahun 1980-2015 tidak begitu
dalam tiga bentuk pengusahaan yaitu signifikan mengalami peningkatan, rata-rata
Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar hanya meningkat sebesar 1,64% pertahun atau
Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta bertambah 14,85 ribu hektar pertahun.
(PBS). Dari seluruh luas areal perkebunan kopi Secara umum, luas areal perkebunan
Indonesia, 95,37% luas areal perkebunan kopi kopi di Indonesai dari tahun ke tahun terus
didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR), menunjukkan peningkatan khususnya pada
sedangkan sisanya oleh Perkebunan Besar perkebunan kopi rakyat. Sedangkan pada
Negara dan Perkebunan Besar Swasta yaitu perkebunan swasta maupun negara tidak
sebesar 4,63%. Pada gambar 2, terlihat menunjukkan perkembangan yang berarti. Pada
perkembangan luas areal kopi di Indonesia dari gambar 2, perkembangan luas areal perkebunan
tahun 1980 sampai dengan tahun 2017 kopi berdasarkan pengusahaan, cenderung
cenderung mengalami peningkatan dengan luas meningkat dari tahun 1980 hingga 2017 dengan
rata-rata mencapai 1,15 juta hektar. Akan tetapi, angka tingkat perkembangan tertinggi yaitu
jika dilihat pada tahun 1980 perkembangan luas pada perkebunan rakya (PR) sebesar 1,62%
areal kopi hanya sebesar 707,46 ribu hektar dan dengan luas areal rata-rata adalah 1,09 juta
mengalami peningkatan pada tahun 2017 hektar, sedangkan yang terendah pada tanaman
115
ANALYSIS OF COFFEE PRODUCTION IN INDONESIA
kopi yang diusahakan Perusahan Besar Negara tanaman kopi. Pembatasan perluasan areal
(PBN) mengalami peningkatan hanya sebesar produksi perkebunan besar negara dan
0,71% pertahun atau 25,77 ribu hektar. Hal ini perkebunan besar swasta berdampak pada
dikarenakan adanya kebijakan pemerintah produksi kopi yang jumlahnya lebih sedikit
Indonesia untuk membatasi perluasan areal dibandingkan dengan produksi pada perkebunan
perkebunan, khususnya untuk Perkebunan Besar rakyat. Namun terdapat kecenderungan fluktuasi
guna mencegah terjadi surplus produksi. produksi kopi baik pada perkebunan rakyat
Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan maupun pada perkebunan besar negara
Besar Swasta hanya boleh memperbaiki
tanaman yang rusak dan melakukan peremajaan
dan perkebunan besar swasta.
Gambar 2. Perkembangan Luas Areal Kopi Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Sumber : Ditjenbun, Pertanian
2018)
Terdapat dua spesies tanaman kopi jenis Robusta memperoleh harga yang lebih
yang dikembangkan di Indonesia, yaitu kopi rendah dari kopi jenis Arabika, namun adanya
arabika dan kopi robusta. Kopi arabika pertumbuhan permintaan dunia akan kopi jenis
merupakan jenis kopi tradisional, dianggap ini berdampak pada permintaan kopi jenis
paling enak rasanya, dan kopi robusta yang Robusta.
memiliki kafein lebih tinggi, dapat Sementara jenis kopi arabika hanya
dikembangkan dalam lingkungan dimana kopi mencapai luas rata-rata 228,71 ribu hektar dari
arabika tidak dapat tumbuh, dengan rasa yang total luas areal kopi Indonesia. Akan tetapi, luas
pahit dan asam. Berdasarkan jenis kopi yang areal perkebunan kopi robusta mengalami
paling banyak diusahakan dalam perkebunan penurunan dari tahun 2001-2017 yaitu rata-rata
kopi antara tahun 2001-2017 pada gambar 3, 1,04 juta hektar, sedangkan kopi arabika
yaitu kopi jenis robusta mencapai 81,96% mengalami peningkatan luas areal yang cukup
dengan luas rata-rata mencapai 1,04 juta hektar, signifikan sebesar 11,77% per tahun yaitu
jenis kopi robusta lebih banyak ditanam pada sebesar 812,81 ribu hektar di tahun 2001 dan
lahan perkebunan rakyat (PR) mencapai luas mencapai luas 330,50 ribu hektar di tahun 2017.
rata-rata 999,17 ribu hektar, sementara Hal ini dikarenakan harga kopi arabika yang
Perkebunan Besar Negara (PBN) dan cukup mahal dan diminati untuk dikonsumsi
Perkebunan Swasta (PBS) memberikan mengakibatkan beralihnya penanaman kopi
kontribusi yang relatif kecil yaitu rata-rata 18,29 robusta ke kopi arabika. Selain itu juga, jenis
ribu hektar dan 21,96 ribu hektar terhadap total kopi arabika terbaik dari lima daerah di
luas areal kopi robusta di Indonesia. Pengenalan Indonesia, yaitu Wamena (Papua), Toraja,
kopi jenis Robusta sejak tahun 1900 di (Sulawesi Selatan), Malabar (Jawa
Indonesia berdampak pada peningkatan hasil Barat),Arabika Gayo (Aceh) dan Flores, Nusa
produksi. Kopi jenis ini tahan penyakit, keras Tenggara Timur).
dan memberi hasil yang tinggi. Walaupun kopi
116
Elvin Desi Martauli
Gambar 3. Perkembangan luas areal kopi menurut jenis kopi yang diusahakan (Sumber : Ditjenbun,
Pertanian, 2018)
3. Perkembangan Produksi Kopi di dengan kontribusi yang diberikan yaitu 17,24%
Indonesia atau produksi rata-rata mencapai 110,05 ribu
Data produksi kopi Indonesia rata-rata ton per tahun, sementara empat provinsi sentra
selama 5 tahunterakhir dari tahun 2013 hingga lainnya berkontribusi antara 5,19% hingga
2017 pada sentra produksi kopi perkebunan 9,26% yaitu di Provinsi Sumatera Barat, Aceh,
rakyat (PR) terdapatdi 6 provinsi sentra dengan Bengkulu dan Sumatera Utara atau produksi
total produksi mencapai 418,42 ribu ton kopi rata-rata berkisar antara 33,13 ribu ton hingga
beras. Kopi beras adalah biji kopi kering yang 59,14 ribu ton. Sementara provinsi lainnya
sudah dibuang kulit tanduk dan kulit berkontribusi 32,96% terhadap produksi kopi
arinya.Untuk sentra produksi kopi paling tinggi Indonesia. Secara lebih rinci, data produksi kopi
yaitu pada Provinsi Sumatera Selatan sebesar di Indonesia berdasarkan sentra kopi tersaji
18,99% atau rata-rata produksi sebesar 121,25 pada Tabel 2.
ribu ton. Posisi kedua adalah Provinsi Lampung
Sentra produksi kopi robusta pada seperti Lampung dan Bengkulu berada di urutan
perkebunan rakyat (PR) di Indonesia tahun 2013 kedua dan ketiga dengan produksi rata-rata
hingga 2017 yaitu mencapai 95,60% dari total 109,95 ribu ton dan 54,97 ribu ton. Produksi
produksi kopi robusta di Indonesia. Untuk ketiga provinsi tersebut secara total
sentra kopi robusta di Indonesia terdapat dilima menyumbang 63,34% dari produksi kopi
provinsi dengan total share mencapai73,67% robusta di Indonesia. Provinsi penghasil kopi
dari total produksi kopi robusta di Indonesia. robusta terbesar lainnya adalah Jawa Timur
Lima provinsi tersebut yaitu Provinsi Sumatera yang berkontribusi sebesar 6,18% dengan rata-
Selatanadalah provinsi dengan memberikan rata produksi 27,94 ribu ton per tahun, dan
kontribusi produksi kopi robusta paling tinggi Provinsi Jawa Tengah yang berkontribusi
yaitu sebesar 26,84% atau produksi kopi robusta sebesar 4,14% dengan rata-rata produksi sebesar
rata-rata mencapai 121,25 ribu ton. Provinsi lain 18,70 ribu ton per tahun (Gambar 4).
117
ANALYSIS OF COFFEE PRODUCTION IN INDONESIA
keunggulan kopi robusta jika dibandingkan dengan produksi sebesar 49,70 ribu ton dan
dengan kopi arabika yaitu pada keadaan 42,29 ribu ton kopi arabika berasan. Provinsi
lingkungan produksinya. Kopi robusta yang penghasil kopi arabika terbesar lainnya adalah
jauh lebih mudah proses penanamannya ini Sulawesi Selatan dengan produksi rata-rata
memberikan keunggulan tersendiri. Jenis ini 20,10 ribu ton, Provinsi Sumatera Barat dengan
bisa ditanam pada ketinggian sekitar 200-800 rata-rata produksi 15,11 ribu ton dan Jawa Barat
mdpl dan tidak mudah terserang hama. Daya sebesar 9,37 ribu ton (Gambar 5).Perkembangan
tahan tanaman kopi jenis robusta ini memang luas areal kopi akan memberikan dampak laju
sangat baik karena dibantu dengan kandungan pertumbuhan kopi di Indonesia dari tahun 1980
kafeinnya yang tinggi sebagai toksin hama. sampai dengan 2017 rata-rata yaitu sebesar
Sementara itu, produksi kopi arabika di 2,15% atau mengalami peningkatan produksi
Indonesia mencapai rata-rata 160,86 ribu ton kopi rata-rata yaitu 523,83 ribu ton kopi
periode 2013 hingga 2017 atau berkontribusi berasan.Terjadinya peningkatan produksi kopi
hanya 18,13% terhadap total produksi kopi Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 1998
Indonesia yang rata-rata mencapai 647,20 ribu sebesar 20,08% dengan total produksi kopi
ton kopi berasan. Sentra produksi kopi arabika mencapai 514,45 ribu ton atau mengalami
Indonesia terdapat di 5 provinsi dengan total meningkat86,03 ribu ton dari tahun sebelumnya
share mencapai 84,91% atau produksi rata-rata hanya mencapai 428,42 ribu ton kopi berasan.
sebesar 136,58 ribu ton yaitu sangat dominan di
dua provinsi yaitu Sumatera Utara dan Aceh
Gambar 4. Sentra produksi kopi robusta di Indonesia Gambar 5. Sentra produksi kopi arabika di
tahun 2013-2017 Sumber : Direktorat Indonesia tahun 2013-2017 Sumber :
Jenderal Perkebunan (2018) Direktorat Jenderal Perkebunan (2018)
Tabel 3, menunjukkan bahwa status komoditas kopi baru diolah dalam bentuk biji
pengusahaan kopi di Indonesia pada tahun 2008 kopi kering, sedangkan pengolahan produk
hingga 2017jika dilihat berdasarkan produksi hilirnya belum dilakukan secara
dan produktivitas kopi masih didominasi intensif.Sementara produksi kopi yang berasal
dikuasai oleh perkebunan rakyat (PR) dengan dari perkebunan milik negara (PBN) dan
rata-rata produksi yaitu 632.274 ribu ton. Akan perkebunan milik swasta memberikan
tetapi, produksi kopi pada perkebunan rakyat kontribusi yang kecil yaitu kurang dari 5% atau
(PR) cenderung mengalami penurunan produksi kopi beras rata-rata 16,17 ribu ton dan
dikarenakan produktivitas tanaman masih 11,93 ribu ton. Akan tetapi, perkebunan kopi
rendah akibat banyaknya tanaman tua dan rusak, yang dikelola oleh perkebunan swasta (PBS)
belum menggunakan benih unggul serta dan perkebunan milik negara (PBN) dikelola
kurangnya perawatan tanaman dari serangan secara terintergrasi sehingga produksi yang
hama sehingga produksi kopi yang dihasilkan dihasilkan lebih tinggi.
tidak maksimal. Di lain sisi, sebagian besar
Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kopi Menurut Status Pengusahaan
Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)
Tahun Jumlah Jumlah
PR PBN PBS PR PBN PBS
2008 669.942 17.332 10.742 698.016 729 985 515 729
118
Elvin Desi Martauli
119
ANALYSIS OF COFFEE PRODUCTION IN INDONESIA
120