Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Kopi Arabika di Indonesia

Potensi Kopi Arabika di Kabupaten Bondowoso

Faktor Internal dan Eksternal Pemasaran Kopi


Arabika Bondowoso dari segi:
1. Product 5. People
2. Place 6. Phisycal Evidence
3. Price 7. Process
4. Promotion

Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Pemasaran Kopi Arabika di


Strenght (S) Kabupaten Bondowoso Weakness(W)
Kopi Arabika telah tersertifikat Indikasi Kelembagaan bersifat Top to Down
Geografis (Produk)
Mampu menerapkan SOP pengolahan Belum melakukan gradding terhadap
buyer
Telah menerapkan pertanian organik Penjualan satu pintu belum terlaksana
Penyuluhan intensif Tidak memiliki SPI
Menjaga mutu produk kopi arabika Koordinasi antara lembaga kurang
intensif
Adanya nota kesepahaman 7 pihak Produktivitas kopi arabika fluktuatif
terkait klaster kopi arabika
Kepatuhan petani terhadap aturan Penurunan kinerja kelembagaan
konservasi dan pengelolaan hutan
Jaminan Pemasaran Kontrol mutu dari lembaga belum
kontinyu
Opportunitiess (O) Threats (T)
Dukungan dari lembaga pemerintahan Persaingan dari produk kopi lain
Dukungan dari lembaga permodalan Terjadinya bencana alam
Jangkauan pasar luas Fluktuasi harga
Kondisi pemasaran kopi arabika Buyer yang tidak bersinergi dengan
cenderung stabil petani
Ketersediaan lahan pertanaman yang Mekanisme kontrol label lemah
belum ditanami kopi arabika
Buyer beragam Terjadinya pemasaran individual
Memiliki branding Java Ijen Raung

Strategi Pemasaran Kopi Arabika di Kabupaten Bondowoso


Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki banyak manfaat. Kopi tidak
hanya sekedar dikonsumsi sebagai minuman pendamping rokok, namun kopi juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat serta bahan pembuatan kosmetik. Tanaman kopi umumnya
membentuk pohon kecil dan memiliki bunga berwarna putih serta memiliki aroma yang
wangi. 

Menurut data yang dikeluarkan oleh DPR RI, perkebunan kopi di Indonesia masih
didominasi oleh perkebunan rakyat. Perkebunan kopi rakyat di Indonesia pada tahun 2006
mencapai 96% atau 1,21 juta ha dari total 1,26 juta ha. Jenis kopi yang banyak ditanam di
Indonesia adalah kopi Arabica, kopi robusta dan kopi liberika. Salah satu daerah yang
memiliki perkebunan kopi di Jawa Timur adalah Kabupaten Bondowoso.

Luas areal lahan perkebunan kopi di Bondowoso terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2016 menurut Kepala Dinas kehutanan dan perkebunan melebihi angka 13 ribu hektar bahkan
akan menuju angka 17 ribu hektar. 

13 ribu hektar luas lahan perkebunan kopi tersebut meliputi 7 ribu hektar kopi arabika dan
5.500 hektar kopi robusta. Dengan bertambahnya luas areal perkebunan, juga akan
menambah produktifitas dari kopi tersebut. Namun, dengan bertambahnya produktifitas
belum tentu kualitas kopi berhasil memenuhi permintaan kopi di pasaran baik dalam negeri
maupun luar negeri.

Salah satunya pengembangan klaster kopi arabika di Kabupaten Bondowoso secara kualitas
dan kuantitas masih kurang baik. Menurut Suradi, I dkk., (2017) rendahnya mutu kopi pada
perkebunan rakyat disebabkan oleh kurangnya pemahaman serta pengetahuan petani kopi
rakyat tentang cara bertanam kopi yang benar dan efisien, serta cara memproses kopi menjadi
minuman siap saji. 

Kegiatan petani yang dapat menurunkan mutu kopi di Kabupaten Bondowoso antara lain
pemeliharaan tanaman yang tidak intensif, petik racutan atau memetik buah kopi yang
berwarna hijau dan dilakukan bila sisa buah di pohon sekitar 10%, serta dilakukan secara
bersamaan atau serentak. 

Menurut Pamungkas dkk., (2019) panen secara serentak tersebut akan mengakibatkan tidak
semua biji kopi memiliki ukuran dan berat maksimal. Biji kopi akan menyusut dan keriput
setelah dilakukan proses pengeringan. Permasalahan lain yang dapat menurunkan kualitas
akibat panen biji kopi hijau terletak pada penyimpanannya yang menggunakan karung dalam
waktu yang lama dan tidak langsung dijemur. 

Faktor terakhir yang menyebabkan kualitas kopi mengalami penurunan yaitu proses
pengeringan kopi dilakukan di jalan dengan alas karung bekas. Hal itu dikarenakan para
petani masih belum menguasai pengetahuan tentang budidaya dan pengolahan kopi yang
akan meningkatkan kualitas, serta kurangnya modal usaha.

Dengan melihat kondisi seperti itu Pemkab Bondowoso ingin menyamakan mutu kopi rakyat
dengan kopi milik PTPN XII. Pengembangan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu yaitu
dengan melakukan program pemberdayaan, kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam hal
budidaya hingga pasca panen kopi. Mendukung fasilitas promosi, pembangunan fisik
insfrastruktur, sarana dan prasarana pelengkap klaster kopi Arabika di Kabupaten
Bondowoso. 

Biaya fasilitas yang akan diberikan untuk mendukung program pengembangan yaitu meliputi
biaya pembangunan fisik insfrastruktur sarana prasarana, modul pelatihan, trainer,
narasumber serta dukungan untuk melakukan promosi. 

Terdapat juga sosialisasi yang dilakukan agar menambah pengetahuan dan ilmu petani kopi
rakyat tentang proses panen dan perlakuan yang tepat terhadap biji kopi. Sosialisasi yang
diadakan meliputi materi tentang pemahaman biji kopi terbaik yang layak dipanen, proses
penyimpanan dan juga pengeringan yang tepat, sehingga kualitas dan kuantitas biji kopi tidak
mengalami penurunan.

Pengembangan pengetahuan perlu dilakukan agar petani perkebunan kopi rakyat dapat
meningkatkan kualitas kopi serta memperluas pemasaran kopi serta kopi di Kabupaten
Bondowoso dapat diterima konsumen dalam maupun luar negeri. Sehingga para petani dapat
meningkatkan kualitas hidup dan memajukan perekonomian keluarganya. Selain itu dengan
adanya dana usaha petani kopi rakyat tidak perlu lagi melakukan pemanenan kopi serentak
dimana selama ini para petani memanen semua biji kopi dipohon baik itu biji kopi merah dan
biji kopi hijau. 

Dikarenakan kebutuhan ekonomi para petani kopi, sehingga buah kopi dilakukan pemanenan
bersamaan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dalam waktu singkat dan
kegiatan tersebut lebih cepat menghasilkan pendapatan para petani. Dengan adanya
pengembangan serta sosialisai ini diharapkan para petani kopi rakyat bisa lebih banyak
meningkatkan produksi kopi dan meningkatkan kualitas kopi serta menemukan tempat yang
efisien untuk dilakukannya penjemuran kopi serta gudang penyimpanan yang memadai.

Terdapat juga sosialisasi yang dilakukan agar menambah pengetahuan dan ilmu petani kopi
rakyat tentang proses panen dan perlakuan yang tepat terhadap biji kopi. Sosialisasi yang
diadakan meliputi materi tentang pemahaman biji kopi terbaik yang layak dipanen, proses
penyimpanan dan juga pengeringan yang tepat, sehingga kualitas dan kuantitas biji kopi tidak
mengalami penurunan.

Pengembangan pengetahuan perlu dilakukan agar petani perkebunan kopi rakyat dapat
meningkatkan kualitas kopi serta memperluas pemasaran kopi serta kopi di Kabupaten
Bondowoso dapat diterima konsumen dalam maupun luar negeri. Sehingga para petani dapat
meningkatkan kualitas hidup dan memajukan perekonomian keluarganya. Selain itu dengan
adanya dana usaha petani kopi rakyat tidak perlu lagi melakukan pemanenan kopi serentak
dimana selama ini para petani memanen semua biji kopi dipohon baik itu biji kopi merah dan
biji kopi hijau. 

Dikarenakan kebutuhan ekonomi para petani kopi, sehingga buah kopi dilakukan pemanenan
bersamaan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dalam waktu singkat dan
kegiatan tersebut lebih cepat menghasilkan pendapatan para petani. Dengan adanya
pengembangan serta sosialisai ini diharapkan para petani kopi rakyat bisa lebih banyak
meningkatkan produksi kopi dan meningkatkan kualitas kopi serta menemukan tempat yang
efisien untuk dilakukannya penjemuran kopi serta gudang penyimpanan yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Kalia, F. 2016. Tingkatkan Produksi, Luas Lahan Kopi di Bondowoso Bertambah.. 10


oktober 2020.

Pamungkas, T, S. G, Wicaksono. R, Yunita. 2019. Pelatihan dan Pendampingan Kelompok


Petani Kopi Bondowoso. Jurnal Uhamka. Vol.2 No.2. Hal : 101-106

Salsabila, T. 2020. Jumlah Konsumsi Kopi Dunia Meningkat, Petani Indonesia Hadapi 3
Masalah Besar.. 10 oktober 2020

Suradi, I. A, Murdyastuti. H, B. Patriadi. 2017. Implementasi Kebijakan Pengembangan


Klaster Kopi Arabika Di Bondowoso. Majalah Ilmiah "DIAN ILMU". Vol.17 No.1. Hal : 54-
73

Anda mungkin juga menyukai