Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MEMBELI

KOPI ARABICA DAN ROBUSTA

Untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Ekonomi Islam

Oleh :
Putri Yasmin
21050237

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2021/2022
ANALISIS KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MEMBELI KOPI
ARABICA DAN ROBUSTA

Putri Yasmin
(21050237)

Abstrak

Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang paling digemari diseluruh dunia,
Paling banyak diminati Terutama dikalangan Anak Muda. Sebagian orang bahkan harus
meneguk secangkir kopi sebelum melakukan aktivitasnya. Kopi Arabica maupun kopi
robusta memiliki prospek yang sangat baik mengingat tingginya minat masyarakat terhadap
kopi dan gaya hidup masyarakat modern untuk menikmati kopi di Coffee Shop. Rumusan
masalah ialah Bagaimana keputusan masyarakat dalam membeli kopi Arabica dan robusta di
Culture Coffee (CC)?. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
penelusuran, langkah-langkahnya meliputi analisis pendekatan dan masalah pengambilan
keputusan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Kesimpulan dari artikel ini adalah dari
hasil analisis Proses keputusan menunjukkan bahwa konsumen membeli kopi Arabica dan
robusta di Culture Coffee (CC) di Kecamatan Muara dua Kota Lhokseumawe, Aceh. banyak
didominasi oleh laki-laki berusia produktif. Keputusan konsumen untuk melakukan
pembelian kopi Arabica dan robusta di Culture Coffee dipengaruhi oleh beberapa faktor
utama, yaitu kebiasaan, gaya hidup, usia, cita rasa, faktor produk, harga, ekonomi, lokasi dan
lain sebagainya.

Kata Kunci : Coffee Shop, Proses keputusan, Arabica, robusta


I. PENDAHULUAN

Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang paling digemari diseluruh dunia,
Paling banyak diminati Terutama dikalangan Anak Muda. Sebagian orang bahkan harus
meneguk secangkir kopi sebelum melakukan aktivitasnya. Salah satu bisnis yang di
berkembang sekarang adalah bisnis kafe (Coffee Shop) atau kedai kopi. Tidak heran Coffee
shop alias kedai kopi belakangan ini semakin mudah dijumpai, para pengunjung Coffe shop
yang hampir sebagian besar adalah Anak Muda. Dilansir dari salah satu jurnal ekonomi
“Kopi adalah jenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman
kopi. Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman yang berasal
dari benua afrika, Tanaman kopi dibawa ke jawa pada Tahun 1696. Tanaman kopi sendiri
memiliki dua jenis spesies yaitu kopi Arabica dan kopi Robusta, Kopi Arabica yang dikenal
dari Indonesia diantaranya kopi lintong, kopi daraja dan kopi Gayo. sedangkan, kopi Robusta
(kopi Ulee Kareeng)”. Kopi Arabica maupun kopi robusta memiliki prospek yang sangat baik
mengingat tingginya minat masyarakat terhadap kopi dan gaya hidup masyarakat modern
untuk menikmati kopi di Coffee Shop. Tradisi minum kopi telah berkembang turun temurun
seiring perkembangan Aceh sebagai salah satu daerah produsen kopi kelas dunia. Khusus
untuk kopi Ulee kareeng, bisa dikatakan hampir semua kedai kopi di aceh menyuguhkan kopi
jenis ini. Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh
ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk harga, lokasi, promosi, proses,
manusia, dan bukti fisik (Alma,2016.96).

Kopi memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kopi


merupakan salah satu jenis minuman yang mendunia dan dicintai oleh sebagian besar
masyarakat dunia dan memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Aceh merupakan
daerah produsen kopi terbesar keempat di Indonesia, dengan total produksi kopi sepanjang
tahun 2020 mencapai 73,419 ton, Luas lahan kopi di aceh yakni 126.289 hektar yang
seluruhnya dalam bentuk perkebunan rakyat. Salah satu kopi yang terkenal di Indonesia
adalah kopi aceh. Saat ini di Aceh terdapat dua jenis kopi yang di budidayakan yaitu kopi
Arabica dan kopi robusta, Jenis tanaman kopi yang paling banyak digunakan ialah kopi
Arabica dan robusta. Untuk kopi Arabica umumnya di budidayakan di wilayah dataran tinggi
“Tanah Gayo”, Aceh Tenggara dan Gayo Lues, sedangkan kopi robusta lebih dominan
dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie (terutama wilayah tangse dan geumpang)
dan Aceh Barat.
Jenis kopi Arabica dan robusta, memiliki kandungan kafein yang berbeda. Kandungan
kafein pada kopi Arabica dan Robusta telah diteliti oleh (Aprilia, 2018). Hasil yang ia
dapatkan yaitu 0,97% (Arabica) dan 1,42% (robusta) dari total berat sampel sebanyak 1 gram.
Sedangkan (Caracostea, 2020) mendapatkan hasil kadar kafein yaitu 1,54% (Arabica) dan
1,82% (robusta) dari total berat sampel yang sama. (Fajrina, 2018) mendapatkan hasil
berbeda untuk kadar kafein Arabica 1,33%, 1,23% dan 0,98% dalam perlakuan yang
menggunakan variasi perbedaan sangrai. Sepanjang tahun 2020, total produksi kopi Indonesia
mencapai 762,380 ton, Badan pusat statistik (BPS). Dari segi rasa, kopi Arabica memiliki
banyak variasi rasa yang beragam. Rasa dari kopi ini lembut, manis, tajam, dan juga kuat.
Tentu saja secara umum, orang cenderung menyukai aroma kopi Arabica bila dibandingkan
robusta. Sedangkan untuk rasa dari kopi robusta, cenderung memiliki variasi rasa yang netral.
Terkadang juga memiliki rasa dan aroma seperti gandum. Faktanya, harga biji kopi Arabica
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kopi robusta.

Permintaan masyarakat terhadap suatu produk kopi dipengaruhi oleh adanya selera
konsumen terhadap jenis kopi. Berbagai jenis produk kopi yang dijual menyebabkan
persaingan antar produsen kopi, sehingga bagi penjual perlu memahami perilaku konsumen
untuk menyusun suatu strategi pemasaran dalam memperebutkan minat beli konsumen.
Ketatnya suatu persaingan kedai kopi yang ada, membuat penjual dituntut agar bergerak lebih
cepat dalam menarik minat konsumen. Keadaan menuntut penjual untuk mengetahui apa
yang dibutuhkan konsumen dan mengetahui apa yang menyebabkan konsumen memilih dan
membeli produk tersebut. Keputusan pembelian merupakan suatu keputusan masyarakat yang
dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya, produk harga, lokasi,
promosi, cita rasa, proses, manusia, dan bukti fisik (Alma, 2016.96).

Menurut Kotler & Amstrong (2018:81) keputusan pembelian adalah suatu proses
pengambilan keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Semakin baik bauran
pemasaran maka akan semakin banyak masyarakat yang memutuskan membeli merek
tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Faktor produk menjadi salah satu penyebab
masyarakat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk yang diminati, Produk
merupakan apa saja yang bisa ditawarkan oleh perusahaan agar dicari, diminta, dibeli,
dikonsumsi atau digunakan oleh pasar untuk dipakai dalam usaha memenuhi kebutuhan. Para
konsumen tidak mau asal-asalan dalam membelanjakan uangnya, mereka takut bahwa uang
dan energi yang telah mereka keluarkan tidak sebanding dengan kualitas yang akan mereka
dapatkan. Faktor Harga juga dapat memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu
produk kopi, kesalahan dalam menentukan harga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi
dan dampak, jika dibiarkan asal-asalan dalam menentukan harga bisa menyebabkan pelaku
usaha tidak disukai pembeli. Faktor lain yang tak kalah penting yaitu promosi, tanpa adanya
promosi maka produk tidak akan dikenal oleh masyarakat. Pada masa sekarang dimana
teknologi berkembang dengan pesat, promosi melalui media sosial dinilai sangat efesien dan
efektif. Lokasi yang strategis juga sangat penting dalam menentukan keputusan pembelian.

Para pemasar Kurang memperhatikan bagaimana sebenarnya reaksi konsumen yang


mengkonsumsi produk tersebut, hal ini terlihat dari para pemasar yang hanya berfokus pada
bagaimana caranya memproduksi dan memasarkan produknya saja, Namun mereka tidak
menyadari bahwa pentingnya memperhatikan minat pembeli terhadap suatu produk. Hal
tersebut bisa menjadi salah satu penyebab konsumen kurang meminati produk yang
dipasarkan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, keputusan masyarakat dalam membeli
kopi Arabica dan robusta dipengaruhi oleh gaya hidup, keuangan, budaya, harga, promosi,
lokasi, teknologi, produk, dan cita rasa. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Keputusan Masyarakat Dalam Membeli Kopi Arabica dan
Robusta”.
II. PEMBAHASAN

Kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
Terutama dikalangan Anak Muda. Sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di
Indonesia adalah kopi Robusta sebesar 90% dan sisanya kopi Arabica 10% namun produksi
kopi Arabica menjadi produk kopi unggulan dan paling banyak diminati oleh konsumen baik
dari dalam negeri maupun luar negeri (Rahardjo, 2012). Aceh Tengah memiliki komoditi
unggulan yang berada di daerah tekengon, berupa kopi Arabica gayo. Daerah tersebut
menjadi pemasok kopi bagi perusahaan kopi dunia asal amerika serikat (AS) Lantaran
variannya merupakan kopi terbaik dunia (kompas.com). Harga kopi Robusta lebih murah
dibandingkan kopi Arabica. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(BAPPEBTI) Mencatat pada November 2022 harga komoditas kopi Arabica ditingkat
pertanian berkisar 95 ribu rupiah, Sedangkan harga komoditas kopi robusta mencapai 35 ribu
rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa kopi Arabica memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kopi robusta.

A. Proses Keputusan pembelian

Menurut Kotler 2013 Ada 5 tahapan yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan
pembelian, yaitu : Pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Keputusan pembelian merupakan serangkaian
proses yang berawal dari konsumen mengenal, mencari informasi tentang produk atau merek
tertentu dan mengevaluasi produk atau merek tersebut seberapa baik masing-masing alternatif
tersebut dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian serangkaian proses tersebut
mengarah kepada keputusan pembeli (Tjiptono, 2014:21). Minat pada dasarnya dipengaruhi
dua faktor intrinsik dan ektrinsik (purwanti, 2008:23). Faktor intrinsik adalah sifat
pembawaan yang merupakan dalam diri individu yang meliputi : psikologis dan kebutuhan,
sedangkan faktor ektrinsik merupakan dari luar yaitu keluarga, lingkungan, sekolah,
pergaulan. Menurut kotler dan Amstrong didalam akbar (2015) bahwa keputusan pembelian
adalah proses dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Saat
memutuskan untuk membeli sesuatu konsumen melalui lima tahap proses pembelian yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi, keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian.

B. Konsumen
Konsumen diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu : konsumen individu dan
konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri.
Konsumen individu membeli barang dan jasa yang akan digunakan oleh anggota yang lain,
misalnya susu formula untuk bayi, TV, furniture dan sebagainya. Sedangkan konsumen
organisasi yaitu meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial dan lembaga lainnya.
Pentingnya pemahaman tentang konsumen dapat ditemukan pada definisi pemasaran
(marketing), yaitu kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan melalui proses pertukaran. Bagi para pemasar untuk menciptakan pertukaran yang
berhasil mereka harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan keinginan
konsumen (Mowen dan minor, 2002). Menurut Reksoprayitno dalam Marbun (2014),
menyampaikan bahwa teori konsumen menjelaskan bagaimana reaksi konsumen dalam
kesediaannya membeli suatu barang akan berubah jika jumlah pendapatan konsumen dan
harga barang yang bersangkutan berubah. Fungsi utama suatu barang dan jasa konsumsi
adalah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya, dengan terpenuhinya kebutuhan
konsumen tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi konsumen itu sendiri.

C. Perilaku konsumen

Perilaku konsumen merupakan semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang
mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,
menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan evaluasi. Secara sederhana perilaku
konsumen meliputi hal-hal seperti Apa yang dibeli konsumen?, mengapa konsumen
membelinya?, berapa sering mereka membelinya?, dan berapa sering mereka
menggunakannya? (sumarwan, 2004). Minat pada dasarnya dipengaruhi dua faktor intrinsik
dan ektrinsik (purwanti, 2008:23). Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan
merupakan tugas penting bagi para produsen, untuk itu pihak produsen atau perusahaan yang
menghasilkan dan menjual produk yang ditujukan pada konsumen harus memiliki strategi
yang jitu, untuk itu perusahaan harus memahami konsep perilaku konsumen agar konsumen
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan melakukan transaksi pembelian dan
merasakan kepuasan terhadap produk yang ditawarkan sehingga konsumen menjadi
pelanggan tunggal (setiadi, 2013). Menurut Loudon dan Bitta dalam Marbun (2014)
Menjelaskan bahwa perilaku konsumen mencakup proses pengambilan keputusan dan
kegiatan yang dilakukan konsumen secara fisik dalam pengevaluasian, perolehan penggunaan
atau mendapatkan barang dan jasa. Menurut Simamora dalam Destiana (2009) Perilaku
konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang, lebih dari itu, perilaku konsumen
adalah suatu hal yang dirumis, yang mencakup suatu hubungan interaktif antara alfektif dan
kognitif serta perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran antara
dua pihak atau lebih. Dimana masing-masing pihak memberi dan menerima sesuatu yang
berharga.

D. Kepuasan konsumen

Kepuasan konsumen merupakan konsep penting dalam pemasaran dan penelitian


konsumen. Sudah menjadi pendapat umum bahwa jika konsumen merasa puas dengan suatu
produk atau merek, mereka cenderung akan terus membeli dan menggunakannya serta
memberi tahu orang lain tentang pengalaman mereka yang menyenangkan dengan produk
tersebut (Peter dab olson, 2000). Menciptakan kepuasan konsumen merupakan salah satu inti
dari pencapaian jangka panjang bagi produsen. Jenis kopi Arabica memiliki kualitas cita rasa
tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan kopi jenis robusta sehingga harga
kopi Arabica lebih mahal. Areal pertanaman kopi Arabica terbatas pada lahan dataran tinggi
di atas 1.000 m dari permukaan laut agar tidak terserang karat daun kopi. (Rahardjo, 2017).
Pengolahan kopi robusta lebih mudah dibandingkan kopi arabika. Kopi robusta rasanya lebih
seperti cokelat, lebih pahit, namun sedikit asam. Bau yang dihasilkan khas dan manis. Warna
kopi ini bervariasi sesuai dengan teknik pengolahannya. Memiliki tekstur kopi lebih kasar
dibandingkan dengan kopi arabika (Nurhakim, yusnu iman. 2014). Menciptakan kepuasan
konsumen merupakan salah satu inti dari pencapaian profitabilitas jangka panjang bagi
perusahaan. Kepuasan merupakan gambaran perbedaan antara harapan dan kinerja (yang
nyata diterima). Apabila harapan tinggi, sementara kinerjanya biasa-biasa saja, kepuasan
tidak akan tercapai atau bahkan menimbulkan kekecewaan bagi konsumen (Priansa, 2017).
III. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan penelusuran,
langkah-langkahnya meliputi analisis pendekatan dan masalah pengambilan keputusan
melalui studi pustaka dan studi lapangan. Pengumpulan data melalui hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi. Untuk dapat memperoleh data diajukan pertanyaan kepada 10
responden. Data yang diambil dari penelitian ini meliputi Minat, harga, cita rasa dan
kepuasan. Penelitian ini dilakukan di Culture Coffee (CC) pada Kecamatan Muara dua, Kota
Lhokseumawe. Penentuan daerah dalam artikel ini ditentukan dengan menggunakan metode
yang disengaja atau Purposive method. Purposive method adalah suatu teknik penentuan
daerah sampel penelitian yang dilakukan secara disengaja berdasarkan pertimbangan tertentu
sesuai dengan tujuan dari penelitian (Asri, 2014).

Karakteristik konsumen kopi Arabica dan robusta di Culture Coffee pada penelitian
ini dibedakan berdasarkan beberapa komponen pembeda, yaitu jenis kelamin,umur, pekerjaan
dan tingkat pendapatan per bulan. Berikut merupakan karakteristik konsumen kopi Arabica
dan robusta di Culture Coffee di Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe.

Tabel 1. Karakteristik Konsumen Kopi Arabica dan robusta di Culture Coffe Berdasarkan
jenis kelamin Tahun 2022

No Jenis Kelamin Responden Persentase (%) Responden(Kopi Persentase (%)


(Kopi arabica) robusta)

1 Laki-laki 3 3.00 5 5.00

2 Perempuan 2 2.00 - -

Total 5 5.00 5 5.00


Sumber : Data primer (2022)

Berdasarkan Tabel.1, dapat di simpulkan bahwa konsumen kopi Arabica dan robusta di
Culture Coffee sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan terdapat sebagian konsumen
berjenis kelamin perempuan. Terdiri dari 3 orang responden laki-laki peminat kopi Arabica
dan 2 orang responden perempuan peminat kopi Arabica. Sedangkan, peminat kopi robusta
lebih dominan dari laki-laki sebanyak 5 responden.
Tabel 2. Karakteristik Konsumen Kopi Arabica dan robusta di Culture Coffe Berdasarkan
jenis kelamin Tahun 2022

No Usia (Tahun) Responden Persentase Responden Persentase


(kopi Arabica) (%) (kopi robusta) (%)

1 20 hingga 30 3 3.00 - -

2 31 hingga 40 2 2.00 1 1.00

3 41 hingga 50 - - 4 4.00

Total 5 5.00 5 5.00

Sumber : Data primer (2022)

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa karakteristik konsumen kopi Arabica dan
robusta di Culture Coffee dibedakan menjadi beberapa tingkatan usia. Sebagian besar
konsumen kopi Arabica berusia 20 tahun hingga 30 tahun sebanyak 3 responden (3%) dan
berusia 31 hingga 40 tahun sebanyak 2 responden (2%), Sedangkan Konsumen kopi robusta
berusia 31 tahun hingga 40 tahun sebanyak 1 orang (1%) dan berusia 41 hingga 50 tahun
sebanyak 4 orang (4%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsumen kopi Arabica di Culture
Coffee lebih banyak didominasi oleh konsumen yang berusia produktif. Sedangkan,
konsumen kopi robusta lebih banyak diminati lanjut usia.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa kopi Arabica dan robusta lebih dominan dikonsumsi
oleh laki-laki. Jenis kopi Arabica yang paling banyak diminati ialah Espresso, Sangger
Espresso dan Americano. Sedangkan, jenis kopi robusta yang paling banyak diminati adalah
Kupi Sareng, Sanger, Kupi Pancung dan Kupi Ulee Kareung. Harga kopi Arabica di Culture
Coffee sangat beragam mulai dari harga 12 ribu hingga 17 ribu rupiah. Sedangkan, kopi
robusta berkisar antara 9 ribu hingga 7 ribu rupiah. Meskipun harga kopi Arabica lebih mahal
dibandingkan kopi robusta, Namun Konsumen lebih banyak meminati kopi Arabica daripada
kopi robusta. Cita rasa yang berbeda memungkinkan konsumen lebih menyukai kopi Arabica
dibandingkan kopi robusta dikarenakan kopi Arabica memiliki kualitas cita rasa tinggi dan
kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan kopi jenis robusta, Sehingga harga kopi
Arabica lebih mahal. Hasil yang didapat dari review adalah kandungan kadar kafein tertinggi
pada kopi Arabica adalah 1,77% dan terendah 0,97%. Sedangkan Kopi robusta tertinggi
adalah 2,15% dan terendah 0,69%. Dari segi rasa, kopi Arabica memiliki rasa yang variatif.
Kopi Arabica lebih lembut dan sentuhan fruity dengan rasa buah-buahan, kacang-kacangan,
dan juga biji-bijian yang membuat cita rasanya sangat beragam. Sedangkan kopi Robusta
terasa kuat dan pahit. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui proses
analisis keputusan masyarakat dalam membeli kopi Arabica dan robusta, juga untuk
mengetahui Bagaimana keputusan masyarakat dalam membeli kopi Arabica dan robusta di
Culture Coffee (CC)? dan factor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
membeli kopi Arabica dan robusta.

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dari hasil analisis faktor yang paling dominan
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam pengambilan keputusan membeli kopi Arabica
dan robusta di Culture Coffee yaitu minat pembeli yang meliputi kebutuhan, lingkungan,
sekolah, gaya hidup, harga, ekonomi, cita rasa dan pergaulan berpengaruh positif terhadap
minat masyarakat terhadap kopi Arabica dan robusta. Dapat di simpulkan bahwa konsumen
kopi Arabica dan robusta Culture Coffee di Kecamatan Muara dua, Kota Lhokseumawe
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan terdapat sebagian konsumen berjenis kelamin
perempuan. Dari hasil Penelitian Terdiri dari 3 orang responden laki-laki peminat kopi
Arabica dan 2 orang responden perempuan peminat kopi Arabica. Sedangkan, peminat kopi
robusta lebih dominan dari laki-laki sebanyak 5 responden. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
kopi Arabica dan robusta lebih dominan dikonsumsi oleh laki-laki. Cita rasa yang berbeda
memungkinkan konsumen lebih menyukai kopi Arabica dibandingkan kopi robusta
dikarenakan kopi Arabica memiliki kualitas cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih rendah
dibandingkan dengan kopi jenis robusta sehingga harga kopi Arabica lebih mahal. Diketahui
Juga bahwa karakteristik konsumen kopi Arabica dan robusta di Culture Coffee dibedakan
menjadi beberapa tingkatan usia. Sebagian besar konsumen kopi Arabica berusia 20 tahun
hingga 30 tahun sebanyak 3 responden (3%) dan berusia 31 hingga 40 tahun sebanyak 2
responden (2%), Sedangkan Konsumen kopi robusta berusia 31 tahun hingga 40 tahun
sebanyak 1 orang (1%) dan berusia 41 hingga 50 tahun sebanyak 4 orang (4%). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa konsumen kopi Arabica di Culture Coffee lebih banyak didominasi oleh
konsumen yang berusia produktif. Sedangkan, konsumen kopi robusta lebih banyak diminati
lanjut usia. Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kopi Arabica dan robusta di
Culture Coffee dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, yaitu kebiasaan, gaya hidup, usia,
cita rasa, faktor produk, harga, ekonomi, lokasi dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Outlook Kopi. Pusat Data dan Informasi Pertanian.

Mowen. J.C. and Michele Minor. 2002. Perilaku Konsumen. PT Penerbit Erlangga. Jakarta.

Peter. and Jerry C. Olson. 2000. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. PT Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Suryani. T. 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu.
Yogyakarta.Mowen. J.C. and Michele Minor. 2002. Perilaku Konsumen. PT Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Akbar, M. H. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pada


Cafe Five Points Semarang.

Kotler, P. dan G. A. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Dua Belas Ed.). Jakarta: Erlangga.

Lubis, M. I. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam


Keputusan Pembelian Kopi Aceh Di Rumoh Kupie Atjeh. Edunomic JurnalPendidikan
Ekonomi, 5(2), 109.
Gambar 1.

Interview Dengan Narasumber

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai