Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DRAMA MANAJEMEN AGRIBISNIS

“Komoditas Kopi KUB Ngrancah Desa Ngrancah


Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang”

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Sri Hidayati, M.P.

Disusun Oleh :
1. Aulia Khairunisa 1610401003 7. Sofia H. 1610401035
2. Tri Sulistyo 1610401004 8. Gita Pratiwi 1610401027
3. Hesty Wiji Astuti 1610401008 9. Nabila 1610401031
4. Adi Shofiyadi 1610401011 10. Ahmad Budianto 1610401035
5. Zahrotul Ulin N. 1610401015 11. Beni Azwar S. 1610401022
6. Suwasdi 1610401013 12. Abdur Rouf 1610401038
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Petani merupakan salah satu faktor besar dalam kemajuan dan kemandirian dari
suatu daerah hingga suatu negara, terlebih bagi negara agraris seperti Indonesia. Petani
merupakan kunci dari ketersediaannya bahan pangan yang diproduksi oleh suatu negara
yang ingin mencapai kemandirian pangan. Majunya cara petani melakukan setiap langkah
dalam kegiatan usaha taninya akan menggambarkan bagaimana kondisi agribisnis suatu
negara tersebut.
Majunya pertanian Indonesia tentu saja harus didukung dari segala sektor, mulai
dari sektor agronomi hingga agribisnis dari segala komoditas yang sedang dan akan
diusahakan atau dikembangakan di Indonesia. Komoditas yang dimiliki Indonesia yang
telah merajai pasar internasional salah satunya yaitu kopi. Kopi merupakan salah satu
tanaman yang digalakkan untuk ditanam sejak masa colonial Belanda. Hal tersebut
menandakan bahwa komoditas kopi memang memiliki permintaan internasional yang
tinggi, sehingga perlu untuk dilakukan peningkatan-peningkatan dalam setiap proses
dalam menghasilkan kopi yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Perkebunan kopi di Indonesia tersebar luar di penjuru nusantara, salah satunya
yang berada di Provinsi Jawa Tengah tepatnya Kabupaten Magelang memiliki beberapa
desa yang memiliki fokus dalam membudidayakan tanaman kopi untuk memanfaatkan
biji kopi yang dihasilkan. Salah satu desa yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani kopi ialah Desa Ngrancah di Kecamatan Grabag. Desa
Ngrancah memiliki lahan yang ditanami tanaman kopi seluas kurang lebih 5 ha, dengan
lebih dari separuh petani yang ada merupakan petani kopi. Banyaknya jumlah petani kopi
di desa tersebut mendorong masyarakat untuk mendirikan sebuah KUB untuk
memudahkan pemasaran serta untuk menjaga harga dari komoditas kopi agar petani tidak
merugi. Selain telah didirikannya KUB, pemerintah juga telah membantu dalam
penyediaan beberapa mesin pengolah kopi agar Desa Ngrancah dapat memproduksi
sendiri kopi hingga menjadi kopi yang siap konsumsi serta meningkatkan nilai jual dari
komoditas kopi dengan melakukan diversifikasi.
Didirikannya KUB atau Kelompok Usaha Bersama merupakan sebuah tindakan
nyata dari upaya melindungi petani-petani dari naik turunnya harga komoditas serta
meningkatkan nilai jual dari komoditas itu sendiri. Kelompok Usaha Bersama di Desa
Ngrancah akan menerima kopi-kopi hasil dari budidaya petani anggota dari kelompok-
kelompok tani yang ada di Desa Ngrancah. Salah satu kelompok tani yang ada di Desa
Ngrancah yaitu Kelompok Tani Taruna Bumi yang berada di Dusun Ngrancah. Setiap
kelompok tani akan mengumpulkan hasil biji kopinya kemudian menjualnya kepada KUB
untuk dipasarkan lebih lanjut dengan harga yang telah disetujui kedua belah pihak.
Selama proses penjualan atau penyetoran biji kopi dari kelompok tani ke kelompok
usaha bersama atau KUB, memiliki beberapa kendala yang mengancam peran dari KUB
sendiri. Walaupun telah memiliki KUB yang telah cukup maju, datangnya pembeli dari
luar desa atau wilayah bukanlah sebuah larangan. Sehingga, petani kopi tetap memiliki
kebebasan dalam menjual hasil usaha taninya. Sebagian besar pembeli yang datang akan
menawarkan harga yang lebih tinggi dari harga yang ditawarkan oleh KUB, hal tersebut
akan mengakibatkan menurunnya jumlah komoditas yang masuk ke KUB. Hal inilah
yang mengakibatkan menurunnya pendapatan yang dihasilkan oleh KUB dan
menurunnya pendapatan dari petani yang menyetorkan hasil kopinya ke KUB.
Dikarenakan hal tersebut perlu dilakukannya upaya-upaya yang menarik petani-petani
untuk terus menyetorkan hasil panennya ke KUB. Upaya dapat berupa penawaran harga
hingga diversivikasi horizontal maupun vertical agar nilai jual produk kopi meningkat
sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani dan pengurus KUB menjadi lebih baik.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Tengkulak memberikan harga yang lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh
KUB sehingga sebagian besar petani menjual hasil budidaya kopi kepada
tengkulak daripada KUB.
1.2.2 Alat pengolahan produk kurang maksimal sehingga hasil yang diperoleh
memiliki mutu yang kurang optimal.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui management agribisnis di Kelompok Tani Taruna Bumi.
1.3.2 Mengetahui permasalahan agribisnis yang terjadi di Kelompok tani Taruna Bumi.
1.4 Urgensi
Kajian aspek manajemen agribisnis pada Kelompok Usaha Bersama dilakukan guna
mengetahui dan menjabarkan beberapa alternatif permasalahan yang terdapat di KUB
binaan tentang kegiatan pasca panen dan pemasaran hasil kopi yang dibudidayakan oleh
anggota kelompok tani. Hal ini diperlukan guna mengefisienkan kegiatan agribisnis yang
berdampak positif baik bagi anggota kelompok tani, kelompok tani, maupun kegiatan
KUB binaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi
Kopi (Coffea sp.) merupakan salahsatu komoditas ekspor penting dari Indonesia.
Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$
588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ 9,740,453.00 (Pusat Data
dan Statistik Pertanian, 2006). Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama
dikenal oleh masyarakat. Menurut Najiyati dan Daniarti (2006), tanaman kopi dalam
sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
Di Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi, diantaranya adalah
kopi arabika dan kopi robusta. Penyebaran tumbuhan kopi arabika ke Indonesia dibawa
seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan
biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malabar
dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini kemudian mati oleh banjir,
pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar
Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia
(Gandul, 2010). Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun
1900. Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan
pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini
cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal
pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta.
Tanaman kopi berakar tunggang, lurus ke bawah, pendek dan kuat. Panjang akar
tunggang ini kurang lebih 45 – 50 cm. selain itu banyak pula akar cabang samping, dan
bercabang merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi. Batang pokok sudah mulai
tampak dan tumbuh terus sampai menjadi besar. Tanman kopi mempunyai beberapa jenis
cabang yaitu cabang reproduksi, cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang
pecut, cabang balik dan cabang air. Cabang primer mempunyai ciri-ciri yaitu arah
pertumbuhannya mendatar, lemah, berfungsi sebagai penghasil bunga karena di setiap
ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga. Kopi
mempunyai bentuk daun bulat telur, ujungnya agak meruncing sampai bulat. Daun
tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting yang tersusun berdampingan. Pada
batang atau cabang-cabang yang bentuknya tegak lurus, susunan daun itu berselang-
seling pada ruas-ruas berikutnya, sedangkan daun tumbuh pada ranting-ranting dan
cabang-cabang yang mendatar, pasangan itu terletak pada bidang yang sama, tidak
berselang-seling. Daun dewasa berwarna hijau tua, sedangkan daun yang masih muda
berwarna perunggu. Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang
plagiotrop, masing-masing ketiak dapat menghasilkan 3 – 4 tandan yang terdiri dari
masingmasing tanaman 3 – 5 kuntum bunga. Jumlah bunga kopi arabika lebih banyak
dari kopi liberika. Pada kondisi optimal jumlah kopi arabika bisa mencapai 6000 – 8000
per pohon. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah bunga sebanyak 5 bunga.
Kopi arabika bertangkai putik lebih pendek disbanding dengan benang sarinya. Sehingga
kopi arabika menyerbuk sendiri, sedangkan kopi robusta dan liberika menyerbuk silang
(Syamsulbahri, 1996). Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3
bagian lapisan kulit luar (eksocarp), lapisan daging (mesocarp), lapisan kulit tanduk
(endocarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung 2 butir biji, tetapi
kadang-kadang hanya mengandung 1 butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama
sekali.
2.1.1 Kopi Robusta
Kopi Robusta memiliki pangsa pasar yang lebih kecil dari kopi Arabica, kopi robusta
memiliki 30% pangsa persen di dunia. Di Indonesia sendiri produksi kopi masih
didominasi oleh kopi robusta. Kopi ribusta memiliki rasa yang lebih pahit, sedikit dan
memiliki kadar kafein yang jauh lebih tinggi kopi arabika. Namun kopi robusta memiliki
resistensi terhadap hama dan penyakit lebih baik dari pada kopi arabika (Buldani, 2011).
Kopi robusta memiliki perakaran dangkal sehingga perlu dilakukan pengairan yang
rutin agar terhindar dari kekeringan serta tanah yang kaya akan unsur hara agar
pertumbuhan optimal. Daun kopi robusta berbentuk bulat telur atau oval dengan ujung
meruncing. Daun tumbuh pada batang dan cabang secara berseling, sedangkan pada
ranting tumbuh pada bagian yang sama. Biji kopi robusta memiliki ukuran yang lebih
kecil dari ukuran biji kopi arabika. Ketika muda kulit buah berwarna hijau dan berubah
menjadi merah saat matang. Buah yang telah matang akan tetap menempel kuat di
tangkainya, dan tidak rontok seperti kopi arabika. Bentuk bijinya cenderung membulat
dan ukurannya lebih kecil dari arabika (Rahardjo, 2012).
2.1.2 Kopi Arabika
Kopi arabika memiliki pangsa pasar kurang lebih 70% di pasar kopi internasional.
Merupakan jenis kopi yang banyak digemari oleh masyarakat. Kopi arabika memiliki
perakaran hingga mencapai 50 cm ke dalam tanah dengan akar samping mencapai 2-3
meter (Budiman, 2012). Daun kopi arabika memiliki warna hijau gelap dengan lapisan
lilin yang mengkilap. Berbentuk oval atau lonjong dengan panjang daun 4-6 inchi.
Susunan daun bilateral (Roche and Robert, 2007). Kopi arabika biasanya akan berbunga
setelah usia tanaman 2 tahun. Bunga berwarna putih dengan pangkal pendek yang keluar
melalui ketiak daun dengan jumlah lebih dari satu bunga (Budiman, 2012).
2.2 Pengembangan Usaha
Menurut Pandji Anoraga (2007), ada beberapa tahapan pengembangan usaha antara
lain:
 Tahap I: Identifikasi Peluang
Perlu mengidentifikasi peluang dengan didukung data dan informasi. Informasi
biasanya dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti:
1. Rencana Perusahaan
2. Saran dan usul manajemen kecil
3. Program dan pemerintah
4. Hasil berbagai riset peluang usaha
5. Kadin atau asosiasi usaha sejenis
 Tahap II: Merumuskan alternatif usaha
Setelah informasi berkumpul dan dianalisis maka pimpinan perusahaan atau manajer
usaha dapat dirumuskan usaha apa saja yang mungkin dapat dibuka.
 Tahap III: Seleksi Altenatif
Alternatif yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapa alternatif yang
terbaik dan prospektif. Untuk usaha yang prospektif dasar pemilihannya antara lain
dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Ketersediaan Pasar
2. Resiko Kegagalan
3. Harga

 Tahap IV : Pelaksanaan Alternatif Terpilih


Setelah penentuan alternatif maka tahap selanjutnya pelaksanaan usaha yang terpilih.
 Tahap V : Evaluasi
Evaluasi dimaksud untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadap usaha yang
dijalankan. Di samping itu juga diarahkan untuk dapat memberikan masukan bagi
perbaikan pelaksanaan usaha selanjutnya.

BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Setting Tempat
Reka peristiwa berlatar belakang kampung Ngrancah yang merupakan salah satu Desa Kopi
di Kecamatan Ngrancah Kabupaten Magelang. Latar tempat dibagi kedalam 3 bagian yaitu
kebun kopi, kantor KUB, kantor Desa Ngrancah. Setting kebun kopi dilakukan pada kebun
kopi milik petani kopi 2 (Zahrotul Ulin). Setting latar kantor KUB pada ruang rapat dan
bagian produksi kopi KUB. Setting kantor desa pada ruang pelataran balai desa Ngrancah.
3.2 Setting Waktu
Setting waktu pada plot kebun kopi adalah pagi hari, matahari bersinar cerah dengan kondisi
kebun kopi agak dingin karena guyuran gerimis malam harinya. Setting waktu pada plot
kantor KUB dibagi kedalam 3 setting yaitu
a. Pagi hari pada hari senin, udara agak dingin, kondisi cuaca cerah sedikit berawan.
b. Bada’ dhuhur dengan cuaca cerah, angin berembus sepoi – sepoi.
c. Siang hari, udara panas, kondisi cuaca panas terik, pergerakan angin lambat.
Setting waktu di kantor balai desa terbagi kedalam 2 waktu yaitu :
a. Jam kantor pagi sekitar pukul 9 pagi, udara cerah, angin berembus sepoi – sepoi
b. Jam 3 sore hampir jam pulang kantor, udara panas, angin berembus lambat.
3.3 Setting Adegan
a. Adegan 1 : reka adegan pertama menggambarkan kegiatan pertanian kopi
Ngrancah yang dilakukan oleh petani kopi setempat. Reka adegan ini dapat dikatakan
sebagai gambaran kelembagaan dan organisasi antara petani kopi Ngrancah dengan
KUB Ngrancah.
b. Adegan 2 : reka adegan menggambarkan penanganan pasca panen kopi di KUB
Ngrancah seperti penimbangan, pengecekan kondisi kopi dari Petani dan pengecekan
mutu kopi.
c. Adegan 3 : reka adegan menggambarkan dialog antara tengkulak kopi dari luar
Ngrancah dengan petani kopi Ngrancah dan pihak bendahara KUB yang kebetulan
berada di kebun kopi untuk melakukan pengecekan jumlah saldo anggota KUB.
Pendekatan tengkulak dilakukan secara persuasif. Reka ini merupakan awal klimaks
adegan pada drama kopi Ngrancah.
d. Adegan 4 : reka adegan yang menggambarkan diskusi antara bendahara KUB
dengan petani kopi Ngrancah yang membahas tentang niat pengalihan setoran kopi ke
tengkulak dengan dalih harga kopi di tengkulak akan lebih mahal dari KUB dan
penyebaran berita bahwa tengkulak tersebut akan bergabung dengan mitra KUB
sehingga petani kopi tidak menaruh curiga.
e. Adegan 5 : reka adegan menggambarkan munculnya problem pada KUB karena
persediaan kopi berkurang sedangkan permintaan mitra akan kopi Ngrancah terus
berdatangan. Kelangkaan stok kopi sebagai akibat dari rantai agribisnis petani kopi
yang beralih ke tengkulak daripada ke KUB. Hal tersebut dikarenakan terjadi skenario
pengaturan antara bendahara KUB dengan pihak tengkulak kepada petani kopi dengan
dalih tengkulak telah tergabung pada mitra baru KUB.
f. Adegan 6 : reka adegan menggambarkan puncak masalah dimana mulai terjadi
perseteruan antara pihak KUB dengan petani tentang saldo kopi di KUB sebagai
akibat dari skenario tengkulak-bendahara KUB dan petani kopi Ngrancah.
g. Adegan 7 : reka adegan menggambarkan mulai teridentifikasi sumber masalah di
KUB dengan petani kopi Ngrancah dengan melibatkan pihak ketiga sebagai mediator
yaitu pihak pejabat desa Ngrancah.
h. Adegan 8 : reka adegan menggambarkan penyelesaian konflik KUB dan
pembenahan lembaga agribisnis di KUB Kopi Ngrancah dengan inovasi pengolahan
kopi grade B dalam bentuk donat yang diberi nama D’KOCAN atau Donat Kopi
Ngrancah.
3.4 Dialog
Pemeran :
a. Adi Shofiyadi sebagai Pengusaha Mitra KUB
b. Ahmad Budianto sebagai Pak Kades Budi
c. Tri Sulistyo sebagai Ketua KUB
d. Hesty Widji A. Sebagai Sekretaris Lurah
e. Gita Pratiwi sebagai Bu Kades Budi
f. Beni Azwar Suganda sebagai Bendahara KUB
g. Aulia Khairunisa sebagai Petani Kopi 1
h. Zahrotul Ulin sebagai Petani Kopi 2
i. Nabila sebagai Petani Kopi 3
j. Abdur Rouf sebagai Kang Empul si Tengkulak
k. Sofia Hidayatur R. sebagai Asisten Kang Empul
l. Suwasdi sebagai Narrator
Pendukung :
a. Penulis Naskah : Aulia K. dan Suwasdi
b. Properti dan Dekorasi : Adi Shofiyadi dan Nabila
c. Sutradara : Suwasdi
d. Wardrobe & MUA : Sofia H. dan Gita Pratiwi
e. Soundtrack : Ahmad Budianto
Skenario
Prolog
Desa Ngrancah, sebuah yang terletak di Kabupaten Magelang. Desa Ngrancah memiliki
topografi berbukit dengan kondisi tanah yang subur. Mayoritas masyarakat Desa
Ngrancah bekerja sebagai petani khususnya petani kopi robusta. Hal itu yang membuat
Desa Ngrancah dijuluki sebagai Desa Kopi di Kabupaten Magelang. Perkebunan kopi
milik petani dikelola secara berkelompok dengan rantai agribisnis berpusat di KUB Desa
Ngrancah.
Adegan 1
Latar tempat pada kebun kopi petani 2, pagi menjelang siang, udara agak dingin karena
guyuran hujan malam sebelumnya. Latar soundtrack payung teduh.

Petani kopi 2 : (bersenandung sembari memetik kopi) Duh haduh... kopiku musim ini
berbuah lebat. Kalau tetap seperti ini dan harga kopi tetap stabil, tahun
depan bisa ikut umroh saya. Alhamdulillah, menjemput rezeki kopi
sendiri. (kembali bersenandung sambil memetik kopi)
Petani kopi 1 : (berjalan melewati kebun kopi petani 1 sembari membawa hasil
kopinya) Bu Ulin, panen kopinya bagus Bu? Kalau punya saya kopinya
cakep – cakep bu kayak pak ketua KUB bujang kita. (tertawa cekikikan)
Petani kopi 2 : (menghampiri petani kopi 1 di pinggir kebun) eh Bu Aulia, iya dong bu,
kopi saya bagus – bagus juga kaya pak ketua KUB bujang kita itu. Ibu
juga habis memetik kopi ya bu? Mau disetorkan ke KUB bu?
Petani kopi 1 : (memperlihatkan hasil petikan kopinya) iya ini bu, Ibu mau bareng tidak
kesananya? Biar saya ada temannya gitu, anu, takut diculik bu. Maklum,
saya masih kinyis – kinyis (tertawa bahagia)
Petani kopi 2 : Si Ibu bisa saja melawaknya. Iya ini bu, kebetulan saya juga sudah
selesai. Bareng yuk bu ke KUB, sekalian nemgokin pak ketua bujang
KUB kita yang ganteng itu. (tertawa cekikikan)
Petani kopi 1 dan 2 kemudian berjalan menuju KUB. Dalam perjalanan, mereka bertemu
dengan petani kopi 3 di persimpangan jalan kebun.
Petani kopi 2 : Eh Bu Ulin, itu bukannya Ibu Nabila JKT 48 ya bu?
Petani kopi 1 : Si Ibu bisa saja, itu Bu Nabila yang rumahnya tetanggan sama saya bu,
bukan Nabila JKT 48. Samperin yuk bu, kayaknya dia juga mau setor
kopi ke KUB
Petani kopi 1 : Hayuk bu, biar tambah rame kita ke KUB.
Petani kopi 2 : (menepuk bahu petani kopi 3) Bu Nabila, Ibu mau ke KUB juga bu?
Petani kopi 3 : (menengok ke sumber suara) Eh, Bu Aul, Bu Ulin. Iya ini bu, saya mau
setor kopi ke KUB sekalian mau cek saldo disana. Ibu berdua mau kesana
juga?
Petani kopi 1 : Iya bu, kita berdua mau kesana. Mau setor kopi sekalian mau nengokin
pak ketua KUB bujang yang ganteng itu.
Petani kopi 2 : Ibu Aul jangan begitu, kasihan nanti pak ketua KUB jadi malu kalau
mendengarnya.
Petani kopi 3 : Iya Bu Aul, kasihan. Tapi kalau orangnya tidak dengar, tidak apa – apa
si. (tertawa). Mumpung kita semua satu arah, bagaimana kalau kesananya
bareng saja.
Petani kopi 1 & 2 : Hayuk lah Bu.
Di KUB Kopi Ngrancah, meja bendahara KUB menghadap pintu, Bendahara KUB
sedang menghitung saldo keuangan KUB
Petani kopi 1 : (ketuk pintu) Selamat siang pak Beni, kami bertiga mau setor hasil
kopi kebun kami.
Bendahara KUB :
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Haryanto. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Buldani, D. 2011. E-book_Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak. Cicalengka, Bandung

Najiyati, S., dan Danarti. 1999. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen . Penebar
Swadaya. Jakarta

Najiyati, S dan Danarti. 2001. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT Penebar
Swadaya. Jakarta

Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadya. Jakarta.

Roche, D dan Robert, 2007. A Family Album Getting to The Roots of Coffee’s Plants
Heritage. (www.roastmagazine.com).

Anda mungkin juga menyukai