PRAKTIKUM EKOPERT
PRAKTIKUM EKOPERT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi masyarakat desa perlu diutamakan karena kita tahu bahwa
banyak sumbangan masyarakat desa bagi perekonomian negara baik dari potensi SDM maupun
dari SDA-nya bagi pendapatan nasional dan pembangunan nasional. Usahatani yang dijalankan
oleh masyarakat pedesaan pada umumnya berupa budidaya tanaman pangan terutama padi dan
palawija yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Keadaan perekonomian masyarakat desa yang mayoritas petani ini cukup menarik untuk
dikaji, apalagi dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini. Mahasiswa perlu
mengetahui secara langsung keadaan petani baik dari segi ekonomi maupun dari segi kegiatan
pertaniannya. Upaya mendapatkan suatu pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan,
mahasiswa tidak hanya mengandalkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan tetapi juga
pengetahuan secara nyata yang didapatkan melalui praktik lapangan.
Berdasarkan uraian di atas, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta
melaksanakan praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Krincinglor, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah, sebagai daerah pedesaan yang menjadi objek praktikum
Kegiatan ini, diharapkan agar mahasiswa dapat mengkaji informasi mengenai karakteristik
perekonomian di pedesaan dan dapat memberikan kontribusinya dalam sektor pertanian
Indonesia agar dapat lebih maju dan berkembang.
B. Perumusan Masalah
2. Bagaimanakah karakteristik rumah tangga responden petani pemilik, penggarap, dan penyewa
yang ada di Desa Krincinglor, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang?
3. Bagaimanakah pendapatan rumah tangga responden petani pemilik, penggarap, dan penyewa
yang ada di Desa Krincinglor, Kecamatan Secang, kabupaten Magelang?
Adapun tujuan dan kegunaan praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan rumah tangga petani di pedesaan, serta
diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga
petani di pedesaan.
b. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah
tangga petani baik dari usaha tani maupun dari luar usaha tani.
c. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah
tangga petani.
2. Kegunaan praktikum
a. Bagi pemerintah Kabupaten Magelang, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan
serta kehidupan rumah tangga petani di Kecamatan Secang.
b. Bagi fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan
dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.
c. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian
pada semester II.
A. Karakteristik Pedesaan
Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang
besar atau kecil dan bertempat tinggal pada tempat tertentu. Segala perkembangannya yang
mereka alami, dan pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan
masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara
ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi,
2005).
Desa hampir selalu identik dengan masyarakat petani, yaitu dalam kenyataan kehidupan,
di desa yang berkembang adalah kombinasi usaha pertanian yang dominan dengan usaha-usaha
kecil lain di luar pertanian yang sangat bervariasi sebagai penunjang. Oleh kerena itu
pembangunan di pedesaan sangat erat kaitannya dengan pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijaksanaan yang tepat.
Akses informasi bagi masyarakat diwilayah pedesaan juga merupakan kendala yang lain
bagi aktivitas pembangunan masyarakat. Terkait dengnan aksesibilitas wilayahnya yang rendah,
informasi yang masuk juga sangat terbatas. Fasilitas-fasilitas umum dan pelayanan publik pun
tidak tersedia dengan memadai, termasuk fasilitas-fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan,
pasar dan sarana prasarana pendukungnya.
Karakteristik pedesaan hingga saat ini masih sangat lekat dengan kondisi rendahnya
tingkat produktivitas tenaga kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas
lingkungan pemukiman. Kondisi tersebut sulit diperbaiki karena fokus pembangunan yang kurang
berorientasi pada pedesaan sehingga dorongan untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
c
kesejahteraan sosial masih sangat lemah (Anonim , 2015).
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan pedesan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun terlihat adanya tukang
kayu, tukang genteng dan bata, dan lain-lain. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah
pertanian (Sajogyo et al., 2002).
Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan
kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri
dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus,
2007).
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu, selalu melibatkan barang dalam volume
besar dan proses produksi memiliki resiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena
pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapannya memerlukan ruang
a
untuk kegiatan itu serat jangka waktu tertentu dalam proses produksi (Anonim , 2015).
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah dengan
ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani. Usahatani keluarga
merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, konsumsi dan kehidupan sosial petani,
kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian
petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan. Struktur sosial desa merupakan
keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah
kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan
kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono et al., 2002).
Produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan petani.
Pada tingkat teknologi yang sama, baik dalam jenis varietas yang digunakan maupun kualitas
usahatani yang diterapkan pada produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah akibat
perbedaan kualitas lahan (Maulana, 2004)
C. Pendapatan Penduduk Pedesaan
Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari
pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan
dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian
yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan perikanan. Sedang dari
hasil berburuh tani adalah pendapatan dari hasil berburuh tani dari luar kegiatan usahatani
sendiri. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha
pertanian. Kelompok pendapatan secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu
dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dan
lain-lain), dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga) dari kegiatan
berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri, dan buruh di luar pertanian
lainnya (Sudana et al., 2002).
Sektor jasa merupakan sektor pelengkap. Aktifitas ini dilakukan ketika usaha tani berada
pada periode senggang. Penghasilan yang diperoleh warga desa dari sektor ini demikian besar,
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga mengalahkan kontribusi dari sektor
pertanian, namun tetap saja pertanian merupakan penopang utama tempat mereka bergantung
(Luthfifatah, 2008).
Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya
guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
c
kepuasan secara langsung (Anonim , 2015).
Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Secara garis besar
alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan ke dalam dua kelompok penggunaan yaitu konsumsi
untuk makanan dan konsumsi untuk kelompok bukan makanan (Fauzi, 2000).
Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60% pengeluaran dikonsumsikan untuk kebutuhan
pangan, dimana padi-padian merupakan 23% dari total konsumsi rumah tangga pedesaan dan
11% bagi rumah tangga perkotaan. Telah lebih jauh dengan memisahkan kelompok pendapatan
menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian kelompok 40% penduduk berpendapatan terendah
masih sangat menonjol, yaitu 30% dari total pengeluaran (Anwar et al., 2002).
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari
kapita atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang
akan datang (barang produksi), misalkan pembangunan rel kereta api atau suatu pabrik,
b
pembukaan lahan atau seseorang sekolah di universitas (Anonim , 2015).
III. METODOLOGI
A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Penentuan desa praktikum secara purposive (sengaja) dipilih desa dari sejumlah desa
yang ada dalam kecamatan terpilih, yaitu Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Penentuan desa dilakukan dengan metode sensus, yaitu sebagian
besar desa yang ada di Kecamatan Secang sebanyak 40 desa dari 49 desa.
2. Sampel Responden
Dalam hal ini penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu mewawancarai
rumah tangga petani untuk setiap desa. Rumah tangga petani yang dijadikan responden
terdiri dari rumah tangga petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah dipersiapkan. Dalam praktikum
ini mengambil satu sampel kecamatan, kemudian satu sampel desa, sampai akhirnya
mengambil beberapa responden yang sesuai dengan tujuan praktikum.
Data primer diperoleh dari wawancara secara langsung dengan responden yang
dipandu dengan lembar kuisioner. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan responden atau petani sampel, meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu organisasi atau instansi terkait
yang dapat berupa data yang diperoleh dari kantor kepala desa. Data sekunder juga bisa
disebut data monografi desa/kelurahan yang meliputi keadaan alam, kependudukan, sarana
dan prasarana, adat istiadat, serta organisasi sosial ekonomi.
1. Tabulasi silang
Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relative. Tabulasi silang
menyajikan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Tabulasi silang ini
digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif data yang diperoleh.
2. Angka rata-rata
Angka rata-rata adalah angka untuk mengetahui taksiran secara kasar untuk melihat
gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik yang ada. Angka ini diperoleh dari
pembagian jumlah semua data angka yang diperoleh dengan jumlah populasi yang ada.
3. Analisis Persentase
Analisis Persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi dalam beberapa
kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dengan cara ini dapat diketahui
kelompok yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase yang paling
tinggi.
4. Analisis Usahatani
PdU = PrU – BE
Dimana,
A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Wilayah
2. Penduduk
Tabel 4.1.2.1. Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Krincing
Kecamatan Piturh Kabupaten Magelang Tahun 2015
Dari jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga Desa Krincing pada tahun 2015
sebanyak 1.706 jiwa dengan jumlah kepala rumah tangganya sebanyak 451 KK, sesuai
dengan angka yang tercantum di dalam data monografi Desa. Data ini menunjukkan
bahwa Desa Krincing ini mempunyai penduduk yang cukup padat.
Tabel 4.1.2.2. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Krincing Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang Tahun 2015
04-06 27 2
07-12 157 9
13-15 82 4,8
16-18 49 2,8
Tabel 4.1.2.3. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
TK 28 1,7
SD 1034 65
D III 32 2
( S I – S III ) 16 1
Jumlah 1587 100
Sumber : Data Monografi Desa
Dari jumlah penduduk menurut pendidikan Desa Krincing, terlihat jelas bahwa
mayoritas penduduk desa ini rata-rata mengenyam pendidikan hanya sampai jenjang SD.
Meskipun ada yang melanjutkan ke SLTP, SMA atau bahkan menempuh gelar diploma
maupun sarjana, tetapi itupun kalau dijumlah hanya sekitar 31,8 %, tidak sampai separuh
dari jumlah total penduduk.
Tabel 4.1.2.4. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
No. Jumlah %
Mata Pencaharian
4 Pedagang 6 0,8
5 PNS 18 1,9
6 ABRI 2 0,4
7 Swasta 98 11
Tabel 4.1.3.1 Tabel tata Guna Lahan Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015
1. Sawah
a. Irigasi Teknik 0
Dari tata guna lahan Desa Krincing, terlihat bahwa areal lahan sebagian besar
digunakan untuk sawah yang terdiri dari sawah irigasi teknis dan irigasi ½ teknis. Adapun
lahan lainnya digunakan untuk tegal dan pekarangan.
Tabel 4.1.3.2 Tabel Jenis Tanaman, Luas Panen dan Produksi Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
Dari jenis tanaman, luas panen dan produksi Desa Krincing terlihat jelas bahwa
masyarakat paling banyak menanam padi sebagai komoditi pertanian utamanya dan
menghasilkan sekitar 5 ton per tahun. Selain padi, masyarakat Desa Krincing menanam
kedelai sebagai komoditi lain dan cukup menghasilkan.
c. Tanaman Keras
Tabel 4.1.3.3 Tabel Tanaman Keras di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015
Dari tanaman keras di Desa Krincing diketahu mayoritas tanaman keras yang ada
adalah Kelapa. Tanaman keras lain yang juga tumbuh di Desa Krincing adalah Tanaman
Mangga, Jambu Air, dan Rambutan.
d. Peternakan
Tabel 4.1.3.4 Tabel Jumlah Hewan Ternak di Desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015
Dari jumlah hewan ternak terlihat bahwa kebanyakan penduduk Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang menjadi peternak ayam. Jenis ayam yang
biasanya di ternakan di desa ini adalah ayam kampung.
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
Tabel 4.1.4.1. Tabel Jumlah Sarana Perekonomian di Desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015
Tabel 4.1.4.2. Tabel Sarana Perhubungan di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015
Dari sarana kesehatan diketahui bahwa di Desa Krincing, Kecamatan Secang ini
masih dikatakan sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari sarana kesehatan yang ada di
Desa ini hanya terdapat satu tempat praktek dokter, sarana kesehatan lain seperti
Puskesams hanya dapat ditemukan di Kecamatan.
e. Sarana Lain
1. Identitas Responden
Tabel 4.2.1.1. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Petani di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
2. Istri 18 1
3. Anak 44 2
Jumlah 82 4
Dari jumlah anggota rumah tangga responden dapat diketahui bahwa jumlah
anggota rumah tangga responden petani di Desa Krincing ada 82 orang. Dengan rincian
jumlah suami 20 orang, istri 18 orang, anak laki-laki dan anak perempuan sejumlah 44
orang.
Tabel 4.2.1.2. Umur Suami dan Umur Istri Responden Petani di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
Jumlah
No. Interval Umur (th)
Suami Istri
1. 21-30 0 0
2. 31-40 0 1
3. 41-50 2 10
4. 51-60 10 7
5. 61-70 6 2
6. 71-80 0 0
7. 80>
Jumlah 20
20
Dari umur suami dan umur istri responden keluarga petani di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang diketahui bahwa suami yang berusia antara 31-
40 tahun tidak ada. Suami yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 2 orang, suami
yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 10 orang, suami yang berusia antara 61-70
tahun sebanyak 6 orang dan suami yang berusia lebih dari 80 tahun tidak ada .Istri
responden petani di Desa Krincing yang berusia antara 21-30 tahun tidak ada , yang
berusia 31-40 tahun sebanyak 1 orang,yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 10
orang , yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 7 orang, yang berusia antara 61-70
tahun sebanyak 2 orang, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun tidak ada.
Tabel 4.2.1.3. Pendidikan Suami (KK) dan Istri Responden di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2008/2015
Responden Petani
No. Pendidikan ( th)
Jumlah Suami Jumlah Istri
1 4-6 14 17
2 7-9 1 1
3 10-12 2 0
4 >12 1 2
Jumlah 18 20
Dari pendidikan suami (KK) dan istri responden keluarga petani di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dapat diketahui bahwa rata-rata suami hanya
berpendidikan 4-6 tahun sebanyak 14 orang, yang berpendidikan antara 7-9 tahun
sebanyak 1 orang, berpendidikan antara 10-12 tahun sebanyak 2 orang.sedangkan yang
berusia lebih dari 12 orang 1. Istri responden petani yang berpendidikan 4-6 tahun
sebanyak 17 orang, yang berpendidikan 7-9 tahun sebanyak 1 orang, sedangkan yang
berpendidikan 10-12 tahun stidak ada sedangkan usia lebih dari 12 tahun sebanyak 2
orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan suami dari rumah
tangga petani antara 7-9 tahun yaitu lulusan SMP/SLTP. Sebagian besar pendidikan istri
responden petani adalah 4-6 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan
sebagian besar istri petani adalah sampai tamatan SD.
Tabel 4.2.1.4. Jenis Pekerjaan Responden Petani yang Menghasilkan di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
4. Ternak Sendiri 0 0
6. PNS - 2
7. Perangkat Desa 1 -
8. Bakul Warungan 0 0
9. Lain-lain 1
21 3
Jumlah
Tabel 4.2.2.1 Luas pekarangan dan luas bangunan di desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015
No. Aset Rumah Tangga Jumlah
Dari luas pekarangan dan luas bangunan dapat diketahui bahwa di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dari 20 responden didapatkan data bahwa luas
pekarangan 22556m2 dan luas bangunan 2077m 2 Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Desa Krincing, kebanyakan tidak memiliki pekarangan yang luas.
Tabel 4.2.2.2. Keadaan bangunan rumah di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015
c. Pemilikan alat elektronik, kamar utama. ruang tamu, kursi dan lemari.
Tabel 4.2.2.3. Pemilikan alat elektronik kamar utama, ruang tamu, kursi tamu dan lemari di Desa
Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
No Macam Kepemilikan Jumlah
1. Radio 17
2. TV 21
3. VCD 9
4. HP 41
Dari pemilikan alat elektronik dapat diketahui bahwa di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang dari tiap responden kepemilikan alat elektronik. Jumlah
keseluruhan kepemilikan yang ada yaitu 88 buah.
Tabel 4.2.2.4 Macam bahan bakar masak dan penerangan rumah di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
2. Minyak tanah 0
3. Gas 16
4. Listrik 20
Jumlah 44
Dari macam bahan bakar masak dan penerangan rumah dapat diketahui bahwa
di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dari 20 responden diketahui
menggunakan bahan bakar kayu, dan gas sebanyak34 dan semuanya sudah
menggunakan listrik sebagai penerangannya.
Tabel 4.2.2.5 Pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
No Pemilikan Jumlah Kondisi
1. Kamar mandi 20 Baik
2. WC 20 Baik
Jumlah 40 Baik
Tabel 4.2.2.6 Pemilikan alat transportasi di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015
2. Sepeda motor 38
3. Mobil 0
Jumlah 63
Pada data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa akses terhadap
pendidikan cukup bagus dan merata,yaitu masing-masing untuk SD, SMP, SMA, PT sekitar
53%, 12%, 26%, 9%. Selain menunjukan bahwa warga desa telah mendapatkan akses
terhadap pendidikan data ini juga menunjukan bahwa keadaan ekonomi petani desa
Krincing kecamatan secang kabupaten Magelang cukup baik sehingga dapat bersekolah
dan membiayai sekolah anaknya bahkan hingga tingkat perguruan tinggi.
Tabel 4.2.3.2. Akses terhadap Pelayanan kesehatan Rumah Tangga Petani di Desa
Krincing Kecamatan Secang Kabupaen Magelang Tahun 2015
Puskesmas 5 25
RS 0 0
Dokter 11 55
Klinik 0 0
Puskesmas dan RS 0 0
Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer
Dari data yang diperoleh tampak jelas bahwa kebanyakan responden memilih
berobat ke Dokter yang membuka praktik di rumah yaitu 55 % dari jumlah seluruh
responden. Kebanyakan dari responden beralasan karena masyarakat cenderung menilai
bahwa pengobatan tersebut dianggap lebih manjur dan lebih terjangkau bagi ekonomi
petani dari pada ditempat lain. Namun selain dari 55 % tersebut ada juga responden
yang sering berobat pada 2 tempat pelayanan kesehatan misalnya puskesmas dan
dokter. Responden tersebut beralasan karena biasanya puskesmas hanya dapat
menanggulangi penyakit-penyakit ringan saja dan jika dirasa berobat dipuskesmas kurang
dapat membantu kesembuhan petani akan berobat ke dokter.
Tabel 4.2.4.1. Pola pangan Penduduk Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015
Jumlah 20 100
Tabel 4.2.4..2. Frekuensi makan Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
Tahun 2015
Jumlah 20 100
Tabel 4.3.1.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sawah pada 20
responden di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
Tahun 2015
Dari penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani sawah responden rumah
tangga petani di Desa Krincing, rata-rata penerimaan hasil usaha tani per tahun yang
terdiri dari Masa Tanam 1, 2, dan 3 dengan system pengusahaan sawah berupa padi-
padi-kedelai adalah Rp. 14.900.150,00 dan biaya yang harus dikeluarkan Rp.
3.006.808,00 sedangkan pendapatan usaha tani sebesar Rp. 11.893.343,00. Dari
keterangan di atas dapat dikatakan bahwa pengusahaan sawah di Desa Krincing
termasuk berhasil, hal ini ditunjukkan dengan pendapatan yang diterima 80% dari
penerimaan petani.
Tabel 4.3.2.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Tegal, Pekarangan,
Ternak, dan Usaha Tani Lain pada 20 responden di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015.
Tabel 4.3.3.1. Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015.
No Resp Dari Luar Usahatani
1 5.200.000 5.200.000
2 -
3 12.000.000 12.000.000
7 32.850.000 32.850.000
9 14.400.000 14.400.000
10 18.000.000 18.000.000
11 12.000.000 12.000.000
12 12.000.000 12.000.000
13 18.250.000 18.250.000
14 3.000.000 3.000.000
16
17 3.000.000 3.000.000
18 7.000 7.000
19 3.000.000 3.000.000 500.000 6.500.000
20
Jumlah 163.317.000
Rata-rata 8.165.850
Dari pendapatan dari luar pertanian pada 20 responden di Desa Tersilor dapat
diketahui bahwa para petani masih menjadikan usaha tani sebagai sumber pendapatan
usaha utama dan untuk tambahan pendapatan dari luar usaha pertanian masih sedikit.
Dari sedikit pekerjaan di luar pertanian kebanyakan bergerak di bidang perdagangan dan
itupun masih dalam skala kecil. Usaha lainnya biasa berupa PNS, ABRI, Guru, Pensiunan,
Swasta, Pembuat batu bata, dan Pertukangan.
Tabel 4.3.4.1. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani dari dalam dan Luar Pertanian di
Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
Dari total pendapatan rumah tangga petani dari dalam dan luar pertanian pada
20 responden di Desa Krincing pendapatan rumah tangga petani dari usaha pertanian
rata-rata per KK/tahun sebesar Rp.12.920.776,00 dan dari usaha di luar pertanian
sebesar Rp.8.165.626,00. Dari dua sumber pendapatan petani baik dari dalam maupun
luar pertanian merupakan pendapatan total dari pendapatan rumah tangga petani. Total
pendapatan rata-rata petani per KK/tahun sebesar Rp.21.086.626,00. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa para petani masih menggantungkan hidupnya di sektor usaha
pertanian. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pendaptan yang lebih besar dibanding usaha di
luar pertanian.
Tabel 4.3.5.1. Konsumsi Rumah Tangga pada 20 Responden di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
Jumlah
Tabel 4.3.6.1. Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan Rumah Tangga Responden di Desa
Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
Tabel 4.3.7.1. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
V. PEMBAHASAN
Desa Krincing merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang yang memiliki luas wilayah kurang lebih 183,512ha. Sebagian besar warga di desa ini
berprofesi sebagai petani, khususnya pemilik penggarap. Hal itu dapat dilihat dari kepemilikan lahan
pertanian yang terbentang luas mengelilingi desa tersebut. Pertanian sebagai sumber utama
pendapatan bagi para warga di wilayah ini. Jumlah penduduk Desa Krincing pada tahun 2008 yaitu
1706 orang yang terbagi dalam 451 KK. Menurut jenis kelamin penduduk perbandingan antara
jumlah penduduk pria dan wanita di Desa Krincing lebih banyak penduduk pria. Jumlah penduduk
pria yaitu sejumlah 866 sedangkan penduduk wanitanya sejumlah 840 orang.
Penguasaan aset rumah tangga sebagian besar responden menggunakan kayu jati dan kayu
tahunan sebagai kerangka dan dinding rumahnya dengan atap yang sudah bergenting dan lantai
ubin. Pada responden sebagian besar sudah memiliki TV sebagai sarana hiburan. Banyak dijumpai
alat transportasi yang biasa digunakan responden adalah sepeda, dan sepeda motor karena mudah
untuk dikendarai dan lebih efektif dalam menjangkau daerah yang jauh, selain itu adanya angkutan
umum memudahkan responden yang tidak memiliki alat transportasi sendiri dalam bepergian
apabila harus menjangkau daerah yang jauh.
Hampir seluruh responden memilih puskesmas sebagai pelayanan kesehatan karena selain
jaraknya yang dekat dan mudah dijangkau, biayanya juga lebih murah bahkan ada juga yang bebas
biaya untuk warga yang benar-benar tidak mampu dengan memiliki bukti kartu sehat yang harus
dibawa saat berobat. Pola makanan pokok pada semua responden adalah nasi sepanjang tahun,
yaitu dengan pola makan nasi tiga kali sehari.
Rata-rata responden pada di desa Krincing mempunyai lahan usahatani berupa sawah dan
pekarangan dengan luas lahan yang cukup besar mencapai lebih dari seratus ubin setiap kepala
keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan biaya yang relatif besar baik untuk
pembibitan, kebutuhan pupuk dan untuk pemakaian tenaga kerja luar guna membantu mengolah
tanah, walaupun pada umumnya diutamakan tenaga kerja keluaga dan pemeliharaan tanaman
dengan baik agar diperoleh hasil yang optimal dalam mencukupi kebutuhan, baik untuk konsumsi
pangan maupun non pangan.
Penduduk Desa Krincing pada tahun 2008 pada umumnya adalah lulusan SD, yaitu sejumlah
1034 orang. Di Desa Krincing hanya terdapat 1 TK dan 3 SD tetapi tidak ada SLTP dan SLTA sehingga
untuk melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi harus bersekolah keluar daerah yang jaraknya cukup
jauh. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Krincing mempunyai tingkat pendidikan yang masih
tergolong rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari jumlah lulusan SLTP hanya berjumlah 221 orang
dan SLTA berjumlah 232 orang, yang sangat jauh jumlahnya bila dibandingkan dengan lulusan SD
yang jumlahnya mencapai 1034 orang. Hanya beberapa saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dengan jumlah lulusan perguruan tinggi berjumlah 48 orang. Mereka yang bisa
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga yang
mampu untuk membiayai biaya sekolah keluar desanya yang membutuhkan biaya yang mahal. Dari
keluarga petani hanya perangkat desa yang mempunyai lahan sangat luas seperti Pak Lurah yang
dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang perkuliahan.
Sistem vegetasi tanaman semusim yang ada adalah padi dan kedelai. Pada musim tanam I
para petani secara serentak menanam padi, biasanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Pada musim
tanam I biasanya benih padi dibeli dari toko saprodi. Padi yang cenderung ditanam adalah varietas IR
64. Pada musim tanam II petani masih sama yaitu menanam padi. Benih yang ditanam tidak berasal
dari kios tetapi diambil dari hasil panen pada musim tanam I. Hal ini dilakukan untuk menghemat
biaya produksi dan memaksimalkan benih padi karena gabah dari dua atau tiga panen musim tanam
sebelumnya masih baik untuk dijadikan benih padi. Sadangkan pada masa tanam III petani
menanami sawahnya dengan kedelai, yang pada umumnya bervarietas rawung.
Total pendapatan pada responden di Desa Krincing sebagian besar diperoleh dari usaha
pertanian dan di luar usaha pertanian. Pada usaha pertanian diperoleh dari usaha tani sawah,
pekarangan, dan ternak sendiri. Pada usaha tani sawah sebagian hasil panennya digunakan untuk
konsumsi keluarga dan sebagian lagi dijual untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lain. Sedangkan
untuk usaha tani ternak sendiri dan pekarangan hasilnya digunakan untuk pemenuhan konsumsi
keluarga. Di luar usaha pertanian usaha yang dilakukan adalah usaha dagang dan warung kecil.
Penerimaan dari usaha tani sebesar Rp.14.900.150,00 dengan biaya Rp. 3.006.808,00 dan
pendapatan Rp. 11.893.343,00. Penerimaan rata-rata masing-masing petani dari usaha tani selain
sawah senilai Rp.1.034.900,00, untuk biaya sebesar Rp.74.200,00, dan untuk pendapatan sebesar Rp.
960.700,00. pendapatan dari luar usaha pertanian senilai Rp. 8.165.850,00. Dan untuk total
pendapatan petani baik dari usaha tani maupun luar usaha tani rata-rata pada masing-masing petani
per tahun sebesar Rp. 21.068.626,00.
Konsumsi rumah tangga responden petani terdiri dari konsumsi makanan, konsumsi bukan
makanan, konsumsi pakaian, perumahan dll. Pada konsumsi makanan terdiri dari bahan pokok
pangan maupun tambahan. Konsumsi bukan makanan terdiriu dari pengguinaan peralatan mandi
dan cucian. Dari ketiga kebutuhan konsumsi tersebut, kebutuhan konsumsi pakaian, perumahan, dll
pengeluarannya paling besar. Total konsumsi rata-rata petani per tahun mencapai Rp.11.192.280,00.
Strategi Bertahan hidup rumah tangga responden di Desa Krincing sebagian besar sudah
menyesuaikan konsumsi dengan pendapatan dan menghemat pengguinann barang. Sebagian besar
memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk tambahan pendapatan
diluar pertanian rumah tangga petani melakukan usaha bakul atau warng kecil. Petani di Desa
Krincing tergolong petani yang mandiri karena tidak menggantungkan bantuan dari pemerintah
maupun pihak lain. Apabila ada yang memanfaatkan bantuan baik dari pemerintah atau pihak lain
jumlahnya pun sedikit. Pada umunnya penduduk di Desa Krincing masih menggantungkan hidupnya
pada usaha pertanian di desannya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah
penduduk yang merantau atau bekerja di daerah lain.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Ekonomi Pertanian yang telah dilaksanakan pada tanggal 22-
24 Mei 2015 di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
a. Karakteristik Wilayah Desa Krincing terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 16 m
di atas permukaan laut dengan luas desa ini mencapai 183,52 ha.
1) Jumlah penduduk Desa Krincing tahun 2015 adalah 1706 jiwa, dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 451 KK.
3) Tingkat pendidikan rata-rata orang tua penduduk Desa Krincing Sebagian besar tingkat
SD ada 1034 orang, sedangkan untuk SMP ada 221, SMA/SMK ada 232 orang dan
Perguruan Tinggi 48 orang.
4) Sebagian besar penduduk Desa Krincing bermata pencaharian sebagai petani pemilik.
Adapun mata pencaharian lain yaitu buruh tani, buruh bangunan, dagang, dsb.
c. Karakteristik tata guna lahan di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
secara umumdgunakan untuk persawahan dengan komoditas utama padi dan kedelai.
Tanaman keras di Desa Krincing berupa kelapa dan Kebanyakan para petani beternak
ayam kampung.
d. Karakteristik Kegiatan sosial ekonomi pedesaan hanya terdapat sedikit warung dan kondisi
prasarana dan sarana transportasi cukup memadai. Sarana kesehatan sangat kurang,
sarana saprodi juga belum ditemukan, sedangkan untuk sarana penunjang lain dapat
dikatakan sudah memnuhi.
a. Jumlah anggota rumah tangga responden ada 96 orang, dengan rata-rata umur suami 41-
50 dan umur istri dari 31-40 dan 51-60. Pendidikan suami kebanyakan 9 tahun sedangkan
istri 6 tahun dan jenis usaha yang menghasilkan yaitu usaha tani lahan sendiri.
b. Penguasaan lahan di Desa Krincing termasuk luas dengan luas pekarangan 24.378,4 m 2 dan
luas bangunan 2.055.5 m2. Keadaan bangunan rumah penduduk hampir seluruhnya
adalah berdinding tembok dan beratap genting.
d. Kepemilikan kamar mandi dan WC sudah cukup baik dan untuk kepemilikan a;at
transportasi masih didominasi oleh sepeda dan sebagian sudah ada yang memiliki
sepeda motor.
e. Akses terhadap pendidikan sudah cukup bagus dan merata, akses terhadap kesehatan
masih terbatas pada puskesmas yang biayanya murah dan letaknya dekat, sedangkan
untuk pola pangan pokok berupa nasi sepanjang tahun dengan frekuensi makan 3 kali
sehari.
3. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani di Desa Krincing, Kecamata Secang,
Kabupaten Magelang.
a. Besar penerimaan usaha tani sawah Rp. 14.900.150,00 dengan biaya Rp.3.006.808,00 dan
pendapatan Rp. 11.893.343,00. pendapatan dari usaha tani selain sawah Rp. 960.700,00
dan dari luar usaha pertanian sejumlah Rp.8.165.860,00. Sehingga total pendapatan dari
usaha tani maupun di luar usaha tani senilai Rp. 21.086.626,00.
b. Total Konsumsi rumah tangga yang terbesar pada 20 responden petani di Desa Krincing
yaitu konsumsi pakaian, perumahan senilai Rp.11.192.280,00.
B. SARAN
1. Perlu adanya pengarahan tentang pentingnya faktor pendidikan agar kualitas Sumber
Daya Manusia penduduk dapat meningkat pada masa yang akan datang.
2. Perlu adanya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga para penduduk di
Desa Krincing tidak perlu pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
3. Perlu mengoptimalkan pembinaan dan penyuluhan pertanian, karena petani di Desa Krincing
menganggap penyuluhan yang dilakukan kurang efektif dan efisien.
4. Pemerintah perlu membangun sarana, prasarana, dan fasilitas sosial terutama fasilitas
kesehatan social yang lebih baik. Selain itu diperlukan perbaikan sarana transportasi
terutama perbaikan jalan.
6. Perlu adanya peningkatan fasilitas jaringan listrik karena dirasa listrik di Desa Krincing masih
kurang maksimal penyalurannya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi pertanian di Indonesia belum memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh
setiap daerahnya masing-masing. Petani sebagai pelaku utama di dalam kegiatan pertanian masih terus
mengalami penjajahan secara ekonomi maupun mental. Kesejahteraan petani belum mengalami banyak
perubahan hingga zaman modern. Kesejahteraan yang kurang ini disebabkan oleh pendapatan dan penerimaan
petani yang masih kurang.
Pertanian di Indonesia masih menjadi sektor utama dan penyumbang devisa bagi negara. Kondisi seperti
inilah yang sebenarnya mampu berdampak positif bagi tersedianya lapangan kerja dari sektor pertanian begitu
besar. Terbukti jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani masih tergolong tinggi. Mengelola
lahan seperti sawah, perkebunan, dan subsistem lainnya serta mengusahakan pertenakan atau perikanan menjadi
pekerjaan seorang petani. Disisi lain tujuan pekerjaan mereka bukan sekedar untuk pemenuhan kebutuhan
pangan keluarga masing-masing tetapi juga untuk diperjualbelikan dan memenuhi kebutuhan pasar.
Potensi pertanian di Indonesia menjadi perekonomian negara yang stabil ditengah kondisi
perekonomian global yang mengalami kekacauan. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang
banyak merupakan potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Pada realita yang ada Indonesia sampai
saat ini belum mampu memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu faktor yang menyebabkan
kurang majunya pertanian di Indonesia adalah sebagian besar petani masih bersifat tertutup atas inovasi dan
belum mampu memanfaatkan berbagai terobosan teknologi baru di bidang pertanian yang sebenarnya
berdasarkan hasil penelitian dapat meningkatkan produktifitas usahatani dan pendapatan petani. Peran
pemerintah dalam membuat kebijakan sangat berpengaruh bagi perkembangan pertanian. Kondisi yang terjadi
saat ini, adanya beberapa kebijakan yang masih merugikan dan belum memihak kepada kepentingan petani di
Indonesia.
Perkembangan pertanian erat kaitannya dengan pola kehidupan yang dijalani oleh para petani yang
sebagian besar hidup di pedesaan. Kehidupan masyarakat pedesaan memang masih sangat sederhana, baik dari
segi sosial maupun dari segi budaya. Dengan mengandalkan pendapatan yang berasal dari usahatani, mereka
berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya, baik untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, pakaian,
perumahan, dan lain-lain.
Usaha petani untuk mencukupi kebutuhan mereka, dilakukan dengan mengelola dan mengusahakan lahan
yang dimiliknya. Petani menggarap lahannya sendiri dan menikmati hasil tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga petani. Adapula petani penyakap yang dalam melaksanakan kegiatan pertaniannya, mereka
bekerjasama dengan petani lain yang hasilnya pun dibagi sesuai jasa yang telah mereka lakukan. Bagi petani
yang tidak memiliki lahan akan bekerja untuk mengelola lahan orang lain, biasanya disebut dengan buruh tani.
Sebagian besar dari masyarakat desa berusaha mencukupi kebutuhan mereka dengan mengandalkan
alam di sekitarnya. Bagi petani yang memiliki lahan pertanian, mereka berusaha untuk menggarap lahan yang
dimiliki secara optimal. Mereka menanam tanaman pokok seperti padi, ubi kayu, ubi jalar dan jagung dengan
maksud agar hasil panennya dapat dikonsumsi oleh keluarga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi.
Berdasarkan uraian di atas sangat menarik untuk dipelajari dan ditelusuri secara mendalam khususnya
oleh mahasiswa. Mahasiswa dapat terjun langsung ke lapangan dalam melakukan penelitian, khususnya
mengenai karakteristik perekonomian pedesaan. Faktor sosial budaya dan pemanfaatan sumber daya alam yang
tersedia di desa oleh masyarakat yang dapat menunjang kegiatan perekonomian desa tersebut. Dengan terjun
langsung ke lapangan, mahasiswa dapat ikut merasakan dan menyelami pola kehidupan masyarakat desa.
Atas dasar alasan yang telah tertera di atas, mahasiswa Fakultas Pertanian UNS Surakarta melaksanakan
praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Propinsi
Jawa Tengah. Kondisi pertanian di Kabupaten Wonogiri memiliki potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan. Komoditi tanaman yang diusahakan antara lain komoditi tanaman hortikultura, tanaman pangan,
tanaman obat dan tanaman sayuran. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Wonogiri juga masih didominasi
oleh petani atau penduduk yang mengusahakan lahan-lahan pertanian.
B. Perumusan Masalah
Desa Ngadipiro merupakan salah satu desa di Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Desa ini
masih didominasi penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan tentunya masih hidup dengan pola hidup di
pedesaan. Daerahnya tidak dapat langsung dituju dengan kendaraan umum seperti bus, perlu memanfaatkan jasa
angkutan desa untuk sampai ke daerah tersebut.
Dari deskripsi di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik desa di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimana karakteristik rumah tangga petani di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Wonogiri?
3. Berapa besar penerimaan bentuk konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani di Desa
Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
Adapun tujuan praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah :
1. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan rumah tangga petani pedesaan, serta diharapkan mahasiswa
mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga petani di Desa Ngadipiro.
2. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah tangga petani baik dari
usaha tani maupun dar luar usaha tani.
3. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
Kegunaan atau manfaat dengan diadakannya pratikum Ekonomi Pertanian ini adalah :
1. Bagi pemerintah Kabupaten Wonogiri, hasil praktikum ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dari
mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di Desa
Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan dalam penerapan
kurikulum pendidikan pertanian.
3. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian yang ditempuh pada
semester I.
A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Penentuan desa praktikum secara purposive sampling (sengaja) dipilih desa dari sejumlah desa yang ada
dalam kecamatan terpilih, yaitu Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi yang berada di wilayah Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Dikarenakan di Desa Ngadipiro mayoritas penduduk bekerja sebagai petani.
2. Sampel Responden
Penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu dengan mewawancarai rumah tangga petani
untuk setiap kebayanan/dusun. Rumah tangga petani yang dijadikan responden terdiri dari rumah tangga petani
pemilik penggarap, penyewa dan penyakap. Jumlah petani yang diwawancarai dalam pratikum 25 orang secara
acak. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah dipersiapkan.
B. Data yang Dikumpulkan
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil/diperoleh dari responden secara langsung, yaitu dengan
wawancara yang dikumpulkan melalui kuisioner yang telah disediakan. Data tersebut meliputi, identitas
responden, usahatani responden, produksi dan penerimaan responden, total pendapatan responden, kebutuhan
konsumsi rumah tangga responden dan analisis pendapatan, konsumsi, tabungan, investasi responden/petani
sampel.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait (misalnya Kelurahan, Dinas Pertanian,
Kantor Statistik, Kecamatan, dan lain-lain), data sekunder yang diperoleh adalah monografi desa yang ada di
Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.
C. Metode Analisis Data
Untuk analisis data pada praktikum Ekonomi Pertanian diperlukan pengetahuan statistik. Sedangkan
statistik yang digunakan adalah statistik diskriptif yaitu distribusi frekuensi. Metode analisis yang digunakan
adalah :
1. Analisis Tabulasi silang, metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah dengan Analisis Tabulasi silang.
Analisis Tabulasi Silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara
variabel satu dengan yang lain.
2. Analisis Persentase, yaitu data dibagi beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dalam
hal cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase
yang tertinggi begitu pula sebaliknya.
3. Angka Rata-rata, yaitu untuk mengetahui tafsiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari
suatu karakteristik.
4. Analisis Usahatani, yaitu data berdasarkan analisis dari pendapatan petani yang diperoleh dari
penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya usahatani.