Anda di halaman 1dari 40

Kamis, 28 Oktober 2010

PRAKTIKUM EKOPERT

PRAKTIKUM EKOPERT

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-imu kemsyarakatan


(social sciences), ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungan antarmanusia.
Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya
perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi
petani atau kelompok petani. Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian maka analisa
ekonomi perusahaan pengolahan hasil-hasil petanian, perdagangan internasional atas hasil-hasil
pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-
bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian (Mubyarto, 1972).

Ekonomi pertanian merupakan ilmu ekonomi yang berusaha mengungkap masalah-


masalah pembangunan pada sektor pertanian, terutama pada masyarakat pedesaan yang
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat pedesaan memiliki bentuk ikatan
kekeluargaan yang kuat dalam kehidupan bersama. Gotong royong dan tolong menolong
mewarnai kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan satu kesatuan dalam bidang ekonomi yang
homogen. Desa sebagai tempat tinggal mereka terbentuk karena naluri alamiah untuk
mempertahankan kelompok dan terjalin sendi-sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara
sesama warga berdasarkan hubungan kekeluargaan, karena tinggal dekat dan kebersamaan
kepentingan.

Pembangunan ekonomi masyarakat desa perlu diutamakan karena kita tahu bahwa
banyak sumbangan masyarakat desa bagi perekonomian negara baik dari potensi SDM maupun
dari SDA-nya bagi pendapatan nasional dan pembangunan nasional. Usahatani yang dijalankan
oleh masyarakat pedesaan pada umumnya berupa budidaya tanaman pangan terutama padi dan
palawija yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Keadaan perekonomian masyarakat desa yang mayoritas petani ini cukup menarik untuk
dikaji, apalagi dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini. Mahasiswa perlu
mengetahui secara langsung keadaan petani baik dari segi ekonomi maupun dari segi kegiatan
pertaniannya. Upaya mendapatkan suatu pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan,
mahasiswa tidak hanya mengandalkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan tetapi juga
pengetahuan secara nyata yang didapatkan melalui praktik lapangan.

Berdasarkan uraian di atas, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta
melaksanakan praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Krincinglor, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah, sebagai daerah pedesaan yang menjadi objek praktikum
Kegiatan ini, diharapkan agar mahasiswa dapat mengkaji informasi mengenai karakteristik
perekonomian di pedesaan dan dapat memberikan kontribusinya dalam sektor pertanian
Indonesia agar dapat lebih maju dan berkembang.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik Desa Krincinglor di Kecamatan Secang, Kabupatep Magelang?

2. Bagaimanakah karakteristik rumah tangga responden petani pemilik, penggarap, dan penyewa
yang ada di Desa Krincinglor, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang?

3. Bagaimanakah pendapatan rumah tangga responden petani pemilik, penggarap, dan penyewa
yang ada di Desa Krincinglor, Kecamatan Secang, kabupaten Magelang?

C. Tujuan dan Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian

Adapun tujuan dan kegunaan praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan praktikum Ekonomi Pertanian

a. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan rumah tangga petani di pedesaan, serta
diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga
petani di pedesaan.
b. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah
tangga petani baik dari usaha tani maupun dari luar usaha tani.

c. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah
tangga petani.

2. Kegunaan praktikum

a. Bagi pemerintah Kabupaten Magelang, hasil praktikum ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan
serta kehidupan rumah tangga petani di Kecamatan Secang.

b. Bagi fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan
dalam penerapan kurikulum pendidikan pertanian.

c. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian
pada semester II.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan

Desa diawali dari manusia yang hidup bergerombol baik dalam satu lingkungan yang
besar atau kecil dan bertempat tinggal pada tempat tertentu. Segala perkembangannya yang
mereka alami, dan pertumbuhan jumlah jiwa yang semakin banyak kemudian mulai dipikirkan
masalah keamanan dan tata tertib pergaulan sesamanya dengan maksud untuk memelihara
ketentraman serta tatanan hidup yang harmonis dan pantas sebagai keluarga besar (Kusnaedi,
2005).

Desa hampir selalu identik dengan masyarakat petani, yaitu dalam kenyataan kehidupan,
di desa yang berkembang adalah kombinasi usaha pertanian yang dominan dengan usaha-usaha
kecil lain di luar pertanian yang sangat bervariasi sebagai penunjang. Oleh kerena itu
pembangunan di pedesaan sangat erat kaitannya dengan pembangunan pertanian.
Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijaksanaan yang tepat.

Pengembangan profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja pertanian, pengembangan


sarana dan prasarana ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu disertai
dengan penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan. Dengan usaha tersebut maka
pastisipasi aktif petani dan masyarakat pedesaan dapat ditingkatkan, sehingga peningkatan
produksi komoditas pertanian dapat dicapai dengan efisien dan dinamis diikuti pembagian
surplus ekonomi antar berbagai pelaku ekonomi secara lebih adil, serta pengembangan sistem
agribisnis yang efisien. Kebijaksanaan pembangunan pertanian ini dapat mendorong
pertumbuhan sektor ekonomi lainnya sehingga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi
nasional dengan disertai pemanfaatan sumber daya secara optimal dan berkelanjutan.
Keunggulan komperatif sumberdaya alam dan sumberdaya manusia local dapat dioptimalkan
sebagai aset domestik perekonomian desa (Luthfifatah, 2008).

Wilayah pedesaan umumnya masih belum banyak dieskploitasi dan tingkat


pemanfaatannya karena tergolong rendah. Sementara itu aksesibilitas wilayah pedesaan dan
akses pasar pada umumnya sangat terbatas. Keadaan ini merupakan kontributor yang cukup
signifikan bagi rendahnya produktivitas wilayah pedesaan dan bagi orientasi usaha yang
subsisten.

Akses informasi bagi masyarakat diwilayah pedesaan juga merupakan kendala yang lain
bagi aktivitas pembangunan masyarakat. Terkait dengnan aksesibilitas wilayahnya yang rendah,
informasi yang masuk juga sangat terbatas. Fasilitas-fasilitas umum dan pelayanan publik pun
tidak tersedia dengan memadai, termasuk fasilitas-fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan,
pasar dan sarana prasarana pendukungnya.

Karakteristik pedesaan hingga saat ini masih sangat lekat dengan kondisi rendahnya
tingkat produktivitas tenaga kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas
lingkungan pemukiman. Kondisi tersebut sulit diperbaiki karena fokus pembangunan yang kurang
berorientasi pada pedesaan sehingga dorongan untuk pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
c
kesejahteraan sosial masih sangat lemah (Anonim , 2015).

Kondisi teknologi yang berkembang dan dikuasai komunitas masyarakat di wilayah


pedesaan didominasi oleh teknologi tradisional yang merupakan warisan generasi demi generasi.
Perkembangannya sangat lambat dan inovasi yang masuk pun sangat langka dan sangat sukar
diterima. Faktor tersebut berinteraksi dan berkontribusi terhadap kondisi relatif tertinggalnya
wilayah pedesaan.

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem
kehidupan pedesan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk
masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun terlihat adanya tukang
kayu, tukang genteng dan bata, dan lain-lain. Akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah
pertanian (Sajogyo et al., 2002).

B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani

Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk


agroindustri dengan cara memanfaatkan sumberdaya tumbuhan dan hewan. Terkait dengan
pertanian, usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya (tumbuhan
maupun hewan).

Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan
kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri
dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya (Firdaus,
2007).

Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu, selalu melibatkan barang dalam volume
besar dan proses produksi memiliki resiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena
pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapannya memerlukan ruang
a
untuk kegiatan itu serat jangka waktu tertentu dalam proses produksi (Anonim , 2015).

Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan dengan tanah dengan
ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan khusus petani. Usahatani keluarga
merupakan satuan dasar pemilikan, produksi, konsumsi dan kehidupan sosial petani,
kepentingan pokok pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian
petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan. Struktur sosial desa merupakan
keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu; masyarakat petani merupakan sebuah
kesatuan sosial pra-industri yang memindahkan unsur-unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan
kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono et al., 2002).

Produktivitas usahatani yang dicapai, dipengaruhi oleh kualitas lahan garapan petani.
Pada tingkat teknologi yang sama, baik dalam jenis varietas yang digunakan maupun kualitas
usahatani yang diterapkan pada produktivitas usahatani dapat bervariasi antar daerah akibat
perbedaan kualitas lahan (Maulana, 2004)
C. Pendapatan Penduduk Pedesaan

Secara umum sumber pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari
pertanian dan non-pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan
dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah dari hasil pertanian
yang meliputi komoditas pangan, hortikultura, perkebunan, ternak, dan perikanan. Sedang dari
hasil berburuh tani adalah pendapatan dari hasil berburuh tani dari luar kegiatan usahatani
sendiri. Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha
pertanian. Kelompok pendapatan secara garis besar dibagi lima sub sumber pendapatan, yaitu
dari hasil perdagangan, menjual jasa (jasa transportasi, jasa kesehatan, jasa alat pertanian, dan
lain-lain), dan kegiatan industri (industri besar, menengah, skala rumah tangga) dari kegiatan
berburuh di antaranya adalah dari pertukangan, buruh industri, dan buruh di luar pertanian
lainnya (Sudana et al., 2002).

Pekerjaan di luar pertanian merupakan sumber tambahan pendapatan yang cukup


penting dan di sebagian besar desa-desa, pekerjaan itu merupakan sumber yang memberikan
lebih dari 50% dari total pendapatan. Golongan petani luas yang mempunyai surplus pendapatan
dari pertanian mampu menginvestasikan surplus itu pada usaha-usaha padat modal tapi yang
memberikan pendapatan relatif besar, misalnya alat-alat pengolahan hasil pertanian, berdagang
untuk mencukupi keluarganya. Hal ini berarti bahwa petani luaslah yang lebih punya jangkauan
terhadap sumber non pertanian, yang pada gilirannya melahirkan proses akumulasi modal dan
investasi yang saling menunjang baik di bidang pertanian atau non pertanian di antara golongan
elit pedesaan (Hagul, 2002).

Perekonomian pedesaan didomisasi oleh sektor pertanian, tradisi penduduk pedesaan


menjadikan bertani sebagai sumber penghasilan utamanya. Sektor perekonomian pedesaan
dikelompokan menjadi tiga kelompok utama, yaitu pertanian, industri, dan jasa-jasa. Sektor
industri pedesaan dijadaikan sebagai sumber mata pencaharian utama. Jenis industri pedesaan
ini adalah jenis industri yang tidak memerlukan modal usaha yang besar, tingkat teknologi yang
digunakan sederhana, kecepatan perputaran uang tinggi, dengan tingkat kontinuitas yang kurang
dapat diandalkan. Jenis industri dipedesaan yaitu industri kerajinan rotan dan bambu, industri
kerajinan besi.

Sektor jasa merupakan sektor pelengkap. Aktifitas ini dilakukan ketika usaha tani berada
pada periode senggang. Penghasilan yang diperoleh warga desa dari sektor ini demikian besar,
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga mengalahkan kontribusi dari sektor
pertanian, namun tetap saja pertanian merupakan penopang utama tempat mereka bergantung
(Luthfifatah, 2008).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya
guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
c
kepuasan secara langsung (Anonim , 2015).

Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya. Secara garis besar
alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan ke dalam dua kelompok penggunaan yaitu konsumsi
untuk makanan dan konsumsi untuk kelompok bukan makanan (Fauzi, 2000).

Berdasarkan sensus 1990, lebih dari 60% pengeluaran dikonsumsikan untuk kebutuhan
pangan, dimana padi-padian merupakan 23% dari total konsumsi rumah tangga pedesaan dan
11% bagi rumah tangga perkotaan. Telah lebih jauh dengan memisahkan kelompok pendapatan
menunjukkan bahwa konsumsi padi-padian kelompok 40% penduduk berpendapatan terendah
masih sangat menonjol, yaitu 30% dari total pengeluaran (Anwar et al., 2002).

Dalam perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran cukup


strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku mereka. Tabungan sering
digunakan sebagai “peredam” instabilitas pengeluaran, terutama di masa paceklik. Peran
tabungan yang lain adalah sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks
ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan penggunaan tabungan
menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi ancaman rawan pangan (Hardono, 2003).

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari
kapita atau modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang
akan datang (barang produksi), misalkan pembangunan rel kereta api atau suatu pabrik,
b
pembukaan lahan atau seseorang sekolah di universitas (Anonim , 2015).

III. METODOLOGI

A. Penentuan Sampel

1. Sampel Desa
Penentuan desa praktikum secara purposive (sengaja) dipilih desa dari sejumlah desa
yang ada dalam kecamatan terpilih, yaitu Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Penentuan desa dilakukan dengan metode sensus, yaitu sebagian
besar desa yang ada di Kecamatan Secang sebanyak 40 desa dari 49 desa.

2. Sampel Responden

Dalam hal ini penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu mewawancarai
rumah tangga petani untuk setiap desa. Rumah tangga petani yang dijadikan responden
terdiri dari rumah tangga petani pemilik penggarap, penyewa, penyakap. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah dipersiapkan. Dalam praktikum
ini mengambil satu sampel kecamatan, kemudian satu sampel desa, sampai akhirnya
mengambil beberapa responden yang sesuai dengan tujuan praktikum.

B. Data yang Dikumpulkan


1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara secara langsung dengan responden yang
dipandu dengan lembar kuisioner. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan responden atau petani sampel, meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu organisasi atau instansi terkait
yang dapat berupa data yang diperoleh dari kantor kepala desa. Data sekunder juga bisa
disebut data monografi desa/kelurahan yang meliputi keadaan alam, kependudukan, sarana
dan prasarana, adat istiadat, serta organisasi sosial ekonomi.

C. Metode Analisis Data

1. Tabulasi silang

Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relative. Tabulasi silang
menyajikan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Tabulasi silang ini
digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif data yang diperoleh.

2. Angka rata-rata
Angka rata-rata adalah angka untuk mengetahui taksiran secara kasar untuk melihat
gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik yang ada. Angka ini diperoleh dari
pembagian jumlah semua data angka yang diperoleh dengan jumlah populasi yang ada.

3. Analisis Persentase

Analisis Persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi dalam beberapa
kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dengan cara ini dapat diketahui
kelompok yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase yang paling
tinggi.

4. Analisis Usahatani

Analisis usahatani adalah analisis mengenai penerimaan, pendapatan, maupun biaya-


biaya dari usahatani. Besarnya pendapatan usahatani dapat ditentukan atau dapat dihitung
dengan mengurangi jumlah penerimaan usahatani dengan jumlah biaya usahatani yang
dikeluarkan.

PdU = PrU – BE

Dimana,

PdU : Pendapatan usaha tani

PrU : Penerimaan usaha tani

BE : Biaya Eksplisit (biaya yang benar-benar dikeluarkan)

IV. HASIL DAN ANALISA DATA

A. Karakteristik Desa

1. Karakteristik Wilayah

Wilayah desa Krincing terletak di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Luas


Desa ini mencapai 183,512 hektar dengan 170,95 hektar diantaranya digunakan untuk
persawahan, tegal serta pekarangan pribadi penduduk. Desa Krincing ini memiliki 2 RW dan 8
RT. Jalanan di Desa Krincing ini rata-rata sudah merupakan aspal. Meskipun begitu, jalanan
beraspal ini terlihat sedikit kurang terawat dan terkesan tidak pernah ada perbaikan terbukti
dengan lubang-lubang besar di sana-sini. Adapun batas-batas Desa Krincing ini adalah :

Batas Barat : Desa Blekatuk / Desa Tarpen

Batas Utara : Desa Dlisen Wetan / Desa Dlisen Kulon

Batas Timur : Desa Sekartejo

Batas Selatan : Desa Wironatan / Desa Krincing Kidul

2. Penduduk

a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Tabel 4.1.2.1. Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Krincing
Kecamatan Piturh Kabupaten Magelang Tahun 2015

Jumlah Penduduk Jumlah KK


1.706 451

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga Desa Krincing pada tahun 2015
sebanyak 1.706 jiwa dengan jumlah kepala rumah tangganya sebanyak 451 KK, sesuai
dengan angka yang tercantum di dalam data monografi Desa. Data ini menunjukkan
bahwa Desa Krincing ini mempunyai penduduk yang cukup padat.

b. Jumlah Penduduk Menurut Umur

Tabel 4.1.2.2. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Krincing Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang Tahun 2015

Kelompk Umur Jumlah %


00-03 24 1,4

04-06 27 2

07-12 157 9

13-15 82 4,8

16-18 49 2,8

19- keatas 1367 80


Jumlah 1.706 100

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk menurut umur di Desa Krincinglor dapat diketahui


kelompok umur dengan jumlah penduduk paling banyak di desa Krincing adalah
pada kelompok umur 19 tahun keatas. Sedangkan yang paling sedikit adalah pada
kelompok umur 0-3 tahun, ini dapat memperlihatkan bahwa Desa Krincing cukup
produktif jika dilihat dari segi kelompok umur.

c. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tabel 4.1.2.3. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

Jenjang Pendidikan Jumlah %


Belum Sekolah 24 1,5

TK 28 1,7

SD 1034 65

SLTP 221 14,2

SMU/SMK 232 14,6

D III 32 2

( S I – S III ) 16 1
Jumlah 1587 100
Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk menurut pendidikan Desa Krincing, terlihat jelas bahwa
mayoritas penduduk desa ini rata-rata mengenyam pendidikan hanya sampai jenjang SD.
Meskipun ada yang melanjutkan ke SLTP, SMA atau bahkan menempuh gelar diploma
maupun sarjana, tetapi itupun kalau dijumlah hanya sekitar 31,8 %, tidak sampai separuh
dari jumlah total penduduk.

d. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 4.1.2.4. Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

No. Jumlah %
Mata Pencaharian

1 Petani Sendiri 362 40

2 Buruh Tani 413 45

3 Buruh Bangunan 9 0,9

4 Pedagang 6 0,8

5 PNS 18 1,9

6 ABRI 2 0,4

7 Swasta 98 11

Jumlah 908 100

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah penduduk menurut mata pencaharian penduduk Desa Krincing


kebanyakan bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani penggarap lahan sendiri
maupun sebagai buruh tani. Adapun sektor lain yang menjadi penyumbang tenaga
terbanyak selain sektor pertanian dari penduduk Desa Krincing adalah sektor swasta
yang menyumbang 98 orang dari total 908 orang yang bekerja di Desa ini.

3. Tata Guna Lahan


a. Tata Guna Lahan Secara Umum

Tabel 4.1.3.1 Tabel tata Guna Lahan Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

Jenis Tata Guna Lahan Jumlah

1. Sawah
a. Irigasi Teknik 0

b. Irigasi ½ Teknis 160.300 ha

c. Tadah hujan 11.000 ha


Jumlah 171.300 ha

Sumber : Data Monografi Desa

Dari tata guna lahan Desa Krincing, terlihat bahwa areal lahan sebagian besar
digunakan untuk sawah yang terdiri dari sawah irigasi teknis dan irigasi ½ teknis. Adapun
lahan lainnya digunakan untuk tegal dan pekarangan.

b. Luas Panen dan produksi Lahan Pertanian Umum

Tabel 4.1.3.2 Tabel Jenis Tanaman, Luas Panen dan Produksi Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

No Luas Lahan (Ha) Produksi (ku) Rata2 / ha


Jensi Tanaman (ku/ha)
1 Padi sawah 129 ha 645 ku 5 ku
2 Padi gogo - - -
3 Jagung - - -
4 Kacang tanah - - -
5 Kedelai 85 ha 1190 ku 14 ku
6 Kacang hijau - - -

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jenis tanaman, luas panen dan produksi Desa Krincing terlihat jelas bahwa
masyarakat paling banyak menanam padi sebagai komoditi pertanian utamanya dan
menghasilkan sekitar 5 ton per tahun. Selain padi, masyarakat Desa Krincing menanam
kedelai sebagai komoditi lain dan cukup menghasilkan.

c. Tanaman Keras

Tabel 4.1.3.3 Tabel Tanaman Keras di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

No Jenis Tanaman Jumlah Keterangan


1 Kelapa 4961 -
2 Mangga 98 -

3 Jambu air 338 -


4 Rambutan 315 -

Sumber : Data Monografi Desa

Dari tanaman keras di Desa Krincing diketahu mayoritas tanaman keras yang ada
adalah Kelapa. Tanaman keras lain yang juga tumbuh di Desa Krincing adalah Tanaman
Mangga, Jambu Air, dan Rambutan.

d. Peternakan

Tabel 4.1.3.4 Tabel Jumlah Hewan Ternak di Desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015

No Jenis Ternak Jumlah ( ekor )


1 Sapi 6
2 Kambing 46
3 Ayam Kampung 1250
4 Domba 37
5 Itik 475

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah hewan ternak terlihat bahwa kebanyakan penduduk Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang menjadi peternak ayam. Jenis ayam yang
biasanya di ternakan di desa ini adalah ayam kampung.
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan

a. Pasar, kios/toko/warungan dan bakul keliling

Tabel 4.1.4.1. Tabel Jumlah Sarana Perekonomian di Desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015

Nama Sarana Perekonomian Jumlah


Kios / warung 6 Buah

Sumber : Data Monografi Desa

Dari jumlah sarana perekonomian diketahui bahwa di Desa Krincing hanya


terdapat sedikit warung. Dikatakan arena warung yang ada dengan penduduk yang
mencapai 451 Kepala Keluarga, 6 buah warung dirasa belum cukup menyuplai semua
kebutuhan penduduk.

b. Prasarana dan sarana Transportasi

Tabel 4.1.4.2. Tabel Sarana Perhubungan di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

Jenis Sarana Perhubungan Jumlah


Jalan Desa 6 buah
Jalan Kebupaten 3 buah
Jembatan 15 buah

Sumber : Data Monografi Desa

Dari sarana perhubungan, diketahui bahwa sarana jalan di Desa Krincing,


Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang ini sudah memadai, namun mamadai jika
takarannya adalah jumlah, jika takarannya adalah kondisi jalan maka jalanan di Desa ini
harus ditambah perawatannya. Hal ini terlihat dari banyaknya jalanan yang sudah
berlubang.

c. Pendidikan dan Kesehatan


Tabel 4.1.4.3 Tabel Sarana Kesehatan di Desa Krincing,Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

Jenis Sarana Kesehatan Jumlah


Praktek Dokter 1 orang

Sumber : Data Monografi Desa

Dari sarana kesehatan diketahui bahwa di Desa Krincing, Kecamatan Secang ini
masih dikatakan sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari sarana kesehatan yang ada di
Desa ini hanya terdapat satu tempat praktek dokter, sarana kesehatan lain seperti
Puskesams hanya dapat ditemukan di Kecamatan.

d. Penyediaan Sarana dan Produksi Pertanian

Di Desa ini belum dapat ditemukan kios-kios SAPROTAN, bahkan menurut


informasi kios SAPROTAN ini hanya bisa ditemui di Ibukota Kabupaten.

e. Sarana Lain

Tabel 4.1.4.4. Tabel Sarana-sarana penunjang lain-lain di Desa Krincing, Kecamatan


Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

Jenis Sarana Jumlah


Lumbung Desa 1 Buah
Masjid 1 Buah
Mushola 3 Buah
Lapangan Sepak Bola 1 Buah

Lapangan Bulu Tangkis 1 Buah

Lapangan Tenis Meja 1 Buah

Sumber : Data Monografi Desa

Dari sarana-sarana penunjang lain dapat dilihat bahwa sarana pendukung di


Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang ini sudah dikatakan memenuhi
dilihat dari jumlah sarana yang mereka miliki. Hanya beberapa sarana yang perlu
ditambahi atau diperbaiki.
B. Karakteristik Rumah Tangga Responden

1. Identitas Responden

a. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Tabel 4.2.1.1. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Petani di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

No Keterangan Jumlah Rata-rata


1. Suami 20 1

2. Istri 18 1

3. Anak 44 2
Jumlah 82 4

Sumber : Data Primer

Dari jumlah anggota rumah tangga responden dapat diketahui bahwa jumlah
anggota rumah tangga responden petani di Desa Krincing ada 82 orang. Dengan rincian
jumlah suami 20 orang, istri 18 orang, anak laki-laki dan anak perempuan sejumlah 44
orang.

b. Umur Suami (KK) dan Umur istri

Tabel 4.2.1.2. Umur Suami dan Umur Istri Responden Petani di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
Jumlah
No. Interval Umur (th)
Suami Istri
1. 21-30 0 0

2. 31-40 0 1

3. 41-50 2 10

4. 51-60 10 7

5. 61-70 6 2

6. 71-80 0 0

7. 80>

Jumlah 20
20

Sumber : Data Primer

Dari umur suami dan umur istri responden keluarga petani di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang diketahui bahwa suami yang berusia antara 31-
40 tahun tidak ada. Suami yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 2 orang, suami
yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 10 orang, suami yang berusia antara 61-70
tahun sebanyak 6 orang dan suami yang berusia lebih dari 80 tahun tidak ada .Istri
responden petani di Desa Krincing yang berusia antara 21-30 tahun tidak ada , yang
berusia 31-40 tahun sebanyak 1 orang,yang berusia antara 41-50 tahun sebanyak 10
orang , yang berusia antara 51-60 tahun sebanyak 7 orang, yang berusia antara 61-70
tahun sebanyak 2 orang, sedangkan yang berusia lebih dari 70 tahun tidak ada.

c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri

Tabel 4.2.1.3. Pendidikan Suami (KK) dan Istri Responden di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2008/2015

Responden Petani
No. Pendidikan ( th)
Jumlah Suami Jumlah Istri
1 4-6 14 17

2 7-9 1 1

3 10-12 2 0

4 >12 1 2
Jumlah 18 20

Sumber : Data Primer

Dari pendidikan suami (KK) dan istri responden keluarga petani di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dapat diketahui bahwa rata-rata suami hanya
berpendidikan 4-6 tahun sebanyak 14 orang, yang berpendidikan antara 7-9 tahun
sebanyak 1 orang, berpendidikan antara 10-12 tahun sebanyak 2 orang.sedangkan yang
berusia lebih dari 12 orang 1. Istri responden petani yang berpendidikan 4-6 tahun
sebanyak 17 orang, yang berpendidikan 7-9 tahun sebanyak 1 orang, sedangkan yang
berpendidikan 10-12 tahun stidak ada sedangkan usia lebih dari 12 tahun sebanyak 2
orang. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan suami dari rumah
tangga petani antara 7-9 tahun yaitu lulusan SMP/SLTP. Sebagian besar pendidikan istri
responden petani adalah 4-6 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan
sebagian besar istri petani adalah sampai tamatan SD.

d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan

Tabel 4.2.1.4. Jenis Pekerjaan Responden Petani yang Menghasilkan di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

No. Jenis Pekerjaan Suami Istri


1. Usaha Tani Lahan Sendiri 10 1

2. Usaha Tani Lahan Menyewa 6 1

3. Usah Tani Lahan Menyakap 3 0

4. Ternak Sendiri 0 0

5. Buruh Tani Desa Sendiri 0 0

6. PNS - 2

7. Perangkat Desa 1 -

8. Bakul Warungan 0 0

9. Lain-lain 1

21 3
Jumlah

Sumber : Data Primer

Dari jenis pekerjaan responden keluarga petani di Desa Krincing, Kecamatan


Secang, Kabupaten Magelang, dapat diketahui bahwa banyaknya suami yang bekerja di
usaha lahan sendiri sebanyak 10 orang, sedangkan istri sebanyak1 orang. Suami yang
bekerja pada usaha tani lahan menyewa sebanyak 6 orang, sedangkan istri yang bekerja
pda lahan sewa sebanyak 1 orang. Suami yang yang bekerja pada usaha tani lahan
menyakap sebanyak 3 orang.. Istri yang bekerja sebagai PNS sebanyak 2 orang .suami
yang bekerja pula menjadi perangkat desa ada 1 orang Pekerjaan lain-lain yang
dikerjakan responden suami antara lain sebagai penjahit. Dari data di atas dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden baik suami maupun istri di Desa Krincing
bekerja pada usaha tani lahan sendiri.

2. Penguasaan Aset Rumah Tangga

a. Luas pekarangan dan luas bangunan

Tabel 4.2.2.1 Luas pekarangan dan luas bangunan di desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015
No. Aset Rumah Tangga Jumlah

1. Luas Pekarangan 22556m2

2. Luas Bangunan 2077m2


Jumlah 24633m2

Sumber : Data Primer

Dari luas pekarangan dan luas bangunan dapat diketahui bahwa di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dari 20 responden didapatkan data bahwa luas
pekarangan 22556m2 dan luas bangunan 2077m 2 Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Desa Krincing, kebanyakan tidak memiliki pekarangan yang luas.

b. Keadaan bangunan rumah

Tabel 4.2.2.2. Keadaan bangunan rumah di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

No Keadaan Bangunan Rumah Kerangka Dinding Atap Lantai


1. Kayujati 1 1 - -
2. Kayutahun 20 - - -
3. Bambu - - - -
4. Tembok - 20 - -
5. Genting - - 20 -
6. Ubin - - - 20
7. Tanah - - - -
Jumlah 21 21 20 20

Sumber : Data Primer

Dari keadaan bangunan rumah dapat diketahui bahwa di Desa Krincing,


Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang kebanyakan responden kerangka rumah
berasal dari kayu tahun, dengan dinding tembok, beratap genting dan berlantai ubin.
Dapat di katakan bahwa di Desa Krincing masyarakatnya sudah cukup mampu dan
berkecukupan.

c. Pemilikan alat elektronik, kamar utama. ruang tamu, kursi dan lemari.
Tabel 4.2.2.3. Pemilikan alat elektronik kamar utama, ruang tamu, kursi tamu dan lemari di Desa
Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
No Macam Kepemilikan Jumlah
1. Radio 17
2. TV 21
3. VCD 9
4. HP 41

Sumber : Data Primer

Dari pemilikan alat elektronik dapat diketahui bahwa di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang dari tiap responden kepemilikan alat elektronik. Jumlah
keseluruhan kepemilikan yang ada yaitu 88 buah.

d. Bahan bakar masak dan penerangan rumah

Tabel 4.2.2.4 Macam bahan bakar masak dan penerangan rumah di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

No Macam bahan bakar dan kepemilikan Jumlah


1. Kayu bakar 18

2. Minyak tanah 0

3. Gas 16

4. Listrik 20
Jumlah 44

Sumber : Data Primer

Dari macam bahan bakar masak dan penerangan rumah dapat diketahui bahwa
di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dari 20 responden diketahui
menggunakan bahan bakar kayu, dan gas sebanyak34 dan semuanya sudah
menggunakan listrik sebagai penerangannya.

e. Pemilikan kamar mandi, WC, dan kondisinya

Tabel 4.2.2.5 Pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015
No Pemilikan Jumlah Kondisi
1. Kamar mandi 20 Baik

2. WC 20 Baik
Jumlah 40 Baik

Sumber : Data Primer

Dari pemilikan kamar mandi, WC dan kondisinya diketahui bahwa di Desa


Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang masyarakatnya sudah memiliki kamar
mandi dan WC sendiri dengan kondisi yang baik.

f. Pemilikan alat transportasi

Tabel 4.2.2.6 Pemilikan alat transportasi di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

No Alat Transportasi Jumlah


1. Sepeda 6

2. Sepeda motor 38

3. Mobil 0
Jumlah 63

Sumber : Data Primer

Dari pemilikan alat transportasi dapat diketahui bahwa di Desa Krincing,


Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang pada 20 responden memiliki alat transportasi
berupa sepeda sebanyak 6 , sepeda motor sebanyak 38, dan tidak ada yang mempunyai
mobil.

3. Akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan

a. Akses Terhadap Pendidikan

Tabel 4.2.3.1. Akses terhadap Pendidikan Rumah Tangga Petani di

Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten


Magelang Tahun 2015

Tingkat Pendidikan Jumlah %


SD 43 53
SMP 10 12
SMA 21 26
PT 7 9
Jumlah 81 100

Sumber : Data Primer

Pada data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa akses terhadap
pendidikan cukup bagus dan merata,yaitu masing-masing untuk SD, SMP, SMA, PT sekitar
53%, 12%, 26%, 9%. Selain menunjukan bahwa warga desa telah mendapatkan akses
terhadap pendidikan data ini juga menunjukan bahwa keadaan ekonomi petani desa
Krincing kecamatan secang kabupaten Magelang cukup baik sehingga dapat bersekolah
dan membiayai sekolah anaknya bahkan hingga tingkat perguruan tinggi.

b. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.2.3.2. Akses terhadap Pelayanan kesehatan Rumah Tangga Petani di Desa
Krincing Kecamatan Secang Kabupaen Magelang Tahun 2015

Pelayanan kesehatan Jumlah %

Puskesmas 5 25

RS 0 0

Dokter 11 55

Klinik 0 0

Puskesmas dan RS 0 0

Puskesmas dan dokter 4 20

Puskesmas dan klinik 0 0

Jumlah 20 100
Sumber : Data Primer

Dari data yang diperoleh tampak jelas bahwa kebanyakan responden memilih
berobat ke Dokter yang membuka praktik di rumah yaitu 55 % dari jumlah seluruh
responden. Kebanyakan dari responden beralasan karena masyarakat cenderung menilai
bahwa pengobatan tersebut dianggap lebih manjur dan lebih terjangkau bagi ekonomi
petani dari pada ditempat lain. Namun selain dari 55 % tersebut ada juga responden
yang sering berobat pada 2 tempat pelayanan kesehatan misalnya puskesmas dan
dokter. Responden tersebut beralasan karena biasanya puskesmas hanya dapat
menanggulangi penyakit-penyakit ringan saja dan jika dirasa berobat dipuskesmas kurang
dapat membantu kesembuhan petani akan berobat ke dokter.

4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga

Tabel 4.2.4.1. Pola pangan Penduduk Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang Tahun 2015

Pola pangan Jumlah %


Nasi sepanjang tahun 20 100

Tidak nasi sepanjang tahun 0 0

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.2.4..2. Frekuensi makan Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
Tahun 2015

Frekuensi makan Jumlah %


3 kali sehari 20 100
Kurang dari 3 kali sehari 0 0

Jumlah 20 100

Sumber : Data Primer

Pola pangan keluaraga petani di desa Krincing kecamatan secang kabupaten


Magelang seluruhnya adalah nasi sepanjang tahun dan frekuensi makannya juga
seluruhnya 3 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan seluruh keluarga petani menanam
padi di sawah garapan mereka sehingga untuk mendapatkan gabah yang selanjutnya
akan diproses dalam bentuk nasi dan dikonsumsi oleh keluarga petani tersebut termasuk
mudah. Selain itu mengkonsumsi nasi 3 kali sehari juga merupakan kebiasaan dari
seluruh warga desa tersebut, bukan hanya petani. Bahkan menurut mereka belum
makan jika belum mengkonsumsi nasi.

B. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga


1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri

Tabel 4.3.1.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Sawah pada 20
responden di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
Tahun 2015

Usaha Tani Penerimaan Biaya Pendapatan

Sawah Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata


MT 1 (Rp) 136.300.000 6.815.000 29.090.575 1.454.529 107.209.425 5.360.471
Jumlah 136.300.000 6.815.000 29.090.575 1.454.529 107.209.425 5.360.471

Sumber: Data Primer

Dari penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani sawah responden rumah
tangga petani di Desa Krincing, rata-rata penerimaan hasil usaha tani per tahun yang
terdiri dari Masa Tanam 1, 2, dan 3 dengan system pengusahaan sawah berupa padi-
padi-kedelai adalah Rp. 14.900.150,00 dan biaya yang harus dikeluarkan Rp.
3.006.808,00 sedangkan pendapatan usaha tani sebesar Rp. 11.893.343,00. Dari
keterangan di atas dapat dikatakan bahwa pengusahaan sawah di Desa Krincing
termasuk berhasil, hal ini ditunjukkan dengan pendapatan yang diterima 80% dari
penerimaan petani.

2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain

Tabel 4.3.2.1. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan dari Usahatani Tegal, Pekarangan,
Ternak, dan Usaha Tani Lain pada 20 responden di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015.

Penerimaan Biaya Pendapatan

Keterangan Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata

Tegal (Rp) - - 22.500 1.125 -22.500 -1.125

Pekarangan (Rp) 2.775.500 138.775 99.900 4.995 2.101.850 105.093

Ternak (Rp) 715.000 35.750 2.379.700 118.985 -744.700 -37.235

Lainnya (Rp) 20.698.000 1.034.900 1.484.000 74.200 19.214.000 960.700

Sumber : Data Primer

Dari penerimaan, biaya dan pendapatan dari usahatani tegal, pekarangan,


ternak, dan usaha tani lain pada 20 responden di Desa Krincing, untuk pendapatan dari
tegal tidak banyak diusahakan. Pada 20 responden hanya 1 petani saja yang
mengusahakan tegal dan hasilnya juga tidak dapat menambah pendapatan petani. Untuk
pekarangan dan ternak masih banyak diusahakan dikarenakan kepemilikan tanah masih
luas sehingga digunakan untuk pekarangan. Sebagian besar hasil dari pekarangan dan
ternak digunkan untuk konsumsi kebutuhan keluarga, sebagian kecil lainnya dijual
walaupun hasil dari penjualan tersebut tidak begitu banyak menambah pendapatan
petani. Hasil dari pekarangan yang banyak dijual berupa pisang dan kelapa. Untuk ternak
kebanyakan petani mengusahakan ayam dan bebek dalam skala kecil, hal ini karena
mereka memelihara ternak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan
untuk usaha tani lain bisa berupa buruh tani atau juga usaha perkayuan.

3. Pendapatan dari Luar Pertanian

Tabel 4.3.3.1. Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Krincing, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang Tahun 2015.
No Resp Dari Luar Usahatani

Suami Istri Anak Jumlah

1 5.200.000 5.200.000

2 -

3 12.000.000 12.000.000

5 750.000 1.000.000 1.750.000

7 32.850.000 32.850.000

8 1.000.000 1.200.000 2.200.000

9 14.400.000 14.400.000

10 18.000.000 18.000.000

11 12.000.000 12.000.000

12 12.000.000 12.000.000

13 18.250.000 18.250.000

14 3.000.000 3.000.000

15 18.000.000 4.160.000 22.160.000

16

17 3.000.000 3.000.000

18 7.000 7.000
19 3.000.000 3.000.000 500.000 6.500.000

20

Jumlah 163.317.000

Rata-rata 8.165.850

Sumber : Data Primer

Dari pendapatan dari luar pertanian pada 20 responden di Desa Tersilor dapat
diketahui bahwa para petani masih menjadikan usaha tani sebagai sumber pendapatan
usaha utama dan untuk tambahan pendapatan dari luar usaha pertanian masih sedikit.
Dari sedikit pekerjaan di luar pertanian kebanyakan bergerak di bidang perdagangan dan
itupun masih dalam skala kecil. Usaha lainnya biasa berupa PNS, ABRI, Guru, Pensiunan,
Swasta, Pembuat batu bata, dan Pertukangan.

4. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden

Tabel 4.3.4.1. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani dari dalam dan Luar Pertanian di
Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

Keterangan Jumlah (Rp) Rata-rata (Rp)


Usaha Pertanian 258.415.500 12.920.776
Luar Usaha Pertanian 163.317.000 8.165.850
Jumlah 421.732.500 21.086.626

Sumber : Data Primer

Dari total pendapatan rumah tangga petani dari dalam dan luar pertanian pada
20 responden di Desa Krincing pendapatan rumah tangga petani dari usaha pertanian
rata-rata per KK/tahun sebesar Rp.12.920.776,00 dan dari usaha di luar pertanian
sebesar Rp.8.165.626,00. Dari dua sumber pendapatan petani baik dari dalam maupun
luar pertanian merupakan pendapatan total dari pendapatan rumah tangga petani. Total
pendapatan rata-rata petani per KK/tahun sebesar Rp.21.086.626,00. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa para petani masih menggantungkan hidupnya di sektor usaha
pertanian. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pendaptan yang lebih besar dibanding usaha di
luar pertanian.

5. Konsumsi Rumah Tangga Responden

Tabel 4.3.5.1. Konsumsi Rumah Tangga pada 20 Responden di Desa Krincing, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

Jumlah

Keterangan (Rp) Rata-rata (Rp)


Konsumsi Makanan 110.915.000 5.545.750
Konsumsi Bukan Makanan 55.357.500 2.767.875
Konsumsi Pakaian, Perumahan, dll. 57.573.100 28.787.655
Jumlah 223.845.600 11.192.280
Sumber : Data Primer

Dari konsumsi rumah tangga pada 20 responden di Desa Krincing ,biaya


konsumsi yang dikeluarkan dari konsumsi pangan, bukan pangan maupun lain-lain rata-
rata sebesar Rp.11.192.280,00. Dari konsumsi rumah tangga responden petani
pengeluaran terbesar adalah rata-rata pada konsumsi pakaian, perumahan, dll sebesar
Rp.28.787.655,00.

6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi

Tabel 4.3.6.1. Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan Rumah Tangga Responden di Desa
Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

Keterangan Jumlah (Rp) Rata-rata


Total Pendapatan 421.369.550 21.068.478
Konsumsi Makanan 110.915.000 5.545.750
Konsumsi Bukan Makanan 55.357.500 2.767.875
Konsumsi pakaian, perumahan, dll. 57.573.100 2.878.655
Tabungan 197.523.850 9.876.193

Sumber : Data Primer

Dari pendapatan, konsumsi, dan tabungan pada 20 responden di Desa Krincing


dapat dikatakan bahwa pendapatan usaha tani dapat digunakan untuk kebutuhan
konsumsi bahkan untuk pemenuhan kebutuhan lainnya. Dari sisa pendapatan yang
digunakan untuk biaya konsumsi masih dapat ditabung kelebihannya, rata-rata kelebihan
tersebut sekitar Rp.9.876.192,5. Sedangkan masih banyak yang belum melakukanm
investasi, baik berupa barang maupun uang . Dari 20 responden, hanya 2 yang
melakukan investasi.

7. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga

Tabel 4.3.7.1. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Krincing,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Tahun 2015

No. Strategi Bertahan Hidup Jumlah


1. Aktif bekerja di luar sektor pertanian: 2

2. Merantau : Bekerja di perkotaan 9

3. Dagang : Bakul warungan 4

4. Buruh dan lain-lain 8

5. Memanfaatkan bantuan pemerintah 6

6. Memanfaatkan bantuan pihak lain 19

7. Menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan saat 19


itu
8. 18
Menghemat produk/tanaman sendiri
9. 6
Memanfaatkan pekarangan
10. 3
Berhutang kepada
11. 1
Tidak menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi
12.
Menunggu kiriman keluarga yang dirantau

Sumber : Data Primer

Dari strategi bertahan hidup 20 responden di desa Krincing strategi yang


dilakukan untuk bertahan hidup dalam pemenuhan konsumsi sebagian besar menjadi
bakul sebanyak 9 responden. Dan dalam strategi pertahanan hidup pada umumnya
menyesuaikan pendapatan dengan konsumsi rumah tangga dan menghemat barang.

V. PEMBAHASAN

Desa Krincing merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang yang memiliki luas wilayah kurang lebih 183,512ha. Sebagian besar warga di desa ini
berprofesi sebagai petani, khususnya pemilik penggarap. Hal itu dapat dilihat dari kepemilikan lahan
pertanian yang terbentang luas mengelilingi desa tersebut. Pertanian sebagai sumber utama
pendapatan bagi para warga di wilayah ini. Jumlah penduduk Desa Krincing pada tahun 2008 yaitu
1706 orang yang terbagi dalam 451 KK. Menurut jenis kelamin penduduk perbandingan antara
jumlah penduduk pria dan wanita di Desa Krincing lebih banyak penduduk pria. Jumlah penduduk
pria yaitu sejumlah 866 sedangkan penduduk wanitanya sejumlah 840 orang.

Penguasaan aset rumah tangga sebagian besar responden menggunakan kayu jati dan kayu
tahunan sebagai kerangka dan dinding rumahnya dengan atap yang sudah bergenting dan lantai
ubin. Pada responden sebagian besar sudah memiliki TV sebagai sarana hiburan. Banyak dijumpai
alat transportasi yang biasa digunakan responden adalah sepeda, dan sepeda motor karena mudah
untuk dikendarai dan lebih efektif dalam menjangkau daerah yang jauh, selain itu adanya angkutan
umum memudahkan responden yang tidak memiliki alat transportasi sendiri dalam bepergian
apabila harus menjangkau daerah yang jauh.

Hampir seluruh responden memilih puskesmas sebagai pelayanan kesehatan karena selain
jaraknya yang dekat dan mudah dijangkau, biayanya juga lebih murah bahkan ada juga yang bebas
biaya untuk warga yang benar-benar tidak mampu dengan memiliki bukti kartu sehat yang harus
dibawa saat berobat. Pola makanan pokok pada semua responden adalah nasi sepanjang tahun,
yaitu dengan pola makan nasi tiga kali sehari.

Rata-rata responden pada di desa Krincing mempunyai lahan usahatani berupa sawah dan
pekarangan dengan luas lahan yang cukup besar mencapai lebih dari seratus ubin setiap kepala
keluarga. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan biaya yang relatif besar baik untuk
pembibitan, kebutuhan pupuk dan untuk pemakaian tenaga kerja luar guna membantu mengolah
tanah, walaupun pada umumnya diutamakan tenaga kerja keluaga dan pemeliharaan tanaman
dengan baik agar diperoleh hasil yang optimal dalam mencukupi kebutuhan, baik untuk konsumsi
pangan maupun non pangan.

Penduduk Desa Krincing pada tahun 2008 pada umumnya adalah lulusan SD, yaitu sejumlah
1034 orang. Di Desa Krincing hanya terdapat 1 TK dan 3 SD tetapi tidak ada SLTP dan SLTA sehingga
untuk melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi harus bersekolah keluar daerah yang jaraknya cukup
jauh. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Krincing mempunyai tingkat pendidikan yang masih
tergolong rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari jumlah lulusan SLTP hanya berjumlah 221 orang
dan SLTA berjumlah 232 orang, yang sangat jauh jumlahnya bila dibandingkan dengan lulusan SD
yang jumlahnya mencapai 1034 orang. Hanya beberapa saja yang melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi dengan jumlah lulusan perguruan tinggi berjumlah 48 orang. Mereka yang bisa
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga yang
mampu untuk membiayai biaya sekolah keluar desanya yang membutuhkan biaya yang mahal. Dari
keluarga petani hanya perangkat desa yang mempunyai lahan sangat luas seperti Pak Lurah yang
dapat menyekolahkan anaknya sampai jenjang perkuliahan.

Sistem vegetasi tanaman semusim yang ada adalah padi dan kedelai. Pada musim tanam I
para petani secara serentak menanam padi, biasanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Pada musim
tanam I biasanya benih padi dibeli dari toko saprodi. Padi yang cenderung ditanam adalah varietas IR
64. Pada musim tanam II petani masih sama yaitu menanam padi. Benih yang ditanam tidak berasal
dari kios tetapi diambil dari hasil panen pada musim tanam I. Hal ini dilakukan untuk menghemat
biaya produksi dan memaksimalkan benih padi karena gabah dari dua atau tiga panen musim tanam
sebelumnya masih baik untuk dijadikan benih padi. Sadangkan pada masa tanam III petani
menanami sawahnya dengan kedelai, yang pada umumnya bervarietas rawung.

Total pendapatan pada responden di Desa Krincing sebagian besar diperoleh dari usaha
pertanian dan di luar usaha pertanian. Pada usaha pertanian diperoleh dari usaha tani sawah,
pekarangan, dan ternak sendiri. Pada usaha tani sawah sebagian hasil panennya digunakan untuk
konsumsi keluarga dan sebagian lagi dijual untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lain. Sedangkan
untuk usaha tani ternak sendiri dan pekarangan hasilnya digunakan untuk pemenuhan konsumsi
keluarga. Di luar usaha pertanian usaha yang dilakukan adalah usaha dagang dan warung kecil.

Penerimaan dari usaha tani sebesar Rp.14.900.150,00 dengan biaya Rp. 3.006.808,00 dan
pendapatan Rp. 11.893.343,00. Penerimaan rata-rata masing-masing petani dari usaha tani selain
sawah senilai Rp.1.034.900,00, untuk biaya sebesar Rp.74.200,00, dan untuk pendapatan sebesar Rp.
960.700,00. pendapatan dari luar usaha pertanian senilai Rp. 8.165.850,00. Dan untuk total
pendapatan petani baik dari usaha tani maupun luar usaha tani rata-rata pada masing-masing petani
per tahun sebesar Rp. 21.068.626,00.

Konsumsi rumah tangga responden petani terdiri dari konsumsi makanan, konsumsi bukan
makanan, konsumsi pakaian, perumahan dll. Pada konsumsi makanan terdiri dari bahan pokok
pangan maupun tambahan. Konsumsi bukan makanan terdiriu dari pengguinaan peralatan mandi
dan cucian. Dari ketiga kebutuhan konsumsi tersebut, kebutuhan konsumsi pakaian, perumahan, dll
pengeluarannya paling besar. Total konsumsi rata-rata petani per tahun mencapai Rp.11.192.280,00.

Strategi Bertahan hidup rumah tangga responden di Desa Krincing sebagian besar sudah
menyesuaikan konsumsi dengan pendapatan dan menghemat pengguinann barang. Sebagian besar
memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk tambahan pendapatan
diluar pertanian rumah tangga petani melakukan usaha bakul atau warng kecil. Petani di Desa
Krincing tergolong petani yang mandiri karena tidak menggantungkan bantuan dari pemerintah
maupun pihak lain. Apabila ada yang memanfaatkan bantuan baik dari pemerintah atau pihak lain
jumlahnya pun sedikit. Pada umunnya penduduk di Desa Krincing masih menggantungkan hidupnya
pada usaha pertanian di desannya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah
penduduk yang merantau atau bekerja di daerah lain.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Ekonomi Pertanian yang telah dilaksanakan pada tanggal 22-
24 Mei 2015 di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

a. Karakteristik Wilayah Desa Krincing terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 16 m
di atas permukaan laut dengan luas desa ini mencapai 183,52 ha.

b. Karakteristik penduduk di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang:

1) Jumlah penduduk Desa Krincing tahun 2015 adalah 1706 jiwa, dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 451 KK.

2) Jumlah penduduk menurut umur paling banyak di atas 19 tahun.

3) Tingkat pendidikan rata-rata orang tua penduduk Desa Krincing Sebagian besar tingkat
SD ada 1034 orang, sedangkan untuk SMP ada 221, SMA/SMK ada 232 orang dan
Perguruan Tinggi 48 orang.

4) Sebagian besar penduduk Desa Krincing bermata pencaharian sebagai petani pemilik.
Adapun mata pencaharian lain yaitu buruh tani, buruh bangunan, dagang, dsb.

c. Karakteristik tata guna lahan di Desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
secara umumdgunakan untuk persawahan dengan komoditas utama padi dan kedelai.
Tanaman keras di Desa Krincing berupa kelapa dan Kebanyakan para petani beternak
ayam kampung.
d. Karakteristik Kegiatan sosial ekonomi pedesaan hanya terdapat sedikit warung dan kondisi
prasarana dan sarana transportasi cukup memadai. Sarana kesehatan sangat kurang,
sarana saprodi juga belum ditemukan, sedangkan untuk sarana penunjang lain dapat
dikatakan sudah memnuhi.

2. Karakteristik Rumah Tangga Responden desa Krincing, Kecamatan Secang, Kabupaten


Magelang.

a. Jumlah anggota rumah tangga responden ada 96 orang, dengan rata-rata umur suami 41-
50 dan umur istri dari 31-40 dan 51-60. Pendidikan suami kebanyakan 9 tahun sedangkan
istri 6 tahun dan jenis usaha yang menghasilkan yaitu usaha tani lahan sendiri.

b. Penguasaan lahan di Desa Krincing termasuk luas dengan luas pekarangan 24.378,4 m 2 dan
luas bangunan 2.055.5 m2. Keadaan bangunan rumah penduduk hampir seluruhnya
adalah berdinding tembok dan beratap genting.

c. Seluruh penduduk di Desa Krincing sudah menggunakan penerangan listrik. Sedangkan


untuk penggunaan bahan bakar, sebagian besar penduduk masih banyak yang
menggunakan kayu dan sebagian kecil menggunakan minyak tanah.

d. Kepemilikan kamar mandi dan WC sudah cukup baik dan untuk kepemilikan a;at
transportasi masih didominasi oleh sepeda dan sebagian sudah ada yang memiliki
sepeda motor.

e. Akses terhadap pendidikan sudah cukup bagus dan merata, akses terhadap kesehatan
masih terbatas pada puskesmas yang biayanya murah dan letaknya dekat, sedangkan
untuk pola pangan pokok berupa nasi sepanjang tahun dengan frekuensi makan 3 kali
sehari.

3. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani di Desa Krincing, Kecamata Secang,
Kabupaten Magelang.

a. Besar penerimaan usaha tani sawah Rp. 14.900.150,00 dengan biaya Rp.3.006.808,00 dan
pendapatan Rp. 11.893.343,00. pendapatan dari usaha tani selain sawah Rp. 960.700,00
dan dari luar usaha pertanian sejumlah Rp.8.165.860,00. Sehingga total pendapatan dari
usaha tani maupun di luar usaha tani senilai Rp. 21.086.626,00.
b. Total Konsumsi rumah tangga yang terbesar pada 20 responden petani di Desa Krincing
yaitu konsumsi pakaian, perumahan senilai Rp.11.192.280,00.

c. Rata-rata tabungan rumah tangga responden adalah Rp.9.876.190,00 per tahun.

d. Strategi Bertahan hidup rumah tangga responden diantaranya dengan penyesuaian


konsumsi dengan pendapatan, hemat barang, memanfaatkan bantuan pemerintah,
memanfaatkan linkungan/ pekarangan dan menuggu kiriman keluarga yang merantau.

B. SARAN

1. Perlu adanya pengarahan tentang pentingnya faktor pendidikan agar kualitas Sumber
Daya Manusia penduduk dapat meningkat pada masa yang akan datang.

2. Perlu adanya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga para penduduk di
Desa Krincing tidak perlu pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
3. Perlu mengoptimalkan pembinaan dan penyuluhan pertanian, karena petani di Desa Krincing
menganggap penyuluhan yang dilakukan kurang efektif dan efisien.

4. Pemerintah perlu membangun sarana, prasarana, dan fasilitas sosial terutama fasilitas
kesehatan social yang lebih baik. Selain itu diperlukan perbaikan sarana transportasi
terutama perbaikan jalan.

5. Perlu adanya penambahan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus komunikasi.

6. Perlu adanya peningkatan fasilitas jaringan listrik karena dirasa listrik di Desa Krincing masih
kurang maksimal penyalurannya.

Diposkan oleh ferdian adi aris t di 09.46

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi pertanian di Indonesia belum memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh
setiap daerahnya masing-masing. Petani sebagai pelaku utama di dalam kegiatan pertanian masih terus
mengalami penjajahan secara ekonomi maupun mental. Kesejahteraan petani belum mengalami banyak
perubahan hingga zaman modern. Kesejahteraan yang kurang ini disebabkan oleh pendapatan dan penerimaan
petani yang masih kurang.
Pertanian di Indonesia masih menjadi sektor utama dan penyumbang devisa bagi negara. Kondisi seperti
inilah yang sebenarnya mampu berdampak positif bagi tersedianya lapangan kerja dari sektor pertanian begitu
besar. Terbukti jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani masih tergolong tinggi. Mengelola
lahan seperti sawah, perkebunan, dan subsistem lainnya serta mengusahakan pertenakan atau perikanan menjadi
pekerjaan seorang petani. Disisi lain tujuan pekerjaan mereka bukan sekedar untuk pemenuhan kebutuhan
pangan keluarga masing-masing tetapi juga untuk diperjualbelikan dan memenuhi kebutuhan pasar.

Potensi pertanian di Indonesia menjadi perekonomian negara yang stabil ditengah kondisi
perekonomian global yang mengalami kekacauan. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang
banyak merupakan potensi dalam perkembangan pertanian di Indonesia. Pada realita yang ada Indonesia sampai
saat ini belum mampu memanfaatkan potensi tersebut secara optimal. Salah satu faktor yang menyebabkan
kurang majunya pertanian di Indonesia adalah sebagian besar petani masih bersifat tertutup atas inovasi dan
belum mampu memanfaatkan berbagai terobosan teknologi baru di bidang pertanian yang sebenarnya
berdasarkan hasil penelitian dapat meningkatkan produktifitas usahatani dan pendapatan petani. Peran
pemerintah dalam membuat kebijakan sangat berpengaruh bagi perkembangan pertanian. Kondisi yang terjadi
saat ini, adanya beberapa kebijakan yang masih merugikan dan belum memihak kepada kepentingan petani di
Indonesia.
Perkembangan pertanian erat kaitannya dengan pola kehidupan yang dijalani oleh para petani yang
sebagian besar hidup di pedesaan. Kehidupan masyarakat pedesaan memang masih sangat sederhana, baik dari
segi sosial maupun dari segi budaya. Dengan mengandalkan pendapatan yang berasal dari usahatani, mereka
berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya, baik untuk konsumsi pangan, konsumsi non pangan, pakaian,
perumahan, dan lain-lain.
Usaha petani untuk mencukupi kebutuhan mereka, dilakukan dengan mengelola dan mengusahakan lahan
yang dimiliknya. Petani menggarap lahannya sendiri dan menikmati hasil tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarga petani. Adapula petani penyakap yang dalam melaksanakan kegiatan pertaniannya, mereka
bekerjasama dengan petani lain yang hasilnya pun dibagi sesuai jasa yang telah mereka lakukan. Bagi petani
yang tidak memiliki lahan akan bekerja untuk mengelola lahan orang lain, biasanya disebut dengan buruh tani.
Sebagian besar dari masyarakat desa berusaha mencukupi kebutuhan mereka dengan mengandalkan
alam di sekitarnya. Bagi petani yang memiliki lahan pertanian, mereka berusaha untuk menggarap lahan yang
dimiliki secara optimal. Mereka menanam tanaman pokok seperti padi, ubi kayu, ubi jalar dan jagung dengan
maksud agar hasil panennya dapat dikonsumsi oleh keluarga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi.
Berdasarkan uraian di atas sangat menarik untuk dipelajari dan ditelusuri secara mendalam khususnya
oleh mahasiswa. Mahasiswa dapat terjun langsung ke lapangan dalam melakukan penelitian, khususnya
mengenai karakteristik perekonomian pedesaan. Faktor sosial budaya dan pemanfaatan sumber daya alam yang
tersedia di desa oleh masyarakat yang dapat menunjang kegiatan perekonomian desa tersebut. Dengan terjun
langsung ke lapangan, mahasiswa dapat ikut merasakan dan menyelami pola kehidupan masyarakat desa.
Atas dasar alasan yang telah tertera di atas, mahasiswa Fakultas Pertanian UNS Surakarta melaksanakan
praktikum Ekonomi Pertanian di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Propinsi
Jawa Tengah. Kondisi pertanian di Kabupaten Wonogiri memiliki potensi yang sangat baik untuk
dikembangkan. Komoditi tanaman yang diusahakan antara lain komoditi tanaman hortikultura, tanaman pangan,
tanaman obat dan tanaman sayuran. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Wonogiri juga masih didominasi
oleh petani atau penduduk yang mengusahakan lahan-lahan pertanian.

B. Perumusan Masalah
Desa Ngadipiro merupakan salah satu desa di Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Desa ini
masih didominasi penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan tentunya masih hidup dengan pola hidup di
pedesaan. Daerahnya tidak dapat langsung dituju dengan kendaraan umum seperti bus, perlu memanfaatkan jasa
angkutan desa untuk sampai ke daerah tersebut.
Dari deskripsi di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik desa di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimana karakteristik rumah tangga petani di Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten
Wonogiri?
3. Berapa besar penerimaan bentuk konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani di Desa
Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
Adapun tujuan praktikum Ekonomi Pertanian ini adalah :
1. Untuk melatih mahasiswa mengenal kehidupan rumah tangga petani pedesaan, serta diharapkan mahasiswa
mengetahui secara nyata tentang karakteristik rumah tangga petani di Desa Ngadipiro.
2. Untuk melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan rumah tangga petani baik dari
usaha tani maupun dar luar usaha tani.
3. Untuk melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh rumah tangga petani.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
Kegunaan atau manfaat dengan diadakannya pratikum Ekonomi Pertanian ini adalah :
1. Bagi pemerintah Kabupaten Wonogiri, hasil praktikum ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dari
mahasiswa mengenai kondisi dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di Desa
Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat mendukung kelengkapan dalam penerapan
kurikulum pendidikan pertanian.
3. Bagi mahasiswa, sebagai persyaratan dalam menempuh mata kuliah Ekonomi Pertanian yang ditempuh pada
semester I.

laporan praktikum ekonomi pertanian -


bab 3
III. METODOLOGI

A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Penentuan desa praktikum secara purposive sampling (sengaja) dipilih desa dari sejumlah desa yang ada
dalam kecamatan terpilih, yaitu Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi yang berada di wilayah Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Dikarenakan di Desa Ngadipiro mayoritas penduduk bekerja sebagai petani.
2. Sampel Responden
Penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu dengan mewawancarai rumah tangga petani
untuk setiap kebayanan/dusun. Rumah tangga petani yang dijadikan responden terdiri dari rumah tangga petani
pemilik penggarap, penyewa dan penyakap. Jumlah petani yang diwawancarai dalam pratikum 25 orang secara
acak. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah dipersiapkan.
B. Data yang Dikumpulkan

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil/diperoleh dari responden secara langsung, yaitu dengan
wawancara yang dikumpulkan melalui kuisioner yang telah disediakan. Data tersebut meliputi, identitas
responden, usahatani responden, produksi dan penerimaan responden, total pendapatan responden, kebutuhan
konsumsi rumah tangga responden dan analisis pendapatan, konsumsi, tabungan, investasi responden/petani
sampel.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait (misalnya Kelurahan, Dinas Pertanian,
Kantor Statistik, Kecamatan, dan lain-lain), data sekunder yang diperoleh adalah monografi desa yang ada di
Desa Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.
C. Metode Analisis Data
Untuk analisis data pada praktikum Ekonomi Pertanian diperlukan pengetahuan statistik. Sedangkan
statistik yang digunakan adalah statistik diskriptif yaitu distribusi frekuensi. Metode analisis yang digunakan
adalah :
1. Analisis Tabulasi silang, metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah dengan Analisis Tabulasi silang.
Analisis Tabulasi Silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan hubungan antara
variabel satu dengan yang lain.
2. Analisis Persentase, yaitu data dibagi beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase. Dalam
hal cara ini dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya yaitu ditunjukkan dengan persentase
yang tertinggi begitu pula sebaliknya.
3. Angka Rata-rata, yaitu untuk mengetahui tafsiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari
suatu karakteristik.

4. Analisis Usahatani, yaitu data berdasarkan analisis dari pendapatan petani yang diperoleh dari
penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya usahatani.

Anda mungkin juga menyukai