Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

1. Penanaman Nilai Kebangsaan.

Kesepakatan nasional menjadi pegangan dan panduan penting dalam menjaga


persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah yang di perjuangan
selama ratusan tahun hingga saat ini. Berbagai peristiwa sangat jelas dimata kiata
penghianatan berupa pemberontakan, gerakan separatis, bahkan perjuangan politik yang
legal melalui Konstituante, yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat untuk
merubah atau mengganti konsensus tersebut dapat diatasi, khususnya oleh para pemuda,
bagaimana para pemuda dengan semangat tanpa pamrih, memperjuangkan reformasi
sampai saat ini. Konsensus nasional yang selama ini nilai-nilai dasarnya menjadi dasar
dalam penanaman, penumbuhan, dan pengembangan rasa, jiwa dan semangat kebangsaan
serta memberikan panduan, tuntunan dan pedoman bagi bangsa Indonesia melakukan
perjuangan guna mencapai cita-cita nasionalnya, ternyata saat ini, mengalami suatu
kemunduran (degradasi). Degradasi rasa, jiwa dan semangat kebangsaan. Indikasi dari
degradasi tersebut terlihat semakin menipisnya kesadaran dan kurang dihayatinya tata
kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai ideologi Pancasila dan Konstitusi, pada
hampir semua generasi bangsa. Khusus pemuda, menurut laporan dari Kemengpora RI
saat ini, ada 10 (sepuluh) masalah karakter bangsa pada generasi muda/pemuda, antara
lain: masih maraknya tingkat kekerasan dikalangan pemuda ,adanya kecendrungan sikap
ketidak jujuran yg semakin membudaya , berkembangnya rasa tidak hormat, kepada org
tua, guru dan pemimpin, sikap rasa curiga dan kebencian satu sama lain, penggunaan
bahasa Indonesia dengan semakin memburuk, berkembangnya prilaku menyimpang
dikalangan pemuda (narkoba, pornografi, pornoaksi,dll), kecendrungan mengadopsi
nilai2 budaya asing, melemahnya idealisme, patriotisme, serta mengendapnya spirit of
nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme,serta semakin kabur pedoman
yg berlaku , dan sikap acuh tak acuh terhadap pedoman ajaran agama.
Oleh karena itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan
khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi
meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem
kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga diharapkan bangsa Indonesia
dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial.
Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NRI 1945 yaitu :
1. Nilai demokrasi, mengandung makna bahwa kedaulatan berada ditangan
rakyat, setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab
terhadap penyelenggaran pemerintahan.
2. Nilai kesamaan derajat, setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan
kedudukan yang sama di depan hukum.
3. Nilai ketaatan hukum, setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib
mentaati setiap hukum dan peraturan yang belaku.
Berdasarkan nilai yang terkandung dalam pasal-pasal UUD NRI 1945 sudah
mencakup segala aspek berbangsa dan bernegara yang disesuaikan dengan kondisi
budaya masyrakat Indonesia saat ini. Nilai-nilai tersebut masih sangat relevan dengan
setuasi dan kondisi bangsa meskipun dalam era globalisasi. Sehingga dapat di jadikan
pedoman bagi seluruh masyarakat Indonesia.

2. Peran Generasi Muda.


Dalam Arti yang luas, ideologi berisi tatanan nilai yang dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai pedoman untuk menjalankan kehidupan bersama dalam rangka
meraih harapan-harapan mereka. Tatanan nilai tersebut berasal dari tradisi atau adat-
istiadat dan dapat pula bersumber dari ajaran agama.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para
mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita
sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk
memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.
Dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :
1. sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)
2. sebagai agen perubahan (agent of change)
3. sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)
Mahasiswa dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab sebagai
kaum akademis, tetapi diluar itu wajib memikirkan dan mengembang tujuan bangsa.
Dalam hal ini keterpaduan nilai-nilai moralitas dan intelektualitas sangat diperlukan demi
berjalannya peran mahasiswa dalam dunia kampusnya untuk dapat menciptakan sebuah
kondisi kehidupan kampus yang harmonis serta juga kehidupan diluar kampus. Betapa
pentingnya peranan mahasiswa bagi masyarakat, betapa berharganya peran mahasiswa
mengkritik apa yang salah dari pemerintah. Berdasarkan itulah perlu dirumuskan peranan
mahasiswa bukan hanya bagi negara, melainkan masyarakat.
Setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi tugas dan tanggung
jawab yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang seharusnya dan paling
idealnya.
1. Creator of Change
Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen
perubahan. Penulis mengatakan itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam defininya
kata ”agen” hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan
hanya menjadi objek perubahan, bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan
mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak yang diboncengi pencetus perubahan lain
seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata ”pencetus”, mahasiswa
seharusnya dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Hal ini dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak
sekali permasalahan bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan,
dan lain sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir
dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang
menjadi alasan untuk berubah? Secara substansial, perubahan merupakan harga mutlak,
setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun keadaanya tetap
diam –sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah membuktikan, bahwa perubahan besar
terjadi di tangan generasi muda mulai dari zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain
sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen perubahan saja,
melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
2. Iron Stock
Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa
dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumny,
tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa adalah
aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu
mempengaruhi kualitas mahasiswa, kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik
tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan.
Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon
pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan memperkaya pengetahuan
yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu, mempelajari berbagai kesalahan yang ada
pada generasi sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam
pengembangan diri.
3. Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau
ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang
dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa
itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran
sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang salah dalam masyarakat.
Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya
memikirkan dirinya sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati
janji yang telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan
pendidikan merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa
mahasiswa yang notabene sebagai anak rakyat harus bertindak dengan ilmu dan
kelebihan yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai
kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan
rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial
dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan rakyat,
maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus
lebih substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat
peduli terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan
bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
4. Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran
mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force?
Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan
yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian
dari masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi.
Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan
mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab
yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu
saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti
akan menyebabkan generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat
dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki goal menjadikan
negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab
posisi mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara
idealisme mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat
mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang
terjadi di masyarakat semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak pada realita, ternyata
secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang seharusnya di
implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif,
kaum yang hanya bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan
hasil yang konkret, yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan
dan peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah
tidak menganggap peran mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang
seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa harus dihapuskan.
Penulis berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini seyogyanya memiliki kesinergisan
masyarakat dimana mahasiswa bernaung sebagai anak rakyat.
Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas
kerakyatan.
3. Pentingnya Peran Serta Generasi muda.
Seperti yang telah disampaikan oleh proklamator kemederdekaan Ir.Soekarno
“Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia”, itulah perkataan founding
father Presiden Pertama Indonesia yang menegaskan betapa pentingnya peran pemuda
dalam kemajuan bangsa dan Negara. Baik buruknya suatu Negara dilihat dari kualitas
pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa dan Negara.
Generasi muda harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan
negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu
memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemuda juga perlu
memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai Agent of change, moral force
and social control sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat.
4.
Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu
mempunyai peran yang sangat strategis di setiap peristiwa penting yang terjadi. Ketika
memperebutkan kemerdekaan dari penjajah belanda dan jepang kala itu, ketika
menjatuhkan rezim Soekarno (orde lama), hingga kembali menjatuhkan rezim Soeharto
(orde baru), pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan perubahan ketika
masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat. Pemuda akan selalu menjadi People
make history (orang yang membuat sejarah) di setiap waktunya. Pemuda memang
mempunyai posisi strategis dan istimewa.
5.
Menjaga keutuhan NKRI melalui kadernisasi kepemimpinan sangat di perlukan,
kerena generasi mudalah yang kan meneruskan tampuk kepemimpinan dimasa
mendatang. Sudah sepatutnyalah paraga generasi muda belajar banyak dari kesuksesan
para pemimpin dimasa lalu sebagai bekal dalam menjalankan roda pemerintahan di masa
mendatang.

4. Tantangan Bagi Generasi Muda.

Tantangan bagi generasi muda di masa mendatang yaitu bagaimana generasi


muda untuk bisa meneruskan cita-cita kemerdekaan Indonesia di tengah globalisasi saat
ini. Pengarus globalisasi memberi dampak yang sangat signifikan terhadap moralitas
generasi muda yang semakin lama kian menurun. Terlihat dari banyaknya para generasi
yang terjerumus dalam perbuatan yang tidak mencerminkan nilai pancasila, seperti
terlibat kriminalitas, narkoba, narkotika, dan obat-obat aditif lainnya. Hal Ini
menggambarkan keadaan generasi muda sekarang. Ini merupakan pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan bersama. Meski pemerintah sudah melakukan pembenahan namun
belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dengan demikian kerjasama yang sinergi
antara pemerintah, masyrakat Indonesia menjadi salah satu solusi dari permasalahan ini.
Masyarakat harus bisa mendukung secara penuh langkah-langkah yang diambil
pemerintah untuk bisa mengatasi hal-hal seperti yang telah di paparkan di atas.
Memiliki beragam budaya tentu memberikan kebanggaan bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Tantangan lain bagi generasi muda ialah bagaiman untuk bisa
melestarikan kebudayaan Indonesia di tengah kemajuan global. Menumbuhkan nilai-nilai
kebudayaan pada diri generasi untuk menjaga kebudayaan sehinggan kebudayaan
Indonesia tidak diambil oleh bangsa lain.

Anda mungkin juga menyukai