Anda di halaman 1dari 4

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan

penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai

sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang

dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia. Tanaman kopi berasal dari

benua Afrika, yaitu dari daerah pegunungan di Etiopia. Namun demikian kopi

baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di

luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Jazirah Arab, minuman

tersebut menyebar kedaratan lainnya (Rahardjo, 2012).

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili

Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai tinggi 12

m. Kopi merupakan salah satu dari komoditi tanaman yang sangat lazim

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia dan termasuk ke dalam salah satu

tanaman produksi yang sangat penting dalam wilayah export produksi tanaman

agricultural ke luar negeri serta industri makanan lokal (Siswoputranto,1992).

Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan

dikenal beberapa golongan kopi, yang paling banyak dibudidayakan dan

diperdagangkan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika (Danarti dan Najiyati,

1999).

1
2

Kopi lanang merupakan kopi spesial yang bentuk bijinya berbeda dengan biji kopi

pada umumnya. Lanang berarti laki-laki dalam bahasa Jawa, disebut demikian

karena bentuk biji kopi ini tunggal dan bulat, tidak terbelah seperti bentuk biji

kopi biasanya, disamping itu biji kopi lanang bentuknya lebih kecil. Sebenarnya

kopi ini bukan varietas baru, kopi lanang bisa dihasilkan oleh pohon kopi jenis

robusta maupun arabika yang pada umumnya ditanam petani di Indonesia

(Garuma, berecha and adedeta, 2015).

Menurut Towaha dan Sobari (2013) kopi lanang terbentuk karena :

a. Penyerbukan yang tidak sempurna, karenanya satu dari dua bibit didalam buah

kopi menjadi puso, sehingga tersisa satu benih yang menempati ruangan pada

buah kopi, biasanya terjadi pada penyerbukan bunga diujung cabang dimana

putiknya sedikit rusak oleh terpaan angin atau gangguan serangga.

b. Ketidak seimbangan pengiriman zat makanan pada saat pembuahan karena

pohon mengalami stres, sehingga membuat pertumbuhan biji kurang sempurna.

c. Kelainan genetika.

Oleh karena itu, tidak ada pohon kopi yang 100% memproduksi kopi lanang,

biasanya produksi kopi lanang berkisar 2–5% dari total produksi buah kopi

keseluruhan. Sehingga untuk mendapatkan kopi lanang harus melalui proses yang

tidak mudah, harus melalui proses penyortiran biji kopi dari yang jumlahnya

mencapai puluhan ribu biji kopi. Dikarenakan kelangkaan dan kerumitan

penyortirannya tersebut yang membuat kopi lanang lumayan mahal harganya.

2
3

Hal ini menjadi istimewa karena jumlahnya terbatas. Dalam sekali panen kopi ini

sangat jauh perbandinganya, dari 50 kg biji kopi setelah disortir hanya terdapat

800 g biji kopi lanang. Produksi kopi lanang tertinggi terdapat di perkebunan kopi

Ethiopia, berkisar antara 15,7 - 38,8% (Garuma, berecha and adedeta, 2015).

Menurut PTP Nusantara XII Perkebunan Malangsari, di Kabupaten Banyuwangi,

Propinsi Jawa Timur, kopi Lanang terbaik hanya bisa dihasilkan dari pohon kopi

yang berumur tua pada kisaran umur 10 tahun ke atas dimana bunga kopi di

pohon kopi tua sering tidak mendapatkan penyerbukan yang sempurna sehingga

pohon kopi tersebut berpeluang menghasilkan biji kopi lanang terbaik.

Salah satu wilayah penghasil kopi yaitu wilayah Bengkulu, pada tahun 2010 luas

areal tanaman kopi di wilayah Bengkulu cukup luas yaitu 979 ha, dan pada tahun

berikutnya yaitu tahun 2011 tanaman kopi memiliki luas areal yang tetap atau

stabil, dan pada tahun 2012 luas areal tanaman kopi jadi menurun menjadi 630 ha,

dan pada tahun 2013 luas areal tanaman kopi di wilayah Bengkulu tetap 630 ha.

Produksi kopi di provinsi Bengkulu pada tahun 2010 mencapai 14.609 ton,

produksi kopi ini setiap tahunnya tidak stabil. Pada tahun 2012 produksi kopi

mengalami penurunan yaitu 13.921 ton, dan pada tahun 2013 hasil produksi kopi

diwilayah provinsi Bengkulu semakin menurun hingga 13.646 ton (Kementerian

Pertanian, 2014). Berdasarkan survei harga jual kopi lanang di pasar lokal

berkisar antara 100.000 – 150.000 per kilogram dibandingkan dengan kopi normal

dengan harga berkisar 20.000 per kilogram.

Pengembangan kopi lanang di kalangan petani belum diterapkan karena petani

beranggapan bahwa produksi kopi lanang ini nanti akan dijual kemana dan

3
4

berapakah harga bagi kopi lanang itu sendiri. Sehingga petani belum bisa

memproduksi kopi lanang.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

Untuk mengetahui bagaimana produksi buah kopi lanang pada berbagai umur

tanaman.

1.3. Hipotesis

Perbedaan umur tanaman akan berpengaruh terhadap produksi buah kopi lanang.

Anda mungkin juga menyukai