Roza Afifah,S.Pd.,M.Hum
Oleh:
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas tentang “Agribisnis Kopi” dibuat untuk memperdalam pemahaman dan
pengetahuan tentang budidaya tanaman dan pemasaran kopi Indonesia. Dalam proses
penyelesaian makalah ini penulis berterima kasih kepada orang-orang yang telah
terlibat secara langsung maupun tidak langsung, khususnya Ibu Roza Afifah
S.Pd,M.Hum selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
memberikan arahan yang berguna bagi proses pembuatan makalah ini. Kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini sebagai berikut:
industri kopi
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Rahmat (2014) produsen kopi utama di dunia saat ini meliputi
delapan negara, yaitu:
1. Brazil.
Negara ini mendominasi produksi kopi dunia, baik sebagai produsen maupun
eksportir, sekaligus juga pengonsumsi kopi terbesar kedua di dunia. Di Brazil,
tanaman kopi tumbuh di areal pesisir tenggara, dari Pernambuco di utara sampai
Parana di selatan. Sebagian besar areal tanaman kopi cenderung membeku selama
musim dingin. Produksi dan perdagangan kopi Brazil mempekerjakan lebih dari lima
juta orang dan menyuplai 30% kopi dunia.
2. Kolombia.
3. Costa Rica.
Negara ini dikenal sebagai Little Switzerland dari Amerika Tengah. Costa
Rica merupakan salah satu negara industry kopi terbaik. Produksi biji kopi negara
tersebut sangat kompleks, enak, dan memiliki kadar asam yang halus.
4. Ethiopia.
Kopi Arabika dipercaya berasal dari Ethiopia, yang sampai kini masih dapata
ditemukan sebagai tumbuhan liar di negara tersebut. Sumber daya alam Ethiopia
sangat luasa dengan hasil kopi paling unik di dunia.
5. Hawai.
6. Guatemala.
Separuh dari bagian selatan Guatemala merupakan daerah Sierra Madre, yakni
pegunugan tinggi yang sangat cocok untuk tanaman kopi. Imigran Jerman di
Guatemala mengembangkan teknik budi daya kopi pada kondisi cuaca ekstrem.
Mereka membakar sampah di dekat perkebunan kopi pada cuaca buruk sehingga
asapnya yang tebal melindungi pohon kopi dari kebekuan dan menghasilkan rasa
asap pada biji kopi.
7. India.
Negara ini merupakan salah satu negara penghasil kopi tertua di dunia. Pada
awal tahun 1600-an seorang peziarah bernama Baba Budan mengunjungi Makkah
dan membawa beberapa biji kopi ke luar Arab. Kopi tersebut ditanam dan
dikembangkan di India. Saat ini India menjadi produsen dan pemasok kopi ke pasar
dunia.
8. Indonesia.
Indonesia menjadi penghasil kopi Arabika terbaik di dunia dan sebagai penghasil
kopi Robusta terbaik kedua di dunia setelah Vietnam. Total produksi kopi Indonesia
mencapai 700.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 80% kopi Robusta dan 80%
kopi Robusta dan 90% kopi Arabika diekspor. Kopi Arabika yang telah dikenal dunia
antara lain kopi Gayo, kopi Sumatera, kopi Jawa dari Jawa Timur, Bali, dan Flores.
Saat ini, di wilayah Indonesia timur sedang dikembangkan kopi Arabika Papua.
Selain kopi Arabika, Indonesia mengembangkan kopi spesial dari jenis Robusta
mengingat pasarnya sangat menjanjikan. Di India terdapat kopi Fine Robusta. Untuk
menghasilkan kopi spesial Robusta dengan kualitas yang tinggi tidaklah muda karena
terkait dengan persyaratan khusus mulai dari petik, fermentasi sampai pada pemilihan
biji.
Dari aspek geografis, posisi Indonesia cukup strategis dalam perdagangan kopi
dunia, menempati posisi keempat negara produsen dan pengekspor kopi di dunia
setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Sumber daya hayati yang melimpah,
didukung kondisi geografis spesifik dan agro-ekosisitem yang optimal serta kearifan
local yang dimiliki warganya,Indonesia menghasilkan produk kopi specialty yang
mempunyai cita rasa dan aroma yang khas dan diminati dunia. Negara tujuan ekspor
utama kopi Indonesia antara lain negar-negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE), negara kawasan Amerika, khususnya Amerika Serikat, dan negara di
kawasan Asia, seperti Jepang, Singapura, Korea, dan Malaysia.
Peluang dan faktor pendongkrak ekspor kopi dunia terus meningkat adalah
terjadinya peningkatan konsumsi kopi dunia dari tahun ke tahun. Kopi termasuk
minuman paling popular di dunia setelah air. Setiap hari lebih dari 1 miliar cangkir
kopi dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Tidak mengherankan apabila kopi
menjadi komoditas yang paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak
bumi. Kebutuhan kopi dunia meningkat dari 8 gram menjadi 15 gram per cangkir. Di
samping itu, juga terjadi perubahan budaya dalam pola minum kopi dari sistem
konvensional (drip coffe) ke pola modern (espresso).
Kopi spesial memiliki karakteristik dan cita rasa yang khas. Kopi Sumatera
memiliki aroma yang kuat dan cita rasa kakao, tanah dan tembakau. Kopi Jawa
memiliki cita rasa yang nyaman, heavy body, dan rasa akhir yang bertahan serta cita
rasa herbal. Sementara kopi Bali terasa lebih manis dari kopi lainnya, dengan cita
rasa kacang dan jeruk. Kopi Sulawesi memiliki tingkat kemanisan dan body yang
baik, dengan cita rasa rempah yang hangat. Kopi Flores memiliki rasa heavy body,
manis, cita rasa cokelat dan tembakau. Kopi Papua terasa heavy body, cokelat, tanah,
dan cita rasa akhir rempah. Aroma kopi Indonesia tersebut berbeda-beda karena
berbagai alas an. Variabael yang paling berpengaruh adalah jenis tanah, ketinggian
tempat dari permukaan laut, varietas kopi, metode pengolahan dan penyimpanan.
Kombinasi faktor-faktor alam dan manusia tersebut menghasilkan rasa local yang
khas untuk setiap jenis kopi. Hampir semua jenis kopi indoesia memiliki rasa yang
spesial. Potensi lain yang menjadikan kopi Indonesia makin perpekstif di pasar dunia
adalah kopi luwak.
Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam,
gembur, subur, banyak mengandung humus dan permeable, atau dengan klata lain
tekstur tanah harus baik. Akar tanaman kopi mempunyai kebutuhan oksigen yang
tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah
tidak cocok. Sebab tanah yang seperti itu akan sulit ditembus akar, peredaran air dan
udara pun akan menjadi jelek. Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak asam pH
5,5-6,5. Tetapi hasil yang baik seringkali diperoleh dari tanah yang lebih asam,
dengan catatan keadaan fisiknya baik, degan daun-daun cukup ion Ca+ +
untuk
fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup.
2) Iklim
Faktor iklim sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi.
Faktor iklim mencakup:
a. Daerah penyebaran, tingg tempat, dan suhu
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat pada daerah tropis dan
subtropis yang membentang di sekitar garis ekuator, dan dapat hidup pada dataran
rendah dan dataran tinggi. Hal ini sangat bergantung pada jenisnya.
b. Curah hujan dalam satu tahun
Pengaruh curah hujan terhadap tanaman kopi, yang penting bukanlah
banyaknya, melainkan pemerataan atau pembagian curah hujan tersebut dalam
masa satu tahun. Batas minimal dalam satu tahun sekitar 1.000-2.000 mm, sedang
yang optimal sekitar 1.750-2.500 mm. Tanaman kopi memerlukan musim kering
maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat.
c. Angin
Pohon kopi tidak tahan pada goncangan angin kencang, lebih-lebih dimusim
kemarau. Karena air itu akan mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah
perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin juga dapat mematahkan dan
merebahkan pohon pelindung yang tinggi, shingga dapat merusakkan tanaman
dibawahnya. Untuk mengurangi kerasnya goncangan angin, ditepi-tepi
perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Kecuali itu pohon
pelindungjuga dapat mengurangi derasnya goncangan angin.
Menurut Rahmat (2014) cara bercocok tanam kopi secara umum adalah sebagai
berikut:
1) Pembibitan
2) Penanaman
Pada proses penanaman pengaturan jarak tanaman perlu dilakukan agar tiap
tanaman tidak saling mengganggu. Dewasa ini jarak tanam kopi berkisar 2,5-3 m
dengan perkiraan jumlah tanam per ha ada 1000-1500 pohon. Kurang lebih 2-3 bulan
sebelum musim tanam, lubang tanam sudah harus dibuat agar tanah dalam lubang
terkena sinar matahari. Lubang dibuat dengan dalam dan lebar enam puluh centi
meter. Musim penanamn yang baik adalah musim hujan. Bibit ditanam dengan hati-
hati agar akarnya tidak rusak. Kemudian, tanah sekitar tanaman dipadatkan.
3) Pemeliharaan
Agar tanaman kopi tumbuh dengan baik, maka perlu dipelihara dengan baik.
Pemeliharaan tanaman kopi meliputi:
a. Mengerjakan tanah
Agar peredaran udara dan air lancar, maka tanah disekitar tanaman kopi yang
baru ditanam perlu dilonggarkan dengan cara dicangkul tipis dengan jarak
kurang lebih tiga puluh centi meter dari batang.
b. Pemangkasan
Tanaman kopi jika dibiarklan saja dari kecil hingga besar tingginya bisa
mencapai sepuluh meter. Pemenggalan pucuk biasanya mulai dilakukan sejak
tanaman kopi masih kecil. Ketika tanaman kopi mulai tinggi, ranting-ranting yang
dibawah juga bisa dipangkas jika tidak memiliki daun lagi.
c. Pemupukan
Pupuk yang dulu digunakan oleh perkebunan adalah ZA, Urea, Fosfat alam, dan
sebagainya. Namun stelah ditemukan teknologi modern, pupu yang digunakan
adalah pupuk majemuk (pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur), seperti
Nitrofoska, Gandasil, Baifolan, dan sebagainya. Pemupukan dilakukan dengan
disebar di sekitar tanaman kopi dengan dosis segenggam tangan orang dewasa
atau disesuaikan dengan besarnya tanaman kopi. Umumnya pemupukan
dilakukan dua kali dalam setahun.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi dapat dilakukan dengan
pengendalian secara kimia seperti pestisida dan insektisida yang disemprotkan ke
tanaman kopi yang diserang hama. Jenis pestisida yang digunakan bergantung
pada jenis hama yang menyerang tanaman kopi. Penyakit dalam tanaman kopi
dapat berupa karat daun, bercak daun,kutu daun, ulat api,dan penggerek buah.
Pengendalian penyakit juga dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman
kopi yang terkena penyakit dan membuangnya agar tidak menular ke bagian yang
lain.
2.2.3 Pemanenan
Musim berbunga tanaman kopi sekitar 3-4 kali dalam satu tahun. Dengan
demikian, maka panennya pun mengikuti gelombang musim bunga . hal ini berjalan
3-4 bulan. Mulai dari bunga sampai buah kopi itu masak, memakan waktu 8-12
bulan. Pemetikan buah kopi dilakukan dengan tertib sekali, hanya kopi yang masak
saja yang dipungut satu per satu yaitu kopi yang kulitnya sudah berwarna merah. Jadi
pemungutan tidak boleh diracut satu dompol sekaligus. Kecuali jika buah itu semua
masak atau kering harus diambil. Apabila dalam pemungutan kopi terdapat pohon
kopi yang tinggi, pemungutan dilakukan dengan tangga yang dapat dipindah-
pindahkan.
Menurut Rahmat (2014) stadium perkembangan warna buah kopi meliputi lima
tahap, mulai dari buah kopi berwarna hijau hingga buah kopi berwarna merah tua
kehitaman. Karakteristik dari masing-masing stadium buah kopi adalah sebagai
berikut:
1) Buah hijau
Warna hijau memperlihatkan kondisi buah yang masih sangat muda. Apabila
pada stadium ini dipanen (dipetik), biji kopi masih berwarna hitam putih pucat dan
keriput dengan aroma yang dihasilkan flavor, acidity, dan body lemah. Selain
itu,buah kopi yang masih hijau dapat mengakibatkan cacat rasa, yaitu grassy,
bitterness, dan astringency sangat tinggi sehingga buah seperti ini belum layak
dipanen (dipetik).
Warna merah kekuningan yang segar dan sehat menunjukkan buah cukup
masak, fisik biji keabu-abuan dengan aroma dan cita rasa yang bagus, acidity
seimbang, body mantap, bitterness sedang, astringent sedang, dan tidak terdapat
cacat cita rasa. Buah stadium ini dapat dipetik (dipanen).
Warna merah yang segar dan sehat menunjukkan buah cukup masak, fisik biji
keabu-abuan dengan aroma dan cita rasa yang bagus, acidity seimbang, body mantap,
bitterness sedang, astringent sedang, dan tidak terdapat cacat cita rasa, sehingga buah
pada stadium ini layak dipetik (dipanen).
Warna merah tua kehitaman menunjukkan buah sudah terlalu masak dan akan
membusuk, fisik biji cokelat dan hitam dengan aroma dan acidity sedang, body
sedang, terdapat cacat cita rasa seperti earthy, moldy, dan stink sehingga buah
stadium ini perlu dipetik (dipanen).
Jadi berdasarkan perkembangan warna buah kopi, saat yang tepat untuk
memanen kopi adalah bila kulit buah kopi telah berwarna merah. Kopi Robusta
memerlukan waktu 8-11 bulan sejak kuncup sampai matang, sedangkan kopi Arabika
6-8 bulan. Kematangan buah kopi dapat dilihat dari kekerasan dan komposisi
senyawa gula didalam daging buah. Buah kopi yang sudah masak, daging buahnya
lunak, berlendir dan mengandung senyawa gula yang relative tinggi sehingga tersa
manis. Sebaliknya, daging buah kopi yang masih muda sedikit keras, tidak berlendir
dan rasanya tidak manis karena senyawa gula belum terbentuk secara maksimal.
Kandungan lender pada buah yang terlalu masak cenderung berkurang karena
sebagian senyawa gula dan pectin sudah terurai secara alami akibat respirasi. Panen
buah kopi berwarna merah dapat menghasilkan biji kopi dengan mutu prima. Secara
teknis, panen buah kopi merah (masak) memberikan beberapa keuntungan
dibandingkan panen buah kopi muda, antara lain:
Panen buah kopi dilakukan secara bertahap karena tanaman kopi berbunga
tidak secara serentak. Menurut Rahmat (2014) proses pemetikan buah kopi dibedakan
menjadi sebagai berikut:
a. Petik permulaan
Pemetikan permulaan bertujuan untuk memutuskan siklus pertumbuhan hama
dan penyakit, terutama hama bubuk (PBKo) yang menyerang buah kopi. Buah
yang sehat sebaiknya dipisahkan dan langsung diproses dengan sistem basah,
sedangkan buah yang terserang hama dan penyakit langsung direbus dengan air
panas selama kurang lebih 15 menit kemudian dijemur sampai kering dan diolah
dengan pengolahan kering.
b. Petik utama atau panen raya
Buah kopi pada tahap ini sudah banyak yang masak secara bersamaan
sehinngga pemetikan dilakukan secara selektif. Pemetikan hanya dilakukan
terhadap buah yang masak dan buah terserang hama dan penyakit. Buah yang
baik dan yang cacat dipisahkan agar dihasilkan biji kopi yang bermutu baik.
c. Panen habis atau racutan
Panen secara racutan merupakan pemetikan teradap semua buah kopi yang
tertinggal, termasuk buah yang masih hijau. Panen demikian biasanya dilakukan
pada pemanenan akhir. Tahap petik racutan dilakukan apabila jumlah buah yang
tertinggal di pohon antara 10-20 %. Hasil panen kemudian dipisahkan mana yang
sudah masak dan mana yang belum masak. Buah yang masih hijau diproses
secara kering, sedangkan buah masak bisa diproses secara basah.
d. Lelesan
Lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat petik.
Lelesan dilakukan dengan memungut buah kopi yang sewaktu panen berjatuhan.
Sebelum buah itu tumbuh sebaiknya dikutip satu per satu dan langsung diolah
secara kering. Agar cabang produksi dapat berbuah dengan stabil, cara panen
yang baik dan benar perlu diketahui terlebih dahulu.
Kriteria mutu biji kopi meliputi aspek fisik, citarasa, kebersihan dan aspek
keseragaman serta konsisitensi. Semua itu sangat ditentukan oleh perlakuan pada
setiap tahapan proses penaganan pascapanen. Penanganan pascapanen secara
terintegrasi dapat menghasilkan produk primer berupa biji kopi dan produk sekunder
berupa kopi sangrai, kopi bubuk, kopi cepat saji dan beberapa produk turunan lain.
Pengembangan produk tersebut memberikan nilai tambah yang lebih besar, membuka
peluang pasar dan membuka tenaga kerja.
Pada tahun 1950 dari Kolombia tersiar berita bahwa fermentasi yang
merupakan salah satu tahap dalam proses pengolahan kopi, dapat mengakibatkan
penyusutan berat biji hingga 2-5 %. Selanjutnya berita ini memperoleh penegasan
dari hasil penelitian yang dilakukan di Brazil dan Salvador pada tahun 1951-1952.
Dalam hal ini Indonesia juga tidak ketinggalan, untuk mengadakan penelitian
yang dilakukan di CPV Bogor (BPP Bogor), oleh Jacob dan Leep tahun 1957 yang
juga member hasil serupa. Penelitian di laboratorium ini menunjukkan bahwa
fermentasi selama 36 jam menyebabkan penyusutan berat biji antara 1-4 % (pada
kopi Excelsa), sedangkan sebuah penelitian lain yang dilakukan di suatu perkebunan,
mendapatkan penyusutan rata-rata 7,7 %. Dalam penelitian ini tidak dijelaskan jenis
kopi yang dipakai namun ada kemungkinan jenis Robusta.
2.4.3 Sortasi
Ditingkat petani kecil, kopi umumnya dijual dalam bentuk biji berkulit tanduk
dengan kadar air sekitar 20-25%. Untuk pemasaran kopi secara modern, terdapat
kelompok tani yang berguna untuk menampung hasil panen dari para petani kecil.
Sementara itu, untuk pemasaran secara tradisional, petani umumnya menjual hasil
panennya ke pasar tradisional. Setiap kelompok tani atau pengumpul di pasar
tradisional umumnya sudah memiliki jaringan supplier, kopi diolah dengan mengupas
kulit tanduk dengan menggunakan mesin huller. Setelah itu, supplier menjual
kembali dalam jumlah yang besar ke trader atau perusahaan eksportir. Dari eksportir,
kopi dijual dalam bentuk kemasan karung goni atau kantong plastic ke pasar umum,
baik dalam negeri maupun luar negeri.
1. Sebagian besar pemasaran kopi di Indonesia dikuasai oleh pihak asing (negara
lain)
2. Pedagang besar lokal cukup banyak yang mengalami kebangkrutan, tetapi
pengumpul kecil bertambah.
3. Terjadi peningkatan luas areal perkebunan kopi Arabika dan Robusta di
berbagai wilayah.
4. Penguasaan harga berdampak sangat positif untuk petani kopi, yakni harga
jual semakin tinggi. Selama lima tahun terakhir, kenaikan harga rata-rata jual
kopi Arabika cabutan dan kopi Robusta defect lampung mencapai 100%.
a. Pasar ekspor.
b. Pasar impor.
Tabel 1. Tahapan pencapaian program klaster industri pengolahan kopi tahun 2008
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Potensi agribisnis kopi di Indonesia sangat terbuka, karena potensi sumber daya
lahan di Indonesia kopi di negara ini sangat luas dan juga kondisi alam yang
sangat mendukung. Selain itu, peningkatan konsumsi kopi dunia yang semakin
tinggi sangat membuka peluang ekspor kopi dari Indonesia.
2. Budidaya tanaman kopi meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan, yang
harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim, serta proses yang terakhir
adalah pemanenan.
3. Penanganan pascapanen kopi di Indonesia bertujuan untuk memisahkan biji kopi
dari kulitnya agar siap diolah menjadi produk olahan kopi. Kegiatan pascapanen
meliputi sortasi buah, pengupasan, fermentasi, pencucian, pengeringan, sortasi
biji, pengemasan, penyimpanan, sttandarisasi mutu, transportasi hasil, dan
pengolahan menjadi produk olahan kopi.
4. Perkembangan teknologi pengolahan kopi di Indonesia masih terbatas jika
dibandingkan dengan teknologi dibidang budidaya sehingga Indonesia masih
lebih banyak mengekspor produk mentah alias biji kopi saja ke luar negeri.
Teknologi yang sudah diterapkan hanya pada pengupasan kopi, penguapan dan
fermentasi, alat pengering dan sortasi.
5. Perdagangan kopi Indonesia tergolong cukup baik dan telah memasuki pasar
ekspor dan impor dan kebijakan pemerintah juga menerapkan kebijakan pada
pengembangan panen yang berbasis teknologi, pengembangan industrialisasi
kopi, dan kebijakan mengenai regulasi impor.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Budiman Haryanto. Prospek Tinggi Bertanam Kopi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. 2005. Statistik Perkebunan
Panggabean Edy. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta: PT Agro Media Pustaka
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Penebar Swadaya