Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran
dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi
Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai
karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
Menurut data dari Worldbank, pada periode tahun 2005-2008, Indonesia merupakan eksportir
kopi ke-4 dunia, dengan kontribusi rata-rata sebesar 4,76 persen. Brazil menempati posisi
pertama dengan kontribusi rata-rata sebesar 24,30 persen, diikuti dengan Vietnam (17,94
persen) dan Columbia (10,65 persen). Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama
adalah Amerika Serikat dengan kontribusi rata-rata sebesar 19,35 persen dari total ekspor
kopi Indonesia, serta ke Jepang, Jerman dan Italia, masing-masing dengan kontribusi rata-rata
sebesar 14,96 persen, 15,88 persen, dan 6,71 persen.
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan adanya serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang menyerang tanaman kopi di
Sulawesi Selatan adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek
batang, (Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu hijau (Cocus viridis), kutu
putih (Ferrisia virgata), penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), Cercospora sp., Embun
jelaga dan Busuk buah kopi serta terakhir yang disebabkan oleh nematode.
Penyakit busuk buah menyebabkan kerugian serius telah dilaporkan pertama kali dari Kenya,
sebesar 75% di beberapa perkebunan. Penyakit ini menyebabkan matinya tanaman kopi di
beberapa daerah di Kenya dan Ethiopia. Di daerah lain, kerugian dapat mencapai 80%.
Perkiraan konservatif lebih dari kerugian yang terjadi di Kenya adalah 20%.

1.2 Tujuan dan kegunaan


Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan mempelajari
budidaya kopi, penyakit, dan pengendalian hama pada tanaman kopi.
Kegunaannya adalah sebagai bahan pertimbangan dalam membudidayakan dan
mengendalikan penyakit pada tanaman kopi agar dapat menghasilkan produksi yang tinggi,
serta sebagai bahan referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.

ii
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Kopi di Dunia


Kopi sebagai salah satu komoditi non migas, memiliki pasaran yang cukup mantap di
pasaran dunia, sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi,
karena kopi dapat diolah menjadi minuman yang lezat rasanya. Badan yang lemah dan rasa
kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Apalagi orang yang sudah menjadi pecandu
kopi, bila tidak minum kopi rasanya akan capai dan konsentrasi dalam berpikir terasa
berkurang.
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali
pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-
daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di
bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara
Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan
Pasifik serta Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Pada mulanya orang minum kopi bukanlah kopi bubuk yang berasal dari biji, melainkan dari
cairan daun kopi yang masih segar atau ada pula yang menggunakan kulit buah yang disedu
dengan air panas. Sudah barang tentu rasanya tidak seenak kopi bubuk, namun dapat juga
menyegarkan badan, sehingga penggemarnyapun belum begitu meluas. Setelah ditemukan
cara memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang masak
kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk sebagai bahan minuman, akhirnya penggemarnya
cepat meluas. Negara pemakai kopi pertama-tama adalah Arabia (pertengahan abad XV) dan
kemudian menyebar luas di negara Timur Tengah, seperti Kairo pada tahun 1510 dan
Konstantinopel (Turki) lebih kurang pada tahun 1550. Selanjutnya pada tahun 1616 kopi ini
mulai masuk Eropa, yakni di Venesia. Sedangkan di Inggris pemakaian kopi baru pada tahun
1650.
Sampai sekarang kita ketahui bahwa kopi dan teh merupakan dunia yang sangat
penting di dunia Barat. Walaupun asal kopi itu dari negara Afrika, tetapi sedikit sekali
penduduk asli yang minum kopi. Di Ethiopia, kopi itu diminum dengan makanan lemak,
selain bijinya daunnya pun dapat disedu dengan air panas.
Nama-nama jenis tanaman kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan oleh beberapa
pengarang buku dari 25 sampai 100 lebih. Wellman (1961) menyusun daftar sebanyak 64
spesies, tetapi ada yang dianggap hanya sebagai varietas saja. Maka jenis spesies yang tepat
ii
kurang lebih ada 60. Kebanyakan spesies itu terdapat di Afrika Tropis, yaitu sebanyak 33
Spp, 14 Spp di Madagaskar, 3 Spp di Mauritius dan Reunion, 10 Spp di Asia Tenggara.
Ditinjau dari segi ekonomis, Spp yang terpenting ialah (Coffea arabica = kopi Arabika) yang
menghasilkan 90% dari kopi dunia pada waktu belum ada Robusta (J.E. Purseglove); Coffea
canephora 9% dan Coffea liberica kurang dari 1%.

2.2 Sejarah Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia


Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari
benua Afrika. Tanaman kopi dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada waktu itu
masih dalam taraf percobaan.

Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya baru pada tahun 1699,
karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi baik. Bibit kopi Indonesia
didatangkan dari Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan adalah kopi Arabika.
Percobaan penanaman ini pada mulanya berada disekitar Jakarta. Setelah percobaan
penanaman di daerah ini ternyata berhasil baik, kemudian biji-biji itu dibagi-bagikan kepada
para Bupati di Jawa Barat untuk ditanam di daerah masing-masing; ternyata hasilnya pun
baik.
Hasil-hasil tersebut harus diserahkan kepada V.O.C dengan harga yang sangat rendah,
dengan penyerahan secara paksa. Maka tanaman yang semula hanya sebagai tanaman
percobaan, akhirnya menjadi tanaman yang dipaksanakan kepada petani.
Setelah diketahui bahwa tanaman kopi itu hasilnya terus meningkat, maka perluasan tanaman
terus ditingkatkan, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya tanaman itu lebih dipaksakan lagi
dengan adanya "Culturstelsel".
Mulai saat itu banyak pengusaha yang memperluas usahanya dalam lapangan
perkebunan, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta.
Selanjutnya tanaman perkebunan itu lebih besar lagi setelah dikeluarkan Undang-undang
Agraria tahun 1870. Perusahaan perkebunan itu bisa memperluas isahanya pada tanah milik
negara dengan jangka yang sangat panjang.
Mula-mula pertanaman kopi perkebunan ini banyak terdapat di Jawa Tengah, yaitu daerah
Semarang, Sala, Kedu, dan Jawa Timur terutama di daerah Besuki dan Malang. Sedang di
Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat, dan Sumatera Timur. Sehingga
sampai sekarang ini banyak perusahaan perkebunan milik negara yang berasal dari
perusahaan-perusahaan asing.
ii
2.3 Varietas Kopi dan Sifatnya
Walaupun jenis tanaman kopi itu banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis
besarnya ada tiga jenis besar, yaitu: kopi Arabika, kopi Canephora, dan kopi Liberika.

2.3.1 Kopi Arabika (Coffea arabica)


Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya
kopi tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 -
2.000 an dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi
baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi
Arabika pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda.
Tetapi sebagai tanaman perdagangan yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik,
baru pada tahun 1699.
Baik perkembangan kopi dunia maupun di Indonesia pada khususnya, kopi Arabika inilah
yang paling banyak dan paling dahulu dikembangkan. Tetapi karena jenis ini sangat tidak
tahan terhadap penyakit Hemileia vastatrix, kemudian jenis tersebut banyak digantikan
dengan jenis lain yang tahan Hemileia vastatrix, kecuali yang terdapat di dataran tinggi yang
lebih 1.000 m dari permukaan laut. Jenis Arabika mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat sebagai
berikut:
· Daun kecil, halus dan mengkilat, panjang daun 12 sampai 15 cm, dan lebar 6 cm.
· Biji buah lebih besar, berbau harum dan rasanya lebih enak.
· Bila batang tak dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk
pohon yang ramping.
· Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar 1.350 - 1.850 m dpl,
produksinya bagus. Di Indonesia, kopi Arabika ini dapat berproduksi baik pada ketinggian
1.000 - 1.750 m dpl.
· Jenis ini tidak menghendaki suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, karena bila suhu
terlalu tinggi pertumbuhan tanaman akan terlalu cepat, begitu pula masa berbunganya
menjadi terlalu awal. Akibatnya tanaman lekas mati, dan sangat mudah diserang Hemileia
vastatrix. Bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, banyak tumbuh cabang-cabang
sekunder dan tersier, yang sangat menganggu pembentukan bunga.
· Curah hujan yang optimal sekitar 1.500 - 2.250 mm tiap tahun, tetapi harus ada musim
kering yang tegas 2 - 3 bulan untuk perkembangan bunga.
· Tidak menghendaki angin kencang, tetapi diperlukan angin yang tenang.

ii
2.3.2 Kopi Robusta (Coffea Canephora. Piera Ex Froehn)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta (Y. W. Purseglove). Nama Robusta
dipergunakan untuk tujuan perdagangan, sedang Canephora adalah nama botanis.
Jenis tanaman kopi ini berasal hutan katulistiwa di Afrika, dari pantai barat sampai uganda,
terbentang 100 lebar Utara dan Selatan, dan dapat tumbuh dari permukaan laut sampai
ketinggian 1.700 m. Karena terjadinya persaingan terus menerus, maka jenis mudah
menyesuaikan diri. Ketinggian tempat yang optimal sekitar 300 - 800 m dengan curah hujan
1.250 - 2.500 mm. Karena jenis ini self steril (tidak menyerbuk sendiri), maka banyak hasil
persilangan yang dikultivasi sehingga identifikasi menjadi sulit.
Tahun 1947, Thomas dari Uganda membeda-bedakan jenis sebagai berikut:
1. Bentuk yang tumbuh tegak ke atas atau bentuk Robusta, pohon yang tak dipangkas
menjadi pohon yang tinggi.
2. Bentuk yang melebar atau bentuk ganda. Bila tidak dipangkas, bentuk tanaman ini akan
menjadi perdu dan daunnya tumbuh lebih kecil.
Sifat-sifat khusus dari jenis Robusta, selain tersebut di atas ialah:
· Bau dan rasanya tidak seenak kopi Arabika, tetapi produksinya jauh lebih tinggi.
Karena rasanya tidak seenak kopi Arabika, maka harganya lebih rendah.
· Tanaman di kebun, pemeliharaannya lebih mudah dan biaya dapat dihemat.
· Daun lebih kecil, dengan permukaannya agak berombak, dan dari batangnya banyak
tumbuh cabang-cabang.
· Jenis-jenis ini tahan Hemileia vastatrix.
2.3.3 Kopi Liberika. Bull Ex. Hiern
Jenis ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Kopi Liberika
penyebarannya sangat cepat pada waktu kopi Arabika diserang Hemileia vastatrix, sebab
jenis ini diperkirakan tahan terhadap Hemileia vastatrix, akan tetapi ternyata tidak, sehingga
diganti dengan jenis Robusta. Jenis Liberika ini sekarang hampir musnah, tinggal 1% dari
seluruh jenis kopi yang ada.
Jenis Liberika ini memiliki sifat-sifat :
· Tanaman yang tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 10 m atau lebih. Pohon
berukuran besar bila dibanding dengan jenis lain, demikian juga mengenai daun, cabang dan
buahnya.
· Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan tiap-tiap buku dapat berbunga atau
berbuah beberapa kali. Bunga dan buah bukan hanya terdapat pada cabang primer saja,

ii
melainkan juga terdapat pada batang pokok yang umurnya jauh lebih lanjut dan berbuah
sepanjang waktu, atau buahnya kurang teratur.
· Besar kecilnya buah tidak merata. Pada umumnya buah besar, tetapi bijinya kecil,
sehingga perbandingan buah basah dengan biji kering 10 : 1.
· Tanaman dapat tumbuh di dataran rendah dan beriklim panas maupun basah. Jenis ini
tidak menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang istimewa.
· Karena tepung sari jenis Liberika ringan maka penyerbukan silang lewat angin dan
serangga.

2.4 Sistem Percabangan Tanaman Kopi


Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan
tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing.
daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi

mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini
mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
1) Cabang Reproduksi (cabang orthrotrop)
Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. ketika masih muda
cabang ini juga sering disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang
terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Setiap ketiak daun bisa
mempunyai 4-5 tunas reproduksi, sehingga apabila cabang reproduksi mati bisa diperbaharui
sebanyak 4-5 kali. Cabang ini mempunyai sifat seperti batang utama, sehingga bila suatu
ketika batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna, maka fungsinya dapat digantikan oleh
cabang ini.
2) Cabang Primer (cabang plagiotrop)
Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan
berasal dari cabang primer. Pada setiap ketiak daun hanya mempunyai satu tunas primer,
sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu sudah tidak dapat tumbuh cabang primer lagi.
Cabang primer mempunyai ciri-ciri (1). arah pertumbuhannya mendatar, (2). Lemah, (3).
berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap ketiak daunnya terdapat mata atau tunas
yang dapat tumbuh menjadi bunga.
Setiap ketiak daun pada cabang primer mempunyai tunas reproduksi dan tunas sekunder.
Tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, demikian pula tunas sekunder
ii
dapat tumbuh menjadi cabang sekunder. Namun demikian tunas reproduksi dan tunas
sekunder tersebut biasanya tidak berkembang menjadi cabang, melainkan tumbuh dan
berkembang menjadi bunga.
3) Cabang Sekunder
Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas
sekunder. cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan
bunga.
4) Cabang Kipas
Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon
sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya hanya tinggal mempunyai sedikit cabang primer
karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang yang tinggal sedikit ini biasanya terletak
diujung batang dan mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga mata reproduksinya
tumbuh cepat menjadi cabang-cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti
batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas.
5) Cabang Pecut
Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer, meskipun
tumbuhnya cukup kuat.
6) Cabang Balik
Cabang Balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang priemer, berkembang
tidak normal dan mempunyai arah pertumbuhan menuju ke dalam mahkota tajuk.

2.5 Sistem Perakaran Tanaman Kopi


Meskipun tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran
yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau
panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar
tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau
bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang
bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya
merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.
2.6 Bunga dan Buah Tanaman Kopi
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga
ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi
bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah,
ii
jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda.
Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang
primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah
fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga
secara serempak dan bergerombol.
2.6.1 Bunga Tanaman Kopi
Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap ketiak daun yang
sudah menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga
lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun baru,
batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa terus dihasilkan
oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat
menghasilkan ribuan bunga dalam satu saat. Bunga tersebut tersusun dalam kelompok yang
masing-masing terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8-
18 kuntum bunga, atau setiap buku menghasilkan 16-36 kuntum bunga.
Bunga tanaman kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum
semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang
mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran pendek.
Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan
penyerbukan (peristiwa bertemunya tepungsari dan putik). Setelah terjadi penyerbukan,
secara perlahan-lahan bunga akan berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota bunga
tampak mengering dan berguguran. Kemudian kulit buah yang berwarna hijau makin lama
makin membesar. bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan akhirnya menjadi
merah tua. waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ±
6-11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor-faktor lingkungannya. Kopi arabika
membutuhkan waktu 6-8 bulan, sedangkan kopi robusta 8-11 bulan.
Bunga tanaman kopi biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada
akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Pada awal hujan,
cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan
bunga pada awal musim kemarau mendatang. Menurut cara penyerbukannya, kopi dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kopi self steril dan kopi self fertil. Kopi self steril adalah jenis
kopi yang tidak akan menghasilkan buah bila bunganya mengadakan penyerbukannya sendiri
(tepung sari berasal dari jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini baru menghasilkan buah
bila bunganya menyerbuk silang (tepung sari berasal dari kopi jenis lainnya). Oleh karena itu
tanaman kopi ini harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya sehingga penyerbukan
ii
silang bisa berlangsung. Kopi self fertil adalah kopi yang mampu menghasilkan buah bila
mengadakan penyerbukan sendiri sehingga tidak harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis
lainnya.
2.6.2 Buah Kopi
Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian
lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp)
yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang-kadang
hanya mengandung 1 (satu) butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji ini
terdiri dari atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut endosperm merupakan
bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman kopi.
2.7 Persyaratan Tumbuh Tanaman Kopi
Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat tergantung pada atau
dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat
diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan
penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah
pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama
dan penyakit.
1. Iklim yang Cocok untuk Tanaman Kopi
a. Persyaratan iklim kopi Arabika
· Garis lintang 6-9o LU sampai 24o LS.
· Tinggi tempat 1250 s/d 1.850 m dpl.
· Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
· Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
· Suhu udara rata-rata 17-21o C.
b. Persyaratan iklim Kopi Robusta
· Garis lintang 20o LS sampai 20o LU.
· Tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl.
· Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th.
· Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
· Suhu udara rata-rata 21-24o C.
c. Pengaruh angin
Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih-lebih dimusim
kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan.

ii
Selain mempertinggi penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon
pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya.
2. Tanah
Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan
sifat kimia tanah.
a. Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk
tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya
tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak
mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah
yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang
cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah
berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat
membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari
permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkanoksigen yang tinggi, yang berarti tanah
yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu
sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.
Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena
kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas.
Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal
ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah-tanah hutan belantara hasilnya
sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan
untuk petumbuhan dan pembuahan.
Sebaliknya pada tanah-tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting)
pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang
ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan
kebutuhan zat makanan juga berbeda.
b. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di atas telah
dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak
mengandung humus.
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan.
Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.
ii
Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan PH 5,5 - 6,5. Tetapi hasil yang
baik sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya
baik, dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan
tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur
tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca-(PO2)
+ Calsium metaphospat/Ca(PO2).
2.8 Pengendalian Hama Penyakit tanaman Kopi.
Dalam membudidayakan tanaman kopi pasti ada tantangan atau penganggu yang petani kopi
hadapi, diantaranya adalah Hama dan penyakit
a. Hama
· Nematoda Parasit
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit yang
berpindah‐pindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan.
Gejala: Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan gugur.
Pertumbuhan cabang‐cabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga,
bunga premature dan banyak yang kosong. Bagian akar akar serabut membusuk, berwarna
coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati.
Pengendalian di pembibitan: Disarankan menggunakan cara kimiawi yaitu dengan fumigasi
media bibit menggunakan fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam L. Untuk
nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G dan Rugby
10G.Vydate diaplikasikan dengan cara disiramkan pada bibit dengan konsentrasi 1,0% dan
dengan dosis 250 ml/bibit.
Pengendalian di pertanaman: Penggunaan jenis kopi tahan nematoda parasit. Digunakan
sebagai batang bawah misalnya kopi ekselsa (Coffeae exelsa), klon Bgn 121.09 dan kopi
robusta klon BP 961. Cara kultur teknis: pembukaan lubang tanam, rotasi tanaman dan
pembuatan parit barier.
Pengendalian hayati: Untuk menekan populasi nematoda menggunakan musuh alami berupa
bakteri, jamur dan nematoda predator.
Pengendalian kimiawi: Beberapa nematisida sistemik maupun kontak yang disarankan a.l.
karbofuran (Curaterr 3G–35 g / tanaman), oksamil (Vydate 100 AS 1,0% 1 – 2.5 l / tanaman)
dan etoprofos (Rhocap 10G ‐ 25 g / tanaman). Aplikasi diulang tiap tiga bulan.
· Hama Penggerek Buah Kopi

ii
Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK), Hypothenemus hampei
(Coleoptera, Scolytidae) berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan
yang jantan 1,3 mm. Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur
stadium telur 5 – 9 hari. Lama stadium larva 10 – 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4
– 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 hari. Lama hidup serangga
betina rata‐rata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari.
Gejala: Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar
diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup
tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang‐lubang dan bermutu rendah.
Pengendalian: Pengendalian secara kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi
tindakan : Petik bubuk, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buak masak yang
terserang bubuk 15 –30 hari menjelang panen besar.
Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang
maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan /
rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua
buah hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam air panas 5 menit. Pengaturan naungan
untuk menghindari kondisi pertanaman terlalu gelap yang sesuai bagi perkembangan BBK.
Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan
jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg
biakan padat per hektar selama tiga kali aplikasi per musim panen. Penggunaan tanaman yang
masak serentak : Varietas USDA 230731 dan USDA 230762.
· Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)
ü Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi.
ü Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering.
ü Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.
b. Penyakit
· Penyakit Karat Daun
ü Penyebab adalah sejenis Cendawan.
ü Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan
di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan
buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.
ü Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio
S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2
gr/liter air.
ii
· Penyakit Bercak Daun Cercospora
Penyebab penyakit ini adalah jamur Cercospora coffeicola B.et Cke. C.coffeicola mempunyai
konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang pendek dan ada juga yang panjang. Konidia
dibentuk pad permukaan bercak, berbentuk seperti tepung berwarna abu‐abu.
Gejala: Serangan dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Pada daun yang sakit timbul
bercak, mula‐mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pada buah
yang terserang timbul bercak berwarna coklat, biasanya pada sisi yang lebih banyak
menerima cahaya matahari. Pembusukan pada bagian yang berbecak dapat sampai ke biji
sehingga dapat menurunkan kualitas.
Pengendalian: Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan
berimbang dan pengurangan kelembaban kebun melalui pemangkasan dan pengendalian
gulma. Secara kimiawi, melalui penyemprotan dengan Bavistin 50 WP 0,2%, Cupravit OB 21
0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2% formulasi.
· Penyakit Jamur Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor B.et Br. C.salmonicolor
mempunyai basidium yang tersusun parallel pada stadium kortisium. Basidium berbentuk
gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung basidiospora.
Gejala: Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada
cabang yang di bawah, tengah maupun di ujung pohon, bahkan dapat terjadi pada batang.
Stadium sarang laba‐laba, berupa lapisan hifa tipis, berbentuk seperti jala berwarna putih
perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk pada lentisel
atau pada celah‐celah. Stadium kortisium berupa lapisan kerak berwarna merah jambu, terdiri
atas lapisan himenium, biasanya dibentuk pad sisi bawah cabang atau sisi cabang yang agak
ternaung. Stadium nekator berupa bintil‐bintil kecil berwarna orange kemerahan merupakan
sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pad cabang yang tidak terlindung.
Pengendalian: Batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm)
dipotong 10 cm di bawah pangkal di bagian yang sakit. Potongan‐potongan batang dan
cabang yang sakit dikumpulkan kemudian dibakar. Batang atau cabang sakit yang ukurannya
sudah cukup besar, apabila serangannya masih awal, bagian yang sakit cukup diolesi dengan
fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz 0,4% formulasi. Apabila serangannya sudah
lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong dan
cabang‐cabang di sekitarnya diolesi dengan fungisida Calixin RM atau Copper Sandoz.

ii
2.9 Perkembangan produksi kopi di indonesia
Ada mulanya orang memanfaatkan sari dari daun muda dan buah segar sebagai bahan
minuman yang diseduh dengan air panas. Kegemaran minum kopi cepat meluas ke seluruh
dunia setelah ditemukan cara-cara penggunaan dan pengolahan yang lebih sempurna, yaitu
dengan menggunakan kopi yang sudah masak, terlebih dahulu dikeringkan dan kemudian
bijinya disangrai lalu dijadikan bubuk sebagai bahan minuman.
Bagi Bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu mata dagangan yang mempunyai arti yang
cukup tinggi. Pada tahun 1981 menghasilkan devisa sebesar $347.8 juta dari ekspor kopi
sebesar 210.8 ribu ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat Pada tahun
1988 sudah mampu menghasilkan devisa sebesar $ 818.4 juta dan menduduki peringkat
pertama diantara komoditi ekspor sub sector perkebunan.
Komoditas kopi merupakan ekspor Indonesia non migas yang memberikan kontribusi dalam
peningkatan devisa Negara. Pada tahun 2007, ekspor non migas meningkat sebesar 15,5
persen, dengan kontribusi sektor pertanian sebesar 4,3 persen, sector manufaktur sebesar 82,6
persen, dan sektor pertambangan sebesar 13,1 persen. Ekspor pertanian dan pertambangan
tumbuh sebesar 17,0 persen dan 7,8 persen.

ii
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup mempunyai nilai ekonomis yang
relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas
unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Namun disamping itu dalam budidaya tanaman
kopi terdapat kendala dalam hama penyakit yang dapat menyerang diantaranya hama bubuk
buah kopi, hama penggerek cabang, kutu dompolan, nematoda akar, penyakit karat daun,
penyakit jamur upas, penyakit akar hitam, penyakit bercak coklat dan lain-lain.
3.2 Saran
Sebaiknya perbanyak sumber dan bahan materi di sekitar kampus sebagai fasilitas bagi
mahasiswa supaya memungkinkan mahasiswa lebih mudah dalam mencari resensi di
kampusnya.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Anaf, 2012. Cendawan Fusarium sp. (online) http://anafzhu.blogspot.com/ 2012/


09/cendawan-fusarium-sp.html. Diakses 24 September 2012.

Anonim, 2012. Statistik Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008. Dinas
perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Anonim, 2012. Laporan Serangan OPT Penting Tanaman Perkebunan Provinsi Sulawesi
Selatan. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Barnett, H.L. and H.B. Barry B., 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Third Edition.
Burgess Publishing Company. Minneapolis Minnesota.

Ferreira, S. A. and Rebecca A. B., 1991. Colletotrichum coffeanum (online),


(http://wwww.google.com/colletotricum coffeanum.htm. diakses 20 September 2012).

Nababan, B. M. 2012, Hama Busuk Buah Serang Kopi Di Humbahas (online)


(http://nababan.wordpress.com/2010/10/22/hama-busuk-buah-serang-kopi-dihumbahas/
diakses 20 September 2012).

Soertoningsih, Yulianto dan Tryni.S.K. 1989. Pengaruh suhu dan fungisida terhadap
pertumbuhan jamur Fusarium sp pada media biji-bijian. Pertemuan Tahunan V. Perhimpunan
Entomology Indonesia Cabang Ujung Pandang. dan Fitopatologi Indonesia Komisariat
Sulawesi Selatan.

Vega, E. Fernando E., G. Mercadier and P.F. Dowd, 1999. Fungi Assosiated with the Coffee
Berry Borer Hypothenemus hampei (Ferrari) (Coleoptera: Scolitidae). Proceeding of the 18 th
International Scientific Colloquium on Coffee. Helsinki. Assosiation Scientifique
Internationale du Cafe (ASIC). Pp. 229-238.

ii
Wiryadiputra, 2007, Pengendalian Hama Pengerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Ferr)
dengan Komponen Utama Pada Penggunaan Perangkap Brocarp Trap. Pusat penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia. Jember. Jawa Timur. P-2-9
Bagian-bagian kerja penjelasan
1. Sub 2.1 dan 2.2 adalah icha
2. Sub 2.3 jumardi 2.9
3. Sub 2.4 dan 2.5 sofyah
4. Sub 2.6 astuti latif
5. sub2.7 dan 2.8 hilman

ii

Anda mungkin juga menyukai