BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada
tanggal 1 Januari 1911 dengan awal nama yaitu Besoekisch Proefstation. Setelah
mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara
fungsional Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural
dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia (LRPI APPI).
Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk
melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara
nasional, Juga sebagai penyedia data dan informasi yang berhubngan dengan kopi
dan kakao. Saat ini Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berpusat di Jl. PB.
Sudirman No. 90 Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
Jumlah kopi dan kakao yang diproduksi tidak berbanding lurus dengan
kualitas di Indonesia yang masih rendah. Selama ini produk-produk yang
dipasarkan masih belum bisa terpenuhi dalam negeri sehingga masih butuh
kegiatan yang harus berkembang, terutama kakao yang hanya diekspor dalam
bentuk biji kering. Kopi dan kakao dapat bernilai lebih ekonomis tinggi apabila
proses penanganan pasca panen hingga pengolahan dilakukan sesuai dengan
standar.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
a. Menjelaskan proses pengolahan kopi dan kakao secara umum di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
b. Menjelaskan penerapan metode manajemen mutu Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia.
1.2.2
Manfaat
a. Mengetahui dan memahami proses pengolahan kopi dan kakao secara
umum di Pusat Penelitian Kopi dan kakao Indonesia.
Menurut Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z (1985: 23-24), jenis kopi yang
paling populer adalah Arabica. Para penikmat kopi menghargai jenis kopi
Arabica lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain
jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan
pengolahan biji;
Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya
empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara massal.
Sebagian hanya dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas.
Sebagian lagi masih tumbuh liar di alam;
Empat jenis kopi yang banyak dibudidayakan adalah jenis kopi Arabica,
Robusta, Liberica dan Excelsa. Sekitar 70% jenis kopi yang beredar di pasar
dunia adalah kopi Arabica. Disusul jenis kopi robusta menguasai 28%, sisanya
adalah kopi Liberica dan Excelsa.
2.2 Kakao
Tanaman kakao adalah tanaman pohon yang termasuk jenis tanaman
daerah panas, tinggi pohonnya antara 5 - 6 meter, berbunga dan berbuah
sepanjang tahun. Buahnya berwarna ungu atau kuning yang bergantungan pada
batang-batang yang besar. Bentuk buahnya lonjong dengan panjang antara 12 - 20
cm, mengandung biji-biji seperti kacang-kacangan antara 50 - 100 biji. Biji-biji
inilah yang biasanya diolah menjadi bubuk atau kristal untuk dibuat minuman
atau makanan lezat lainnya (Tumpal H.S. Siregar dkk, 2006).
2.2.1 Sejarah Penyebaran Kakao di Indonesia
Tanaman kakao yang diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun
1560 oleh bangsa Spanyol, tepatnya di Sulawesi Utara, dan tanaman cokelat
tersebut berasal dari Filipina. Pada tahun sekitar 1860 sudah terdapat ribuan
tanaman kakao di Ambon yang hasilnya kemudian diekspor melalui Filipina. Pada
tahun yang sama perluasan penanaman coklat dimulai di Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Penanaman kakao itu dilakukan di sela-sela areal pertanaman kopi.
Pengembangan pertanaman cokelat di Indonesia, khususnya pulau Jawa,
berjalan dengan pesat. Pada tahun 1938 telah terdapat puluhan perkebunan kakao
yang menyebar di pulau Jawa. Perkembangan produksi cokelat di Indonesia
(penyimpanan). Berikut dibawah ini diagram alir proses pengolahan kopi secara
primer.
Mulai
Persiapan alat dan bahan
Pengeringan
Pencucian A
biji
mekanis
kopi
Pengeringan Mekanis
Selesai
Gambar 3.2.1 Diagram alir proses pengolahan kopi secara primer
Pengolahan kopi secara primer dilakukan dengan tahap awal dan kedua
yaitu pemanenan buah kopi dan sortasi buah kopi, buah kopi yang dipanen adalah
buah yang benar-benar merah pekat alasannya pada saat masuk di tahap
fermentasi biji kopi yang dihasilkan dapat lebih berkualitas dibandingkan buah
kopi yang bewarna hijau atau kekuningan. Tahap ketiga yaitu pengupasan kulit
buah kopi. Buah dikupas secara mekanis untuk memisahkan biji berkulit tanduk
(biji kopi HS) dan kulit buah. Biji kopi HS diolah lanjut sebagai bahan minuman,
sedangkan kulit buah merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan
baku kompos, pakan ternak dan biogas. Pengupasan kulit buah kopi menggunakan
mesin Pulper. Mesin Pulper berfungsi untuk melepas kulit buah kopi untuk
memudahkan pelepasan atau pembersihan lapisan lendir dari permukaan kulit
tanduk. Berikut ini gambar mesin pengupas kulit buah kopi.
Tahap keempat yaitu fermentasi biji kopi. Fermentasi dilakukan pada biji
kopi yang sudah telah dikupas. Terdapat dua cara, pertama dengan merendam biji
dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji basah dalam bak semen atau bak kayu,
kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus selalu dibasahi. Lama
proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses
fermentasi juga bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji. Apabila
lapisan sudah hilang, proses fermentasi bisa dikatakan selesai.
Tahap kelima yaitu pencucian biji kopi. Biji kopi yang telah fermentasi
dicuci secara mekanis dan dibilas dengan air sampai permukaan kulit tanduk
menjadi licin. Pencucian biji kopi menggunakan mesin Washer. Mesin pencuci
biji kopi berfungsi sebagai melepas lapisan dan membersihkan benda asing
dipermukaan kulit tanduk kopi. Berikut ini gambar mesin pencuci (Washer) biji
kopi.
dari hasil pangkasan pohon pelindung tanaman. Kipas udara pengering digerakkan
oleh motor listrik atau motor disel dengan bahan bakar biodisel. Pengeringan
mekanis pada biji kopi menggunakan mesin pengering (Dryer). Mesin Dryer
berfungsi untuk Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap
memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya. Berikut
ini gambar mesin pengering (Dryer) biji kopi.
Tahap ketujuh dari proses pngolahan kopi secara primer yaitu pengupasan
biji kopi HS kering. Kulit tanduk (HS) dikupas secara mekanis sampai dihasilkan
biji kopi beras. Kulit tanduk merupakan limbah dan dapat digunakan sebagai
bahan baku kompos dan pakan ternak. Pengupasan biji kopi HS kering dilakukan
dengan mesin Huller. Mesin Huller berfungsi untuk memisahkan kulit buah
kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi pasar yang bersih
dan bermutu. Berikut ini gambar mesin pengupasan biji kopi HS kering.
10
Tahap kedelapan yaitu proses sortasi biji kopi kering. Biji kopi beras
disortasi secara mekanik untuk memisahkan biji ukuran besar (ukuran > 6,5 mm),
ukuran medium (5,5 mm < d < 6,5mm) dan ukuran kecil (< 5,5 mm). Biji pecah
dan biji kecil terpisah di rak paling bawah. Mesin yang digunakan untuk sortasi
biji kopi yaitu Grader. Mesin Grader berfungsi untuk memisahkan kulit buah
kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi yang bersih dan
bermutu. Berikut ini gambar mesin sortasi (Grader) biji kopi kering.
11
Penyangraian
Pencampuran
Pengemasan
Selesai
Gambar 3.2.2 Diagram alir proses pengolahan kopi secara sekunder
Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek mutu (fisik,
kimiawi, kontaminasi dan kebersihan) harus diawasi sangat ketat karena
menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil (rendemen) dan efisiensi
12
produksi. Aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat baik jika biji kopi
yang digunakan telah diolah secara baik. Pengolahan kopi secara sekunder
dilakukan dengan tahap awal penyangraian. Biji kopi yang disimpan dalam
gudang jika akan diolah menjadi produk bubuk kopi maka tahap awal yaitu proses
penyangraian biji kopi. Proses sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti
dengan reaksi pirolisis. Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas
CO2 dalam jumlah banyak dari ruang sangrai. Sedangkan secara fisik, pirolisis
ditandai dengan perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi
kecoklatan. Kisaran suhu sangrai yang umum adalah antara 195 205 oC. Waktu
penyangraian bervariasi mulai dari 7 - 30 menit tergantung pada suhu dan tingkat
sangrai yang diinginkan. Kisaran suhu sangria dibagi menjadi tiga yaitu pertama,
suhu 190 195 oC untuk tingkat sangrai ringan (warna coklat muda); kedua, suhu
200 205 oC untuk tingkat sangrai medium (warna coklat agak gelap); ketiga,
suhu di atas 205 oC untuk tingkat sangrai gelap (warna coklat tua cenderung
kehitaman). Pada tahap penyangraian biji kopi mesin yang digunakan adalah
Roaster. Mesin Roaster berfungsi membantu pembentukan aroma dan citarasa
khas kopi bubuk serta memudahkan proses penghalusan. Berikut ini gambar
mesin sangrai biji kopi (Roaster).
13
digunakan dapat berupa proses kering, semi-basah dan basah. Mesin yang
digunakan pada tahap pencampuran kopi menggunakan mesin Mixer. Mesin
Mixer berfungsi mencampur biji kopi sangrai agar bubuk kopi yang dihasilkan
konsisten dan seragam. Berikut ini gambar mesin pencampur (Mixer).
Tahap ketiga yaitu penghalusan biji kopi yang sudah disangrai. Biji kopi
sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus (Grinder) sampai diperoleh butiran
kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Fungsi mesin penghalus biji kopi
(Grinder) yaitu memperkecil ukuran partikel kopi sesuai dengan keinginan
konsumen. Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang sangat besar
sehingga senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut saat
diseduh ke dalam air panas. Berikut ini gambar mesin penghalus biji kopi.
(Grinder).
14
Pelarutan
Kristalisasi
Penghalusan
Pencampuran
Pengemasan
15
Pelabelan
Selesai
Gambar 3.2.3 Diagram alir proses pembuatan kopi bubuk instan
Bubuk kopi sangrai merupakan bahan baku kopi instant. Bubuk kopi
diperoleh dari proses penghalusan biji kopi sangrai. Ukuran partikel bubuk diatur
pada tingkat medium yaitu hasil ayakan 60 Mesh. Tahap awal pembuatan kopi
bubuk instan diawal dari tahap pelarutan. Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara
batch dalam kolom dengan sirkulasi pelarut air perbandingan 1/3,5 pada suhu
80oC selama 45 menit. Sisa bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk
mengekstrak komponen kopi yang masih tertinggal. Kisaran rendemen ekstraksi
antara 30 32 %. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah menjadi
biogas.
Tahap kedua yaitu kristalisasi. Ekstrak kopi dimasukkan ke dalam alat
kristalisator dan ditambah gula dengan proporsi 1/1. Selama 30 menit pertama,
larutan ekstrak kopi dan gula dipanaskan pada 100 oC. Setelah larutan mendekati
jenuh, suhunya diturunkan menjadi 70 oC selama 20 menit berikutnya. Pada 10
menit terakhir, sumber panas dimatikan. Larutan jenuh kemudian didinginkan
dengan udara lingkungan sampai terbentuk kristal gula- kopi. Tahap ketiga yaitu
penghalusan. Kristal gula-kopi digiling secara mekanik menjadi bubuk halus.
Selanjutnya masuk tahap keempat yaitu pencampuran. Selain disajikan dalam
bentuk murni, bubuk kopi instan juga bisa dicampur dengan bubuk krimer susu
instan pada proporsi tertentu dengan alat pencampur. Tahap terakhir yaitu proses
pengemasan dan pelabela produk kopi bubuk instan. Bubuk kopi krimer instan
dikemas dalam kemasan saset aluminium foil berukuran 25 gr. Untuk
mempermudah pemasaran dan distribusi ke konsumen, kemasan saset dimasukkan
ke dalam kemasan kertas berlabel.
16
17
Pengeringan mekanis
Pengemasan dan
Penggudangan
Biji kakao kering
Selesai
Gambar 3.3.1 Diagram alir proses pengolahan kakao secara primer
Gambar 10. Buah kakao siap panen yang terbebas dari hama penyakit.
18
Gambar 11. Mesin pemecah dan pemisah biji kakao (Pod Breaker).
Tahap keempat yaitu pemerasan pulpa atau lendir pada biji kakao. Biji
kakao dilapisi oleh pulpa berwarna putih. Lapisan pulpa dikurangi secara mekanik
antara 30 40 % dari berat pulpa awal agar fermentasi berjalan lebih sempurna
dan mencegah timbulnya cacat rasa asam. Mesin pemeras mempunyai kapasitas
1.000 ton biji/jam. Pulpa hasil perasan adalah limbah yang dapat diolah menjadi
nata de kakao dan jus kakao. Mesin yang digunakan dalam pemerasan pulpa biji
kakao adalah mesin Depupler. Mesin Depulper memiliki beberapa fungsi
pertama, mengurangi kandungan lendir (pulp) dipermukaan biji kakao sehingga
waktu fermentasi lebih singkat dan menurunkan tingkat keasaman biji kering;
kedua, lendir hasil pemerasan dapat diproses lanjut menjadi produk samping yang
memiliki nilai tambah. Berikut ini gambar mesin pemerasan pulpa pada kakao
(Depulper).
19
kakao dimasukkan ke dalam peti kayu tingkat atas selama 2 hari dan kemudian
dipindahkan ke peti tingkat bawah. Fermentasi dilanjutkan lagi di peti bawah
selama 2 hari berikutnya. Berikut ini gambar peti kayu sebagai media fermentasi
kakao.
Tahap ketujuan yaitu proses sortasi biji kakao. Biji kakao hasil
pengeringan disortasi secara mekanik untuk memisahkan biji ukuran besar
(jumlah biji 85 90/100 gr sampel), ukuran medium (jumlah biji 95 110/100 gr
sampel) dan ukuran kecil (jumlah biji > 110/100 gr sampel). Biji pecah dan
kotoran terpisah di rak paling bawah. Mesin sortasi mempunyai kapasitas 1.000
kg/jam. Mesin yang digunakan untuk proses sortasi adalah (Grader). Biji kakao
terkumpul dalam beberapa ukuran yang seragam berdasarkan tingkatan mutunya.
20
Kompartemen I berupa pecahan biji dan biji kecil, kopartemen II biji mutu C,
kopartemen III biji mutu A dan B, dan kopartemen IV biji mutu AA. Berikut ini
gambar mesin Grader pada pengolahan kakao primer.
21
Mulai
Biji kakao kering
Penyangraian
Pemastaan
Pengempaan
Lemak kakao
Bungkil kakao
Biji kakao fermentasi yang memenuhi syarat mutu fisik, kimiawi dan
kebersihan digunakan sebagai bahan baku pengolahan cokelat. Tahap pertama
pengoalahan kakao sekunder yaitu penyangraian. Penyangraian merupakan tahap
awal proses produksi makanan dan minuman cokelat dan bertujuan untuk
membentuk aroma dan citarasa khas cokelat dari biji kakao. Penyangraian
dilakukan pada suhu 115 120 oC selama 20 sampai 30 menit. Tahap kedua yaitu
22
pemisahaan kulit dan biji kakao. Biji sangrai dikupas untuk memperoleh daging
biji yang akan digunakan sebagai bahan baku cokelat.
Tahap ketiga pengolahan kakao secara sekunder adalah pemastaan kakao.
Proses penggilingan menyebabkan dinding-dinding sel daging biji pecah dan
cairan lemak keluar dari dalam biji sehingga daging biji yang semula padat
menjadi cairan kental yang disebut pasta kakao. Mesin yang digunakan untuk
memastakan kakao adalah Mesain pasta kakao yang memiliki fungsi melumatkan
pecahan-pecahan kakao pasca sangrai dengan menggunakan ulir (screw) sampai
diperoleh pasta cokelat. Berikut ini gambar mesin pemasta kakao.
23
Bungkil kakao
Pra - penghalusan
Penghalusan
Pengayakan
Pencampuran
Pengemasan
Bubuk coklat
Selesai
Gambar 3.3.3 Diagram alir proses peembuatan bubuk coklat
Tahap awal pembuatan coklat bubuk yaitu adalah persiapan bungkil kakao.
Bungkil hasil pengempaan umumnya mempunyai tiga tingkatan, yaitu kadar
lemak rendah (10-12 %), medium (13-15 %) dan lemak tinggi ( > 15 % sampai 22
%). Tahap selanjutnya yaitu tahap pra-penghalusan dan penghalusan. Bungkil
kakao hasil pengempaan merupakan gumpalan padat yang keras untuk itu perlu
24
25
mulai dari alat yang digunakan sampai bahan baku serta kemasan dan pemasaran
yang dilakukan. Produk PUSLITKOKA dijual di jember dan sudah sampai
dibeberapa kota diluar jember dan beberapa negara seperti Belanda. Unit
Agroindustri PUSLITKOKA memiliki data hasil penjualan hari yang menjadi
evaluasi bagi perusahaan.
3.4.1 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Mutu TQM Pada
PUSLITKOKA
Berikut ini faktor - faktor yang mempengaruhi manajemen mutu TQM
pada PUSLITKOKA.
a). Fokus pada pelanggan
Mutu berdasarkan pada konsep bahwa setiap orang mempunyai pelanggan
dan bahwa kebutuhan dan harapan pelanggan harus dipenuhi setiap saat kalau
organisasi/perusahaan secara keseluruhan bermaksud memenuhi kebutuhan
pelanggan eksternal (pembeli). Kualitas yang dihadirkan didalam produk kepada
pelanggan didasarkan dari data yang didapatkan oleh PUSLIKOKA. Melihat
kondisi pasar dan didata tanpa adanya kontak langsung dengan calon pembeli
(tidak ada suara pelanggan). Sehingga dari semua data yang didapat perusahaan
tersenut akan membuat mutu produk itu sebaik baiknya dengan tujuan
memenuhi kepuasan pelanggan.
b). Obsesi terhadap kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal
menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus
terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut. Oleh
karena itu, karyawan harus mengerjakan pekerjaan sesuai pembagian.
c). Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah pada PUSLITKOKA sudah pasti pada saat menciptakan
produk yang beru melalui tahap penelitian dan percobaan yang berangkitan
dengan produk yang akan dibuat. Pendekatan ilmiah ini sangat penting karena
sebagai pnguji keberhasilan produk, seperti hasil poduk (bentuk, rasa dan
aroma),kelayakan produk untuk konsumsi ataupun non konsumsi.
d). Komitmen jangka panjang
26
27
28
29
KESIMPULAN
1. Proses pengolahan kopi dan kakao di PUSLITKOKA Jember terbagi menjadi 2
tahapan yaitu secara primer dan sekunder.
2. Kopi dan kakao dapat diolah menjadi beberapa produk diantaranya produk
kopi bubuk instan dan coklat bubuk.
3. Metode manajemen mutu yang digunakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia menggunakan metode TQM (Total Quality Management).