Anda di halaman 1dari 43

‘’MENGENAL SEJARAH KOPI”

YASIR MUHAMAD SOBARI


OUNER COFFELETS

Legenda Ethiopia

Kopi yang ditanam di seluruh dunia dapat menelusuri warisannya beberapa abad ke
hutan kopi kuno di dataran tinggi Ethiopia. Di sana, legenda mengatakan penggembala
kambing Kaldi pertama kali menemukan potensi biji kopi kesayangan ini. Cerita
berlanjut bahwa Kaldi menemukan kopi setelah dia menyadari bahwa setelah memakan
buah dari pohon tertentu, kambingnya menjadi sangat energik sehingga mereka tidak
bisa tidur di malam hari. Kaldi melaporkan temuannya kepada kepala biara setempat,
yang membuat minuman dengan buah beri dan mendapati bahwa hal itu membuat dia
waspada selama berjam-jam shalat malam. Kepala biara tersebut berbagi penemuannya
dengan para biarawan lain di vihara tersebut, dan pengetahuan tentang buah berenergi
mulai menyebar.

Semenanjung Arab

Budidaya kopi dan perdagangan dimulai di Jazirah Arab. Pada abad ke-15, kopi
ditanam di distrik Yaman di Arab dan pada abad ke-16 diketahui di Persia, Mesir,
Suriah, dan Turki.

Kopi tidak hanya dinikmati di rumah-rumah, tapi juga di banyak rumah kopi umum –
yang disebut qahveh khaneh – yang mulai muncul di kota-kota di Timur Dekat.
Popularitas rumah kopi tidak ada bandingannya dan orang-orang sering mengunjungi
mereka untuk segala jenis aktivitas sosial. Para pengunjung hanya minum kopi dan
bercakap-cakap, tapi mereka juga mendengarkan musik, menonton para pemain,
bermain catur dan terus mengikuti berita. Rumah kopi dengan cepat menjadi pusat
penting untuk pertukaran informasi yang sering mereka sebut sebagai “Schools of the
Wise.”

Kopi Datang ke Eropa

Pelancong Eropa ke Timur Dekat membawa pulang cerita tentang minuman hitam
gelap yang tidak biasa. Pada abad ke-17, kopi berhasil sampai ke Eropa dan menjadi
populer di seluruh benua. Beberapa orang bereaksi terhadap minuman baru ini dengan
kecurigaan atau ketakutan, menyebutnya sebagai “penemuan setan yang pahit.”
Pendeta setempat mengecam kopi ketika sampai di Venesia pada tahun 1615.
Kontroversi ini begitu besar sehingga Paus Klemens VIII diminta untuk turun tangan.
Dia memutuskan untuk mencicipi minuman untuk dirinya sendiri sebelum mengambil
keputusan, dan mendapati minumannya begitu memuaskan sehingga dia
memberikannya persetujuan kepausan.

Terlepas dari kontroversi semacam itu, rumah kopi dengan cepat menjadi pusat
aktivitas dan komunikasi sosial di kota-kota besar di Inggris, Austria, Prancis, Jerman
dan Belanda. Di Inggris “universitas penny” bermunculan, disebut demikian karena
dengan harga sepeser pun seseorang bisa membeli secangkir kopi. Kopi mulai
mengganti minuman minuman sarapan biasa pada saat itu – bir dan anggur. Mereka
yang minum kopi bukan alkohol mulai waspada dan berenergi, dan tidak
mengherankan, kualitas pekerjaan mereka sangat meningkat. (Kami suka menganggap
ini sebagai pendahulu layanan kopi kantor modern).

Pada pertengahan abad ke-17, ada lebih dari 300 rumah kopi di London, banyak di
antaranya menarik perhatian pelanggan, termasuk pedagang, pengirim barang, pialang
dan seniman. Banyak bisnis tumbuh dari rumah kopi khusus ini. Lloyd’s of London,
misalnya, hadir di Gedung Kopi Edward Lloyd.

Pada pertengahan 1600-an, kopi dibawa ke New Amsterdam, yang kemudian disebut
New York oleh Inggris. Meskipun rumah kopi dengan cepat mulai terlihat, teh terus
menjadi minuman favorit di Dunia Baru sampai tahun 1773, ketika kolonis
memberontak melawan pajak berat teh yang diberlakukan oleh Raja George III.
Pemberontakan, yang dikenal sebagai Boston Tea Party, akan selamanya mengubah
preferensi minum kopi Amerika. “Kopi – minuman favorit dunia yang beradab.” –
Thomas Jefferson

seiring permintaan minuman terus menyebar, ada persaingan ketat untuk mengolah
kopi di luar Arab. Belanda akhirnya mendapatkan bibit pada paruh kedua abad ke-17.
Usaha pertama mereka untuk menanam mereka di India gagal, namun sukses dengan
usaha mereka di Batavia, di pulau Jawa di tempat yang sekarang menjadi
Indonesia. Tanaman tumbuh subur dan segera Belanda memiliki perdagangan kopi
yang produktif dan terus berkembang. Mereka kemudian memperluas penanaman
pohon kopi ke pulau Sumatra dan Sulawesi Datang ke Amerika Pada 1714, Walikota
Amsterdam mempresentasikan sebuah hadiah dari sebuah pabrik kopi muda kepada
Raja Louis XIV dari Prancis. Raja memerintahkannya untuk ditanam di Royal
Botanical Garden di Paris. Pada tahun 1723, seorang perwira angkatan laut muda,
Gabriel de Clieu memperoleh bibit dari pabrik Raja. Meskipun ada perjalanan yang
menantang – lengkap dengan cuaca yang menghebohkan, seorang penyabot yang
mencoba menghancurkan semak, dan serangan bajak laut – dia berhasil mengangkutnya
dengan selamat ke Martinique. Setelah ditanam, bibit tidak hanya tumbuh subur, tapi
juga dikreditkan dengan penyebaran lebih dari 18 juta pohon kopi di pulau Martinique
dalam 50 tahun ke depan. Yang lebih luar biasa adalah bahwa bibit ini adalah induk
dari semua pohon kopi di seluruh Karibia, Amerika Selatan dan Tengah.

Kopi Brasil yang terkenal berutang keberadaannya kepada Francisco de Mello Palheta,
yang dikirim oleh kaisar ke Guyana Prancis untuk mendapatkan bibit kopi. Orang
Prancis tidak mau berbagi, tapi istri Gubernur Prancis itu, yang terpikat oleh
penampilannya yang bagus, memberinya buket bunga besar sebelum dia pergi –
terkubur di dalamnya adalah biji kopi yang cukup untuk memulai industri miliaran dolar
sekarang.

Misionaris dan pelancong, pedagang dan koloni terus membawa bibit kopi ke lahan
baru, dan pohon kopi ditanam di seluruh dunia. Perkebunan didirikan di hutan tropis
yang megah dan di dataran tinggi pegunungan yang kasar. Beberapa tanaman tumbuh
subur, sementara yang lainnya berumur pendek. Negara-negara baru didirikan di sektor
kopi. Keberuntungan dibuat dan hilang. Menjelang akhir abad ke-18, kopi telah
menjadi salah satu tanaman ekspor yang paling menguntungkan di dunia. Setelah
minyak mentah, kopi merupakan komoditas yang paling banyak dicari di dunia.

Jenis kopi berdasarkan spesiesnya dan dikonsumsi orang-orang di penjuru dunia


adalah:

1. Arabika.
2. Robusta atau canephora.
3. Liberika.

Selain ketiga jenis tersebut, kopi juga dibedakan menurut daerah di mana tempatnya
tumbuh. Sebagai contoh, berikut kopi-kopi dari berbagai daerah di Indonesia:

1. Gayo.
2. Sidikalang.
3. Mandailing.
4. Java preanger.
5. Kintamani.
6. Toraja.
7. Bajawa.
8. Wamena.
9. Jawa barat

Kopi juga dibedakan menurut cara pembuatannya sehingga menjadi minuman. Jenis
minuman kopi dibagi menjadi dua, espresso based dan manual brew.

Beberapa jenis espresso based yang populer:

1. Espresso.
2. Americano.
3. Cappuccino.
4. Latte.
5. Affogato.

Beberapa jenis manual brew yang populer:

1. Moka pot.
2. Rok presso.
3. Kopi tubruk.
4. Pour over.
5. Vietnam drip.

Akan sayang sekali jika kopi yang Anda sesap berlalu begitu saja tanpa Anda ketahui
apa jenisnya. Padahal, keanekaragaman karakter dan cita rasanya sangat menarik untuk
dikulik.

Artikel ini akan membahas seputar jenis kopi dari beberapa sudut pandang.
Jenis kopi, oleh beberapa orang bisa merujuk pada spesies, varietas, single origin,
karakter rasa, sampai cara menyeduhnya.

Sebenarnya tidak ada yang salah, toh kata jenis memang memiliki makna yang ambigu.
Menurut KBBI, kata jenis bisa bermakna sesuatu yang memiliki ciri khusus, atau biasa
juga disebut macam. Jenis bisa pula merujuk pada spesies, sebuah tingkatan klasifikasi
dalam taksonomi biologi.

Jika Anda ingin informasi tentang perkopian lebih rinci, ada baiknya baca artikel
berikut ini sampai habis. Sekiranya, bisa menambah pengetahuan Anda perihal jenis
kopi.
DAFTAR ISI

• Jenis Kopi Beserta Varietasnya yang Populer


• Jenis-Jenis Kopi Single Origin Indonesia yang Mendunia
• Jenis-Jenis Kopi dari Cara Penyeduhannya
• Kenali Jenis Kopi dari Beberapa Sudut Pandang
• Perbedaan Arabica dan Robusta
• Cara memilih kopi / grean beans yang baik
• Pengolahan Buah Kopi Proses
• Roasting
• Mengenal Alat-Alat Kopi
Jenis Kopi Beserta Varietasnya yang Populer

Istilah jenis kopi sering kali digunakan untuk mengelompokkan kopi-kopi berdasarkan
karakter rasa, daerah asal tumbuh, bahkan varietasnya.

Secara biologi, kata jenis merujuk pada sebuah klasifikasi taksonomi, yaitu spesies.
Anggota-anggota dalam suatu spesies jika saling berkawin dapat menghasilkan
keturunan yang fertil tanpa hambatan reproduktif.

Selain spesies, kita juga mengenal istilah varietas yang merupakan suatu peringkat
taksonomi sekunder di bawah spesies. Suatu varietas menunjukan penampilan yang
khas berbeda dari varietas lain, tetapi akan bersilang dengan bebas terhadap varietas
lainnya.

Ada tiga spesies atau jenis kopi yang populer dikonsumsi khalayak yaitu arabika,
robusta, dan liberika.

1. Arabika

Jenis kopi arabika adalah kopi pertama yang ditemukan di Ethiopia, kemudian oleh
bangsa Arab disebarkan ke penjuru dunia. Oleh karena peran bangsa Arab itulah maka
nama diberi nama ilmiah Coffea arabica.

Arabika adalah yang paling populer sejagad raya. Sekitar 70% perdagangan kopi di
dunia didominasi oleh arabika, sisanya adalah robusta, liberika, dan jenis-jenis kopi
lainnya. Harganya pun lebih mahal karena perawatan dan pembudidayaan tanamannya
tidak mudah.
Ciri khas arabika adalah warna seduhan yang tidak terlalu kental. Selain itu, tingkat
keasamannya lebih tinggi daripada kafein yang dikandungnya.

Jenis ini adalah yang paling diminati orang-orang karena bisa melahirkan beberapa
varietas dengan aroma yang unik dan berbeda-beda. Dibandingkan dengan jenis-jenis
kopi lainnya, Arabika memiliki aroma yang lebih wangi dan kaya.

Setidaknya ada dua varietas kopi arabika yang terkenal dan menjadi induk dari varietas-
varietas yang tersebar di penjuru dunia.

a. Typica

Typica merupakan varietas kopi arabika tertua yang diambil dari Ethiopia. Boleh
dikatakan bahwa varietas ini merupakan induk dari kebanyakan varietas arabika yang
ada. Konon, kopi pertama yang dibawa Belanda ke Indonesia adalah typica.

b. Bourbon

Varietas ini lahir dari arabika yang dibawa oleh orang Perancis dari Yaman dan ditanam
di Pulau Bourbon (sekarang Pulau La Reunion). Oleh karena berinteraksi dengan iklim
dan tanah yang berbeda, tanaman arabika ini pun mengalami mutasi dan jadilah varietas
bourbon.

2. Robusta atau Canephora

Jika diklasifikasikan berdasarkan taksonominya, sebenarnya kopi robusta adalah salah


satu subspesies Coffea canephora, yaitu Coffea canephora var. Robusta. Setidaknya
ada dua varietas utama Coffea canephora, yaitu robusta dan nganda. Namun, oleh
karena sebagian besar jenis kopi canephora yang ditanam adalah varietas robusta,
nama robusta pun digunakan secara umum untuk menyebut canephora.

Nama robusta diambil dari kata robust yang berarti kuat. Meski tanaman ini lebih tahan
hama serta mudah perawatannya, kualitas buahnya lebih rendah dibanding arabika.
Harganya pun relatif lebih murah.

Indonesia sendiri termasuk penghasil kopi robusta terbesar setelah Vietnam dan Brazil.
Lebih dari 80% produksi kopi Indonesia adalah robusta.

Menurut sejarah, robusta didatangkan ke Indonesia oleh Belanda untuk menggantikan


produksi arabika yang pada masa itu terserang hama karat daun. Robusta hadir dengan
ketahanan yang lebih baik terhadap hama.

Aroma robusta kuat, kasar, dan cenderung earthy dan nutty. Rasanya pun lebih pahit
dibanding dengan jenis-jenis kopi lainnya. Hal ini membuatnya sangat cocok dijadikan
minuman dengan campuran bahan lain seperti susu dan cokelat karena rasa kopinya
tidak akan kalah.

Robusta tidak seperti arabika yang banyak dikembangkan sehingga varietasnya pun
hanya sedikit. Namun, ada beberapa varietas yang lahir dari persilangan antara robusta
dan arabika. Persilangan tersebut diharapkan menghasilkan tanaman yang beraroma
arabika tapi punya daya tahan sekuat robusta.

Berikut ini adalah varietas hasil persilangan arabika dengan robusta yang populer. Hasil
dari persilangan yang melibatkan dua jenis ini sering pula disebut dengan varietas
hibrida.

a. Timor

Varietas timor yang juga dikenal dengan nama hibrido de timor ini adalah persilangan
antara jenis kopi arabika dan robusta. Nama timor diambil dari tempat tanaman ini
dikembangkan, yaitu Pulau Timor. Tujuan persilangan ini adalah untuk menghasilkan
kopi yang tahan hama tapi memiliki kualitas rasa dan aroma seperti arabika.

b. Catimor

Catimor merupakan hasil persilangan dari varietas caturra dan timor. Varietas hibrida
ini diharapkan mewarisi sifat baik dari timor yang tahan hama dan kecepatan panen dari
caturra. Selayaknya timor yang mengandung robusta, catimor memiliki rasa pahit
dan nutty dengan tingkat keasaman yang rendah.
3. Liberika

Penikmat awam mungkin sudah cukup mengenal jenis kopi robusta dan arabika beserta
karakternya masing-masing. Sebenarnya, ada satu lagi yang jenis kopi yang diproduksi
dan jadi komoditas di dunia, yaitu Coffea liberica atau kopi liberika.

Ukuran buah liberika lebih besar dibanding arabika dan robusta. Namun, setelah proses
penjemuran, bobot buah keringnya hanya 10% dari bobot basahnya.

Penyusutan bobot tersebut tentu kurang disukai oleh para petani karena ongkos panen
menjadi lebih mahal, sehingga produksinya tidak seramai arabika dan robusta. Oleh
karenanya, tingkat produksi liberika adalah yang paling rendah dari jenis lainnya, hanya
sekitar 1-2% dari produksi kopi dunia.

Ada satu varietas liberika yang awalnya dianggap sebagai satu spesies sendiri, yaitu
excelsa. Pada tahun 2006, excelsa kemudian diresmikan sebagai subspesies dari
liberika dan dikenal dengan nama ilmiah Coffea liberica var. dewerei.

Jenis-Jenis Kopi Single Origin Indonesia yang Mendunia.

Selain spesies beserta varietasnya di atas, beberapa orang juga menggunakan istilah
jenis kopi untuk merujuk pada single origin. Beberapa orang awam belum paham apa
itu single origin sehingga lebih familier dengan istilah jenis kopi. Sudah tahukah Anda
apa itu single origin?

Single origin adalah istilah yang merujuk pada daerah budidaya asal kopi tersebut
ditanam. Istilah ini bermaksud memudahkan orang-orang dalam mengenali karakter
kopinya.

Satu varietas kopi yang sama jika ditanam di daerah yang berbeda bisa menghasilkan
cita rasa yang berbeda pula. Oleh karena setiap daerah memiliki karakter dan cita rasa
yang khas pada kopinya, maka muncullah istilah single origin. Berikut ini adalah
contoh-contoh single origin yang populer dari Indonesia.

1. Gayo

Kopi gayo ditanam di Tanah Gayo, sebuah wilayah berupa dataran tinggi di Aceh
Tengah, Sumatra. Perkebunan kopinya berada di bukit-bukit yang mengelilingi Kota
Takengon dan Danau Tawar. Tanah di daerah ini dipercaya sangat subur sehingga
menghasilkan kopi-kopi dengan cita rasa yang kaya.

Pada tahun 2010, kopi gayo mendapatkan Fair Trade Certified dari Organisasi
Internasional Fair Trade Coffee. Sebelumnya, sempat terjadi pelarangan penggunaan
nama Gayo karena nama tersebut sudah menjadi hak paten perusahaan Belanda,
Holland Coffee. Namun karena usaha keras masyarakat untuk mendapatkan Sertifikat
Indikasi Geografis, masalah tersebut pun dapat terselesaikan dengan baik.

2. Sidikalang

Sidikalang merupakan salah satu daerah di Sumatra yang merupakan penghasil kopi
Indonesia yang terkenal. Namanya mungkin sudah tidak asing lagi bagi para
pecinta single origin coffee.

Selain dikenal sebagai single origin, kopi sidikalang juga dikenal sebagai salah satu
varietas kopi arabika. Konon, sidikalang adalah varietas turunan langsung dari typica
yang lahir di Indonesia dari bibit kopi pertama yang dibawa oleh Belanda dan
dibudidayakan dengan Sistem Tanam Paksa. Namanya diambil dari sebuah kota yang
terletak di daerah pegunungan sejuk di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara.

3. Mandailing

Kopi Mandailing adalah salah satu jenis kopi arabika yang ditanam di Kabupaten
Mandailing Natal, tepatnya di pegunungan Bukit Barisan, Sumatra Utara.
Daerah penghasil kopi Indonesia ini sudah beroperasi sejak tahun 1800-an, bermula
dari Sistem Tanam Paksa yang dilancarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.

4. Java Preanger

Kopi java preanger ini kerap disebut pula dengan kopi priangan dan kopi malabar. Java
preanger ini merupakan kopi pertama di Indonesia yang didatangkan oleh Belanda atau
VOC. Pertama kali ditanam di Batavia (sekarang Jakarta), kemudian dibudidayakan
secara lebih luas di Priangan, Jawa Barat.

Nama preanger diambil dari cara orang Belanda menyebut Priangan. Oleh karena itu,
orang-orang Indonesia pun menyebut kopi priangan dengan sebutan java preanger.

5. Bali Kintamani

Selain pariwisata, Bali juga memiliki daya tarik soal perkopian di mata dunia. Daerah
utama penghasil kopi di Bali berada di Kintamani, Kabupaten Bangli.

Para petani kopi di perkebunan Kintamani menggunakan sistem pertanian


tradisional subak abian. Sistem tradisional tersebut memegang teguh filosofi Hindu, Tri
Hita Karana. Filosofi ini mengajarkan tentang keharmonisan hubungan dengan alam
dan mengurangi penggunaan agrokimia sehingga kopinya organik.
6. Toraja

Tidak hanya terkenal dengan ritus dan budaya tradisionalnya saja, Toraja juga terkenal
dengan kopinya. Kopi-kopi dari perkebunan di Toraja terkenal nikmat dan memiliki
tingkat keasaman yang relatif tinggi.

Cita rasa yang khas juga dihasilkan dari proses pascapanennya. Sebagian besar petani
Toraja memroses kopinya dengan cara tradisional yang sering disebut
pula dengan giling basah. Proses ini dikenal di kalangan internasional dengan
sebutan wet hulling atau semi washed.

7. Flores Bajawa

Sumber: Wikimedia Commons

Salah satu daerah di Pulau Flores yang terkenal dengan kopinya adalah Bajawa, sebuah
kota di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Jenis kopi yang ditanam di Bajawa
adalah arabika.

Pulau Flores selain indah, tanahnya juga mengandung abu dari gunung berapi (andosol)
yang sangat ideal untuk ditanami kopi organik. Oleh karena itu, cita rasa kopinya lebih
otentik serta mengandung aroma-aroma yang alami.

8. Papua Wamena
Kopi wamena ditanam di perkebunan yang terletak di sepanjang Lembah Baliem.
Lembah tersebut letaknya berada di sisi timur Gunung Jayawijaya dan mengelilingi
Kota Wamena.

Cita rasanya tidak kalah dengan jenis-jenis kopi nusantara lainnya. Tingkat acidity-
nya cenderung rendah sehingga tidak menyebabkan sakit lambung bagi peminum
awam. Aroma yang menjadi ciri khasnya adalah sensasi floral yang wangi. \

Jenis-Jenis Kopi dari Cara Penyeduhannya

Sudut pandang lain tentang apa yang beberapa orang anggap sebagai jenis kopi adalah
jenis-jenis minuman kopi. Berikut ini akan kami ulas beberapa minuman yang jadi
menu andalan di banyak coffee shop.

1. Espresso Based

Espresso lahir di Eropa ketika orang-orang menginginkan kopinya disiapkan dengan


cepat. Untuk itu, lahirlah mesin espresso yang memudahkan coffee shop dalam
melayani para pelanggan. Espresso juga merupakan pondasi atau bahan dasar dari
minuman-minuman lainnya seperti yang akan disebutkan berikut ini.

a. Espresso

Espresso adalah minuman hitam pekat dengan ciri khas buih berwarna cokelat kental
di permukaannya yang disebut dengan crema. Pembuatannya menggunakan mesin
penyeduh bertekanan tinggi. Umumnya, secangkir espresso hanya berisi sebanyak 30-
45 ml saja.
b. Americano

Americano adalah espresso dengan tambahan air panas. Konon, americano lahir dari
kebiasaan orang Amerika meminum espresso yang lebih encer.

c. Long Black

Long black adalah minuman dengan komposisi yang sama dengan americano, yaitu
terdiri atas espresso dan air panas. Hanya saja, cara penuangannya berbeda. Americano
dibuat dengan espresso yang disiram air panas, sedangkan long black dibuat dengan
menuangkan espresso pada air panas.

d. Cappuccino

Cappuccino adalah minuman yang dibuat dari 1/3 espresso, 1/3 susu steamed, dan
1/3 foam. Beberapa orang menaburkan bubuk cokelat di atas foam-nya agar
tampilannya lebih manis.

e. Latte

Secara kasat mata, latte mirip dengan cappuccino. Komposisi latte terdiri atas 1/3
espresso dan 2/3 susu steamed. Foam yang digunakan untuk membuat latte tidak
setebal cappuccino. Beberapa barista handal membuat lukisan saat menuangkan susu
dan menyebutnya dengan latte art.

f. Macchiato

Sama seperti latte dan cappuccino, macchiato adalah campuran espresso dan susu.
Nama macchiato berasal dari bahasa Italia yang berarti tanda atau bercak. Maksud dari
penamaan ini mungkin adalah espresso yang diberi sedikit bercak susu steamed atau
bisa pula susu yang diberi bercak espresso.

g. Mochaccino

Mochaccino adalah campuran dari espresso, cokelat, dan susu steamed. Minuman ini
punya banyak nama lain, di antaranya ada moka, mocha, dan café mocha. Nama
mochaccino berasal dari kota yang punya sejarah besar bagi dunia perkopian, yaitu
Mocha, Yaman.

h. Black Eye

Berbeda dengan americano dan long black, black eye adalah espresso yang
ditambahkan dengan kopi hitam. Perlu diingat bahwa kopi hitam di sini berbeda dengan
espresso yang dibuat dengan tekanan. Sementara kopi hitam dibuat dengan menyeduh
dengan manual brew, atau bisa dengan perkolator.

i. Con Panna

Con panna adalah minuman yang terbuat dari espresso yang diberi topping whipped
cream. Krim ini dimaksudkan untuk mengurangi rasa pahit pada espresso.

j. Affogato

Tahukah Anda apa itu gelato? Ya, gelato adalah es krim khas Italia. Satu atau dua
sendok gelato jika disiram espresso akan menjadi satu minuman yang bernama
affogato.

2. Manual Brew

Beberapa sajian kopi yang dijelaskan sebelumnya adalah berbasis espresso. Umumnya
dibuat menggunakan alat atau mesin otomatis. Sementara minuman kopi yang dibuat
dengan mengandalkan tangan dan tenaga manusia disebut dengan manual brew.
Berikut adalah beberapa metode seduh kopi manual brew yang populer.

a. Moka Pot

Moka pot adalah alat untuk membuat espresso secara manual. Alat pembuat kopi
tradisional ini berasal dari Italia, diciptakan oleh Alfonso Bialetti pada tahun 1933.
Cara menggunakan alat ini adalah dengan memanaskannya di atas tungku atau kompor.
Oleh karena dibuat dengan cara manual, cita rasanya pun berbeda dengan espresso-
espresso pada umumnya.

b. Rok Presso

Sama seperti moka pot, Rok Presso juga menjadi alat alternatif untuk membuat
espresso. Berbeda dengan mesin, tekanan yang dihasilkan dari alat ini berasal dari
tenaga manusia. Caranya adalah dengan menekan kedua tuas yang ada pada Rok Presso
dengan tangan.

c. Kopi Tubruk

Kopi tubruk adalah metode seduh yang paling gampang dan sederhana. Seperti
namanya, cara membuatnya hanya perlu menubruk bubuk kopi dengan air
panas. Minuman yang biasa dinikmati sambil ngobrol bersama keluarga atau sahabat,
maupun sendirian ini berasal dari Indonesia.

d. Pour Over

Beberapa orang ketika menyebut manual brew, akan merujuk pada teknik pour over.
Metode seduh ini meskipun terlihat sederhana, sebetulnya gampang-gampang susah.
Perlu rasio, ketrampilan tangan, dan insting yang tepat.

Teknik penyeduhan pour over dilakukan dengan mengalirkan air pada bubuk kopi pada
filter dan dripper. Aliran air yang telah melewati bubuk kopi kemudian turun ke dalam
gelas saji. Alat-alat penunjang teknik pour over yang terkenal di antaranya ada V60,
Chemex, dan Kalita Wave.

e. Vietnam Drip

Vietnam drip adalah sebutan lain dari sajian kopi susu khas Vietnam. Penyebutan itu
dikarenakan pembuatannya menggunakan saringan atau dripper yang kemudian
dikenal dengan nama vietnam dripper. Saringan atau dripper tempat bubuk kopi
diseduh itu diletakkan di atas gelas yang sudah diisi dengan susu kental manis. Lalu,
kita tinggal sabar menunggu tetes demi tetes kopi turun seluruhnya.

f. French Press

Satu lagi metode seduh kopi secara manual adalah dengan menggunakan alat yang
bernama french press. Cara penyeduhannya sama seperti kopi tubruk. Hanya
saja, french press memiliki plunger yang berperan sebagai penyaring sehingga ampas
kopi turun di dasar french press.

Kenali Jenis Kopi dari Beberapa Sudut Pandang

Ada baiknya mengenal dan memahami jenis-jenis kopi serta aneka istilah di dunia
perkopian. Dengan begitu, Anda tidak sekadar mendapatkan kenikmatan ngopi saja,
melainkan juga mendapat pengetahuan tentang seluk beluknya.

Demikianlah penjabaran mengenai jenis-jenis kopi dari beberapa sudut pandang.


Semoga bisa membantu Anda dalam mempelajari seluk beluk dunia perkopian.

Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika

1. Usia Kopi

Salah satu hal yang membedakan kopi robusta dan arabica adalah usia dari kopi itu
sendiri. Biji kopi arabica merupakan jenis kopi pertama yang pernah dikonsumsi,
sedangkan kopi robusta baru ditemukan kurang lebih 100 tahun setelah arabica.

Sehingga tak heran jika kopi Arabica mampu menguasai pangsa pasar hingga 70% di
dunia.

2. Bentuk Biji Kopi


Kalian dapat membedakan kedua jenis kopi ini dengan melihat bentuk bijinya. Biji kopi
Arabica cenderung lebih besar dan lonjong serta pipih, sedangkan biji kopi Robusta
memiliki bentuk bulat penuh.

3. Tingkat Kafein

Bagi kalian yang suka mengonsumsi kopi agar tetap terjaga di malam hari, minumlah
kopi Robusta, sebab biji kopi Robusta memiliki kandungan kafein sebesar 2,2 hingga
2,7%.

Sedangkan biji kopi Arabica hanya memiliki kandungan kafein yang lebih kecil dari
robusta, yakni sebesar 1,1% hingga 1,5% saja.
4. Kandungan Lemak dan Gula

Selain kafein, kandungan lemak dan gula yang dimiliki kedua jenis biji kopi ini sangat
berbeda. Arabica memiliki kandungan lemak dan gula yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan Robusta.

Arabica memiliki kandungan lemak hingga 60% serta memiliki kandungan gula lebih
banyak 2 kali lipat dibanding Robusta.

5. Aroma Kopi

Karena Arabica memiliki kadar asam yang lebih tinggi, Arabica memiliki aroma yang
didominasi buah-buahan, sedangkan Robusta memiliki aroma seperti kacang.
6. Rasa Kopi

Hal yang paling mendasar, dan sangat membedakan kedua jenis kopi ini adalah rasanya.
Robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi, sehingga Robusta memiliki rasa
yang pahit seperti ban yang terbakar dan meninggalkan rasa kacang di akhir.

Berbeda dengan Arabica yang cenderung asam dan memiliki rasa yang lebih manis,
bahkan tak sedikit yang memiliki sedikit rasa buah-buahan, cokelat dan kacang.

7. Jenis Penyajian

Karena kopi Arabica memiliki rasa yang kuat dan manis tanpa tambahan gula apapun,
kopi ini lebih cocok disajikan sebagai single kopi origin agar penikmat kopi dapat
merasakan rasa asli dari kopi Arabica.
Sedangkan kopi Robusta memiliki rasa yang lebih pahit, sehingga lebih cocok untuk
dijadikan sebagai bahan campuran esspresso. Jenis penyajian seperti ini cocok untuk
orang yang kurang menyukai kopi karena nantinya akan ditambahkan dengan susu dan
cream.

8. Ukuran Tanaman

Selain rasa dan bentuk bijinya, kopi Robusta dan kopi Arabica dapat dibedakan melalui
ukuran tanamannya. Tanaman kopi Robusta memiliki bentuk serta ukuran daun yang
lebih besar.

Tanaman kopi Robusta 2 kali lebih tinggi dari tanaman kopi Arabica, sehingga tinggi
tanaman kopi Robusta mampu mencapa 5 meter. Sedangkan tanaman kopi Robusta
hanya setinggi 2,5 – 5 meter saja.

9. Kandungan Asam Klorogenik

Kopi Robusta memiliki kandungan asam klorogenik sebanyak 7 hingga 10%, sementara
kopi Arabica hanya memiliki kandungan asam klorogenik sebesar 5,5 – 8% saja.

Asam klorogenik memiliki rasa yang pahit, sehingga asam ini cukup berpengaruh pada
rasa pahit yang dimiliki kopi Robusta. Selain itu, asam ini juga memiliki manfaat untuk
melindungi tanaman dari serangan hama.
10. Daerah Tempat Tanam

Kopi Arabica hanya dapt tumbuh di lingkungan yang lembab, tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin. Kopi Arabica akan tumbuh subur jika ditanam pada dataran yang
lebih tinggi sekitar 700 hingga 1.700 mdpl.

Negara-negara yang memproduksi jenis kopi Arabica adalah, Brasil, Meksiko, Kosta
Rika, Ekuador, Kolombia, Etiopia, Burundi, Rwanda dan masih banyak lagi.

Kebalikan dengan Arabica, Robusta dapat ditanam pada ketinggian 400 hingga 700
mpdl saja. Negara-negara yang terkenal memproduksi kopi Robusta adalah, Vietnam,
Brazil, Indonesia, India, Uganda, Malaysia, Madagaskar dan lainnya.

11. Kemudahan Budidaya

Jika dibandingkan, jenis kopi Robusta lebih mudah dibudidayakan ketimbang jenis kopi
Arabica. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kopi Arabica hanya dapat tumbuh
di lingkungan lembap dan tidak mampu bertahan pada perubahan cuaca yang cukup
ekstrem.

Lain halnya dengan kopi Robusta yang mampu bertahan pada cuaca yang panas sekali
pun. Kopi Robusta juga lebih mudah dikembangkan, karena lebih kebal dari hama dan
penyakit berkat kandungan asam klorogenik yang lebih tinggi.

12. Harga Biji Kopi

Karena sulit dibudidayakan, tak heran jika harga biji kopi Arabica cenderung lebih
mahal. Tak hanya sulit dibudidayakan, dalam setahun tanaman Arabica menghasilkan
lebih sedikit biji kopi dibanding biji kopi Robusta.Terlebih lagi, biji kopi Robusta
memerlukan waktu hingga 7 tahun untuk matang sepenuhnya..Nah, itu lah perbedaan
antara jenis kopi robusta dan arabika, Toppers. Meski telah begitu umum dan mungkin
sama di mata orang awam, namun sebenarnya banyak perbedaan di antara keduanya.
CARA MEMILIH GREEN BEAN YANG BAIK

Beberapa dekade yang lalu, kopi dikenal sebagai ‘minuman orang’ tua. Namun,
beberapa tahun ini, peminat kopi dari kalangan remaja, mahasiswa maupun para
pemuda meningkat. Indikasinya adalah banyaknya produk kopi instan maupun warung
kopi yang menjamur. Tersedianya secangkir kopi instan atau dari olahan barista
membuat skill memilih biji kopi mentah hilang. Pada masanya, biji kopi mentah dipilih
sendiri oleh para penikmat kopi langsung dari pasar.

Pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan apa itu biji kopi mentah, jenis-
jenisnya, dan bagaimana cara memilih biji kopi mentah yang baik. Pengetahuan ini akan
sangat membantu terutama jika anda senang traveling dan ingin memilih dan membeli
biji kopi mentah di seluruh nusantara sebagai oleh-oleh.

Biji kopi mentah atau green coffee beans adalah biji dari buah kopi masak yang sudah
dihilangkan daging buah dan cangkangnya. Biji kopi mentah tersebut telah disortir dan
dikeringkan untuk memenuhi standar mutu pasaran. Umumnya buah kopi yang dipanen
adalah buah yang merah meranum di pohon. Buah kopi umumnya disebut sebagai
cherry. Buah kopi terdiri dari empat komponen utama. Komponen buah kopi tersebut
adalah:

1. Eksokarp : kulit buah yang mengkilat dan licin


2. Mesokarp : daging buah yang berasa manis dan berair (keduanya disebut
pulp).
3. Endokarp : kulit tanduk/kulit ari kopi.
4. Biji kopi.

Source
Proses Pengolahan Buah Kopi

Pengolahan kopi dari cherry menjadi green coffee beans siap roasting terdiri dari lima
langkah.
Langkah pengolahan kopi tersebut adalah:

1. Sortasi buah (berries)


2. Pengeringan
3. Dehulling
4. Sortasi biji
5. Penyimpanan dan distribusi
Buah kopi matang yang diperoleh dari pemanenan dipilih (disortasi) sesuai
kriteria berikut:

1. Kopi yang berwarna merah tanpa cacat


2. Buah kopi tidak hampa
3. Tidak terserang serangga penggerek buah
4. Kopi yang berwarna hijau dan kopi lanang disortir dari buah kopi warna
merah
Buah kopi pilihan selanjutnya dikeringkan dengan alat pengering seperti oven dan
drying beds atau dengan penjemuran. Tujuannya adalah mereduksi kandungan air
dalam biji. Rendahnya kandungan air akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme
atau serangga penyerang pascapanen kopi.

Setelah buah kopi kering merata, proses selanjutnya adalah melakukan pengupasan biji
kopi dari pulp dan kulit tanduknya. Proses ini dilakukan secara tradisional dengan cara
ditumbuk. Namun, perkembangan teknologi memungkinkan proses pengulitan secara
cepat dan efisien dengan menggunakan mesin. Mesin ini juga sekaligus memisahkan
biji kopi dari sampah kulit tanduknya.

Setelah proses diatas, biji kopi kembali disortir berdasarkan kriteria dibawah ini:

1. Biji kopi disortir berdasarkan cara pengolahan dan jenisnya


2. Biji kopi dibersihkan dari sisa kulit tanduk dan buah kopi yang belum
terkupas
3. Biji kopi yang pecah atau cacat juga dipisahkan dari biji kopi yang utuh
Biji-biji kopi mentah terpilih selanjutnya dikemas dengan rapi pada kondisi
kelembaban yang rendah. Dengan demikian, kadar air pada pengepakan sedikit hingga
tidak memicu pertumbuhan mikroorganisme atau serangga perusak pascapanen.
Kandungan Kimia Biji Kopi

Senyawa yang menjadi sorotan dalam kopi adalah antioksidan dari keluarga fenol dan
kafein. Selain dua kelompok senyawa tersebut, biji kopi juga mengandung lipid,
karbohidrat, dan protein. Kopi juga mengandung beberapa senyawa seperti tannin,
tiamin, santin, asam sitrat, asam folat, niasin dan beberapa mineral seperti magnesium,
mangan, dan fosfor.

Tips Memilih Biji Kopi Mentah yang Baik

1. Pilih wilayah yang terletak di pegunungan tinggi. Karena kopi arabika


terbaikatau kopi lainnya umumnya berasal dari perkebunan kopi di dataran
tinggi. Misalnya kopi Kerinci dan Kopi Ijen.
2. Pilih penjual kopi di pasar yang sudah terkenal dan terpercaya agar Anda
tidak dikibuli dengan kopi mentah berkualitas rendah
3. Pilihlah biji kopi yang utuh, kering dan tidak berbau apek
Sebagai percobaan, belilah dalam jumlah kecil dan coba rasanya di rumah. Jika Anda
menemukan jenis kopi yang tepat dengan selera, baru belilah dalam jumlah yang anda
butuhkan

Jika anda tidak yakin dengan mutu dan asal kopi mentah di pasar tradisional, Anda
dapat memesan biji kopi mentah pilihan dari berbagai daerah di Indonesia secara online.
Anda juga dapat mendatangi coffee shop terdekat untuk mengetahui suplier-suplier biji
kopi mentah terpercaya mereka sebagai referensi.

Macam macam pengolahan

1. Full Washed
Proses pengolahan kopi ini menggunakan air sehingga disebut pula dengan metode
basah. Pencucian buah dilakukan untuk benar-benar menghilangkan kulit luar, daging,
dan getahnya sebelum proses pengeringan.

Caranya adalah dengan perendaman selama kurang lebih 12 jam. Pada 6 jam pertama,
kulit ucapandan daging buah dikupas secara manual maupun menggunakan mesin.
Setelah biji terbebas dari kulit dan getahnya, kemudian dibilas dan mulai dikeringkan
dengan dijemur.

Karakter rasa yang dihasilkan melalui proses pengolahan ini cenderung fruity, lebih
asam, dan ringan. Sangat cocok bagi Anda yang tidak suka rasa kopi yang berat dan
pahit.

2. Semi Washed

Metode pengolahan kopi ini hampir sama dengan full wash. Bedanya, proses pencucian
hanya sampai pada pemisahan kulit luarnya saja. Biji kopi yang masih diselimuti
lapisan getah kemudian dikeringkan bersama dengan getahnya. Pengeringannya hanya
sampai kadar air turun sekitar 30-35% saja untuk kemudian dikupas lagi hingga benar-
benar berbentuk biji. Setelah dikupas, biji ini kemudian dikeringkan lagi. Proses ini
mengurangi tingkat keasaman dan membuat karakter body lebih kuat.

3. Natural Process

Proses ini merupakan cara yang alami dan paling tua. Pengolahannya tidak
menggunakan air maupun mesin. Oleh karenanya dinamakan dengan natural
process atau proses natural.

Kopi yang baru dipanen langsung dijemur selama kira-kira dua minggu untuk
menghasilkan fermentasi alami. Setelah kering, kulit dan daging buahnya akan mudah
untuk dipecah dan dipisahkan dari bijinya/green bean. Proses ini menghasilkan
kompleksitas rasa dan variasi rasa buah-buahan (fruity).

4. Honey Process

Pada dasarnya, proses pengolahan kopi ini hampir sama dengan natural process.
Bedanya adalah sebelum dijemur, buah dikupas dan disisakan cangkangnya
(mucilage/cultivar) yang bergetah. Getah inilah kunci dari honey process, yaitu
kandungan gula dan acidity dalam getah semakin menyerap dan terkonsentrasi ketika
kopi dijemur. Oleh karenanya, karakter sweetness akan sangat tinggi dengan balanced
acidity.

Proses ini banyak dipakai di Amerika Tengah. Oleh karena getah mucilage lengket dan
menyerupai madu, mereka menyebut proses pengeringan ini dengan kata miel yang
artinya madu. Dari sinilah lahir istilah honey process.

Tingkat ketebalan getah yang menempel dan meresap pada biji saat dijemur akan
memengaruhi karakter rasanya. Semakin tipis lapisan getahnya, semakin cepat pula
getah tersebut terserap ke dalam biji. Kemudian hasil dari pengeringan ini dibedakan
menjadi tiga.

a. Yellow Honey

Lapisan getah (mucilage) pada biji kopi hanya disisakan 25%. Penjemuran dilakukan
di tempat yang tidak teduh supaya lebih cepat. Prosesnya memakan waktu sekitar 8
hari. Setelah dijemur, warna bijinya menjadi coklat kekuning-kuningan.

b. Red Honey

Lapisan getah (mucilage) pada biji disisakan 50%. Pengeringannya dilakukan di tempat
teduh sekitar 12 hari. Warnanya akan berubah jadi coklat kemerahan setelah dijemur.

c. Black Honey

Lapisan getah dibiarkan 100% menempel di biji. Pengeringan dilakukan selama kurang
lebih 30 hari. Setelah kering, warnanya akan menghitam dan memiliki rasa yang lebih
kompleks. Hal ini dikarenakan gula pada mucilage semakin banyak yang terserap ke
dalam biji.

Proses ini memakan waktu paling lama dan paling berisiko dibanding honey
process lainnya. Risiko yang dimaksud yaitu rusaknya biji karena bakteri dan jamur.
5. Natural Wine Process

Proses ini mirip dengan natural process karena menggunakan metode kering. Bedanya
adalah penjemurannya yang memakan waktu lebih lama, yakni 30-60 hari.
Disebut wine process karena proses ini menghasilkan sensasi rasa dan aroma wine yang
kuat pada kopi. Hal ini terjadi lantaran fermentasi kulit, daging, dan getah diserap oleh
biji dalam jangka waktu yang lama.

Seperti halnya proses black honey, proses ini memiliki risiko yang lebih tinggi. Kopi
yang terlalu lama dijemur menjadi mudah retak dan pecah. Inilah yang membuat harga
biji yang diproses dengan wine process menjadi mahal.

Tahap-Tahap Roasting Kopi

Setelah proses pengolahan kopi menghasilkan green bean, cerita berlanjut ke


proses roasting. Meskipun tahap pencucian dan pengeringan bisa memengaruhi
rasa, roasting pun punya andil dalam menentukan nikmatnya minuman legendaris ini.
Berikut ini adalah fase-fase roasting menggunakan mesin yang biasa dijadikan acuan.

1. Drying/Membuang Kadar Air

Umumnya, biji kopi yang sudah dikeringkan/green bean masih memiliki 7-11% kadar
air. Selama kandungan air masih ada, biji tidak akan berubah warna menjadi
kecoklatan. Tahap roasting yang pertama ini dinamakan drying. Biji akan mulai
menyerap panas mesin roasting dan menguapkan kandungan air.

2. Light Roast

Light roast merupakan fase roasting yang memiliki tingkat kematangan paling rendah.
Umumnya, suhu fase ini adalah antara 180 °C sampai 205 °C. Biji berwarna kuning
kecoklatan dan cenderung kering karena minyak belum keluar.
Akhir dari fase ini ditandai oleh first crack, yaitu letupan karena memecahnya biji-biji
kopi. Pada saat first crack mulai terjadi, saat itulah masuk pada tingkat light roast.
Berhentilah pada fase ini jika ingin rasa yang cenderung ringan dengan rasa asam kuat
serta kafein yang tinggi.

3. Medium Roast

Tahapan selanjutnya adalah memasuki tingkat medium roast. Suhunya berkisar antara
210 °C sampai 220 °C. Medium roast adalah saat berlangsungnya first crack.

Pada saat inilah terjadi yang dinamakan proses caramelization (karamelisasi). Proses
ini membentuk karakter aroma dan rasa manis.

Pada fase ini, biji kopi mulai berwarna coklat gelap. Rasa yang dihasilkan sangat
seimbang baik body maupun acidity-nya. Dibandingkan dengan light roast, kafeinnya
lebih sedikit dan teksturnya lebih kental. Fase medium roast selesai sebelum mencapai
letupan yang kedua (second crack).

4. Dark Roast

Dark roast berkisar pada suhu 240 °C di mana terjadi letupan kedua (second crack).
Biji akan berwarna coklat yang sangat gelap dan hampir menghitam. Tidak semua biji
bisa sampai pada tahap ini. Biji yang memiliki kepadatan rendah akan pecah dan
hancur.

Pada fase ini, minyak alami yang terkandung dalam biji akan keluar, sehingga
mengurangi bahkan menghilangkan karakter acidity. Body-nya tebal dan rasanya
cenderung pahit karena pada fase ini biji kopi mengalami karbonisasi.
Resting Setelah Roasting

Setelah biji kopi selesai di-roasting, jangan langsung digiling dan diseduh. Biji yang
baru saja selesai di-roasting mengandung kadar karbon dioksida yang tinggi sehingga
mempengaruhi rasanya jika dinikmati sesaat itu juga. Oleh karenanya,
perlu resting atau didiamkan beberapa saat supaya gas karbon dioksida lambat laun
berkurang dan hilang.

Dalam rentang waktu 4 jam setelah roasting, kopi sudah bisa diseduh. Namun, untuk
hasil yang lebih nikmat, lebih baik menunggu 7 hari untuk lebih mengembangkan rasa
dan aroma.

Macam -macam Alat Pembuat Kopi


Setidaknya, alat pembuat kopi dibagi menjadi dua tipe, otomatis (elektrik) dan manual.

Alat Pembuat Kopi Otomatis (Elektrik)

1. Mesin Espresso Semiotomatis


2. Mesin Espresso Superotomatis
3. Perkolasi
4. Filter Coffee Maker

Alat Pembuat Kopi Manual

1. Moka Pot
2. Rok Presso
3. French Press
4. Aeropress
5. V60
6. Chemex
7. Vietnam Drip
8. Syphon
9. Kitel /teko
10. Mil jug

Agaknya, budaya ngopi semakin membuat orang-orang lebih memperhatikan kopinya.


Tidak hanya jenis kopi yang mereka konsumsi saja, metode dan alat pembuat kopi turut
menjadi bahan perbincangan. Terlebih bagi para penggila kopi di era Third Wave
Coffee di mana orang-orang mulai mendetail soal kopi yang mereka konsumsi.

Untuk menikmati secangkir kopi, tentu tidak harus pergi ke coffee shop. Terkadang,
seseorang lebih nyaman dengan hasil seduhan yang mereka sendiri.
Demi menunjang proses penyeduhan yang dilakukan sendiri di rumah, dibutuhkan
perlengkapan kopi. Beberapa alat pembuat kopi mungkin akan dirasa asing bagi mereka
yang belum akrab dengan manual brew. Apalagi jika sudah terbiasa mengonsumsi kopi
instan.

Berikut ini adalah aneka ragam alat pembuat kopi yang perlu untuk Anda kenali.
Timbang-timbanglah mana yang penting untuk dimiliki terlebih dahulu. Jangan lupa
sesuaikan dengan bujet Anda.

Perlengkapan Membuat Kopi yang Paling Dasar

Saat kita mengunjungi coffee shop yang lumayan besar, akan berjejeran alat pembuat
kopi yang beraneka macam. Untuk penggunaan di rumah, sebenarnya tidak perlu
selengkap coffee shop. Kiranya, alat pembuat kopi yang mendasar dan perlu ada di
rumah adalah sebagai berikut.

1. Grinder Kopi

Menyimpan biji kopi secara utuh merupakan cara terbaik dalam menjaga kesegarannya.
Untuk menghasilkan cita rasa yang baik, biji kopi perlu digiling sesaat sebelum diseduh.

Coffee grinder hadir dalam dua jenis, yaitu manual dan otomatis. Grinder manual
membutuhkan tenaga tangan untuk memutar tuas penggiling.
Sementara grinder otomatis memerlukan daya listrik untuk menggiling.

Ingin manual atau otomatis, semua bergantung dengan kebutuhan dan selera.
Pilihlah grinder yang hasil gilingannya cukup konsisten. Jika ditujukan untuk coffee
shop, disarankan menggunakan grinder listrik supaya tidak kewalahan saat ramai
pelanggan.
2. Cerek /ketel / teko

Untuk menuangkan air panas ke dalam cangkir yang berisi kopi, tentu kita memerlukan
cerek atau ketel. Sebenarnya tidak ada keharusan mengenai ketel seperti apa yang
paling baik. Namun, jika memungkinkan, pilihlah ketel leher angsa karena model ini
adalah yang paling direkomendasikan.

Alat ini sangat dibutuhkan terlebih jika Anda ingin menyeduh secara manual brew,
khususnya metode pour over. Perlu ketelitian dalam manual brew. Ketel leher angsa
serta lubang yang kecil mampu mengucurkan air secara perlahan dan sedikit demi
sedikit.

Ada beberapa tipe ketel leher angsa yang tersedia di pasaran, mulai dari harga yang
menjulang tinggi, hingga yang murah. Pilihlah sesuai kebutuhan dan tentu sesuaikan
pula dengan bujet Anda.

3. Timbangan
Kita mungkin bisa mengira-ngira berapa perbandingan bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam proses penyeduhan. Namun, perkiraan tersebut terkadang kurang akurat dan bisa
menyebabkan kopi tidak terekstrak secara maksimal. Untuk mempertahankan akurasi
dan konsistensi cita rasa, maka diperlukan timbangan.

Timbangan memudahkan barista maupun pembuat kopi awam mempersiapkan proses


penyeduhan. Alat ini bisa memberikan takaran lebih akurat daripada hanya mengira-
ngira saja. Anda bisa mengukur dengan cepat banyak kopi yang diperlukan untuk setiap
seduhan.

Selain mengukur berapa banyak kopi yang dibutuhkan, timbangan juga berperan
mengukur banyak air seduhan. Terlalu banyak air akan membuat seduhan terasa
hambar. Begitu pula jika air terlalu sedikit, tentu seduhannya tidak akan mengenakkan
di lidah.

Demikianlah pentingnya timbangan atau coffee scale dalam proses menyeduh


kopi. Pilihlah timbangan digital karena ukuran yang dibutuhkan untuk menimbang kopi
hanya sebatas beberapa gram saja. Tidak harus mahal dan mewah, asal berfungsi
dengan baik akan sangat membantu.

4. Termometer

Agar hasil seduhan maksimal, suhu air yang digunakan tidak boleh
sembarangan. Merebus air terlebih dahulu lebih baik daripada menyeduh menggunakan
air yang disimpan dalam termos. Namun, air yang baru saja mendidih sebaiknya jangan
langsung digunakan untuk menyeduh.

Suhu ideal air panas untuk proses brewing ada pada kisaran 90 °C. Gunakanlah
termometer untuk mengecek suhu air tersebut.
Meskipun suhu air sangat diperhatikan, tapi memiliki termometer tidaklah wajib
hukumnya. Jika Anda tidak memiliki termometer, setelah air mendidih, diamkan
selama kurang lebih dua menit. Setelah itu baru air siap digunakan untuk proses
penyeduhan.

5. Timer

Perlengkapan kopi satu ini sama halnya dengan termometer. Keberadaannya memang
tidak wajib, tapi apa salahnya untuk dimiliki. Toh harganya juga tidak begitu mahal,
pilih saja yang sederhana dan terjangkau.

Alat ini tersedia dalam beberapa jenis. Ada yang menggunakan indikator jarum, ada
pula yang digital.

Jika Anda tidak memiliki timer, itu bukanlah sebuah masalah dan alasan tidak bisa
menyeduh kopi. Tiada rotan, akar pun jadi. Gunakan saja perhitungan detik pada jam
dinding, jam tangan, atau mungkin ponsel pintar Anda.

Pada intinya, yang terpenting bukanlah alatnya, melainkan konsep dan tujuan
perlengkapan kopi tersebut digunakan. Selama ada alternatifnya, metode apa pun sah-
sah saja.

Mesin Kopi Elektrik

Demi mencapai kemudahan dan kecepatan dalam menikmati kopi, maka diciptakanlah
alat pembuat kopi otomatis. Mesin-mesin ini memerlukan daya listrik untuk membuat
kopi menjadi minuman siap saji.
Beberapa mesin kopi elektrik pun mengalami perkembangan seiring dengan laju
peradaban yang semakin modern. Berikut ini adalah alat pembuat kopi otomatis atau
elektrik yang sering digunakan.

1. Mesin Espresso Semiotomatis

Ramainya peminat kopi membuat mesin-mesin otomatis semakin berkembang. Pada


sebuah bar di salah satu coffee shop, umumnya terdapat sebuah mesin espresso. Mesin
tersebut sangat membantu barista untuk menyajikan minuman-minuman kopi berbasis
espresso dengan cepat.

Mesin espresso hadir dalam beberapa tipe. Mulai dari yang klasik dan manual, hingga
yang profesional. Harganya pun bermacam-macam, dari harga satu jutaan sampai
ratusan juta.

Berdasarkan proses kerjanya, ada empat tipe mesin espresso. Keempat tipe tersebut
adalah super otomatis, otomatis, semi otomatis, manual, dan profesional.

Meskipun terdapat fitur-fitur otomatis, Anda tetap dapat menakar, menggiling, serta
memadatkan sendiri kopi sesuai dengan takaran kesukaan. Berbeda dengan mesin-
mesin otomatis di mana kopi bisa tersaji tanpa harus menakar dengan teknik-teknik
tertentu.

Setidaknya, mesin semiotomatis ini punya dua tipe. Pertama adalah tipe manual
control, di mana proses ekstraksi kopi bisa dihentikan secara manual sesuai keinginan.
Tipe yang kedua adalah progammable doses, yaitu secara otomatis mesin akan berhenti
sendiri begitu kopi telah mencapai takaran yang sudah diatur sedari awal.
2. Mesin Espresso Superotomatis (Bean to Cup)

Jika sebelumnya sudah dibahas mesin espresso semiotomatis, di mana Anda bisa
meracik takaran sendiri, sekarang saatnya membahas mesin bean to cup. Maksud
dari bean to cup adalah di mana proses membuat minuman kopi hanya tinggal
memasukkan biji kopi dan menekan tombol-tombol yang tersedia pada mesin.

Mesin ini secara otomatis bisa menggiling, memadatkan, serta mengekstrak kopi
hingga menjadi espresso. Dengan kata lain, alat ini bisa menggantikan tugas-tugas yang
biasa dilakukan seorang barista dalam membuat espresso. Mesin ini juga sering disebut
dengan mesin espresso superotomatis.

Cara menggunakan mesin superotomatis ini sangat simple. Anda tinggal menekan
tombol yang tersedia sesuai dengan keperluan. Kemudahan yang ditawarkan mesin
kopi espresso ini membuatnya cocok untuk penggunaan rumahan.

Rasa yang dihasilkan mesin ini mungkin tak jauh berbeda dengan kopi-kopi yang dibuat
oleh barista handal. Hanya saja, Anda tidak bisa mengeksplorasi takaran dan beberapa
teknik lainnya karena hampir semua proses dilakukan secara otomatis.

3. Pod Coffee
Satu lagi alat pembuat kopi otomatis yang desainnya modern dan merupakan salah satu
inovasi dalam dunia perkopian adalah pod coffee. Penggunaannya sangat praktis dan
tidak ribet karena menggunakan teknologi yang canggih.

Pada alat ini, Anda tidak memerlukan biji atau bubuk kopi untuk diseduh. Namun, yang
Anda perlukan adalah kapsul kopi sebagai bahan baku yang akan diolah secara otomatis
oleh mesin ini menjadi secangkir kopi. Contoh merknya yang terkenal adalah Dolce
Gusto dan Nespresso.

4. Perkolator

Perkolator berasal dari kata perkolasi yang berarti teknik membuat larutan dengan
mengalirkan pelarut melewati zat terlarut yang kemudian disaring. Kiranya,
teknik manual brew pour over seperti V60, Chemex, dan vietnam drip merupakan
aplikasi dari metode perkolasi.

Pada awalnya, cara memanaskan air dalam perkolator adalah dengan tungku atau
kompor. Namun, seiring berkembangnya teknologi, ditemukanlah perkolator yang
lebih ringkas dan otomatis, yaitu perkolator elektrik.

Bubuk kopi dimasukkan ke dalam saringan yang berada di dalam perkolator yang sudah
terisi air. Setelah itu, tinggal panaskan air dengan cara menghidupkan perkolator
tersebut dengan daya listrik. Sangat mudah bukan?
5. Filter Coffee Maker

Alat pembuat kopi tersebut dikenal dengan nama drip coffee maker atau filter coffee
maker. Biasa digunakan di restoran atau hotel sebagai penyaji kopi dalam jumlah yang
besar. Namun, ada pula coffee maker dengan ukuran kecil yang ditujukan untuk
rumahan.

Cara penggunaannya, pertama tentu siapkan takaran bubuk kopi sejumlah yang ingin
disajikan, lalu masukkan ke dalam wadah kopi pada mesin tersebut. Perbandingan kopi
dan air harus benar-benar diperhatikan. Masukkan air dengan takaran yang diinginkan
ke dalam tangki coffee maker.

Langkah selanjutnya, nyalakan mesin untuk mendidihkan air serta mengekstraksi


kopinya. Proses pembuatan kopi ini kira-kira membutuhkan waktu 10 menit. Tinggal
tunggu saja lalu matikan mesin setelah prosesnya selesai.

Alat pembuat kopi otomatis ini cenderung mengurangi tingkat keasaman pada kopi.
Penggemar kopi yang idealis soal rasa mungkin kurang suka dengan seduhan dari alat
ini.

Alat Pembuat Kopi Manual

Berbeda dengan mesin espresso atau perkolator, alat pembuat kopi manual ditujukan
untuk metode manual brew. Sesuai namanya, manual brew adalah teknik di mana
proses penyeduhan dilakukan dengan alat-alat yang dioperasikan secara manual oleh
manusia.

Meskipun tujuannya sama, yaitu menciptakan seduhan kopi yang nikmat, masing-
masing alat seduh bisa menghasilkan cita rasa kopi yang berbeda-beda. Sekalipun
takaran dan varian kopinya sama. Berikut adalah perlengkapan kopi
untuk metode manual brew yang populer.
1. Moka Pot

Moka pot merupakan alat pembuat kopi tradisional dari Italia. Alat ini diciptakan oleh
Alfonso Bialetti pada tahun 1933.

Boleh dibilang, moka pot merupakan alat pembuat espresso secara manual. Alat ini
tidak memerlukan daya listrik. Proses mendidihkan air dilakukan dengan
memanaskan moka pot di atas tungku atau kompor.

Metode ini menggunakan tekanan uap yang tinggi selayaknya membuat espresso.
Tekanan yang dihasilkan dengan alat ini cukup sederhana, air yang mendidih akan
menekan bubuk kopi yang dipadatkan hingga menembus ke saringan di atasnya. Hasil
dari proses tersebut kemudian keluar melalui corong dan memenuhi bejana bagian atas.

2. Rok Presso

Sama seperti alat pembuat kopi espresso lainnya, Rok Presso menggunakan tekanan
tinggi untuk mengekstrak kopi. Namun, bedanya dengan mesin espresso, alat ini
membuat tekanan secara manual. Caranya adalah dengan menekan kedua tuas yang
terdapat pada alat ini.

Dahulu, piranti ini dikenal dengan sebutan presso saja. Namun, seiring berjalannya
waktu, berganti nama menjadi Rok Presso.

Jika Anda tidak memiliki bujet yang cukup untuk membeli mesin espresso, alat ini bisa
jadi alternatif. Harganya cenderung lebih murah ketimbang mesin espresso listrik
dengan kualitas hasil espresso yang setara.

3. French Press

Alat pembuat kopi sederhana ini terdiri dari bejana dengan saringan di bagian atas yang
bernama plunger. Cara menyeduhnya adalah dengan mendiamkan kopi yang telah
diseduh dengan air panas dalam bejana tersebut selama kurang lebih 4 menit. Setelah
itu, tekan plunger perlahan hingga ampas kopi tertekan ke dasar.

Sangat mudah bukan? Kiranya french press ini adalah metode seduh paling sederhana
kedua setelah metode tubruk.

4. Aeropress
Alat ini diciptakan oleh Alan Adler pada tahun 2005. Ia merupakan direktur perusahaan
produk mainan untuk olah raga bernama Aerobie.

Desain aeropress memang unik dan futuristik. Materialnya yang plastik membuat alat
ini tidak gampang rusak. Cara penggunaannya mengingatkan pada french press yaitu
dengan menekan plunger.

Ada tiga bagian utama, yaitu chamber, plunger, dan cap. Aeropress memerlukan kertas
penyaring untuk menyaring bubuk kopi yang ditekan.

5. V60

Perlengkapan kopi ini diciptakan di Tokyo, Jepang pada tahun 2004 oleh perusahaan
bernama Hario. Nama V60 dipilih karena bentuknya menyerupai huruf “v” dengan
sudut 60°.

Bentuk V60 menyerupai cangkir tapi berlubang di bagian bawah. Bahan dasarnya
bermacam-macam. Ada yang dari kaca, plastik, maupun keramik.

Alat ini merupakan penunjang metode pour over, di mana sajiannya dihasilkan dari
tetes demi tetes bubuk kopi yang diseduh perlahan. Oleh karenanya, V60 membutuhkan
kertas penyaring atau filter.
6. Chemex

Pada tahun 1941, Dr. Peter Schlumbohm menemukan satu alat pembuat kopi
bernama Chemex. Ahli kimia Amerika kelahiran Jerman ini menjadi terkenal karena
temuannya.

Chemex terbuat dari kaca borosilikat. Bentuknya menyerupai labu erlenmeyer. Alat
pembuat kopi ini digunakan untuk metode pour over sehingga memerlukan filter.

7. Vietnam Drip

Vietnam dalam dunia perkopian terkenal dengan perlengkapan kopi tradisionalnya,


yaitu dikenal dengan nama vietnam dripper. Bentuknya adalah saringan yang
menyerupai gelas kecil di mana bubuk kopi akan diseduh di dalamnya. Saringan
tersebut kemudian diletakkan tepat di atas gelas saji yang sudah diisi dengan susu kental
manis.
Padatkan bubuk kopi, lalu seduh secara perlahan. Seduhan kopi akan menetes perlahan
pada gelas saji hingga tinggal ampasnya saja di dalam vietnam dripper.

Hasil seduhan dengan teknik ini dikenal dengan sebutan kopi susu ala Vietnam.
Minuman ini memiliki beberapa nama lain di berbagai tempat, di antaranya
ada vietnamese iced coffee, coffee drip, dan vietnam drip. Oleh orang-orang Vietnam
sendiri, minuman ini dikenal dengan cà phê đá.

8. Syphon

Nama lain dari alat pembuat kopi ini adalah vacuum pot. Alat seduh ini memang terlihat
berbeda dari yang lainnya. Syphon terdiri dari dua tabung yang berbeda fungsi dan cara
kerjanya.

Tabung yang berada di atas bernama hopper (corong), sedangkan yang di bawah
adalah bulb (bohlam). Bagian bulb berfungsi sebagai tempat memanaskan air hingga
mendidih. Ketika mendidih, air akan naik ke hopper.

Sementara air mendidih, bubuk kopi dimasukkan ke dalam hopper. Tunggu beberapa
menit, kemudian matikan pemanas. Hasil ekstrak kopi akan turun kembali ke bulb,
sedangkan ampasnya akan tersaring dan tertinggal pada hopper.

Mil jug

Anda mungkin juga menyukai