Anda di halaman 1dari 8

Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk.

Kopi
merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon
kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea
arabica). Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan perdagangan, karena kopi dapat diolah
menjadi minuman yang lezat rasanya. Dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran.
Badan yang dan rasa kantuk dapat hilang, setelah minum kopi panas. Lebih-lebih orang yang sudah
menjadi pecandu kopi, bila tidak minum kopi rasanya akan capai dan tak dapat berpikir. Karena kopi
menjadi bahan perdagangan, maka dalam menyukseskan Pelita ini, perkebunan kopi mendapat
kepercayaan dan tugas berat dari pe- merintah untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab
dari ber- bagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi, tetapi negaranya tidak menghasilkan,
sehingga negara tersebut harus membeli dari negara lain. Maka dewasa ini tanaman kopi lebih meluas.
Perluasan perkebunan kopi itu tidak hanya terbatas pada Perusahaan Perkebunan Besar saja, akan
tetapi justru Perkebunan Rakyatlah yang se- makin meluas. Pada tahun 1974/1975 luas areal kopi rakyat
meliputi + 90% dari seluruh areal tanaman kopi di negeri kita. Daerah-daerah yang rakyatnya banyak
menanam kopi adalah Aceh, Suma- tera Selatan/Lampung, Bali, dan Sulawesi Selatan. Sedang yang
diusaha- kan oleh Perusahaan Perkebunan Besar adalah Jawa Timur dan Jawa Te- lemah ngah; di kedua
daerah tersebut mencapai 97%. Dengan demikian yang menghasilkan bahan ekspor itu bukan hanya
Perkebunan Besar saja, tetapi tanaman rakyat pun menghasilkan bahan ekspor. Dari hasil ekspor ini,
negara dapat memperoleh uang dalam jumlah be- sar, sehingga dapat dipergunakan untuk membeli
alat-alat dan bahan-ba- han industri yang belum bisa dibuat. Di samping itu tanaman kopi juga
mempunyai fungsi sosial, sebab dengan adanya perkebunan tersebut, ber- arti memberi kesempatan
kerja bagi mereka yang memerlukan. Sebagai misal, perkebunan luasnya 1.000 ha. Kalau rata-rata setiap
ha di- perlukan seorang buruh, dan tiap buruh satu istri dengan 2-3 anak, berarti perkebunan itu dapat
memberi penghidupan tiga empat ribu orang.
Bab 2

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN KOPI (COFFEA SP)

A. Pengertian Perkebunan

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau media
tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil
tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Lahan perkebunan merupakan lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau
subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan (pertanian) dalam skala besar
dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh
tanaman industri seperti kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kelapa, teh, tebu, dan sebagainya. Ukuran luas
perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas yang dipasarkannya. Namun
demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui
sistem produksi yang diterapkannya. Ciri perkebunan yaitu menerapkan cara monokultur paling tidak
untuk setiap blok yang ada di dalamnya terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap
komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu sebelum produknya dikirim ke pembeli. Perkebunan
sendiri merupakan salah sub sektor dari pertanian yang juga memiliki peranan besar bagi sektor
pertanian dan perokonomian nasional. Tanaman perkebunan memiliki dua potensi pasar yaitu di dalam
dan di luar negeri. Tanaman perkebunan di dalam negeri dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat,
diperlukan sebagai bahan baku industri. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman perkebunan memiliki arti
ekonomi yang penting. Artinya, bila diusahakan secara sungguh-sungguh atau profesional bisa menjadi
suatu bisnis yang menjadikan keuntungan besar (Rahardi dkk, 1993).

Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber devisa sektor pertanian, penyedia
bahan baku industri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri serta berperan
dalam kelestarian lingkungan hidup. Pemerintah secara berangsur mengurangi petani yang tidak
mempunyai tanah menjadi pemilik tanah dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Pemilikan lahan
secara bertahap dilakukan dengan program Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Tujuan dilaksanakannya
pembangunan PIR adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani atau pengebun dengan jalan
pembukaan arel-areal baru kurang produktif atas lahan kritis, serta menghentikan perladangan
berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan Inti Rakyat maka petani dapat menjual komoditas hasil
kebunnya kepada pemerintah dengan harga pasaran ekspor serta kualitas komoditas terjamin
standartnya.

Potensi sub sektor perkebunan untuk dijadikan ekspor di masa-masa mendatang sebenarnya sangat
besar. Prasyarat yang diperlukan hanyalah perbaikan dan penyempurnaan iklim usaha dan struktur
pasar komoditas perkebunan dari sektor hulu sampai ke hilir. Mustahil kinerja ekspor akan lebih baik jika
kegiatan produksi di sektor hulu, pola perdagangan dan distribusi komoditas perkebunan domestik
masih mengalami banyak hambatan(
http://septianda1996.blogspot.com/2017/06/makalah-budidaya-perkebunan-kopi.html?m=).

Berbagai jenis kopi:

Walaupun jenis kopi itu banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis besarnya ada tiga jenis besar, ialah:

a. Kopi Arabika. Yang berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12 – 15 cm x 6 cm, panjang buah 1,5
cm.

b. Kopi Canephora. Daun besar, dan panjang daun lebih dari 20 cm x 10 cm bergelom- bang, sedangkan
panjang buah t 1,2 cm.

c. Kopi Liberika. Daun lebat, besar, mengkilat, buah besar sampai 2/3 cm, tetapi biji kecil.

a. Coffea arabica = Kopi Arabika Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara
asalnya kopi tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 –
2.000-an dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi baru pada
abad XV, yakni pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika pertama kali
dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman perdagangan
yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699. Bibit tanaman tersebut
didatangkan dari Yaman, yakni yang dikenal sebagai kopi varietas "typica" yang sekarang populer
dengan nama kopi Arabika varietas Arabi- ka. Dari Jawa tanaman ini dibawa ke Amsterdam pada tahun
1706. Tanaman tersebut tumbuh dan berbuah dengan baik. Dan keturunan yang baik ini oleh Wali kota
Amsterdam dipersembahkan kepada raja Louis XIV di Paris, kemudian tanaman ini di sana pun dipiara
baik-baik pula. Selanjutnya pada tahun 1718 bibit kopi dari Amsterdam juga dikirim ke Suriname. Orang
Perancis sendiri memperoleh bibit dari Suriname pada tahun 1722. Kemudian pada tahun 1727 bibit
kopi ini oleh orang Perancis dibawa ke Brasilia. Oleh keturunan Louis XIV tanaman dikirim ke Martini-
que t tahun 1720, tetapi di antara beberapa tanaman itu hanya satu pohon saja yang bisa bertahan. Dari
Martinique tanaman dibawa ke Yamaika pa-da tahun 1730 di mana tanaman tumbuh baik, "Blue
mountain".

b. Coffea canephora = Kopi Canephora Jenis kopi ini berasal dari hutan-hutan katulistiwa di Afrika, dari
pantai barat sampai di Uganda. Kopi Canephora ini dapat tumbuh baik antara 10° garis lintang Utara dan
Selatan, sampai ketinggian 1.500 m dpl. Orang-orang Afrika di Uganda dan sekitarnya yang berada di
daerah katulistiwa sebelum kedatangan orang-orang Eropa telah melakukan penanaman dengan jarak
agak sempit. Dan mereka juga mengadakan koleksi biji dari pohon liar. Pada tahun 1897, jenis kopi tadi
oleh Pierre dinamakan kopi Cane- phora. Pada waktu itu telah diadakan koleksi kopi tersebut oleh Klaine
di Gabon. Dan pada tahun 1895 di Kongo pun koleksi telah dilakukan oleh Laurent. Kemudian pada
tahun 1898 ia mengidentifikasikan kopi tersebut secara tepat sebagai kopi Canephora. Dan akhirnya
pada tahun 1900 De Wildman mempercayai bahwa kopi tadi adalah jenis baru yang dinamakan kopi
Laurenti. Bibit tanaman ini kemudian dibawa dari Kongo ke Belgia, di sana bibit tersebut disebarluaskan
oleh Linden, Direktur Pembibitan Horti- kultura Kolonial Brussel dengan nama kopi Robusta.
c. Kopi Liberika Jenis ini tumbuh baik di dataran rendah dekat Monrovia di Liberika, tetapi
penyebarannya di sana sini khususnya, di Afrika Barat hanya ber- langsung dalam waktu yang singkat
saja. Waktu kopi Arabika diserang oleh Hemileia vastatrix, jenis Liberika pun tidak resisten pula, maka
selanjutnya diganti dengan Robusta. Produksi Li- berika yang diperdagangkan secara internasional tidak
sampai 1% dari ko- pi seluruhnya. Kopi Liberika cocok di dataran rendah yang beriklim panas dan basah,
dapat hidup pada tanah yang agak kurus, dan tidak menuntut pemeliharaan yang istimewa. Joseph
Hocker, pemimpin Balai Penelitian Kew mengadakan peneliti- an kembali pada tahun 1872. Bull seorang
ahli bibit Chelsea telah menanam bibitnya pada tahun 1874. Tanaman ini sampai di Jawa dari Ceylon
tahun 1873 dan Malaya pada tahun 1875. Di Jawa, bibit yang dikembangkan di kebun Penelitian Bogor
dipergunakan untuk mengganti kopi Arabika yang hancur karena serangan Hemileia vastatrix dan
digantikan dengan hasil silang antara kopi Liberika dengan Arabika yang diketemukan pada tahun 1885,
dan kemudian kopi Canephora pada tahun 1900. Kopi Liberika disebarluaskan ke seluruh daerah tropis
dari Kew dan sekitarnya, misalnya di Trinidat pada tahun 1875. Akan tetapi sekarang, di mana-mana
jenis terse- but dianggap kurang penting jika dibanding dengan jenis yang lain.

Sejarah perkebunan kopi di Indonesia

Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia, melainkan jenis tanaman berasal dari benua Afrika. Di
muka telah dikemukakan hahwa tanaman kopi ini dibawa ke pulau Jawa pada tahun 1696, tetapi pada
waktu itu masih dalam taraf percobaan. Di Jawa, tanaman kopi ini mendapat perhatian sepenuhnya
baru pada tahun 1699, karena tanaman tersebut dapat berkembang dan berproduksi baik. Bibit kopi
Indonesia didatangkan dari Yaman. Pada waktu itu jenis yang didatangkan adalah kopi Arabika.
Percobaan penanaman ini pada mulanya berada di sekitar Jakarta. Setelah percobaan penanaman di
daerah itu ternyata berhasil baik, kemudian biji-biji itu dibagi-bagikan kepada para Bupati di Jawa Barat
untuk ditanam di daerah masing-masing; ternyata hasilnya pun baik. Hasil-hasil tersebut harus
diserahkan kepada V.O.C. dengan harga yang sa- ngat rendah, dengan penyerahan secara paksa. Maka
tanaman yang semula hanya sebagai tanaman percobaan, akhirnya menjadi tanaman yang dipaksakan
kepada para petani. Setelah diketahui bahwa tanaman kopi itu hasilnya terus meningkat, maka
perluasan tanaman terus ditingkatkan, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya tanaman itu lebih
dipaksakan lagi dengan adanya "Culturstel- sel". Mulai saat itulah banyak pengusaha yang memperluas
usahanya dalam la- pangan perkebunan, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah
usaha swasta. Selanjutnya tanaman perkebunan itu lebih besar lagi setelah dikeluarkan Undang-undang
Agraria pada tahun 1870. Perusahaan perkebunan itu bisa memperluas usahanya pada tanah milik
negara dengan jangka yang sangat panjang. Mula-mula penanaman kopi perkebunan ini banyak
terdapat di Jawa Tengah, yakni daerah Semarang, Sala, Kedu; dan di Jawa Timur terutama di daerah
Besuki dan Malang. Sedang di Sumatera terdapat di Lampung, Palembang, Sumatera Barat dan
Sumatera Timur. Sehingga sampai sekarang ini banyak perusahaan perke- bunan milik negara yang
berasal dari perusahaan-perusahaan asing. Karena meluasnya perkebunan kopi, maka hasilnya dapat
melimpah, tetapi produksi belum sampai puncaknya, tiba-tiba timbul serangan penya- kit daun yang
sangat ganas, sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Penyakit daun itu dikenal dengan
nama "Hemileia vastatrix". Hanya dalam waktu yang singkat saja, penyakit daun itu dapat menjalar ke
mana-mana. Daya upaya dari para pengusaha untuk mengatasinya, telah dilakukan namun tidak
berhasil. Serangan yang sangat parah adalah perkebunan di dataran rendah, sedang yang terdapat di
dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 - 1.700 m dpl, sampai sekarang masih bisa bertahan, misalnya
yang terdapat di pe- gunungan Ijen Jawa Timur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis
Arabika ini tidak cocok apabila ditanam di dataran rendah.

Syarat-syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Sebagian besar produksi kopi dunia adalah kopi Arabika, karena rasa dan aromanya lebih unggul,
kemudian menyusul kopi Robusta dan Liberika. Tetapi berhubung adanya persilangan yang disengaja
atau tidak di- sengaja maka timbul hibrida-hibrida baru yang tidak terhitung jumlahnya. Dari beberapa
jenis dan hibrida-hibrida tersebut dapat tumbuh pada tanah dan iklim yang berbeda-beda, maka syarat-
syarat tumbuh yang utama ada- lah tanah dan iklim.

1. Tanah

Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama:

a. Sifat fisis tanah

Sifat fisis tanah meliputi tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman kopi
berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi
menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus dan
permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang struktur/teksturnya baik adalah
tanah yang berasal dari abu gunung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian
pergiliran udara dan air di dalam tanah akan berjalan dengan baik. Tanah tidak menghen- daki air tanah
yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya kedalaman air tanah 3 m
dari permukaannya. Akar tanaman kopi mempunyai kebutuhan oxygen yang tinggi, yang berarti tanah
yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit
ditembus akar, peredaran air dan udara pun akan menjadi jelek.

b. Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan dan pH. Di atas telah dikemukakan,
bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak mengandung humus. Hal ini tak
dapat dipisah-pisahkan dengan keadaan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah
yang subur berarti banyak mengan- dung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan berproduksi. Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak asam dengan pH 5½ - 6½.
Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya
baik, dengan daun-daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman
yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor, atau yang
lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misal- nya: serbuk tulang/Ca - (PO2) + Calsium
metaphosphat/Ca (PO2). Pada umumnya tanah yang lebih asam kandungan mineralnya lebih rendah.
Walaupun syarat-syarat yang berhubungan dengan tanah itu dapat dipenuhi dengan baik, tetapi
perusahaan perkebunan kopi itu belum tentu menguntungkan, karena masih harus memperhatikan
faktor lain, terutama iklim.

2. Iklim

Faktor iklim besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi. Faktor iklim mencakup:

a. Daerah penyebaran, tinggi tempat, suhu. Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat di daerah
tropis dan subtropis yang membentang di sekitar garis equator, dan dapat hidup pada dataran rendah
sampai dataran tinggi. Hal ini sangat tergantung jenisnya. Contoh pada Kopi Arabika adalah jenis
tanaman dataran tinggi antara 1250- 1850 m dari permukaan laut.

b. Curah hujan dalam satu tahun Pengaruh curah hujan terhadap tanaman kopi, yang penting bukanlah
banyaknya, melainkan pemerataan atau pembagian curah hujan tersebut dalam masa satu tahun. Batas
minimal dalam satu tahun sekitar 1.000 – 2.000 mm, sedang yang optimal sekitar 1.750 – 2.500 mm. Di
Indonesia curah hujan mencapai 2.500 – 3.500 mm. Curah hujan yang melampaui batas tersebut juga
baik, akan tetapi bila le- tak daerah itu semakin tinggi, biasanya musim keringnya amat pendek. Padahal
musim kering yang agak panjang pun sangat diperlukan untuk memperoleh produksi yang tinggi. Kopi
Robusta menghendaki musim ke- marau yang berlangsung 3 – 4 bulan. Akan tetapi pada waktu itu
sering terdapat hujan yang cukup, sekurang-kurangnya masih ada hujan sekitar 80 mm tiap bulannya,
atau dengan frekuensi 2 atau 3 kali. Tanaman kopi memerlukan musim kering maksimal 12 bulan
sebelum ma- sa berbunga lebat; sedang masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak
melebihi 2 minggu. Sehubungan dengan keadaan hujan di musim kemarau, maka daerah-daerah
membedakan antara "daerah ba- sah" dan "daerah kering". Di daerah kering, pertengahan musim hujan
berakhir pada bulan Maret. Biasanya bulan April curah hujan sudah mulai berkurang, pada bulan Juni
dan Agustus adalah kemarau sangat kering. Curah hujan mulai meningkat lagi pada akhir bulan
November, yang merupakan permulaan musim hujan mendatang.

c. Angin Pohon kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kencang, lebih- lebih di musim kemarau.
Karena angin itu akan mempertinggi penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain
mempertinggi penguapan, angin juga dapat mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi,
sehingga dapat merusakkan tanaman di bawahnya. Untuk mengurangi kerasnya goncangan angin, di
tepi-tepi perkebunan dapat ditanami pohon penahan angin. Kecuali itu pohon pelindung juga da- pat
mengurangi derasnya goncangan angin.

d. Pengaruh iklim terhadap produksi tanaman Iklim besar sekali pengaruhnya terhadap produktivitas
tanaman kopi. Pengaruh iklim itu mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Dan
hal ini akan terasa terus pada saat bunga membuka sampai dengan berlangsungnya penyerbukan,
pertumbuhan buah muda sampai buah menjadi tua dan masak.

BAB III METODE PENELITIAN


Metode yang digunakan adalah metode empiris hasil observasi dengan teknik studi laboratorium dan
analisis deskriptif kuantitatif (ADK) untuk memberikan informasi tentang atribut yang diberikan oleh
panelis ahli dalam proses pengujian organoleptik (citarasa dan aroma). Pada penelitian ini terdapat dua
faktor perlakuan. Faktor pertama lama fermentasi (24, 36, dan 48 jam), dan faktor kedua konsentrasi
nanas (40 dan 80 %). Hasilnya akan dibandingkan dengan hasil kontrol. Metode analisis deskripttif
kuantitatif (ADK) akan memberikan uraian yang cukup bagi hasil perlakuan penelitian yang diperoleh
setelah dilakukan uji organoleptik (citarasa dan aroma) dimana atribut dari uji organoleptik berasal dari
10 panelis ahli (Cardelli dan Labuza, 2001 dalam Rita, 2012).

Bahan yang digunakan dalam pembuatan kopi bubuk fermentasi yaitu :

Buah kopi jenis Robusta,

nanas, dan

air.

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan kopi bubuk fermentasi ini meliputi:

kompor, penggorengan, bak, parut, timbangan, penumbuk, tampah, gelas ukur, pengaduk kayu, kertas
saring, gelas ukur, tanur pengabuan,oven,parut, enlemeyer, dan cawan.

Perlakuan awal pada penelitian ini adalah proses pengeringan buah kopi agar kulit luar lebih lunak. Kopi
yang kulit luarnya telah sedikit mengkerut ditumbuk hingga kulit luar buah kopi terlepas dan dicuci dari
lendirnya. Kopi yang bersih dikeringkan dengan panas matahari selama 2-3 hari. Biji kopi yang telah
mengering dibersihkan dari kulit ari dan jadilah biji beras kopi. Seperempat hasil biji beras kopi
digunakan sebagai kontrol perlakuan. Proses selanjutnya yaitu menimbang kopi dan nanas. Masing-
masing kopi ditimbang 250 gram. Sedangkan nanas 40 dan 80 %. Nanas yang telah diparut dicampurkan
pada biji kopi dan ditambahkan 100 ml air agar parutan nanas merata. Biji kopi fermentasi nanas
selanjutnya dicuci, disaring dan dikeringkan dengan panas matahari ±2-3jam. Biji kopi fermentasi yang
kering disangrai selama 25 menit dan didinginkan sejenak untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang
baik. Hasil sangraian dihaluskan dengan saringan 50 mesh dan jadilah kopi bubuk. Kopi bubuk yang
sudah jadi kemudian dilakukan pengujian yaitu meliputi kadar kafein (%), kadar air (%), kadar abu (%),
dan uji organoleptik (citarasa dan aroma)
Dafus

http://septianda1996.blogspot.com/2017/06/makalah-budidaya-perkebunan-kopi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai