Anda di halaman 1dari 14

Lensa Budaya, Vol. 12, No. 1, April 2017.

13 - 26 Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017 ISSN: 0126 - 351X

BUDIDAYA DAN PRODUKSI KOPI


DI SULAWESI BAGIAN SELATAN PADA ABAD KE-19

Ashabul Kahpi
Imagined Historia Makassar

Abstrak

Komoditi kopi telah dikenal oleh penduduk Sulawesi Selatan sejak abad ke-17. Tetapi
komersialisasi komoditi kopi baru dilakukan oleh pemerintah Hindia dengan melakukan
pemerataan penanaman kopi di daerah pegunungan di Wilayah Pemerintahan Langsung
(Gouvernements Landen) sejak tahun 1860. Kopi tersebut dibudidayakan dan diproduksi di
Bergregentschappen di Distrik Utara, Bantaeng di Distrik Selatan, Bulukumba dan Sinjai di Distrik
Timur, dan Pulau Selayar. Komoditi kopi diproduksi oleh penduduk melalui kerjasama antara
pemerintah Hindia Belanda dengan kepala-kepala kampung. Kopi yang diproduksi diekspor
melalui pelabuhan Makassar ke berbagai negara seperti Belanda, Singapura, Amerika, Prancis,
Inggris, Papua Nugini, Timor Dili, dan wilayah disekitar Hindia Belanda.

Kata kunci : kopi, budidaya, produksi, Sulawesi bagian selatan, abad ke-19

Abstract
Coffee has been known as a commodity by the inhabitants of southern Sulawesi since the 17th
century, but its commercial cultivation was only done by the encouragement Dutch colonial
government in the upland areas in the directly ruled Governments lands (bergregentschappen) since
1860. Coffee was cultivated in the upland Northern Districts, Bantaeng in the Southern Districts,
Bulukumba and Sinjai in Eastern Districts, Selayar Island where coffee was cultivated by the
inhabitants in cooperation with the governments officials and village-heads. The cultivated cofffe
was exported overseas to countries such as The Netherlands, Singapore, United States, France,
Papua Nuginea, Dili Timor, and areas around the Dutch Indies.

Keywords: coffee, cultivation, production, Southern Sulawesi, 19th century

Author correspondence
Email: kahfi713@gmail.com
Available online at http://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb1
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

PENDAHULUAN dan pada tanah subur dengan sifat tanah


Kebiasaan minum kopi mulai diperkenal- antara berpasir dengan cukup humus dan
kan bangsa Yemen, dan menyebar ke Me- dalam dengan drainase yang cukup baik.
sir, Syria, Turki dan negara-negara lain di Kawasan dengan tanah lempung dan
kawasan Timur Tengah dan menyebar tanah padas kurang cocok karena tana-
hingga ke Eropa (Siswoputranto 1993: man memerlukan tersedianya air tanah
23). Kopi telah menjadi produk minuman yang cukup, tetapi tidak menghendaki
dalam skala internasional yang digemari adanya genangan air. Kopi Arabika dapat
oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai tumbuh pada ketinggian 700-1.400 m di
dari petani, buruh, mahasiswa hingga elit- atas permukaan laut dengan suhu berkisar
elit politik. Dalam kehidupan keseharian 15-24oC dan pH tanah 5,3-6,0 dan curah
selain menyajikan rasa nikmat yang khas, hujan rata-rata 2000-4000 mm/ th dan
kopi juga menjadi salah satu minuman jumlah bulan kering 1-3 bulan/ th. Kopi
yang cocok untuk aktifitas manusia. Mu- Robusta dapat tumbuh pada ketinggian
lai dari sarapan, bersantai, bekerja, istira- 300-600 m di atas permukaan laut dengan
hat, berdiskusi atau sekedar berbincang- curah hujan 1.500-3000 mm/ th dengan
bincang dengan teman selalu didampingi suhu 24-30oC dan pH tanah 5,5-6,0. Oleh
dengan kopi. Tidak bisa dipungkiri bahwa karena itu budidaya kopi cocok dilakukan
kopi telah menjadi bagian dari hidup di kawasan antara 20o Lintang Utara dan
manusia saat ini sejak dahulu kala. Di 20o Lintang Selatan. Indonesia masuk
kota Makassar telah banyak berdiri wa- dalam kawasan ini dan mempunyai
rung kopi yang merupakan tempat wilayah yang cocok untuk budidaya kopi
berkumpul dan bersantai sambil minum (2008: 2).
kopi. Selain menjadi tempat berkumpul Saat ini Indonesia telah menjadi
dan bersantai, warung kopi di masa kini negara produsen kopi terbesar ke empat di
atau yang kini di sebut cafe, juga dijadikan dunia setelah Brasil, Kolombia dan Viet-
tempat berdiskusi dan tempat untuk men- nam (Panggabean 2011: 6). Kopi yang
jelajahi dunia internet oleh generasi muda dihasilkan di Indonesia adalah kopi
baik kalangan eksekutif maupun maha- Arabika dan kopi Robusta yang tergolong
siswa karena sebagian warung kopi dileng- mempunyai kualitas yang baik sehingga
kapi dengan jaringan internet. banyak diekspor ke negara-negara maju
Tanaman kopi merupakan genus yang merupakan negara konsumen kopi,
Coffea yang termasuk dalam familia di antaranya Amerika, Jepang, Belanda,
Rubiaceae dan mempunyai sekitar 100 spe- Jerman dan Italia (Panggabean 2011: 6).
sies. Genus Coffea adalah salah satu genus Indonesia dalam perdagangan kopi
penting yang mempunyai nilai ekonomis dunia tidak muncul begitu saja, tetapi
tinggi dan dikembangkan secara komer- mengalami perjalanan sejarah yang pan-
sial, terutama Coffea Arabika, Coffea jang dan sulit karena terlibat dalam per-
Liberica, Coffea Kanephora diantaranya kopi saingan perdagangan kopi dengan negara-
Robusta. Tanaman kopi merupakan tum- negara Afrika dan Amerika yang mem-
buhan tropik yang berasal dari Afrika. punyai pengaruh besar dalam perkopian
Meskipun kopi merupakan tumbuhan dunia, dan sampai akhirnya Indonesia
tropik, kopi memerlukan pohon naungan menjadi bagian penting dalam perkopian
dan tidak menghendaki suhu tinggi. Suhu dunia. Kopi di Indonesia tidak hanya
di atas 35oC dan suhu dingin dapat meru- penting pada masa sekarang ini tetapi kopi
sak panen dan mematikan tumbuhan di Indonesia telah menjadi komoditi da-
kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh den- gang unggulan pada masa Hindia-
gan baik pada suhu yang berkisar 15-30oC Belanda. Pada masa Hindia-Belanda kopi

14
2
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

telah menjadi komoditi utama dalam Atas kebijakan sistem cuulturstelsel


perdagangan dunia dan menjadikan Hin- 1830 penanaman kopi tidak hanya ber-
dia-Belanda sebagai negara eksportir kopi dampak di Jawa dan Sumatera, tetapi ber-
kedua setelah Brazil. dampak diberbagai daerah Hindia-
Budidaya kopi di Indonesia dilaku- Belanda termasuk di Sulawesi Selatan.
kan pertama kali pada tahun 1696 setelah Meskipun di Sulawesi Selatan sendiri ti-
VOC mendatangkan bibit kopi dari Mala- dak pernah diberlakukan sistem cuulturstel-
bar-India (Siswoputranto 1993: 25). Na- sel. Budidaya kopi mulai diperkenalkan
mun, pada masa VOC budidaya kopi ti- pada tahun 1830, tetapi tanaman kopi
dak dilakukan secara besar-besaran karena diperkenalkan oleh pemerintah Hindia
kopi hanya dijadikan sebagai alat pem- Belanda dengan melakukan kerja sama
bayaran pajak terutama di Kabupaten Pri- dengan kepala-kepala kampung untuk
angan Jawa Barat (Creutsberg dan J.T.M. mendapatkan tanah untuk dijadikan lahan
van Laanen 1987: 132), sehingga produk- perkebunan kopi yang dikelola oleh
sinya terbatas dan kesulitan untuk me- masyarakat ataupun swasta yang hasilnya
menuhi permintaan pasar dunia. Perlua- menguntungkan masyarakat. Meskipun di
san penanaman kopi baru dilaksanakan Maros di berlakukan sistem wajib tanam
setelah diterapkannya cultuurstelsel 1830 dan diberlakukan pajak untuk tanaman
yang masih mempertahankan sistem wajib kopi namun produksi kopi ini tersedia un-
tanam yang telah dilakukan oleh VOC tuk petani kopi itu sendiri. Beda halnya
sebelumnya. Perluasan areal kebun kopi dengan di Bantaeng, masyarakat Bantaeng
dilaksanakan menyeluruh di Pulau Jawa tidak diwajibkan untuk menanam kopi
dan juga mulai diperkenalkan di daerah- dan tidak dikenakan pajak tetapi perkebu-
daerah luar Jawa. Kebun-kebun kopi ini nan kopi di Bantaeng cukup terawat dan
umunya di kelola oleh pekebun-pekebun menghasilkan kopi dengan kualitas yang
pribumi, sehingga pemerintah mengha- baik.
ruskan penyetoran wajib kopi sebagai pa- Pada kenyataannya Sulawesi Sela-
jak tanah, dan pemerintah melakukan mo- tan pada abad ke-19 menjadi salah satu
nopoli perdagangan. Pada tahun 1850-an daerah pengekspor kopi terbesar Hindia
dan 1860-an sistem tanam paksa dan mo- Belanda di luar pulau Jawa, bahkan kopi
nopoli lambat laun dihapuskan tetapi ma- menjadi produk unggulan lebih daripada
sih terdapat tanam paksa walaupun dalam beras (Dias Pradadimara 2015) sehingga
bentuk yang lebih lunak (Creutsberg dan masalah produksi dan budidaya kopi di
J.T.M. van Laanen 1987: 139). Sulawesi Selatan menjadi hal yang sangat
Pada abad ke-19 Sulawesi Selatan menarik untuk di kaji sebagai bahan
telah mempunyai peranan yang signifikan penelitian.
dalam produksi dan perdagangan kopi.
Kopi di Sulawesi Selatan pada abad ke-19 METODOLOGI PENELITIAN
di produksi di Noorderdistricten Maros, Si- Dalam penelitian ini penulis mengguna-
geri dan Bergregentschappen, Pangkajene, kan metode penelitian sejarah dengan
Zuiderdistricten Bantaeng, Bakungan, menganggunakan analisis deskriptif kuan-
Sesayya, dan Oosterdistricten Bulukumba, titatif, untuk mendapatkan gambaran
Sinjai, dan Selayar. Selain kegiatan pro- mengenai keadaan kebun kopi dan pro-
duksi, juga telah terlihat aktivitas perda- duksi kopi di Sulawesi Selatan. yang meli-
gangan kopi yang mempunyai jaringan puti pencarian dan pengumpulan sumber-
perdagangan internasional yang melibat- sumber data yang sesuai dengan studi ka-
kan negara-negara besar seperti Belanda, jian penulis, yang selanjutnya merangkai
Amerika, Singapura, Inggris, dan Prancis. kumpulan data tersebut satu demi satu

15
3
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

agar membentuk suatu pemahaman yang lah itu, menyediakan lubang galian den-
rasional sehingga terdapat narasi sejarah gan diameter 60 x 60 x 60 cm dengan
yang bisa dianggap sebagai karya tulisan jarak 1,75 x 1,75 m ataupun 4 x 2 m ter-
sejarah yang ilmiah (Kuntowijiyo 2008: gantung letak dan keadaan kebun. Saat
7). Dalam penyusunannya tidak terlepas pembuatan lubang tanaman, tanah lapisan
melalui proses analisa yang kuat agar se- atas dan lapisan bawah harus dipisahkan
suai dengan tuntutan dari teori serta me- dan lubang tanaman perlu dibiarkan ter-
todologi sejarah. Sehingga nanti tulisan buka selama 1 bulan untuk mendapatkan
ini sesuai dengan prosedur penulisan se- tanah yang sehat (Siswoputranto 1993:
jarah yang berlaku secara umum. 39). Penanaman bibit sebaiknya dilakukan
Adapun metode kesejarahan yang ketika bibit kopi berumur 6-8 bulan dan
kami gunakan yaitu; (1) pemilihan topik, sebelum bibit tanaman membentuk ca-
(2) pengumpulan sumber yang relevan, bang primer. Penanaman ini baiknya dila-
(3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan kukan pada awal musim hujan, agar terja-
sumber), (4) interpretasi: analisis dan min tanaman tidak akan kekeringan.
sintesis, dan (5) penulisan. Perakaran tanaman kopi pada
umumnya relatif dangkal. Oleh karena
MASUKNYA KOPI DI SULAWESI itu, tanaman kopi memerlu tanaman pe-
SELATAN lindung untuk menjaga tanah agar tidak
Tanaman kopi telah dikenal oleh pen- terjadi erosi yang dapat menyebabkan ba-
duduk Sulawesi Selatan sejak abad ke 17 han-bahan organik yang terkandung
dari pedagang Arab yang melakukan dalam lapisan tanah paling atas tidak
perdagangan dengan kerajaan Gowa. terkikis oleh air hujan saat musim hujan
Dalam periode ini masyarakat Sulawesi tiba. Selain itu, perawatan secara intesi
Selatan mulai mengembangkan tanam juga perlu dilakukan untuk menjaga agar
kopi di gunung Lompobattang dan struktur tanah tetap terjaga baik dengan
Toraja. Hal ini diperkirakan diprakarsai bahan-bahan organik maupun tata air dan
oleh Raja Gowa dan pedagang Arab, se- udara tanahnya.
hingga pengembangannya di Toraja ber- Perawatan secara intensif ini dila-
langsung bersamaan dengan di Gowa kukan dengan cara melakukan pemangka-
(Gunung Lompobattang). Namun, komer- san pada tanaman kopi. Pemangkasan
sialisasi komoditi kopi baru dilakukan tanaman kopi terdiri dari pemangkasan
pada tahun 1830 seiring dengan pengem- bentuk, pemeliharaan, dan peremajaan.
bangan tanaman kopi yang dilakukan oleh Pemangkasan bentuk dilakukan dengan
Pemerintah Hindia Belanda cara memotong pucuk tanaman kopi agar
(Polinggomang 2005: 19). tanaman kopi tidak tumbuh terlalu tinggi
Periode setelahnya, penanaman dan juga berguna agar cabang-cabang
kopi dilakukan di dataran-dataran tinggi primer dapat memanjang kesamping. Pe-
di tanah-tanah pemerintah yang terpusat mangkasan pucuk ini juga akan mempen-
di Bergregentschappen dan Sigeri yang gatuhi pertumbuhan cabang sekunder dan
berada di Distrik Utara, Bantaeng di Dis- pertumbuhan buah. Pemangkasan pucuk
trik Selatan, Bulukumba, Sinjai di Distrik dilakukan ketika tanaman kopi berumur 3-
Timur dan pulau Selayar (arsip Koloniaal 4 tahun. Setelah pemangkasan pucuk dila-
Verslag 1860-1896). kukan, biasanya akan tumbuh tunas-tunas
baru di batang dan cabang-cabang primer.
BUDIDAYA TANAMAN KOPI. Tunas-tunas ini dapat mengurangi pro-
Budidaya kopi dilakukan dengan men- duktifitas tanaman kopi sehingga perlu
yediakan bibit kopi terlebih dahulu. Sete- dilakukan pemangkasan pemeliharaan.

16
4
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan menjadi rindang dan batang primer me-


sesuai dengan kondisi tanaman kopi. jadi kurus yang disebabkan oleh
Seperti pemangkasan terhadap tunas- kurangnya asupan hara yang dapat dis-
tunas yang tumbuh di cabang-cabang erap oleh batang primer. Tunas-tunas mu-
primer (wiwilan), pemangkasan tunas ini dah yang tumbuh dibatang primer dapat
dilakukan karena dapat mengurangi pro- tumbu dengan subur akan tetapi tunas-
duktifitas tanaman kopi. Pemangkasan tunas tersebut tidak memiliki produktifitas
berat juga perlu dilakukan apabila tunas- yang tinggi seperti batang primer. Apabila
tunas baru yang tumbuh dan berkembang dibiarkan tumbuh dengan lebat, tunas-
dengan cepat, pertumbuhan ini dapat tunas ini akan tumbuh menjadi batang
mengganngu tanaman yang lain sehingga sekunder yang dapat menurungkan pro-
perlu dilakukan pemangkasan berat. Se- duktifitas batang primer. Akibatnya, pro-
lain itu, kondisi tanaman kopi juga akan duksi kopi menjadi tidak optimal
menjadi rimbun sehingga dapat mengha- meskipun didukung dengan keadaan
langi sinar matahari untuk menyinar tana- cuaca yang baik.
man kopi yang berakibat pada matinya Selain perawatan secara intensif,
cabang-cabang primer. Selain itu, tana- keadaan tanah dan cuaca juga menjadi
man kopi yang rimbun juga menyebabkan factor terjadinya fluktuasi produksi kopi.
udara disekitar tanaman kopi menjadi Tanaman kopi memerlukan tanah yang
lembab dan menyebabkan pembusukan subur dengan keadaan yang gembur dan
pada bunga kopi. Kondisi demikian dapat sedikit berpasir karena mempunyai
menyebabkan menurunya produktifitas drainase yang cukup baik. Sehingga ada
tanaman kopi (Pangabean 2011: 69). saat musim hujan tiba, tidak terjadi genan-
Selain itu, pemangkasan perema- gan air yang dapat merusak sistem pera-
jaan juga perlu dilakukan apabila produk- karan tanaman kopi. Tanah gembur yang
tifitas tanaman kopi mulai menurun. Pe- sedikit berpasir juga dapat mendukung
nurunan produktifitas ini biasanya di se- tumbuh suburnya tanaman kopi. Keadaan
babkan oleh pohon kopi yang mulai cuaca mempunyai pengaruh yang sangat
menuah dan terserang hama penyakit. besar terhadap produktifitas tanaman,
Pemangkasan peremajaan ini dilakukan cuaca kering pada saat kopi berbunga da-
dengan 2 cara, yaitu pemangkasan selektif pat merusak bunga kopi. Angin kencang
dan pemangkasan radikal. Pemangkasan juga dapat merusak panen dan juga tana-
selektif dilakukan dengan cara memotong man kopi, angin kencang yang terjadi
bagian pohon kopi yang tidak produktif pada saat tanaman kopi berbungan dapat
atau kondisinya rusak agar dapat tumbuh merontokkan bunga kopi dan juga dapat
tunas-tunas baru. Pemangkasan radikal mematahkan cabang primer. Sementara
dilakukan dengan cara memangkas semua curah hujan tinggi dapat membuat bunga
pohon kopi yang berada dalam satu ke- kopi berguguran dan membuat biji kopi
bun. Setelah dilakukan pemangkasan yang masih mudah menjadi busuk.
maka akan tumbuh tunas-tunas baru, tu- Secara umum, kondisi alam Su-
nas-tunas yang baru tersebut akan dipilih lawesi Selatan tidak cocok untuk perkebu-
satu tunas untuk dibiarkan tumbuh dan nan kopi dalam skala besar, sehingga
menjadi batang yang lebih mudah penanaman dan pengelolahan kebun kopi
(Pangabean 2011: 73). hanya di lakukakan oleh penduduk di
Tanaman kopi yang tidak terawat daerah tertentu. Setelah di terapkannya
tumbuh tinggi dan nampak banyak tunas- Undang-Undang Agraria 1870, hanya ter-
tunas kopi yang tumbuh dengan lebatnya dapat sedikit perkebunan kopi yang di
menjadi batang sekunder. Tanaman kopi miliki oleh swasta, sangat berbeda dengan

17
5
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

apa yang terjadi di Jawa, dimana setelah olah kebun secara teratur dan selain itu
1870, banyak perkebunan kopi yang tum- tanaman kopi yang ditanam oleh pen-
buh, terutama di Jawa Timur (N.D. Ret- duduk juga dikenakan pajak (Koloniaal
nandari : 15). Verslag 1860: 684). Pembayaran pajak di
Tanaman kopi yang dibudidayakan Bergregentschappen diatur oleh pemerintah
merupakan jenis kopi Arabika. Jenis tana- dalam Indisch Staatsblad 1863 No. 165,
man ini sangat digemari oleh penikmat yang diberlakukan pada 1864, bahwa pen-
kopi, karena rasanya yang enak dan bera- duduk membayar pajak dengan uang atau
neka ragam. Rasa kopi banyak dipenga- kopi (Koloniaal Verslag 1870: 550). Pajak
ruhi oleh kandungan mineral tanah dan yang dibayar sebesar f 3 atau 12 kati pe-
tanaman yang tumbuh di sekitarnya, se- rumah tangga setiap tahunnya (Koloniaal
hingga rasa kopi diwilayah dan kebun verslag 1869: 415). Namun, pada tahun
juga berbeda-beda. Kopi jenis Arabika, 1869 jumlah pajak yang dibayar dengan
juga mudah beradaptasi disetiap wilayah, kopi naik menjadi 20 kati kopi sementara
sehingga pengembagan dan persebaran pajak yang dibayar dengan uang tidak
tanaman kopi cukup mudah dilakukan. mengalami perubahan (Koloniaal verslag
selain itu tanaman kopi Arabika juga lebih 1870: 415). Pemungutan pajak ini bertu-
digemari oleh penduduk karena pohonnya juan untuk membiayai pemeliharaan tana-
tidak tumbuh terlalu tinggi sehingga mu- man kopi, selain itu pajak ini juga diguna-
mudahkan para petani kopi untuk me- kan untuk mendukung pemerintah mela-
metik buahnya. Hingga akhir abad ke-19. kukan perluasan perkebunan kopi dan
Kopi Arabika merupakan satu-satunya peningkatan jumlah tanaman kopi
jenis kopi yang dikomersialisasikan dalam (Koloniaal verslag 1869: 415).
skala yang cukup besar. Penerapan pajak ini terbukti efektif
Selain Arabika, kopi Liberia juga untuk peningkatan jumlah pohon kopi
dibudidayakan di wilayah pemerintahan dan perluasan kebun kopi di Bergre-
langsung, namun kopi ini hanya terbatas gentschappen. Jumlah tanaman kopi men-
ditanam dalam perkebunan swasta yang ingkat secara drastis ditahun 1867 tana-
berada di Distrik Utara. Kopi Liberika man kopi mencapai 290.000 dari 67.000
tidak begitu digemari oleh penduduk pohon pada tahun 1866. Jumlah ini ke-
karena pohonnya yang tumbuh terlalu mudian meningkat lagi pada 1868. Menu-
tunggi. rut sensus 1868 jumlah pohon kopi di Ber-
Penanaman ini dilakukan untuk gregentschappen mencapai 762.000 pohon,
meningkatkan nilai ekspor kopi Hindia sementara yang berbuah 382.500 pohon
Belanda di pasar international. Penana- (Koloniaal verslag 1869: 415). Selain itu
man kopi dilakukan oleh pemerintah den- hasil sensus 1871 menyebutkan bahwa
gan menerapkan sistem wajib pajak ko- Jumlah pohon kopi di Distrik Utara, Disi-
moditi kopi, membuka lahan-lahan perke- trik Selatan dan Distrik Timur diperkira-
bunan baru serta membuka lahan pembi- kan mencapai 33.725.914 pohon dan yang
bitan sebagai tempat uji coba penanaman berbuah 23.143.366 pohon (Koloniaal ver-
kopi. Sistem wajib pajak yang dikenakan slag 1872: 187). Jumlah ini kemudian
untuk komoditi kopi ini tidak diterapkan mengalami penurunan ditahun 1872 dan
secara menyeluruh di wilayah pemerintah 1873, menurut keterangan dari Pemerin-
langsung tapi hanya diterapkan di Sigeri tah Hindia Belanda jumlah pohon kopi
dan Bergregenstchappen di Distirk Utara. Di pada tahun 1872 diperkirakan 33.445.466.
Bergregentschappen setiap keluarga di wajib- hal ini disebabkan oleh sulitnya menda-
kan oleh pemerintah Hindia Belanda un- patkan lahan yang cocok untuk tanaman
tuk menanam tanaman kopi dan mengel- kopi.

18
6
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

Dalam Koloniaal Verslag tahun 1882 Tidak hanya perkebunan penduduk


dilaporkan bahwa di Segeri yang masuk yang penanamannya diwajibkan oleh pe-
dalam wilayah di Distrik Utara juga dila- merintah, tetapi perkebunan swasta juga
kukan perluasan penanaman kopi di ikut membudidaya kopi. Kopi yang
pegunungan. Banyak penduduk yang dibudidayakan merupakan kopi jenis
awalnya menanam padi meninggalkan Arabika yang pada waktu itu sangat dige-
sawah mereka untuk membuka kebun mari oleh pasar Eropa dan Amerika. Kopi
baru di pegunungan yang dijadikan kebun Arabika dibudidayakan di perkebunan
kopi seperti yang terjadi di Regent swasta yang berada di Sesaya yang terle-
Madalle. Akibatnya, tanaman kopi di Re- tak di sebelah barat Bantaeng (sekarang
gent Madalle meningkat menjadi 120.000 berada di kecamatan Bissappu Kab. Ban-
pohon. taeng) yang pada waktu itu dimiliki oleh
Pembukaan lahan baru yang dila- seorang berkebangsaan Cina, namun
kukan oleh penduduk biasanya dilakukan perkebunan kopi ini tidak berkembang
di hutan-hutan. Penduduk saling bekerja dengan baik. Hingga akhir tahun 1860
sama untuk membabat hutan atau mem- tercatat dalam perkebunan ini terdapat
bakarnya. Setelah lahannya dibersihkan, 50.000 pohon kopi. Selain itu perkebunan
lahan tersebut dibagi dan dimiliki oleh swasta di Jampea yang dimiliki oleh orang
tiap-tiap orang, kemudian lahan tersebut Eropa juga ikut membudidayakan kopi
ditanami kopi yang masih muda. Ini dila- Arabika. Tercatat ada sekitar 80.000 po-
kukan oleh penduduk untuk mengurangi hon kopi yang dibudidayakan pada perke-
peggunaan tenaga (Koloniaal verslag 1879: bunan ini. Selain itu perkebunan ini juga
415). membudidayakan kelapa (Koloniaal Ver-
Berbeda dengan di Bantaeng, per- slag, 1860: 684).
luasan penanaman kopi dilakukan atas Setelah diberlakukannya Undang-
kerjasama dengan kepala-kepala kam- Undang Agraria 1870 yang memung-
pung, untuk mendapatkan tanah yang kinkan terjadinya sewa tanah oleh inves-
akan digunakan sebagai kebun kopi. Ke- tor asing dalam jangka waktu paling lama
bun kopi kemudian diserahkan kepada 75 tahun, banyak perkebunan kopi yang
penduduk untuk dikelola, sementara hasil- muncul di Jawa, dan tidak terkecuali di
nya tersedia bagi pemilik perkebunan. Sulawesi Selatan, misalnya perkebunan
Pemerintah juga membuka kebun untuk kopi yang terdapat di Bakungan di .
uji coba penanaman kopi di Selayar pada Perkebunan ini merupakan perkebunan
tahun 1861. Pemerintah menanam 20.000 yang disewa oleh orang Eropa. Perkebu-
pohon kopi yang tumbuh dengan baik, nan ini dibuka tahun 1878 dan mempun-
sementara itu pada tahun 1862 pemerin- yai luas 457 bau (Bau merupakan satuan
tah menambahkan tanaman kopi dengan ukur yang digunakan pada masa Hindia
melakukan penanaman 30.000 bibit kopi Belanda. 1 = 0,7096 hektar atau 1 hektar
di Selayar dan 2.500 pohon kopi di Ban- = 1,4091 bau) (Koloniaal Verslag 1883:
taeng. Tanaman kopi telah dikenal oleh 208) . Namun pada awal dibukanya, lahan
penduduk Selayar, sebelum pemerintah yang ditanami hanya 200 bau (Koloniaal
Hindia Belanda memperkenalkan tana- Verslag 1880: 194), kurang dari ½ tanah
man tersebut. Penduduk Selayar umum- yang disewa. Perkebunan ini berkembang
nya menggunakan tanaman kopi sebagai dengan baik sehingga penenanaman kopi
tanaman pagar yang ditanam di dekat di perkebunan ini mengalami perluasan
rumah-rumah penduduk. Tanama kopi tiap tahunnya. Pada tahun 1881 penena-
juga ditemukan tumbuh dengan liar di man kopi diperluas hingga 300 bau
dalam hutan. (Koloniaal Verslag 1882: 211), dan pada

19
7
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

1882 diperluas hingga 325 bau. Kemudian nan yang sama maupun suatu kawasan.
pada tahun 1883 penanaman kopi Musim panen kopi pun tidak serentak
diperkebunan ini mengalami perluasan sama waktunya, dimulai daerah bagian
hingga 350 bau, dan pada tahun 1885 barat dan disusul panen di daerah Timur
mencapai 400 bau. (Siswoputranto 1993: 49).
Di perkebunan ini pada tahun 1883 Biji kopi yang telah matang ber-
dipekerjakan 125 orang pekerja yang warnah merah hingga merah tua pada ku-
berasal dari Selayar. Mereka bekerja se- lit buahnya. Dalam satu dompolan buah
cara bergantian untuk meringankan peker- biasanya biji kopi tidak matang secara ber-
jaannya. Mereka diberi upah f (f (florin samaan. Oleh karena itu pemetikan biji
atau gulden) merupakan mata uang yang tidak diselesaikan dalam satu kali panen.
digunakan pada masa Hindia Belanda, f Tetapi dilakukan secara bertahap dengan
1= 100 sen Belanda) 8 perbulan dan diberi selang pemetikan biasanya 2 minggu
1¼ katti beras tiap harinya. Seiring den- sekali. Kopi mulai berbuah ketika beru-
gan perluasan penanaman kopi, buruh mur 4 tahun, awalnya jumlah buah kopi
diperkebunan ini juga ikut bertambah, yang dihasilkan masih sedikit. Setelah itu,
hingga tahun tahun 1885 buruh diperke- buah kopi yang dipanen terus meningkat
bunan ini menjadi 175 orang yang keban- dari panen tahun ke 2 hingga tahun ke 14
yakan berasal dari Selayar. Selain itu di (Pangabean 2011: 88).
Koetoeloe atau Batu Kassi di Distrik Pemetikan biji kopi dilaukan secara
Utara juga terdapat perkebunan kopi yang manual dengan cara memetik buah kopi
disewa. Perkebunan ini berdiri tahun 1883 satu persatu, lalu buah tersebut dimasuk-
mempunyai luas 52 bau, di perkebunan kan kedalam keranjang panen yang sudah
ini dikembangkan kopi Liberia yang pada disiapkan sebelumnya. Pemetikan biji
awal berdirinya perkebunan ini berkem- kopi yang masih hijau juga sering dilaku-
bang dengan baik (Koloniaal Verslag 1884: kan oleh petani kopi. Hal ini sangat tidak
201). Akan tetapi pada tahun 1885 kopi di baik dilakukan karena dapat menurunkan
perkebunan ini hampir seluruhnya mati mutu kopi. Biji kopi yang masih hijau juga
karena kekeringan yang di akibatkan oleh mempunyai bobot yang lebih ringan di-
musim kemarau yang berkepanjangan. bandingkan dengan biji yang sudah
Dalam koloniaal verslag 1887 dilaporakan merah. Oleh karena itu pemetikan biji hi-
bahwa kedua perkebunan sewa ini men- jau dapat menurungkan keuntungan
galami gagal panen dan perkebunan terse- hingga 20% (Pangabean 2011: 91). Pe-
but dijual tahun 1887 di pelelangan. metikan buah yang dilakukan oleh
pemilik kebun kopi biasanya dibantu oleh
PRODUKSI KOPI penduduk dari kampung lain, sehingga
Tanaman kopi merupakan tanaman musi- pada saat musim panen banyak penduduk
man yang dapat dipanen satu kali seta- dari kampung lain berdatangan untuk
hun. Musim panen mulai dari kebun- memberikan bantuan, tetapi bantuan ini
kebun kopi di Aceh, terus ke Lampung, tidak dilakukan dengan sukarela, tetapi
Jawa Barat, Jawa Tengah, bersamaan di dilakukan dengan sistem bagi hasil, buruh
Jawa Timur dan Sulawesi dan terus ke petik ini biasanya di bayar hingga 1/3 dari
Timur. Berlangsung mulai dari bulan hasil panennya (Koloniaal Verslag, 1879:
April sampai Oktober setiap tahun. Buah 206). Setelah memetik biji kopi, biji kopi
Kopi Arabika pada umumnya akan ma- kemudian dipisahkan dari kulitnya ke-
tang 8 bulan setelah pertumbuhan buah. mudian dijemur untuk dikeringkan, sete-
Buah kopi tidak matang secara serentak lah biji kopi kering, kopi tersebut selanjut-
dalam dompol buah, baik dalam perkebu- nya di giling menggunakan mesin penggil-

20
8
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

ing padi untuk membersihkan biji kopi Wilayah Pemerintahan Langsung dapat
dari kulit yang masih tersisa. Setelah itu dilihat dalam grafik 3.1.
biji kopi di jual kepedagang. Apabila kita perhatikan grafik 3.1.
Produksi kopi tidaklah tetap, dan maka kita akan melihat bahwa produksi
tidak juga mengalami peningkatan dari kopi di wilayah Pemerintahan Langsung
tahun ketahun, sehingga produksi kopi di mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
wilayah pemerintahan langsung men- Fluktuasi ini disebabkan oleh keadaan
galami fluktuasi, hal ini di sebabkan oleh cuaca yang berubah-ubah tiap tahunnya.
sifat tanaman kopi yang tumbuh dengan Cuaca yang baik dapat memicu penigka-
liar dan perkembangan buahnya sangat tan produksi sedangkan cuaca yang buruk
dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Untuk dapat menurungkan jumlah produksi.
memperoleh hasil yang optimal tanaman Seperti yang terjadi Pada tahun 1860 jum-
kopi memerlukan perawatan secara inten- lah kopi yang di produksi di wilayah pe-
sif. merintahan langsung diperkirakan menca-
Produksi kopi sangat bergantung pai 40.000 pikul (Koloniaal Verslag, 1860)
pada kondisi cuaca pada masa tanaman dan pada tahun 1861 produksi kopi men-
kopi berbunga hingga masa pertumbuhan galami penurunan hingga 7.000 pikul
dan pematangan buah, kondisi cuaca yang menjadi 33.000 pikul, jumlah ini juga ter-
kering dan basah dapat merusak buah masuk kopi yang diproduksi di wilayah
kopi dan menurungkan nilai produksi. Bone 2.000 pikul, Gowa 10.000 pikul, Si-
Selain itu, tanaman kopi juga tidak men- denreng dan Sulawesi Tengah 10.000 pi-
dapatkan perawatan secara intensif se- kul dan Mandar 500 pikul, sehingga kopi
hingga produksi kopi tidak optimal. yang diproduksi di wilayah pemerintahan
Kurang perawatan ini disebabkan karena langsung hanya mencapai 15.000 pikul
penduduk tidak memahami cara budidaya (Koloniaal Verslag, 1861). jumlah ini jauh
tanaman kopi yang baik meskipun pemer- lebih sedikit bila dibandingkan dengan
intah Hindia Belanda telah melakukan 1860 yang produksinya diperkirakan men-
sosialisasi tentang cara perawatan dan capai 40.000 pikul.
budi daya kopi. Fluktuasi produksi di Cuaca buruk terjadi ditahun 1862

Grafik 3.1 Produksi kopi di Wilayah Pemerintahan Langsung tahun 1860-1875

Sumber: data statistik ini diperoleh dari hasil analisis Koloniaal Verslag 1860-1876

21
9
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

dan 1863 yang menyebabkan penurunan tidak berdapak buruk bagi produksi kopi.
produksi, akan tetapi dalam Koloniaal Ver- Produksi kopi pada 1870 mencapai 51.200
slag tidak disebutkan adanya angka pro- pikul, jumlah ini lebih tinggi bila diband-
duksi. Cuaca buruk tersebut sangat mem- ingkan dengan 1867, 1868, dan 1869,
pengaruhi produksi kopi karena dapat yang hanya mencapai 50.000 dan 50.000
menggugurkan bunga kopi pada saat tana- pikul serta 43.650 pikul. Kopi yang dipro-
man kopi berbunga dan menyebabkan duksi tahun 1870 masing-masing berasal
buah kopi mejadi hitam sehingga produksi dari Distrik Utara 1.800, Distrik Selatan
kopi menurun. Meskipun demikian dita- 23.700 dan Distrik Timur 25.700 pikul.
hun 1862 pemerintah mengupayakan agar Produksi kopi kembali mengalami
dilakukan perawatan kopi secara intensif penurunan scara drastis ditahun 1871
melalui sosialisasi kepada penduduk. yang hanya mencapai 19.017 pikul. Penu-
Kualitas produk pada tahun 1862 cukup runan ini disebabkan oleh banyaknya ke-
baik karena tanaman kopi cukup dirawat bun kopi yang rusak di Distrik Utara, Dis-
(Koloniaal verslag, 1862). trik Selatan dan Distrik Timur yang diaki-
Cuaca yang baik untuk tanaman batkan oleh curah hujan yang tinggi yang
kopi baru terjadi ditahun 1864, produksi disertai dengan angin kencang. Ban-
kopi ditahun ini mengalami peningkatan, yaknya kebun kopi yang rusak berdampak
akan tetapi produksi ditahun 1864 tidak pada menurunya jumlah produksi kopi.
didapat di tentukan secara pasti. Semen- Di Distrik Utara kopi yang diproduksi
tara itu pada tahun 1865 produksi kopi hanya mencapai 108 pikul, di 8.051 pikul
mencapai 50.000 pikul yang didukung dan di Distrik Timur 10.858 pikul. Pro-
oleh cuaca yang sangat baik untuk tana- duksi ini jauh lebih sedikit jika dibanding-
man kopi dan pada tahun 1866 mencapai kan dengan tahun 1870. Sementara itu
60.000 pikul. Cuaca buruk yang terjadi produksi kopi ditahun 1872 mengalami
ditahun 1866 menyebabkan produksi kopi peningkatan secara signifikan hingga men-
kembali mengalami penurunan hingga capai nilai 49,400 pikul yang didukung
50.000 pikul ditahun 1867 dan ditahun oleh kondisi cuaca yang sangat mengun-
1868 juga produksinya hanya mencapai tungkan untuk produksi kopi. Kopi yang
50.000 pikul. diproduksi ini berasal dari Distrik Utara
Kondisi cuaca tahun 1869 sangat 440 pikul, Distrik Selatan 22.700 pikul,
baik untuk tanaman kopi. Akan tetapi, dan 26.160 pikul dari Distrik Timur. Se-
produksi kopi ditahun 1869 mengalami mentara itu produksi kopi ditahun 1873
penurunan hingga 6.350 pikul, sehingga mengalami peningkatan hingga mencapai
kopi yang di produksi hanya mencapai 53.776 pikul. Masing-masing kopi
43.650 pikul, hal ini disebabkan oleh diperoleh dari Distrik Utara 465 pikul, di
kurangnya perawatan kopi yang dilaku- Distrik Selatan 24.764 pikul, dan 28.547
kan oleh penduduk yang berdampak pada pikul dari Distrik Timur.
menurunya produksi kopi. Kurangnya Selain faktor cuaca, fluktuasi pro-
tenaga dan biaya perawatan menjadi ala- duksi juga dipengaruhi oleh perawatan
san penduduk untuk tidak melakukan per- tanaman kopi. Tanaman Kopi yang
awatan kopi secara intensif. Sementara dirawat dengan baik juga akan meningkat-
itu, kopi di Selayar tidak bekembang den- kan niliai produksi, selain itu kopi yang
gan baik meskipun di Selayar terdapat dihasilkan juga akan mempunyai kualitas
pegunungan dan lahan yang cocok untuk yang bai pula. Akan tetapi, petani kopi di
tanaman kopi. wilayah pemerintahan langsung tidak me-
Cuaca buruk juga terjadi ditahun lakukan perawatan tanaman kopi secara
1870, akan tetapi cuaca buruk tersebut intensif. Petani kopi merawat kebun

22
10
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

Tabel 3.1 Fluktuasi produksi kopi di Tiga Distrik 1870-1875


Produksi kopi tiap tahunnya
Wilayah Produksi
1870 1871 1872 1873 1874 1875
Distrik Utara 1,800 108 440 465 446 988

Distrik Selatan 23,500 8,051 22,700 24,764 27,175 23,276

Distrik Timur 25,700 10,858 26,160 28,547 24,010 18,956


Sumber: data statistik tersebut diperoleh dari hasil analisa Koloniaal Verslag 1871-1876

mereka dalam waktu-waktu tertentu saja, 1873, tetapi 1874 dan 1875 produksi
dan dalam waktu tertentu petani kopi ti- tertinggi terdapat di Distrik Selatan, mero-
dak melakukan perawatan tanaman kopi. sotnya produksi kopi di Distrik Timur ter-
Seperti terjadinya penurunan pro- jadi karena tanaman kopi tidak dirawat
duksi Pada tahun 1874 dimana produksi dengan baik. Sementara itu di Distrik Se-
kopi hanya mencapai 51.631 pikul dan latan tanaman kopinya cukup dirawat se-
pada tahun 1875 turun hingga 43.220 pi- hingga produksi kopi di Distrik Selatan
kul. Penurunan yang terjadi pada tahun dapat melampaui produksi kopi di Distrik
1874 disebabkan oleh kurangnya per- Timur. Distrik Utara merupakan wilayah
hatian penduduk terhadap tanaman kopi, yang paling sedikit memproduksi kopi,
sehingga tanaman kopinya tidak cukup padahal di Distrik Utara pemerintah me-
dirawat kecuali di Distrik Selatan. Hal ini wajibkan penduduknya untuk menanam
mengakibatkan produksi kopi di Distrik kopi dan tanaman kopi yang di tanam
Utara dan Timur merosot karena tanaman oleh penduduk dikenakan pajak.
kopi tidak berproduksi secara optimal
meskipun kondisi cuaca sangat baik untuk PENUTUP
perkembangan buah kopi. Hal tersebut Tanaman kopi di Wilayah Pemerintahan
juga berdampak buruk bagi produksi dita- Langsung di produksi 3 wilayah pemerin-
hun 1875 meskipun telah dilakukan per- tahan, yaitu, Distrik Utara di Bergre-
awatan tanaman kopi dengan baik tetapi gentschappen, Distrik Selatan di Bantaeng,
produksinya merosot hingga 43.220 pikul Distrik Timur di Bulukumba, Sinjai dan
saja. Kopi yang diproduksi ditahun 1874 pulau Selayar. Perkebunan kopi meru-
berasal dari Distrik Utara 446 pikul, Dis- pakan perkebunan rakyat yang pengem-
trik Selatan 27.175 pikul dan 24.010 pikul bagannya dilakukan atas kerjasama dan
berasal dari Distrik Timur. Pada Tahun dibawah pengawasan pemerintah Hindia
1875 kopi yang di produksi berasal dari Belanda. Selain perkebunan rakyat, juga
Distrik Utara 988, Distrik Selatan 23.276 ditemukan perkebunan swasta yang meru-
dan 18.956 pikul berasal dari Distrik pakan perkebunan yang disewa oleh orang
Timur. Eropa yang berada di Bantaeng. Jenis
Dari uraian tersebut dapat di lihat kopi yang diproduksi merupakan kopi
bahwa pusat produksi kopi selama 15 ta- jenis Arabika yang sangat digemari oleh
hun terakhir hanya terpusat di tiga penduduk karena tidak tumbuh terlalu
wilayah, yaitu Distrik Utara, Distrik Sela- tinggi dan sangat disukai oleh penikmat
tan dan Distrik Timur. Kopi yang dipro- kopi karena mempunyai rasa yang khas,
duksi di tiga wilayah tersebut mempunyai yang berbeda disetiap wilayah produksi.
selisih yang besar disetiap tahunya. Pro- Selain kopi Arabika juga dibudidayakan
duksi kopi yang paling tinggi terdapat di kopi Liberika tetapi budidayanya terbatas
Distrik Timur dari tahun 1870 sampai pada perkebunan swasta dan dalam jum-

23
11
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

lah yang sangat kecil. Sistem budidaya di secara optimum apabila tanaman kopi
Wilayah Pemerintahan Langsung juga tidak dirawat dengan baik karena tana-
bukan didasarkan pada cultuur stelsel man kopi akan tumbuh dengan liar. Hal
seperti yang terjadi di Jawa dan Sumatera ini terjadi di wilayah-wilayah produksi,
yang menyebabkan terjadinya monopoli karena secara umum para petani kopi ti-
perdagangan, tetapi dilakukan atas dasar dak memahamii cara budidaya tanaman
kerjasama antara Pemerintah Hindia kopi dengan baik meskipun telah dilaku-
Belanda dengan kepala-kepala kampung. kan sosialisasi cara budidaya tanaman
Di bawah pengasawan pemerin- kopi oleh pemerintahan Hindia Belanda.
tahan Hindia Belanda, perkebunan kopi di Hanya sedikti orang yang memahami cara
Wilayah Pemerintahan Langsung berke- budidaya tanaman kopi, sehingga hanya
bang dengan pesat dan menjadikan di daerah-daerah tertentu saja tanaman
Wilayah Pemerintahan Langsung Su- kopi cukup dirawat. Selain produksi, juga
lawesi Dan Daerah Bawahannya menjadi ditemukan harga kopi yang sangat fluk-
eksportir kopi terbesar ketiga di Hindia tuatif. Pada tahun-tahun tertentu harga
Belanda, setelah Jawa dan Sumatera. kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan pro-
Kopi yang diproduksi oleh petani diekspor duksi, selain itu juga dipengaruhi oleh
keberbagai negara, seperti Belanda, kwalitas kopi yang dihasilkan.
Amerika, Singapura, Francis, Inggris,
Papua Nugini, Dilli Timor, dan wilayah DAFTAR PUSTAKA
di sekitar Hindia Belanda. Kopi yang Sumber Arsip
diekpor tersebut bukan hanya kopi yang Adatrechtbundels: Bezorgd door de commis-
diproduksi di Wilayah Pemerintahan sievoor het adatrecht en uitgegevendoor
Langsung, tetapi juga kopi yang dipro- het koninklijk instituut voor de taal-,
duksi diwilayah-wilayah lain di luar
land- envolken kunde van Nederlandsch
Wilayah Pemerintahan Langsung. Selain
-Indie. 1929. XXXI: Selebes, s-
itu, pelabuhan Makassar juga melakukan
impor kopi dari Bali, Sumbawa, Lombok, Gravenhage, Martinus Nijhoff
Menado, Ternate, Ambon dan Timor Beknopt Oversigt van den Handel en de Scheep-
jumlah yang cukup kecil, karena impor vaart Te Makassar en Onderhoorighe-
yang dilakukan bukan untuk dikomsumsi den, Gedurende Het Jar 1860
tetapi untuk diekpor keberbagai negara. Beknopt Oversigt van den Handel en de Scheep-
Produksi kopi di wilayah-wilayah vaart Te Makassar en Onderhoorighe-
ini sangat fluktuatif yang disebabkan oleh den,Gedurende Het Jar 1870
faktor cuaca dan faktor perawatan tana- Kartodirdjo, Sartono, Soeri Soeroto dan
man kopi. Keadaan cuaca mempunyai Suhardjo Hatmosuprobo (redaksi).
pengaruh yang sangat besar terhadap
Ikhtisar Keadaan Politik Hindia
keadaan produksi, karena tanaman kopi
Belanda tahun 1839-1848, Jakarta:
merupakan tanaman musiman yang san-
gat bergantung pada keadaan cuaca. Apa- Arsip Nasional Republik Indonesia
bila keadaan cuaca baik, pada saat pohon Penerbitan Sumber-Sumber Sejarah
kopi berbunga hingga pematangan buah, No. 5, 1973
maka produksinya juga tinggi. Tetapi apa- Koloniaal Verslag van 1860, 1861, 1862,
bila yang terjadi sebaliknya, maka pro- 1863, 1864, 1865, 1866, 1868, 1869,
duksi akan turun. Selain faktor cuaca fak- 1870,1871, 1872, 1873, 1874, 1875,
tor perawatan juga mempunyai pengaruh 1876, 1877, 1878, 1879, 1880, 1881,
yang sangat besar terhadap tanaman kopi. 1882, 1883, 1884, 1885, 1886, 1887,
Tanaman kopi tidak dapat berproduksi

24
47
12
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

1888, 1889, 1890, 1891, 1892, 1893, bitkan atas kerja sama dengan Ju-
1894, 1895. rusan Sejarah Fakultas Ilmu Bu-
daya Universitas Gadjah Mada.
Sumber Sekunder: Kuntowijoyo. 2005. PengantarIlmuSejarah,
Anonim. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Yogyakarta: Bentang.
Poliklonal. Jakarta: Balai Besar Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah:
Pengkajian dan Pengembangan Historical Explanation, Yogyakarta:
Teknologi Pertanian Badan Peneli- Tiara Wacana.
tian dan Pengembangan Masyara- O’Malley, William J. 1988. Perkebunan
kat. 1830-1940: Ikhtisar. di dalam Anne
Asba, Rasyid. 2007. Kopra Makassar Pere- Booth, William J. O’Malley, Anne
butan Pusat dan Daerah: Kajian Se- Weidemann (Penyunting), Sejarah
jarah Ekonomi Politik Regional di Ekonomi Indonesia Jakarta: LP3ES.
Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Panggabean, Edy. 2011. Buku Pintar Kopi.
Indonesia. Surakarta: Agro Media Pustaka.
Bigalke, Terance William. 2011. Tana Parimartha, I GDE. 2002. Perdagangan
Toraja: A Social History of Indonesian dan Politik Di Nusa Tenggara 1815-
People. Singapore: NUS Press. 1915, Jakarta : Perwakilan KITLV.
Boomgaard, Peter. 2004. Anak Jajahan Pelras, Cristian. 2006. Manusia Bugis, Ja-
Belanda: Sejarah Sosial dan Ekonomi karta: Nalar.
Jawa 1795-1880, Jakarta: KITLV Pelzer, Karl J. 1985. Toean Keboen dan Pet-
dan Djambatan. ani: Politik Kolonial dan Perjuangan
Bulbeck, David, Anthony Reid, Lay Agraria di Sumatera Timur 1863-
Cheng Tan, Yiqi Wu (com). 1998. 1947, Jakarta: SinarHarapan.
Southeast Asian Exports Since The Poelinggomang, Edward L. 2004. Peruba-
14Th Century; Cloves, Pepper, Coffee, han Politik dan Hubungan Kekuasaan
and Sugar. Singapura: ISEAS. Makassar 1906-1942, Yogyakarta:
Creutzberg, Pieter. 1975. Indonesia’s Export Ombak.
Crops 1816-1940. The Hague: Mar- Poelinggomang, Edward L. 2002. Makas-
tinus Nijhoff, sar Abad XIX: Studi Tentang Kebija-
Creutzberg, Pieter. 1987. Hasil Bumi Hin- kan Perdagangan Maritim, Jakarta:
dia-Belanda Untuk Ekspor, di KPG bekerja sama dengan
dalam Pieter Creutzberg dan Yayasan Adikarya IKAPI dan The
J.T.M. van Laanen (penyunting), Ford Foundation.
Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Pradadimara, Dias. 2015. “Rice in Colo-
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. nial and Post-Colonial Southeast
Hamid, ABD Rahman. 2013. Sejarah Asia”, Paramita, 25, (1).
Maritim Indonesia, Yogyakarta: Reid, Anthony. 2004. Sejarah Modern Awal
Ombak. Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES.
Furnivall, J.S. 2009. Hindia Belanda: Studi Retnandari, N.D., dan Moeljarto Tjok-
Tentang Ekonomi Majemuk, Jakarta: rowinoto, 1991. Kopi Kajian Sosial
Freedom Institute. Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Me-
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah, dia.
Yogyakarta: Tiara Wacana diter- Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Interna-

25
47
13
Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, 12(1), April 2017

sional dan Indonesia. Yogyakarta:


Kanisius.
Spillane, Dr. James J. 1990. Komoditi kopi.
Yogyakarta: Kanisus.

Sumber Skripsi
Desi Sanda Allo. 2014. Perkembangan
Ekspor Impor Melalui Pelabuhan
Makassar pada Paruh Kedua Abad
Ke-19. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin. Makassar.

26
47
14

Anda mungkin juga menyukai