Anda di halaman 1dari 10

JURNAL

Jurnal EKONOMI
Ekonomi MANAJEMEN
Manajemen & Bisnis - Vol.&
20,BISNIS
No. 2, Oktober 2019 121
Volume 20, Nomor 2, Oktober 2019
P-ISSN: 1412–968X
E-ISSN: 2598-9405 Hal. 121-129

KOPI PAPUA: STRATEGI PEMBERDAYAAN


ORANG ASLI PAPUA DALAM INDUSTRI KREATIF
DI ERA OTSUS PAPUA

ELISABETH LENNY MARIT


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Papua, Manokwari

This paper aims to illustrate Papuan coffee made by indigenous Papuans (OAP)
as part of creative industries in the era of Special Autonomy Papua. The facts show
that 96 percent coffee plantation in Indonesia is a coffee plantation owned by around
1.7 million farmers families in Indonesia with production of about 0.72 tons per
hectare. Based on the above description, half the coffee in Papua need revitalization
because the coffee crop is not productive. The total area of ​​coffee is 9,400 hectares
in Jayawijaya, Tolikara, Puncak Jaya Lanny Jaya, Dogiyai, Deiyai ​​and Paniai, 50
percent are unproductive. In terms of planting area is indeed an increase of 100 to
200 hectares per year. However, from the production side, Papua’s coffee is only
1,900 tons per year or the productivity of coffee is only 300 kilograms per year. The
development of creative industries through Papuan coffee aims to (1) encourage the
creation of the creative and socio-cultural sectors of the nation in the dignified Papua
Land, and (2) contribute to the productivity of Papuan coffee.

Keywords: Papuan Coffee, Empowerment, Creative Industries


122 ELISABETH LENNY MARIT

PENDAHULUAN Mengacu pada gambaran di atas, memasuki


era Otsus Papua, begitu banyak aliran dana dalam
Pembangunan suatu daerah haruslah men- bentuk bantuan pangan dan subsidi hidup serta
cakup tiga inti nilai, yakni (1) Ketahanan (suste- perbaikan infrastruktur yang terus dikucurkan un-
nance), kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tuk pengembangan Orang Asli Papua. Akan tetapi,
pokok (pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) masalah baru yang timbul yakni ketergantungan
untuk mempertahankan hidup; (2) Harga Diri Orang Asli Papua makin besar terhadap bantuan
(Self Esteem), pembangunan haruslah memanu- langsung. Kondisi ketergantungan ini berdampak
siakan orang. Dalam arti luas pembangunan suatu juga pada kebun kopi yang akhirnya hanya dirawat
daerah haruslah meningkatkan kebanggaan se- oleh para petani yang tak lagi muda, lahan tanam
bagai manusia yang berada di daerah itu; dan(3) baru terlantar, dan produktivitas kopi menurun
Freedom from servitude, kebebasan bagi setiap in- jauh, serta setengah lahan kopi di Papua butuh
dividu suatu negara untuk berpikir, berkembang, revitalisasi. Penyebabnya karena tanaman tidak
berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi produktif. “Total luasnya 9.400 hektar di Jayawi-
dalam pembangunan (Kuncoro, 2004:63). jaya, Tolikara, Puncak Jaya Lanny Jaya, Dogiyai,
Atas dasar nilai di atas, maka Undang-undang Deiyai, dan Paniai. Namun, 50 persen tak produk-
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus tif”. Dari sisi luas tanam memang terjadi pening-
bagi Provinsi Papua lahir sebagai bentuk legiti- katan 100 hingga 200 hektar per tahun. Namun,
masi nilai atas Orang Asli Papua (OAP). Undang- dari sisi produksi, kopi Papua hanya 1.900 ton per
undang Otsus Papua itu sendiri merupakan suatu tahun. Produktivitas kopi hanya 300 kilogram per
kebijakan yang bernilai strategis dalam rangka tahun (lihat Kompas, 18 April 2018:25). Selain itu,
peningkatan pelayanan (service), dan akselerasi rantai perdagangan kopi di banyak daerah masih
pembangunan (acseleration development), serta menyisakan beragam persoalan. Di mulai dari be-
pemberdayaan (empowerment) seluruh rakyat di sarnya kuasa tengkulak hingga keterbatasan akses
provinsi Papua, terutama orang asli Papua. Prin- pasar bagi petani. Kondisi itu menyebabkan petani
sip keberpihakan yang tertuang dalam kebijakan sulit sejahtera.
undang-undang di atas, diharapkan dapat mengu- Uraian di atas mengantarkan kita pokok
rangi kesenjangan antar provinsi Papua dengan masalah berikut; rendahnya produktifitas petani
propinsi-propinsi lain dalam wadah Negara Ke- kopi di hulu bahkan kebun-kebun kopi di penjuru
satuan Republik Indonesia, serta akan memberi- tanah air tak terawat, kapasitas petani rendah, tidak
kan peluang bagi orang asli Papua untuk berkiprah ada regenerasi (kaderisasi petani kopi). Sehingga,
di wilayahnya sebagai pelaku sekaligus sasaran diperlukan gerakan bersama agar kopi Indonesia
pembangunan. Legitimasi tersebut tertuang dalam bisa kembali menguasai pasar dunia seperti pada
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 abad ke-18, nusantara menjadi pemasok terbesar.
Nomor 135 dan Tambahan Lembaran Negara Ta- Semangat bertindak lokal dan berpikir global (act
hun 2001 Nomor 4151 (bdk., Marit, 2017) locally, think globally) menjadi titik awal untuk
Fakta saat ini berdasarkan data dari Direktorat membangkitkan gerakan bersama yang diawali
Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Re- dari hulu. Hulu nusantara yakni Papua sebagai
publik Indonesia bahwa sebanyak 96 persen ke- awal untuk memulai gerakan bersama kembali
bun kopi di tanah air merupakan kebun kopi rak- menguasai pasar dunia dengan produk kopi. Gera-
yat yang dikelola sekitar 1,7 juta keluarga petani. kan bersama membutuhkan berbagai strategi,
Hampir semua petani tak menerapkan pola tanam salah satunya strategi pemberdayaan Orang Asli
baik karena kekurangan modal, tenaga, dan ilmu. Papua (pengusaha) kopi dalam industri kreatif.
Hasilnya dengan luasan yang hampir sama dengan Kajian ini tidak mengulas tuntas pengelolaan
Vietnam, Indonesia hanya dapat memproduksi kopi Papua dari hulu hingga ke hilir, namun han-
sekitar 0,72 ton per hektar. Hasil kopi Vietnam ya berupaya mengulas salah satu sisi pengelolaan
dapat mencapai dua kali lipat dan Brasil lebih dari kopi Papua yang dikelola oleh orang asli Papua
tiga kali lipat (Kompas, 18 April 2018:24). (OAP) dalam dunia Industri kreatif, secara khu-
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 20, No. 2, Oktober 2019 123

sus melihat pemberdayaan orang asli Papua yang dangan UNICEF dalam Gitosaputro dan Rangga
bergerak pada usaha merek dagang pada kemasan (2015:27-28) pendekatannya bertumpu pada
kopi Papua yang dihasilkan atau diproduksi di risiko di keluarga, kebutuhan dan hak-haknya
Papua. Selain itu, kajian ini ingin mengungkap dalam rangka menentukan prioritas dan strategi
keberadaan pengelolaan industri Kopi Papua pada pembangunan. Selain itu, menurut teori ilmu jiwa,
era Otonomi Khusus Papua mendapat proporsi da- manusia memiliki berbagai daya, yakni daya atau
lam pengembangan industri kreatif serta menjadi kekuatan berfikir, bersikap, dan bertindak. Daya-
salah satu ciri identitias dan memberi ruang ke- daya itulah yang harus ditumbuhkembangkan
bebasan bagi orang asli Papua (OAP) untuk ikut pada manusia dan kelompok manusia agar ting-
berpartisipasi dalam pembangunan nasional. kat berdayanya optimal untuk mengubah diri dan
lingkungannya. Pemberdayaan masyarakat pada
DESKRIPSI KONSEPTUAL hakekatnya adalah sama dengan pembangunan
masyarakat. Pembangunan selama ini telah mela-
Kopi Papua hirkan sejumlah “pelayanan kepada masyarakat
Kopi Papua dalam tulisan ini terdiri atas dua sementara itu pembangunan yang berorientasi
acuan, yakni (1) kopi Papua merupakan istilah pemberdayaan masyarakat akan melahirkan
yang digunakan untuk menyebut brand (merek) “masyarakat kedalam layanan”. Memberdaya-
bagi kopi Papua yang telah diproduksi, dikemas, kan masyarakat bukan sekedar: “memobilisasi
dan disaji dalam dunia industri kreatif. Kopi Pap- masyarakat untuk ambil bagian”; melainkan un-
ua memberi konsep atau image tentang nama besar tuk “mengejar jaringan kemitraan”. Fokus pem-
kopi Papua agar dapat memenangkan persaingan berdayaan masyarakat berorientasi pada keluarga.
di tengah pasar kopi nusantara, dan (2) sebagai Pemberdayaan ini berisikan: (1) membangun ka-
sebuah produk perkebunan yang dibudidayakan, pasitas internal keluarga (pengetahuan, ketrampi-
diolah, dan diproduksi langsung dari Tanah Papua. lan, sikap, dan sebagainya); (2) mengubah keper-
Pekebunan kopi Papua, tersebar di wilayah pegu- cayaan dan perilaku yang menghambat kemajuan
nungan Papua dengan iklim sejuk di ketinggian (perkawinan usia dini, pelanggaran disiplin, dan
1400 meter di atas permukaan laut. Spesies kopi kriminalitas); (3) memperkuat nilai-nilai tradis-
di dunia lebih dari 90 spesies. Dari seluruh spesies ional yang kondusif untuk pembangunan (gotong
kopi hanya 25 yang paling komersial untuk buah, royong, rasa hormat), dan penyaringan nilai-nilai
dan hanya 4 spesies yang memiliki posisi terke- baru.
muka dalam perdagangan biji kopi, yaitu arabica, Dari konsep di atas, dapat disimpulkan 4 (em-
robusta, liberica dan excelsa (Raharjo, 2012:12). pat) hal mendasar yang perlu dilakukan sebelum
Kopi Papua terdapat 2 spesies yang terkenal yakni menerapkan strategi pemberdayaan dan memban-
arabica dan robusta yang berhasil di budidayakan gun kemitraan bagi masyarakat dan keluarga; (1)
di Papua sejak zaman Belanda di Indonesia hingga temu kenali masyarakat yang perlu diberdaya-
saat ini. kan, (2) klasifikasi kelompok sasaran yang da-
pat mengembangkan kemitraan, (3) membangun
Taksonomi dan Klasifikasi Kopi mekanisme yang dapat menjamin masyarakat
Tanaman kopi memiliki klasifikasi tersendiri yang tersisih (marjinal) misal: kuota OAP dalam
didalam dunia flora. Adapun klasifikasi dari tana- program pemberdayaan yang akan dilakukan, (4)
man kopi sebagai berikut: Kingdom: Plantae, inventarisir unit-unit organisasi lokal yang ada,
Phylum: Spermatophyta, Class: Angiosperma, disesuaikan untuk mewadahi agar ikut dalam pros-
Order: Gentianales, Family: Rubiaceae, Subfam- es terbentuknya struktur-struktur baru. Proses pem-
ily: Ixoroideae, dan Genus: Coffea (Panggabean, berdayaan masyarakat (community empowerment)
2011:16). merupakan upaya membantu masyarakat untuk
mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga
Strategi Pemberdayaan bebas dan mampu untuk mengatasi masalah dan
Konsep Pemberdayaan masyarakat dalam pan- mengambil keputusan secara mandiri.
124 ELISABETH LENNY MARIT

Strategi Pemasaran mendorong terciptanya sektor ekonomi kreatif


Konsep paling pokok yang melandasi pemasa- dan sosial budaya bangsa yang bermartabat.
ran adalah kebutuhan berkembang menjadi suatu Sejalan dengan pengembangan industri kre-
keinginan mengonsumsi suatu produk dengan atif, maka lingkup kegiatan dari industri kre-
ciri khas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam usaha atif berdasarkan acuan Departemen Perdagangan
pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan (2008:4) sedikitnya terdiri atas14 sektor, yaitu: (1)
barang/ jasa dari tangan produsen ke tangan kon- Periklanan, (2) Arsitektur, (3) Pasar Barang Seni,
sumen saja dengan sistem penjualan, tetapi ban- (4) Kerajinan (handicraft), (5) Desain, (6) Fash-
yak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam keg- ion, (7) Film, video,dan fotografi, (8) Permainan
iatan pemasaran. Penjualan hanyalah salah satu interaktif, (9) Musik, (10) Seni pertunjukan, (11)
dari berbagai fungsi pemasaran. Apabila pemasar Penerbitan dan percetakan, (12) Layanan komput-
melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengi- er dan piranti lunak, (13) Radio dan Televisi, dan
dentifikasi kebutuhan konsumen, mengembang- (14) Riset dan Pengembangan.
kan produk dan menetapkan harga yang tepat, Sebagian besar cakupan ekonomi kreatif terse-
mendistribusikan dan mempromosikannya secara but merupakan sektor ekonomi yang tidak mem-
efektif, akan sangat mudah menjual barang-ba- butuhkan skala produksi dalam jumlah besar.
rang tersebut. Tidak seperti industri manufaktur yang berorien-
Kasmir (2016:188) mengatakan bahwa ada tasi pada kuantitas produk, industri kreatif justru
empat strategi bauran pemasaran (Marketing Mix lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil
Strategy) yakni: strategi produk, strategi harga, menengah. Salah satu alasan pengembanan indus-
strategi lokasi dan distribusi, dan strategi pro- tri kreatif adalah adanya dampak positif yang akan
mosi. Berkaitan dengan fokus, tulisan ini melihat berpengaruh pada kehidupan sosial, iklim bisnis,
bagaimana strategi produk kopi dalam industri peningkatan ekonomi, dan juga berdampak pada
kreatif,nampak melalui kreatifitas menciptakan citra suatu kemasan. Unsur utama industri kre-
merek dagang bagi kopi yang diproduksi di Papua. atif adalah kreativitas, keahlian, dan talenta yang
Dalam Kasmir (2016:190) merek merupakan sua- berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui
tu tanda bagi konsumen untuk mengenal barang penawaran kreasi intelektual pada sebuah produk.
atau jasa yang ditawarkan. Pengertian merek ser-
ing diartikan sebagai nama, istilah, simbol, desain, DESKRIPSI TEORITIS
atau kombinasi dari semuanya. Agar merek mu-
dah dikenal masyarakat, penciptaan merek harus Teori Ekonomi Kreatif
mempertimbangkan faktor-faktor berikut: mudah Pertumbuhan ekonomi kreatif sangat ditentu-
diingat, terkesan hebat dan modern, memiliki arti kan oleh pengembangan industri kreatif. Industri
(dalam arti positif), menarik perhatian. kreatif sebagai penggerak utama sektor-sektor
ekonomi kreatif kekinian di Indonesia. Strategi
Orang Asli Papua pengembangannya menurut Suparwoko (2010:60)
Orang Asli Papua menurut Undang-undang dapat berupa: (1) meningkatkan peran seni dan bu-
Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus daya, (2) memperkuat keberadaan kluster-kluster
bagi Provinsi Papua adalah orang yang berasal industry kreatif, (3) mempersiapkan sumber daya
dari rumpun ras Melanesia yang terdiri dari suku- manusia yang kreatif, (4) melakukan pemetaan
suku asli di Provinsi Papua dan/atau orang yang aset yang dapat mendukung munculnya ekonomi
diterima dan diakui sebagai orang asli Papua oleh kreatif, (5) mengembangkan pendekatan regional,
masyarakat adat Papua (Bab I, Pasal 1, butir t). yaitu membangun jaringan antarkluster-kluster in-
dustri kreatif, (6) mengidentifikasi kepemimpinan
Industri Kreatif (leadership) untuk menjaga keberlangsungan dari
Industri kreatif di Indonesia mulai ekonomi kreatif, termasuk dengan melibatkan un-
berkembang sejak dicanangkan tahun 2009. sure birokrasi sebagai bagian dari leadership dan
Pengembangan industri kreatif negara bertujuan facilitator,(7) membangun dan memperluas jarin-
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 20, No. 2, Oktober 2019 125

gan di seluruh sektor,dan (8) mengembangkan dan Saat itu, kebanyakan petani belum mempunyai
mengimplementasikan strategi, termasuk menso- ketrampilan mengolah kopi. Distribusi biji kopi
sialisasikan kebijakan terkait dengan pengemban- bermuara ke sebuah usaha pengolahan kopi yang
gan ekonomi kreatif dan pengembangan wisata dikelola pengusaha Tionghoa. Salah satu pabrikn-
kepada pengrajin. ya ada di Wamena. Dari situlah olahan menjadi
bubuk kopi disebar ke warung-warung lokal. Se-
Teori Identitas lebihnya dipasok ke Jayapura dan Jakarta. Pada
Dalam Meganingrum dan Fauziah (2017), He, tahun 1970-an hingga 1980-an, Moanamani men-
Li, & Harris menunjukkan bahwa perspektif iden- jadi produsen kopi Papua. Satu generasi Papua di
titas sosial mendukung penelitian tentang motif lembah Kamuu akhirnya tidak lagi mengenal kopi
konsumen sebagai sarana untuk mengekspresikan sebagai bagian dari penyangga hidup (Kompas, 25
diri, peningkatan harga diri. Selanjutnya, Bernard, April 2018:25). Kopi yang masuk di Modio (salah
Hett, & Mechtel, dalam penelitiannya menyatakan satu wilayah pedalaman pegunungan tengah, yang
bahwa individu memutuskan bergabung dengan pertama kali dimasuki misionaris) adalah Arabika
kelompok sosial yang sesuai dengan dirinya dan varitas Typika merupakan varitas yang pertama
dapat meningkatkan status sosialnya. kali didatangkan VOC ke Java pada abad ke-17
nyaris hilang varitasnya di Jawa justru banyak
PEMBAHASAN ditemukan di Pegunungan Tengah Papua yang
beriklim sejuk di ketinggian1.400 meter di atas
Sejarah Kopi di Papua permukaan laut. Pohon-pohon kopi typika tumbuh
Papua sudah menjadi daerah penghasil kopi baik di pegunungan itu.
ternama sejak tahun 1950-an. Ratu Wilhelmina Sejarah kopi Papua menegaskan bahwa kopi
bahkan pernah mebuat kesepakatan tentang hasil Papua memiliki peluang karena cita rasa kopi
perkebunan termasuk kopi dari pulau itu. Sem- Papua memiliki khas (ciri tersendiri) bagi penik-
pat redup, kini geliat kopi Papua terlihat lagi. mat kopi di Tanah Air, karena satu varietas dari
Ada kemungkinan kopi dibawa oleh Pemerintah satu spesies terkemuka di dunia ternyata masih
Belanda atau misionaris yang bertugas di Papua. berlimpah di wilayah pegunungan tengah Papua,
Koran The Sumatera Post 20 April 1929, dan ko- saat wilayah lain di nusantara mulai kehilangan
ran Het Nieuws 11 Maret 1929, dan dokumen lain varitasnya.
menyebutkan penanaman kopi robusta dilakukan
oleh Zending DC Bout di Ambaidiru, Kepulauan Strategi Pemberdayaan Orang Asli Papua
Yapen. Arabika diperkirakan terlebih dahulu melalui Kopi Papua
masuk di tahun 1890-an. Setelah Perang Dunia Strategi pemberdayaan orang asli Papua
II, Belanda menggiatkan pembangunan Papua, (OAP) telah diamanatkan dalam Undang-Undang
termasuk budidaya kopi. Pusat pembibitan dan se- Otonomi Khusus Papua tentang proteksi terhadap
kolah pertanian dibangun di Sentani. Penanaman orang asli Papua yang diatur dalam beberapa pera-
kopi pun meluas ke sejumlah daerah. Tahun 1956 turan perundang-undangan, yaitu Peraturan Daer-
naik menjadi 100 ton. Lalu, tahun 1959 naik men- ah Khusus tentang Kewenangan Khusus dalam
jadi 970 ton. Pengembangan kopi terus berlanjut. rangka pelaksanaan Otonomi Khusus Papua. Da-
Masuknya kalangan misionaris sekaligus mem- lam rancangan Perdasus tersebut terdapat bebera-
perluas jelajah kopi di tanah itu (Papua). Mereka pa ketentuan yang memberikan perhatian khusus
membawa kopi di Lembah Kamuu hingga Paniai. kepada Orang asli Papua, mencakup dua hal, yak-
Di sana warga mendapatkan bantuan pangan dan ni (1) Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Orang
bibit kopi dari kalangan misionaris. Pasar kopi Papua, dan (2) Pemberdayaan di Bidang Usaha
pun terbuka karena hasil panen diangkut lewat Jasa, Industri dan Perdagangan.
pesawat-pesawat yang mengantar para misionaris Berkaitan dengan Kopi Papua sebagai up-
bertugas. Kopi pun masuk ke Lembah Baliem, aya pemberdayaan orang asli Papua dalam du-
ditanam sekitar Kali Baliem (Sungai Baliem). nia industri kreatif di era Otsus Papua, Samsul
126 ELISABETH LENNY MARIT

(2007:18-19) mengemukakan beberapa hal pent- fasilitas pasar yang memadai; (c) Penyediaan lahan
ing yang dapat dijadikan strategi kebijakan pem- pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan
berdayaan orang asli Papua sebagai berikut. Per- yang didukung dengan fasilitas pendukung yang
tama, Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Orang memadai; dan (d) Kemudahan untuk memperoleh
Papua yang mencakup: (1) Pemberdayaan bagi modal usaha melalui kredit lunak yang dilakukan
pengusaha orang asli Papua, (2) Penyediaan sa- oleh lembaga perkreditan perbankan atau lembag
rana dan prasarana pendukung ekonomi berupa penjamin keuangan yang disediakan oleh Pemer-
fasilitas pasar khusus bagi orang asli Papua, (3) intah Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.
Penyediaan lahan pertanian, perkebunan, peter- Keberpihakan di era otsus Papua diharapkan
nakan dan perikanan bagi orang asli Papua yang dapat menopang strategi pemberdayaan Orang
didukung dengan fasilitas pendukung yang me- Asli Papua (OAP)menjadi pengusaha kopi. Setiap
madai, (4) Kemudahan untuk memperoleh modal strategi hebat perlu memiliki fokus. Fokus OAP
usaha melalui kredit lunak yang dilakukan oleh yang akan diberdayakan adalah keluarga petani
lembaga perkreditan perbankan atau lembaga Kopi yang memiliki komitmen untuk berusaha
penjamin keuangan yang disediakan oleh Pemer- dan membangun kemitraan.
intah Provinsi dan atau Kabupaten/Kota, dan (5) Selanjutnya, upaya yang dapat dilakukan un-
Pembentukan atau penyediaan lembaga penjamin tuk memberdayakan OAP petani kopi, dituang-
keuangan di tingkat kampung yang selain berfung- kan dalam beberapa program, sebagai berikut :
si mengatur sirkulasi uang di tingkat kampung, (1) Membangun Kapasitas Petani Kopi, Petani
juga menjamin kredit usaha yang merupakan kopi OAP yang memiliki komitmen memiliki
modal usaha bagi orang asli Papua melalui Lem- usaha kopi diberikan pelatihan pengetahuan kopi,
baga Prekreditan Kampung (LPK) atau dengan pelatihan ketrampilan mengolah kopi, pelatihan
nama lain yang di tingkat kampung. Dalam hal mendesain kemasan yang menarik, pelatihan
ini lembaga penjamin keuangan yang dimaksud menggunakan alat moderen untuk kepentingan
dibentuk dan dibiayai oleh Pemerintah Provinsi meningkatkan produktifitas; (2) Mengubah Per-
dan Kabupaten/Kota. Kedua, Pemberdayaan di ilaku Petani Kopi, membina petani OAP agar lebih
Bidang Usaha Jasa, Industri dan Perdagangan tekun, sabar dalam melakukan tahapan budidaya,
yang mencakup: (1) jasa konstruksi, (2) jasa an- panen, pengolahan biji kopi dengan cara tradision-
gkutan umum, (3) pariwisata, (4) perhotelan dan al tetapi juga melatih petani untuk kolaborasi pen-
restoran. Sektor industri mencakup terutama in- golahan dengan alat moderen agar meningkatkan
dustri rumah tangga (home industry) yang berba- produktifitas, menjaga kepercayaan dengan lem-
sis pada kerajinan rakyat sebagai bagian dari hak baga mitra melalui pengurusan administrasi usaha
kekayaan intelektual orang asli Papua, sedangkan dan kerjasasama; (3) Mempertahankan Nilai-Nilai
sektor perdagangan dimaksudkan adanya peluang Tradisional, dalam rangka bersaing cita rasa khas
dan akses yang memadai bagi orang asli Papua kopi Papua, terlepas dari penggunaan alat mo-
untuk terlibat dalam usaha perdagangan, baik di deren untuk tahapan olahan lainnya, petani Kopi
tingkat daerah maupun provinsi (intersulair). disarankan untuk mempertahankan teknik olahan
Dalam rangka mendukung mendukung ke- tradisional menggunakan toki-toki (lesung) untuk
bijakan di atas, kewajiban mengutamakan orang menumbuk biji kopi. (4) Membangun kemitraan
Asli Papua menurut Samsul (2007:18-19) telah dengan lembaga-lembaga/ organisasi-organisasi
mengamanatkan bahwa (1) Pemerintah Provin- resmi, dalam rangka mempersingkat rantai perda-
si dan Kabupaten/Kota wajib menyelenggarakan gangan kopi Papua dari petani OAP sampai ket-
perekonomian yang berbasis kerakyatan dengan angan konsumen (penikmat) kopi, mempersingkat
mengutamakan orang asli Papua, dan (2) Peng- kuasa tengkulak, serta memberikan keleluasaan
utamaan orang asli Papua dimaksudkan dalam akses pasar bagi petani. Dengan demikian, nama
rangka pemberdayaan dengan: (a) Pemberdayaan merek pada kemasan produk kopi sejatinya adalah
bagi pengusaha orang asli Papua; (b) Penyediaan petani kopi OAP yang secara langsung pemilik
sarana dan prasarana pendukung ekonomi berupa usaha kopi dari tempat asalnya sendiri.
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 20, No. 2, Oktober 2019 127

Kopi Papua dalam Kemasan Industri Kreatif menawarkan nilai berbeda dari segi penampilan
Kopi Papua pada era Otsus Papua kini mulai kemasan (merek) maupun nilai aneka rasa. Kopi
mendapat perhatian serius dan berpotensi dalam Papua dalam kemasannya hadir dengan beberapa
pengembangan industri kreatif. Kondisi kopi Pap- nama kemasan (merek) yang agak khas dan en-
ua tak kalah jauh beda dengan apa yang diamati demik Papua yang dapat disajikan dalam Tabel-
oleh Marit (2017) tentang Badan Usaha Orang berikut.
Asli Papua di Kota Jayapura. Misalnya saja,
bahwa (1) pemberian nama badan usaha sebagai No. Nama Kemasan Keterangan
penanda atau toponimi badan usaha merupakan 1. Baliem Blue Coffee Kopi Papua
motif yang lahir di Era Otsus Papua, (2) Toponimi 2. Papua Arabica Coffee Kopi Papua
Badan Usaha merupakan salah satu faktor ling- 3. Papua Green Coffee Kopi Papua
kungan eksternal dari suatu bisnis yang kemudian 4. JPW Coffee Kopi Papua
mempengaruhi aktivitas bisnis. 5. Papua Wamena Kopi Papua
Ketika mengamati perkembangan kopi Papua 6. Maharaja Coffee Kopi Papua
saat ini, maka dapat gambarkan bahwa (1) pembe- 7. Paradise Coffee Kopi Papua
rian nama usaha pada kemasan kopi Papua, sangat 8. Tuan Kopi Wamena Kopi Papua
berpengaruh terhadap kemitraan dan akses modal. 9. Otten Coffee Kopi Papua
Misalnya: mengusung salah satu nama, tempat 10. Cartenz Coffee Kopi Papua
budidaya kopi sebagai nama badan usaha seperti 12. Monemani Coffee Kopi Papua
“wamena” atau “cartenz”, maka pemilik/pelaku Sumber: Data Primer, 2018
usaha non OAP pun dapat memanfaatkan hak afir-
masi; (2) pemberian nama merek pada kemasan Kondisi di atas merupakan salah satu strategi
kopi Papua mampu memperbesar skala ekonomi. pemberdayaan orang Asli Papua untuk mening-
Misalnya: kopi Wamena nama merek kopi pada katkan persaingan dalam dunia industri kreatif
kemasan sebagai identitas/penanda tentang asal kopi. Bentuk pemberdayaan melalui kemasan
usul kopi, mempengaruhi preferensi konsumen produk ini mencakup: (1) karakteristik produk,
(penikmat) kopi yang mengenal cita rasa kopi asal (2) pemertahanan kualitas produk, (3) peningka-
wamena. Preferensi konsumen menentukan kepu- tan konsumen yang loyalis terhadap kopi Papua.
tusan konsumen untuk membeli/konsumsi produk Untuk mendukung kopi Papua untuk terus
tersebut. Semakin banyak konsumen membeli berbenah dalam rangka promosi dengan tujuan
kopi, semakin meningkat pendapatan petani dan dapat menciptakan suatu persepsi yang positif dari
semakin sejahtera petani. konsumen atas produk kopi tersebut, diperlukan
Dalam rangka mendorong kopi Papua men- sebuah proses membangun image sebagai kopi
jadi ikon baru yang sarat dengan informasi dan khas Papua yang mampu bersaing dengan kopi
kreativitas menuju ruang publik industri kreatif, nusantara. Dengan diproduksinya berbagai merek
perlu didukung dengan strategi kreatif pula untuk kemasan dalam brand kopi Papua, maka diharap-
mendukung brand image sebagai kopi Papua yang kan: (1) dapat menyebarkan informasi secara ti-
khas di Tanah Papua. Untuk membangun kopi dak langsung kepada konsumen tentang cita rasa
Papua sebagai brand kemasan baru di Tanah Pap- produk, (2) dapat membujuk konsumen dalam
ua, harus pula mengikuti gaya hidup masyarakat situasi persaingan kopi nusantara agar menjatuh-
modern. Perkembangan brand kemasan sebagai kan pilihan pada kopi Papua, (3) dapat mengingat-
merek produk bagi kopi Papua mendorong orang kan konsumen tentang produk lokal yang mampu
Asli Papua (OAP) sebagai petani (pengrajin kopi) bersaing dalam nilai rasa kopi nusantara, dan (4)
hingga pelaku usaha kopi Papua turut berbenah dapat meyakinkan konsumen bahwa pilihan pem-
mengikuti perkembangan teknologi dalam teknik beliannya nerupakan pilihan yang tepat.
pembuatan dan penyajian kopi. Kemasan kopi Kopi Papua dalam pengebangan ekonomi
Papua yang diproduksi oleh pelaku usaha kopi kreatif sebagai penggerak industri kreatif, tidak-
Papua diharapkan dapat menyajikan produk yang lah muncul begitu saja melainkan melalui sebuah
128 ELISABETH LENNY MARIT

proses pemberdayaan masyarakat yang juga mer- gunan. Kedua, menciptakan strategi hebat dengan
upakan orang asli Papua dengan tahapan-tahapan memiliki fokus orientasi pada Kopi Papua. Fokus
yang bertumpu pada kualitas sumber daya manu- pemberdayaannya terhadap petani kopi bagi
sia untuk membentuk (design atau redesign) ruang Orang Asli Papua agar dapat diberdayakan men-
dan produk kreatif. Ruang kreatif bagi orang asli jadi pengusaha kopi Papua dengan memanfaat-
Papua diperlukan untuk dapat merangksang mun- kan hak afirmasi tetapi juga peluang dari cita rasa
culnya ide-ide kratif agar mampu menghasilkan khas kopi Papua yang terkenal di dunia, sehingga,
produk-produk kreatif bernilai ekonomi. nama merek pada kemasan produk kopi sejatinya
Kopi Papua sebagai brand kopi di Papua ber- adalah petani kopi OAP yang secara langsung pe-
dasarkan asset kreatif yang potensial, diharapkan milik usaha kopi dari tempat asalnya sendiri. Ke-
juga mampu menghasilkan pertumbuhan dan tiga, dengan terbentuknya jiwa wirausaha (pen-
perkembangan ekonomi, yakni (1) mendorong gusaha) pada petani kopi OAP, maka diharapkan
peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan semakin kecil jumlah petani OAP yang menyer-
kerja, dan sekaligus promosi sosial budaya, (2) ahkan hasil panen biji kopi kepada tengkulak atau
mendorong terciptanya pembangunan teknologi pengusaha Non OAP dengan harga yang rendah.
dan hak intelektual, (3) menciptakan kegiatan Akan tetapi, petani OAP mampu untuk mengolah
ekonomi kreatif berbasis pengetahuan lokal dan biji kopi hingga memiliki nilai tambah (ekonomi)
nasional dalam kemasan, (4) menghasilkan produk dan memiliki kemitraan yang membantu memper-
industri kreatif yang inovatif dan multidisiplin. pendek rantai perdagangan, dan petani memiliki
keleluasaan untuk mengakses pasar. Secara oto-
PENUTUP matis, dengan nilai tambah kopi mendorong nai-
knya harga kopi di pasar, pendapatan meningkat
Berdasarkan hasil pembahasan di atas tentang dan kesejahteraan pun dapat dicapai oleh OAP
Kopi Papua: Strategi Pemberdayaan Orang Asli petani pengusaha kopi di era otsus Papua. Keem-
Papua dalam Industri Kreatif di Era Otsus Pap- pat, Kebijakan di sektor perekonomian di era Ot-
ua, maka diperoleh beberapa simpulan sebagai sus Papua harus lebih diarahkan dan berbasis pada
berikut. Pertama, dalam industri kreatif di era pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam.
Otsus Papua, OAP diharapkan dapat menangkap Untuk itu, harus dijamin bahwa hak pemanfaatan
peluang usaha dengan lebih kreatif guna mem- atas sumber daya alam harus dipergunakan sebe-
pertahankan nilai kearifan lokal terhadap produk sar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan
unggulannya, dan melakukan kegiatan ekonomi orang asli Papua. Sejalan dengan itu, kebijakan
mulai dari mengolah input hingga menjadi output di sektor perekonomian ini mutlak perlu diakomo-
yang bernilai tambah, sekaligus mendorong OAP dir pada Peraturan Daerah Khusus yang mengatur
untuk turut berpartisipasi dalam proses pemban- tentang Perekonomian Berbasis Kerakyatan.
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 20, No. 2, Oktober 2019 129

REFERENSI

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025:
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Jakarta: Departemen Perdagangan.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2010-
2014. Jakarta: Departemen Perdagangan.

Kasmir. 2016. Kewirausahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi,
dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Marit, Lenny Elisabeth. 2017. “Toponimi Badan Usaha di Era Otsus Papua: Analisis Nilai Ekonomi,
Sosial-Budaya, dan Politik di Kota Jayapura” dalam Melanesia: Jurnal Ilmiah Kajian Kajian Ba-
hasa dan Sastra, Volume 01 No. 02, Februari 2017, Hlm. 1-14. Manokwari: JSI FSB UNIPA dan
APBL Papua Barat.

Gitosaputro, Sumaryo dan Kordiyana K Rangga. 2015. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
: Konsep, Teori dan Aplikasinya di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Meganingrum, Riska dan Nailul Faziah. 2017. “Hubungan Antara Identitas Sosial Dengan kecender-
ungan Perilaku Konsumtif Pada Penggemar Batu Akik dan Batu Muliadi Semarang” dalam Jurnal
Empati, Volume 6, No.1 , Januari 2017, Halaman 365-373.

Panggabean, Edi. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Suparwoko. 2010. “Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Pengerak Industri Parawisata” dalam
Prosiding Simposium Nasional 2010: Menuju Purworedjo Dinamis dan Kreatif, p.52-66.

Samsul, Inosentius. 2007. Analisis Yuridis Proteksi Terhadap Orang Asli Papua di Bidang Ekonomi dan
Sumber Daya Alam. Laporan Penelitian Bidang Hukum P3DI. Jakarta: Setjen DPR RI.

Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Papua, Undang-


Undang No. 21 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara No.135
130 ELISABETH LENNY MARIT

Anda mungkin juga menyukai