Anda di halaman 1dari 13

ABON JAMBU METE

Disusun oleh
Anis khoirun nisa’ (722710418)

PROGRAM STUDI IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2023
2

BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jambu mete (cashewnut) memiliki nama latin Anacardium


occidentale. Di Inggris jambu mete disebut Cashew. Sedangkan di
Indonesia disebut jambu mente, atau lebih dikenal dengan sebutan
jambu mete. Jambu mete banyak mengandung senyawa kimia yang
bermanfaat sebagai antibakteri dan antiseptic, seperti tanim anacardic
acid dan cordol. Kandungan gizi buah jambu mete sangat bagus, yaitu
mengandung riboflavin (vitamin B2), asam askorbat (vitamin C), dan
kalsium serta senyawa aktif yang diketahui dapat mencegah penyakit
kanker, dan disinyalir dapat menyembuhkan tumor. Kandungan vitamin
C pada buah mete cukup tinggi mencapai 180 mg/ 100 g. Dengan
melakukan inovasi teknologi pangan, daging jambu mete dapat diolah
menjadi beberapa bentuk olahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi
seperti abon, selai, maupun sirup.
Salah satu daerah di Bali sebagai penghasil jambu mete adalah
Nusa Penida. Nusa Penida merupakan satu-satunya kecamatan
kepulauan di Bali yang masuk wiilayah kabupaten Klungkung. Secara
geografis, Nusa Penida adalah kecamatan yang terdiri dari tiga pulau,
yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan yang
memiliki luas 20.284 ha, dengan jumlah penduduk mencapai 46.746
jiwa (Monografi Kecamatan Nusa Penida, 2010:13). Keadaan geografis
wilayah Nusa Penida tanahnya mempunyai kondisi berbatu padat,
berbukit-bukit dengan sungai yang tidak berair (jurang bahasa daerah).
Secara umum iklim Nusa Penida adalah beriklim tropis, karena terletak
di sekitar daerah equator serta termasuk iklim tipe E dengan suhu rata-
rata 25,7⁰ - 26,5⁰ celcius yang dibagi dalam dua musim yaitu musim
kemarau dan musim. Dan jenis tanah yang terdapat di kawasan desa-
desa perbukitan Kecamatan Nusa Penida pada umumnya termasuk
3

mediteran coklat, tanah ini terdiri atas bahan induk batu kapur dan
tanah liat dengan solum tanah rata-rata lapisan olah relatif dangkal
dengan keadaan gersang di musim panas dan lengket di musim hujan
(Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung, 2010). Kawasan desa-desa
perbukitan di Kecamatan Nusa Penida sebagian besar mengandung batu
kapur, sehingga tanah tersebut lebih cocok dimanfaatkan untuk
pertanian tegalan, perkebunan, permukiman serta aktivitas ekonomi
lainnya. Sehingga di Nusa Penida banyak terdapat perkebunan
jambu mete yang cukup luas mencapai puluhan hektar yang tersebar di
seluruh wilayah desa. Produksi buah jambu mete yang dihasilkan dalam
masa panen mencapai puluhan ton lebih. Namun, selama ini pengolahan
jambu mete baru terbatas pada tahap pengeringan, dan kemudian dijual
bijinya. Daging jambu mete tersebut hanya dibuang atau tidak
dimanfaatkan karena citarasa yang kurang disukai seperti rasa sepat.
Berkebalikan dengan bijinya, daging jambu mete ini hanya digunakan
sebagai pakan ternak dan sebagian besar hanya terbuang sia-sia sebagai
limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Melihat kondisi tersebut,
maka diperlukan usaha untuk lebih memanfaatkan potensi buah jambu
mete yang belum dimanfaatkan tersebut dengan mengadakan pelatihan
pembuatan abon dari daging jambu mete sebagai bahan baku
pembuatan produk makanan inovatif yang dapat meningkatkan nilai
guna dan nilai ekonomis daging jambu mete.
1.2 Spesifikasi Produk
Selain itu hasil yang hendak diharapkan dari Program
Kreativitas Mahasiswa yang dilaksanakan dalam bidang pengabdian
pada masyrakat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan umum
serta meningkatkan keterampilan para petani jambu mete di Nusa
Penida serta mengembangkan sumber daya alam (SDA) yang ada dan
mengolahnya menjadi produk olahan baru berupa abon dari daging
jambu mete.
Pengolahan produk dari daging jambu mete ini hendaknya
4

dilakukan secara mandiri dan berkesinambungan, sehingga nantinya


diharapkan:
1. Dapat meningkatkan kuantitas produksi dan penjualan jambu mete.

2. Dengan tidak terbuangnya daging jambu mete, dapat mengoptimalkan


pemanfaatan jambu mete Nusa Penida sehingga berdaya guna yang
tinggi.
3. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteran masyarakat khususnya
para petani jambu mete di Nusa Penida.
4. Dapat menciptakan lapangan kerja dan menyerap banyak tenaga kerja
sehingga dapat mengurangi pengangguran dan taraf kesejahteraan
masyarakat menjadi meningkat.
5. Dapat menciptakan industri rumah tangga yang mampu menghasilkan
produk olahan baru dari jambu mete yang berkualitas dan mampu
bersaing di pasar.
6. Dapat mengikutsertakan ibi-ibu rumah tangga atau ibu-ibu PKK dalam
proses pengolahan produk jambu mete sebagai wujud dari solidaritas
bersama dalam pengembangan industri rumah tangga.
5

BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

2.1 Peluang pasar


Kawasan daerah Nusa Penida merupakan salah satu kepulauan Kabupaten
Klungkung - Bali yang letaknya cukup terpencil dan jauh dari daerah perkotaan dan
kecamatan. Mayoritas kehidupan masyarakat Nusa Penida termasuk kedalam jenis
kehidupan masyarakat agraris, dimana sebagian besar menggeluti mata pencaharian
sebagai petani yang hasilnya hampir tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Secara geografis pulau Nusa Penida memiliki wilayah yang berbukit dan berbatu.
Pulau Nusa Penida terletak disebelah tenggara pulau Bali. Jumlah penduduk di
Nusa Penida cukup padat dengan pendapatan perkapita penduduk sebesar
Rp.600.000/bln. Sekitar 25% dari jumlah penduduk bermata pencaharian pada
sektor pertanian, PNS sebesar 5%, wiraswasta 5%, peternak sapi sebesar 20%, dan
remaja putus sekolah (pengangguran) sebesar 45% (Data Keadaan Penduduk
Produktif Nusa Penida Tahun 2012). Berdasarkan data tersebut, penduduk yang
pengangguran cukup besar. Untuk itu kami bermaksud memberi pelatihan pelatihan
pembuatan abon sebagai produk olahan dari daging jambu mete bagi masyarakat
Nusa Penida.
2.2 Strategi Pemasaran
Perkembangan jumlah masyarakat Nusa Penida saat ini sangat tidak stabil
karena tidak diimbangi dengan perluasan lahan mata pencaharian. Hal ini juga
menjadi penyebab menganggurnya masyarakat di Nusa Penida. Sehingga dengan
kondisi seperti itu banyak masyarakat Nusa Penida yang pergi keluar daerah untuk
mencari pekerjaan, misalkan ke Denpasar. Secara umum peningkatan jumlah
penduduk yang dialami membuat prioritas dan kualitas kehidupan masyarakat Nusa
Penida menjadi menurun. Disamping itu tingkat pendidikan yang rendah juga
menjadi kendala berkembangnya kualitas kehidupan masyarakat. Terlebih mereka
tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dengan hanya sebagai nelayan, pekebun, dan
petani rumput laut yang hasilnya tidak terlalu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dengan kondisi masyarakatnnya yang seperti ini maka kami ingin melakukan
6

kegiatan pengenalan dan pelatihan pembuatan abon sebagai produk olahan dari
daging jambu mete bagi masyarakat Nusa Penida agar dapat memberikan nilai
tambah bagi masyarakat Nusa Penida pada khususnya dan masyarakat Bali pada
umumnya
7

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Bahan

A. Alat/Bahan
a. Alat :
1. Waskom
2. Kompor gas
3. Penggorengan
4. Cobek dan uleg
5. Pisau
B. Bahan :
1. Jambu mete
2. Daun jeruk
3. Air
4. Garam
5. Gula
6. Bawang putih
7. Bawang merah
8. Ketumbar
9. Merica
10. Penyedap rasa
11. Sereh
12. Minyak goreng
13. Air kapur
8

3.2 Proses Produksi

Metode yang digunakan dalam PKM-M ini yaitu metode kerja


kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat tani jambu mete di Nusa
Penida, pihak desa dan pihak terkait yang mendukung pelaksaaan
program tersebut. Selain itu, dalam melaksanakan PKM ini, penulis
juga menggunakan metode lain, antara lain:
1) Metode Penyebaran Brosur
Penulis melakukan metode penyebaran brosur untuk memberikan
informasi kepada masyarakat Nusa Penida mengenai akan diadakannya
pelatihan pengolahan daging jambu mete menjadi produk olahan abon.
Disamping itu, juga memberikan informasi mengenai kandungan gizi
jambu mete.
2) Metode Penyuluhan
Penulis mengadakan penyuluhan tentang teknik pengolahan Jambu
mete menjadi aneka produk olahan. Penyuluhan direncanakan
dilakukan sebanyak dua kali. Dengan rincian sebagai berikut, hari
pertama adalah penyuluhan atau sosialisasi tentang potensi dan
kandungan daging jambu mete serta teknik pengolahan daging jambu
mete menjadi aneka produk olahan jambu mete.
3) Metode Praktek atau Pelatihan
Selanjutnya pada hari kedua adalah dilakukan pelatihan pembuatan
produk olahan daging jambu mete menjadi abon pada masyarakat tani
di Nusa Penida yang melibatkan instansi pemerintahan desa. Pada
tahapan ini ada dua proses yang dilakukan yaitu:
a. Tahap persiapan alat dan bahan
Pada tahap ini dilakukan persiapan alat dan bahan yang
diperlukan dalam pengolahan jambu mete menjadi produk olahan.
b. Tahap pelatihan
Pada tahap ini dilakukan pelatihan bagaimana cara atau proses
pembuatan produk olahan daging jambu mete menjadi abon yakni,
9

langkah pertama dalam pembuatan adalah semua bumbu di blender,


ampas diblender, tumis bumbu sampai harum, tuang santan dan aduk
sampai mendidih, ampas yang telah diblender tadi dimasukkan sambil
diaduk, masukan daging jambu mete dan dimasak sampai kering,
masukan bawang goreng, setelah dingin kemas dengan plastik.
4) Evaluasi
a) Evaluasi Kegiatan
Selama kegiatan ini berlangsung ditemui beberapa kendala yang
ditemui masyarakat Nusa Penida mengenai pengolahan jambu mete
secara tepat, diantaranya kurangnya alat-alat penunjang dalam
pembuatan aneka produk olahan jambu mete ini, selain itu kurang
pahamnya teknik pengolahan jambu mete secara tepat dan benar.
b) Evaluasi Respon Masyarakat Terhadap dan Pelatihan yang Diberikan
Melalui Angket Kuisioner
Evaluasi ini memberikan gambaran akan antusiasme masyarakat Nusa
Penida terhadap penyuluhan dan pelatihan pembuatan aneka produk
olahan berbahan baku daging jambu mete. Sehingga nantinya melalui
penyuluhan ini masyarakat setempat bisa mengembangkan aneka
produk olahan dari daging jambu mete tersebut sebagai alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat tani jambu mete selama
ini.
c) Evaluasi Kualitas Produk
Aneka produk yang dihasilkan dari pemanfaatan dan pengolahan jambu
mete di Nusa Penida, memiliki kualitas yang berbeda dengan produk
sejenis yang dihasilkan dari bahan baku lain, karena jambu mete
memiliki kandungan riboflavin (vitamin B2), asam askorbat (vitamin
C), dan kalsium serta senyawa aktif yang diketahui dapat mencegah
penyakit kanker, dan disinyalir dapat menyembuhkan tumor.
1
0

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Adapun anggaran dana yang akan diperlukan dalam kegiatan
program ini antara lain :
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Biaya Penunjang 1.582.000,00
2. Bahan Habis Pakai 1.730.000,00
3. Perjalanan 2.700.000,00
4. Lain-lain: Administrasi, dokumentasi, konsumsi 2.400.000,00
Jumlah Biaya 8.412.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Adapun rencana kerja danjadwal pelaksanaan program kreativitas
mahasiswa dapat dilihat sebagai berikut.

Bulan Ke-
No. Kegiatan yang Dirancang
1 2 3 4 5
1 Tahap Pertama
Penjajagan awal dan sosialisasi program
kepada masyarakat Nusa Penida, serta
membina kerjasama dengan masyarakat.
Mengumpulkan data yang diperlukan.
Menghubungi pelatih dan
mensosialisasikan program kegiatan.
2 Tahap Kedua
Pemberian orientasi awal kepada peserta
latihan yang dilakukan oleh pelatih.
1
1

Menyiapkan semua alat dan bahan yang


diperlukan dalam kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan pelatihan tahap I
yang sepenuhnya diserahkan kepada
pelatih dan didampingi oleh mahasiswa.
Pelaksanaan pelatihan tahap II, yaitu
pelatih memberikan pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan tahap III. Pada
tahap ini, masyarakat dituntut untuk
praktik langsung.
3 Tahap Ketiga
Evaluasi program
Penyusunan laporan dan dokumentasi
kegiatan
Penutupan kegiatan
Pengumpulan laporan
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1984. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

PT. Gramedia HelloMalang. 2012. TPA Talangagung, Aternatif Wisata

Edukasi.
http://www.hellomalang.com/kabarberita/kanjuruhan/35kanjuruhan/160pa-
talangagung-alternatif-wisata-edukatif diakses tanggal 15 Agustus 20

Anda mungkin juga menyukai