Anda di halaman 1dari 9

PKM PEMANFAATAN BIJI KARET MENJADI TEMPE DALAM PENINGKATAN

PENDAPATAN MASYARAKAT PERKEBUNAN DI DESA BONTOMANGIRI


KECAMATAN BULUKUMBA, KABUPATEN BULUKUMBA
St. Sukmawati.S 1* dan Roslina Alam 1
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muslim Indonesia Jl.
Urip Sumoharjo Km 5, Makassar Sulawesi Selatan 90231 Indonesia
*email : stsukmawati.s @umi.ac.id
ABSTRAK

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan salah satu bagian dari Tri
Dharma Pergurunan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh civitas akademik khususnya bagi
tenaga pendidik (dosen). Kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah Pengolahan
Biji Karet Menjadi Tempe bagi ibu-ibu pekerja kebun karet di Desa Bontomangiri,
Kec.Bulukumba, Kab.Bulukumba dengan tujuan untuk menambah pengetahuan dan
pendapatan mereka. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Bapak Kepala Desa dan ibu ketua
PKK Desa Bontomangiri sehingga para ibu-ibu diharap aktif dalam kegiatan ini. Dengan
mengikuti kegiatan ini diharapkan ibu-ibu pekerja kebun karet dapat memanfaatkan
bahanbahan yang sebelumnya menjadi limbah dan mudah diperoleh untuk dibuat tempe
sebagai penganan lauk. Tempe biji karet ini selain untuk dikonsumsi sendiri dapat juga dijual
untuk menampah pendapatan ibu-ibu pekerja di kebun karet.
Kata Kunci: Tempe Biji Karet, Pendapatan. Desa Bontomangiri,
Kec.Bulukumba, Kab.Bulukumba
PENDAHULUAN merupakan desa yang memiliki
Biji karet dilteliti sebagai perkebunan karet. Tanaman karet
bahan pangan alternatif menghasilkan buah yang berbentuk
(https://m.mediaindonesia.com ). Biji karet unik karena buah terdiri atas ruang-
yang melimpah memicu sejumlah peneliti ruang tertentu. Buah akan masak pada
Politeknik Mahasiswa Sambas (Poltesa) untuk umur enam bulan, buah akan pecah
mencari tahu kandungan gizinya."Kita telah biji karet terlepas dari batoknya. Satu
melakukan penelitian terkait pemanfaatan biji hektar perkebunan karet dapat
karet sebagai bahan baku alternatif makanan," menghasilkan 3.000-450.000 biji
ujar Peneliti Program Studi Pengembangan /ha/tahun dengan berat 2-4 gram/biji,
Produk Agroindustri, Poltesa, Andi Maryam, satu hektar perkebunan karet dapat
saat dihubungi di Sambas. Melalui Tim menghasilkan 6 -1800 kg biji karet
Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), ( Warta Penelitian dan Pengembangan
pihaknya telah memberikan pelatihan dan Tanaman Industri, 2012 ). Biji karet
pendampingan kepada kelompok PKK dan memiliki potensi gizi yang memadai
Posyandu di Desa Sepandan-Durian (Sepadu) (Rivai, et al., 2015). Minyak nabati
Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten pada biji karet tergolong tinggi, begitu
Sambas."Penelitian ini sangat berguna untuk pula dengan kandungan asam lemak
masyarakat karena biji karet sangat melimpah tak jenuhnya, sehingga biji karet
dan tidak termanfaatkan,".Untuk kandungan memiliki potensi menjadi bahan baku
gizi yang terdapat pada biji karet dan pembuatan makanan. Dalam sebuah
dibutuhkan tubuh, berdasarkan hasil uji di penelitian yang dilakukan oleh Listyati
Balai Riset dan Standardisasi Industri (2012) dalam jurnal Warta Penelitian
(Baristand) Pontianak, biji karet mengandung dan Pengembangan Tanaman Industri,
lemak 40,9%, protein 15,6% dan karbohidrat menemukan bahwa biji karet juga
31,6%.

8
mempunyai potensi tinggi yang dapat mendapat perhatian. Pertama, terdapat biji
dijadikan produk olahan yang bergizi. karet yang melimpah dan belum
Biji karet memiliki kandungan protein dimanfaatkan. Kedua, biji karet memiliki nilai
dan asam amino yang banyak gizi yang tinggi. Ketiga, ibu-ibu ( istri pekerja
dibutuhkan tubuh. perkebunan karet ) yang dapat berpotensi
Minimnya penghasilan masyarakat membantu meningkatkan kesejahteraan
sekitar perkebunan, membuat kesejahteraan masyarakat. Keempat, kesejahteraan
masyarakat sekitar perkebunan berada pada masyarakat masih kurang untuk mencukupi
tingkat pendapatan menengah ke bawah. kebutuhan rumah tangga. Kelima, kegiatan
Akses informasi teknologi pada masyarakat masyarakat yang monoton dan akses
sangat terbatas. Kegiatan masyarakat terutama informasi teknologi masih kurang.
ibu-ibu di sekitar perkebuan karet sangat Program kegiatan pengabdian
monoton. Kegiatan sehari-hari hanya kepada masyarakat bagi dosen
mengurus rumah dan membantu suami Universitas Muslim Indonesia
menyadap karet atau menjadi buruh harian mencoba melakukan mitra dengan
yang hanya dikontrak pada saat perkebunan pihak ibu-ibu ( istri pekerja kebun
membutuhkan tenaga kerja. Biji karet selama karet ) dalam rangka pembuatan jenis
ini hampir tidak mempunyai nilai ekonomis makanan Tempe ibu rumah tangga,
sama sekali dan hanya dimanfaatkan sebagai sekaligus memberi pengetahuan dan
benih generatif pohon karet saja.Padahal, biji keterampilan berbasis Ipteks yang
karet memiliki kandungan minyak nabati nantinya pihak ibu rumah tangga
yang tinggi dan memiliki asam lemak tak diharapkan memiliki keterampilan
jenuh yang tinggi sehingga cocok sebagai pengolahan tempe dari bahan baku biji
bahan baku pembuatan makanan yang sehat. karet sebagai salah satu ciri makanan
Salah satu alternative produk olahan yang khas.
dapat dibuat dari biji karet adalah Tempe. Program pengabdian
Selain harganya terjangkau,Tempe biji karet kepada masyarakat yang akan
ini memiliki kandungan asam lemak tak jenuh dilakukan di Desa Bontomangiri,
Omega 3 dan Omega 6 yang sangat Kec.Bulukumba,Kab.Bulukumba
diperlukan bagi perkembangan otak pada untuk membantu meningkatkan
anak-anak. Selain itu biji karet juga memiliki keterampilan cara pengolahan tempe
kandungan Omega 9 dan protein yang cukup berbahan dasar biji karet dengan
tinggi (TEMPO.COM).Tempe merupakan penerapan teknologi tepat guna yang
makanan khas Indoesia yang digemari oleh selama ini belum pernah dilakukan,
masyarakat secara luas. Tempe merupakan selain sebagai sumber bahan makanan,
salah satu produk hasil olahan berbasis juga dapat menjadi salah satu sumber
biotekhnologi. Sebagaimana diketahui bahwa menambah pendapatan. Program
tempe merupakan makanan yang memiliki kegiatan pengabdian kepada
banyak sekali manfaat, seperti kalsium, masyarakat yang akan dilakukan di
fosfor, Zat Besi dan Vitamin B1, Selain itu Desa Bontomangiri,
tempe juga mengandung serat pangan yang Kec.Bulukumba,Kab.Bulukumba ini
dapat membantu memenuhi kebutuhan serat melalui modal kemitraan yang
harian tubuh. Bahkan tempe sangat baik kegiatannya adalah pengolahan biji
sebagai sumber protein nabati, dibanding karet menjadi tempe dengan
protein hewani seperti daging sapi dan pertimbangan :
sebagainya, Menurut penelitian, kandungan 1. Memberdayakan potensi ibu
protein tempe lebih tinggi jika dibandingkan rumah tangga ( istri pekerja
protein dari hewani. kebun karet ) melalui aksi
Berdasarkan hasil kajian di lapangan, program pengolahan tempe
ada beberapa temuan pokok tentang potensi yang dapat memberi nilai
dan masalah kehidupan masyarakat sekitar ekonomi dan nilai sosial.
perkebunan karet di Desa Desa Bontomangiri, 2. Kegiatan pengabdian kepada
Kec.Bulukumba, Kab.Bulukumba yang perlu masyarakat ini perlu

9
dilakukan untuk menjawab Metode ini bertujuan untuk
tantangan dan permasalahan memberikan penjelasan mengenai
yang dihadapi masyarakat cara pengolahan biji karet menjadi tempe, serta
terutama masyarakat Desa manfaat yang diperoleh baik dari aspek
Bontomangiri, konsumsi dalam hal ini nilai gizi yang
Kec.Bulukumba,Kab.Bulukumba dikandung maupun dari aspek pendapatan.
yaitu tantangan dibidang ekonomi. 3. Metode Praktek-Penyuluhan
3. Perlu membangkitkan minat Metode dilakukan dengan
dan gairah masyarakat Desa mempraktekkan secara langsung tentang cara
Bontomangiri, membuat tempe berbahan biji karet. Setiap
Kec.Bulukumba,Kab.Buluku anggota yang hadir diharapkan dapat
mba sebagai mitra untuk mengetahui cara membuat tempe berbahan
mengembangkan unit usaha biji karet dengan tahap-tahap (proses) sebagai
kecil-menengah (UKM) berikut :
berbasis Ipteks, sekaligus a. Menyiapkan seluruh bahan dan
diharapkan dapat menjadi ciri peralatan yang diperlukan
makanan khas Desa b. Mempraktekkan atau memperagakan
Bontomangiri. cara pengolahan tempe berbahan
Maka berdasarkan uraian sebelumnya, dasar biji karet yang meliputi :
maka kegiatan pengabdian kepada masyarakat 1. Biji karet dicuci
ini, dihadapkan pada permasalahan yang bersih untuk menghilangkan
harus dijawab : kotoran pada kulit biji.
1. Program pengabdian kepada Selanjutnya, biji karet dibuang
masyarakat mengenai pengolahan biji kulitnya dengan cara
karet menjadi tempe di Desa memecahkannya. Setelah
Bontomangiri, terpisah dari kulitnya, daging
Kec.Bulukumba,Kab.Bulukumba biji direndam selama 1 × 24
belum pernah dilakukan namun jam.
memiliki potensi untuk meningkatkan 2. Setelah direndam,
keterampilan, nilai konsumsi, dan kemudian rebus selama 1 jam.
pendapatan. Tiriskan dan biarkan hingga
2. Hasil pengolahan biji karet menjadi dingin, setelah dingin air
tempe akan mengalami kendala, rebusan di buang lalu buang
terutama dari aspek bakal daun yang terdapat di
pemasaran. dalam biji. Setelah itu, rendam
kembali biji karet selama 3×24
METODE PELAKSANAAN jam. Biji karet lalu dicuci dan
Pelaksanaan kegiatan dikukus ± 30 menit.
pengabdian kepada masyarakat pada Desa 3. Setelah dikukus
Bontomangiri, Kec. Bulukumba, selama 30 menit, air yang
Kabupaten Bulukumba sebagai mitra tersisa di dalam panci dibuang,
dapat dilakukan dengan menggunakan kemudian biji karet
metode sebagai berikut : dipindahkan ke tampah dan
1. Metode Sosialisasi diratakan tipis-tipis.
Metode ini digunakan dengan tujuan Selanjutnya, biji karet dibiarkan
mendatangi Desa Bontomangiri, Kec. dingin sampai permukaan
Bulukumba, Kabupaten Bulukumba sebanyak keping karet kering dan airnya
2 kali kunjungan dan menyampaikan maksud menetes habis. 4. Setelah
dan tujuan serta rencana kegiatan pengabdian dingin, taburkan ragi tempe
kepada masyarakat melalui kegiatan (Rhizopus oryzae) sebanyak ± 2
pengelolaan biji karet menjadi tempe. gram (0,2 persen dari bobot biji
2. Metode Penyuluhan karet) sambil diaduk-aduk
sampai rata. Penambahan ragi

10
bertujuan Hasil dan Pembahasan
mempercepat/merangsang Pemanfaatan biji karet sebagai bahan
pertumbuhan jamur. Tahap makanan belum banyak diketahui oleh
peragian (fermentasi) adalah masyarakat. Kandungan sianida (HCN) yang
tahap penentu keberhasilan terdapat pada biji karet menyebabkan
dalam membuat tempe. gangguan pencernaan seperti mual dan
5. Selanjutnya, tempe muntah, serta menimbulkan sakit kepala,
dikemas sesuai dengan selera, padahal kandungan zat gizinya relatif tinggi.
dapat menggunakan plastik Hasil penelitian yang dilakukan oleh
ataupun daun pisang. Plastik Mahasiswa Universitas Negeri Medan
atau daun pisang yang telah dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
berisi biji karet dilubangi terjadi penurunan kadar sianida sebesar
dengan menggunakan jarum 86,68% dari kadar HCN biji segar 3,98 mg/kg
yang terbuat dari kayu ukuran menjadi 0,53 mg/kg biji karet untuk biji karet
kecil kirakira 8—10 lubang kering hasil reduksi sianida dengan
untuk setiap sisi atas dan sisi perendaman satu minggu dan perebusan
bawah. selama 2 jam. Keripik biji karet mengandung
6. Tempe disimpan di zat gizi berupa protein 18,0%, lemak total
tempat yang tidak tertutup 32,3%, dan karbohidrat 14,3%, sedangkan biji
(pada suhu kamar) untuk karet kering hasil reduksi mengandung
menghindari pembusukan pada protein 15,6%, karbohidrat 31,6%, dan lemak
tempe karena suhu yang terlalu total 40,9%.
panas, usahakan di tempat yang
terjadi sirkulasi udara. Tempe Pelatihan dan pembuatan tempe biji
didiamkan kurang lebih selama karet (tembikar) bertujuan untuk
2 × 24 jam. Setelah itu, tempe meningkatkan kreativitas ibu-ibu pekerja
siap diolah menjadi makanan kebun karet dan juga meningkatkan
yang lezat dan bergizi tinggi. perekonomian mereka. Selain itu,
4. Rencana Kegiatan Berdasarkan ketersediaan bahan biji karet di Desa
uraian di atas, maka program Bontomangiri, Kec. Bulukumba, Kabupaten
pengabdian yang akan Bulukumba juga cukup banyak, dan
dilakukan diuraikan sebagai meningkatkan potensi dari ibu-ibu pekerja
berikut : kebun karet. "Tempe merupakan makanan
Tahapan Pertama : yang paling populer di kalangan masyarakat
Memberi penyuluhan, dan pada dasarnya tempe terbuat dari kacang
penjelasan tentang cara pengolahan kedele,". Dalam hal ini bahan yang akan
biji karet menjadi tempe, digunakan dalam membuat tempe adalah biji
terutama kaitannya karet yang biasanya tidak dipergunakan oleh
pemasaran, konsumsi, dan pendapatan. masyarakat sekitar dan hanya dibuang begitu
Tahapan Kedua : saja. "Sehubungan dengan itu, pemanfaatan
Memberi pelatihan atau praktek cara biji karet akan dibuat menjadi makanan yang
mengolah biji karet menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat ".
tempe.
Diharapkan semua peserta yang ikut dalam PENYULUHAN
kegiatan ini sudah bisa mempraktekkan cara Sebelum pelaksanaan tersebut, Tim
membuat tempe berbahan dasar biji karet. melakukan sosialisasi dengan tujuan
Tahap Ketiga : pengenalan awal sebelum kegiatan dalam
Melakukan monitoring dan evaluasi pembuatan tempe biji karet. Sebelum
pada kelompok masyarakat sasaran yang telah dilakukan pelatihan terlebih dahulu dilakukan
ikut berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan penyuluhan. Dalam kegiatan ini
ini. Tujuannya untuk mengetahui kemandirian dilakukan dengan penyuluhan yaitu
masyarakat sasaran dalam membuat bagaimana mentransfer inovasi pada anggota
(mengolah) biji karet menjadi tempe. kelompok mitra (ibu-ibu pekerja kebun karet)
untuk menambah pengetahuan sehingga

11
terjadi perubahan kognitif. Artinya pola pikir sehingga kandungan racun di dalam biji karet
yang dirubah terlebih dahulu untuk hilang. Proses penghilangan racun dari biji
memudahkan pelaksanaan program PKM karet tersebut dilakukan dengan cara direbus,
yang dapat dilihat pada Gambar di bawah ini kemudian direndam selama tiga hari untuk
menghilangkan racunnya. Setelah melalui
tahapan proses tersebut, biji karet yang sudah
direbus dan direndam selama tiga hari,
selanjutnya bisa diolah dan dibuat berbagai
macam makanan, seperti tempe dan kripik.

Gambar 1. Ketua Tim didampingi Ibu


Gambar 2. Biji Karet Mentah
Kepala Desa Bontomangiri Proses pembuatan tempe dari biji
karet tidak susah, prosesnya kira-kira
Pada Gambar 1, Ketua Tim membutuhkan waktu enam hari. Proses
memberikan penyuluhan atau dimulai dari pemilihan biji karet yang
penjelasan kepada mitra tentang kemudian dilanjutkan dengan proses
produk yang akan dibuat. Pengolahan penumpuhan kapang pada biji karet yang akan
biji karet menjadi tempe diharapkan dijadikan bahan tempe, tempe biji karet lebih
dari hasil pembuatan tempe ini dapat lembut dari kedelai. Daya tahan tempe biji
dikomsumsi sebagai makanan karet juga lebih lama yaitu bisa disimpan
pengganti ikan dan jenis makanan selama dua minggu di dalam lemari es.
yang lain sehingga dapat
meningkatkan nilai gizi dari konsumsi Selain menciptakan tempe dari bahan
tempe dan juga menambah alternatif, tempe biji karet ini juga bisa
pendapatan ibu-ibu pekerja kebun membantu mengurangi limbah. Maklum,
karet dan masyarakat di Desa selama ini biji karet hampir tidak mempunyai
Bontomangiri. Disamping itu biji karet nilai ekonomis. Dia hanya dimanfaatkan
yang awalnya hanya sebagai limbah sebagai benih generatif pohon karet. Padahal,
tidak berguna, kini bisa diolah menjadi biji karet memiliki kandungan minyak nabati
panganan yang lezat, memiliki nilai yang tinggi dan memiliki asam lemak tak
ekonomis dan menghasilkan uang. jenuh yang tinggi sehingga cocok sebagai
bahan baku pembuatan makanan yang sehat.
 Bahan dan Cara Pengolahan Biji
Karet Menjadi Tempe
TAHAP PELATIHAN a. Proses 1. Siapkan biji karet sebanyak 1
Pembuatan Tempe Berbahan dasar Biji kilogram.
Karet 2. Biji karet dicuci bersih
Biji karet mentah perlu diolah untuk untuk menghilangkan kotoran
menghilangkan racun pada proses awal, pada kulit biji.

12
3. Selanjutnya, biji karet dibuang
kulitnya dengan cara
memecahkannya. Setelah terpisah
dari kulitnya, daging biji
direndam selama 1 × 24 jam.

Gambar 4 : Biji Karet Yang Sudah Dikukus


dan siap untuk dipermentasi
6. Setelah dingin, taburkan ragi tempe
(Rhizopus oryzae) sebanyak ± 2
gram (0,2 persen dari bobot biji
karet) sambil diaduk-aduk sampai
rata. Penambahan ragi bertujuan
Gambar 3: Biji Karet Yang Sudah mempercepat/merangsang
Dilepas Dari Cangkangnya pertumbuhan jamur. Tahap peragian
4. Setelah direndam, kemudian rebus (fermentasi) adalah tahap penentu
selama 1 jam. Tiriskan dan biarkan keberhasilan dalam membuat tempe.
hingga dingin, setelah dingin air 7. Selanjutnya, tempe dikemas sesuai
rebusan di buang lalu buang bakal dengan selera, dapat menggunakan
daun yang terdapat di dalam biji. plastik ataupun daun pisang. Plastik
atau daun pisang yang telah berisi
5. Setelah itu, rendam kembali biji biji karet dilubangi dengan
karet selama 3×24 jam. Biji karet menggunakan jarum yang terbuat
lalu dicuci dan dikukus ± 30 dari kayu ukuran kecil kira-kira 8—
menit. Setelah dikukus selama 30 10 lubang untuk setiap sisi atas dan
menit, air yang tersisa di dalam sisi bawah. Tempe disimpan di
panci dibuang, kemudian biji karet tempat yang tidak tertutup (pada
dipindahkan ke tampah dan suhu kamar) untuk menghindari
diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, pembusukan pada tempe karena
biji karet dibiarkan dingin sampai suhu yang terlalu panas, usahakan
permukaan keping karet kering dan di tempat yang terjadi sirkulasi
airnya menetes habis. udara.

13
Proses Pengemasan
Setelah proses pembuatan tempe biji
karet selesai selanjutnya diberikan pelatihan
pengemasan dan pemberian label. Proses
pengemasan ini perlu agar mitra dapat
mengetahui wadah yang bagaimana sebaiknya
yang digunakan untuk mengemas agar terlihat
menarik. Kemasan yang digunakan bisa dari
plastik gula yang bening (transparan) atau
wadah yang lain. Setelah pengemasan selesai
lalu diberi label. Sebaiknya lebel didisain
dengan tulisan, nama produk dan gambar
yang menarik.
Gambar 5 : Biji karet yang sudah
diberi ragi dan siap
dipermentas untuk
menjadi tempe

8. Tempe didiamkan kurang lebih


selama 2 × 24 jam. Setelah itu,
tempe siap diolah menjadi makanan
yang lezat dan bergizi tinggi.

Gambar 7. Hasil Tempe Biji Karet Yang


Sudah Dikemas

Gambar 6 : Biji Karet Dalam Proses


Permentasi Menjadi Tempe

14
Gambar 8, Ketua Tim dan Anggota Gambar 10: Foto bersama
menyerahkan hasil pelatihan dengan kelompok mitra dan ibu
pada perwakilan kelompok mitra Desa
Kegiatan ini melibatkan mitra secara langsung BontomangiriKec.Bulukumba,
dan disaksikan oleh Ibu Kepala Desa Kab. Bulukumba.
Bontomangiri mulai dari persiapan, penyediaan
sarana tempat pelatihan, sampai terlaksananya
kegiatan tersebut. Tanya jawab, diskusi pada Kesimpulan
waktu pelatihan dan demonstrasi telah
1. Setelah program PKM ini dilakukan
dilakukan dalam rangka peningkatan
pemahaman dan keterampilan mitra terhadap maka mitra (ibu-ibu pekerja kebun karet)
keberhasilan usaha pengolahan biji karet dapat mengetahui bahwa tempe tidak
menjadi tempe yang siap dikonsumsi hanya terbuat dari kacang kedele tetapi
dipasarkan. tempe bisa juga dibuat dari biji karet
yang sebelumnya hanya menjadi limbah
Mitra sangat merespon karena terbuang begitu saja dan sekarang
pelatihan pengolahan biji karet bisa diolah menjadi penganan baik
menjadi tempe ini. Menurut Mitra berupa, tempe; kripik tempe dan kripik
baru kali ini ada pelatihan dan biji karet, dodol dan macam2 yang
demontrasi pembuatan biji karet mengandung gizi dan bernilai ekonomi.
menjadi tempe dan berjanji akan 2. Tempe biji karet ini dapat dikelolah
mempraktekkannya, serta mencoba dengan mudah sebagai lauk pengganti
untuk dipasarkan dilingkungan ikan yang baru kali ini diadakan di Desa
Kec.Bulukumba, Kab. Bulukumba. Bontomangiri, Kec.Bulukumba,
Kab.Bulukumba.
3. Tempe biji karet ini selain bermanfaat
sebagai penganan pendamping , dapat
juga menambah pendapatan ibu-ibu
pekerja kebun karet.

DAFTAR PUSTAKA

Habib, I.M., Sukamto, D.S., Maharani., L.


2015. IbM Perkebunan karet dalam
memanfaatkan biji karet untuk bahan
Gambar 9: Tempe biji karet yang sudah baku pembuat tempe bergizi. Laporan
Pengabdian Kepada Masyarakat.
digoreng dan siap untuk disantap Simlitabmas Dirjen DIKTI.

Listyati, D. 2012. Potensi biji karet sebagai


produk olahan tempe yang bergizi.
Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. Vol. 18 No. 3 hal.
12-15.

Mulyati. 2003. Pengaruh Penggunaan Bungkil


Biji Karet yang Difermentasi dengan
Ragi Tempe dan Oncom dalam Ransum
terhadap Kualitas Daging Ayam
Broiler. Tesis. Program Studi Magister
Ilmu Ternak. Program Pasca Sarjana
Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro.

15
Rivai, R.R.,Damayanti, F.,Handayani, M.
(2015). Pengembangan potensi biji
karet (Hevea brasiliensis) sebagai
bahan pangan alternatif di Bengkulu
Utara. Prosiding Seminar Nasional
Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1
(2) : 343-346.

Sukamto, D.S., Habib, I.M. 2014. The


Potensial of Rubber Seed as Subtitute
Soybeens for Making the Nourishing
Tempe in Jember. Prosiding seminar &
Ekspose hasil penelitian dan
pengabdian masyarakat. Hal 477-481

Wizna, Mirnawati, N Jamarun dan Y.


Zuryani. 2000. Pemanfaatan
Produk Fermentasi Biji Karet
dengan Rhizopus oligosporus
dalam Ransum Ayam Broiler.
Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Bogor. Hal 296-299.

16

Anda mungkin juga menyukai