Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Singkong merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang tumbuh di daerah tropis dan sub
tropis. Tanaman singkong dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki ketinggian
sampai dengan 2.500 meter dari permukaan laut. Demikian pesatnya tanaman singkong
berkembang di daerah tropis sehingga singkong dijadikan sebagai bahan makanan pokok yang
mengandung sumber karbohidrat utama. Adapun sentra industri makanan berbahan baku
singkong di Nusantara, salah satunya yaitu Kampung Singkong Salatiga.
Kampung Singkong merupakan sentra pengolahan singkong yang berada di Kampung
Ngaglik Argowiyoto, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. Kampung singkong
saat ini menjadi salah satu pusat oleh-oleh khas Salatiga khusus kuliner olahan singkong.
Kebutuhan singkong di Kampung Singkong cukup tinggi mencapai 10 ton per hari. Biasanya
untuk memenuhi kebutuhan singkong, kampung singkong mendapat suplai dari beberapa daerah
seperti Kabupaten Semarang, Salatiga, Temanggung, Wonosobo serta beberapa daerah lainnya.
Sebagian besar masyarakat kampung singkong mengolah tanaman singkong menjadi aneka
jajanan maupun makanan ringan. Seperti singkong keju, gethuk, timus, keripik singkong, dan
masih banyak lagi.
Berkembangnya sentra industri di Kampung Singkong menjadi pusat oleh-oleh olahan
singkong menyebabkan meningkatnya kebutuhan singkong yang dapat menghasilkan limbah
berupa kulit singkong. Limbah kulit singkong merupakan sampah organik yang mudah terurai
secara alami. Kulit singkong yang telah dikupas harus segera diolah agar tidak membusuk.
Karena kulit singkong mengandung air sehingga mikroorganisme mudah tumbuh dan membuat
kulit singkong cepat membusuk (Akanbi, 2007).
Adanya limbah kulit singkong menimbulkan permasalahan bagi pelaku usaha dan
masyarakat di sekitarnya. Kulit singkong yang dibiarkan begitu saja akan membusuk dan
menimbulkan pencemaran lingkungan berupa bau tak sedap yang dapat mengganggu aktivitas
pelaku usaha dan masyarakat sekitar. Selama ini kulit singkong yang dihasilkan belum
dimanfaatkan oleh masyarakat, biasanya masyarakat menjualnya dengan harga murah untuk
bahan pakan ternak. Padahal di dalam kulit singkong sebenarnya terkandung karbohidrat yang
sangat tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu, pengolahan limbah kulit
singkong perlu dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu bentuk
pengolahan limbah kulit singkong yang dapat dilakukan yaitu mengolahnya menjadi olahan
kuliner berupa keripik kulit singkong yang memiliki nilai jual tinggi dan menguntungkan serta
menambah pendapatan masyarakat sekitar.
Menurut penelitian Turyoni (2005), menyatakan bahwa kandungan karbohidrat kulit singkong
adalah 4,55%. Selain itu kulit singkong mengandung banyak zat gizi yang dapat dimanfaatkan
untuk tubuh (Rukmana, 1997). Kandungan energi dan nutrisi yang dimiliki kulit singkong dalam
100 gram limbah kulit singkong adalah protein 8,11 gram, serat kasar 15,20 gram, pektin 0,22
gram, lemak 1,29 gram, dan kalsium 0,63 gram sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar protein
singkong lebih rendah dibanding kulit singkong. Kulit singkong juga mengandung senyawa HCN
yang beraun sehingga diperlukan pengolahan untuk menghilangkan kandungan senyawa HCN
tersebut. Senyawa ini mudah dihilangkan karena di dalam kulit singkong kandungannya memiliki
kadar yang sangat rendah. Salah satu cara untuk menghilangkan kandungan senyawa HCN yaitu
dilakukan pencucian kulit singkong dengan air mengalir serta perendaman selama beberapa hari
dengan air dan garam beriyodium. Sehingga kandungan senyawa HCN dalam kulit singkong bisa
hilang.
Berdasarkan paparan mengenai manfaat dan potensi kulit singkong yang dapat diolah menjadi
keripik bernilai ekonomis serta dapat mengurangi penumpukan limbah maka hal tersebut
memperkuat alasan mengapa kami mengambil judul “Perkusi (Pengolahan Keripik Kulit
Singkong) Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Kulit
Singkong di Desa Argowiyoto, Ngaglik Kecamatan Argomulyo Surakarta”.
1.2 Rumusan Masalah
Industri makanan berbahan baku singkong di Kampung Singkong Argomulyo Salatiga
menghasilkan limbah berupa kulit singkong. Limbah ini perlu diatasi agar tidak terjadi
pencemaran lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi limbah tersebut yaitu mengolah kulit
singkong menjadi keripik, untuk itu permasalahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengolahan limbah kulit singkong menjadi keripik untuk mengurangi pencemaran
lingkungan?
2. Bagaimana pembuatan keripik kulit singkong dari bahan baku limbah kulit singkong?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pengolahan keripik kulit singkong
adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi pencemaran lingkungan melalui pengolahan limbah kulit singkong menjadi
keripik.
2. Memanfaatkan limbah kulit singkong menjadi produk makanan yang bernilai ekonomis.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
1. Mahasiswa dapat belajar berwirausaha dan berbisnis untuk melatih jiwa enterpreneur
agar dapat menciptakan peluang bisnis sehingga diharapkan dapat membuka lapangan
pekerjaan.
2. Mengasah kreativitas mahasiswa agar dapat memanfaatkan limbah yang masih bisa
diolah sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
3. Mahasiswa diharapkan dapat melihat peluang bisnis agar dapat meningkatkan nilai
ekonomis bahan tertentu yang masih dapat dimanfaatkan.
4. Dapat menginspirasi para produsen lainnya untuk mengolah dan menciptakan makanan
yang lebih berinovasi dan sehat.
1.5 Kegunaan Program
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan keilmuan bidang pendidikan luar
sekolah dan juga diharapkan bisa menjadi acuan untuk penelitian-penelitian lainnya
terutama mengenai bauran pemasaran keripik kulit singkong Salatiga.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengembangkan atau
menambah pengetahuan masyarakat melalui strategi bauran pemasaran terhadap
keputusan pembelian keripik kulit singkong Salatiga dan juga bisa digunakan untuk
penelitian-penelitian, pemerintah setempat dan lembaga-lembaga terkait.
BAB II
GAMBARAN MASYARAKAT SASARAN
2.1 Lokasi
Argowiyoto Ngaglik merupakan salah satu desa yang berada di Kelurahan Ledok, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga. Pada Kamis, 30 September 2021, Kampung Argowiyoto Kota Salatiga
ditetapkan sebagai Kampung Singkong oleh Menteri Pertanian, Sahrul Yasin Limpo melalui
media virtual di Yogyakarta. Letak Kampung Singkong terbilang strategis karena berada di
tengah Kota Salatiga. Jarak antara Kampung Singkong dengan Pusat Kota Salatiga terpaut 1,9 km
yang dapat ditempuh dalam waktu 6 menit dari pusat kota.
Kampung Singkong memiliki 36 sentra usaha olahan dari bahan baku singkong. Tempat-
tempat ini tentunya ramai dikunjungi oleh para wisatawan untuk berburu oleh-oleh khas Kota
Salatiga, terutama saat weekend. Untuk lebih jelas mengenai gambaran Pusat Kota Salatiga
dengan Kampung Singkong, dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta wilayah Kota Salatiga (Google Maps, 2022)


2.2 Sasaran
Program ini ditujukan untuk masyarakat Kampung Argowiyoto yaitu laki-laki maupun
perempuan usia produktif (20 – 45 tahun) sebanyak 20 warga yang diambil dari jumlah penduduk
di Kampung Argowiyoto. Program ini diutamakan untuk masyarakat tunakarya agar bisa menjadi
pembelajaran yang bermanfaat dan dapat dikembangkan untuk meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat tunakarya.
2.3 Kondisi Ekonomi Sasaran
Sebelum adanya Kampung Singkong, sebagian besar masyarakat Kampung Argowiyoto
berprofesi sebagai petani. Adanya potensi yang dihasilkan oleh tanaman singkong, dimanfaatkan
masyarakat Kampung Argowiyoto berinovasi untuk mengolah singkong menjadi makanan siap
saji. Alhasil masyarakat Kampung Argowiyoto beralih profesi menjadi wiraswasta dengan
mendirikan usaha makanan berbahan baku singkong.
Walaupun banyak wiraswasta yang mulai muncul, tidak menghilangkan kemungkinan bahwa
masyarakat di Kampung Argowiyoto bebas dari masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke
bawah. Mereka bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu, Program
Kreativitas Mahasiswa ini ditujukan kepada masyarakat menengah ke bawah Kampung
Argowiyoto untuk meningkatkan perekonomian dengan pengolahan limbah kulit singkong
menjadi makanan khas siap saji.
2.4 Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Sasaran
Permasalahan di Kampung Argowiyoto adalah masih terdapat masyarakat pengangguran dan
memiliki penghasilan di bawah UMR. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya keahlian khusus
yang mereka kuasai dan kurang berani dalam mengambil resiko untuk berinovasi menciptakan
sesuatu yang baru dan bernilai jual. Selain itu, Kampung Argowiyoto merupakan sentra usaha
makanan berbahan baku singkong yang bisa mengolah sampai 10 ton singkong per hari yang
mana berarti limbah dari kulit singkong akan menumpuk dan membusuk jika tidak diolah dengan
baik. Kebanyakan masyarakat hanya berfokus pada pengolahan singkong dan kurang
memperhatikan bahwa kulit singkong pun dapat bermanfaat jika diolah dengan baik, salah
satunya menjadi keripik.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.3 Tahap Pelaksanaan


1. Pengenalan Produk Olahan Kulit Singkong (PERKUSI)
Tahap ini berupa pengenalan produk olahan kulit singkong menjadi produk bernilai
jual dalam bentuk makanan siap saji yaitu keripik kulit singkong. Kegiatan ini diharapkan
dapat menjadi terobosan baru untuk membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang
berupa limbah kulit singkong. Selain itu harapan dari kegiatan ini adalah masyarakat dapat
memanfaatkan pengetahuan dan skill untuk menghasilkan keuntungan sehingga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat sasaran di Kampung Argowiyoto.
Tujuan dari kegiatan pengenalan produk adalah memberikan gambaran awal rencana
program pengolahan keripik kulit singkong (PERKUSI) kepada masyarakat serta menarik
minat masyarakat untuk bekerja sama dalam proses pengolahannya.
2. Tahap Pengajaran
Tahap pengajaran dilakukan dengan membagi 20 orang bersangkutan menjadi 4
kelompok kecil, dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang anggota dan 1 orang ketua
kelompok sebagai penanggung jawab. Tim PKM akan mempraktekkan terlebih dahulu yang
kemudian akan diikuti oleh setiap kelompok.
Tahap pengajaran mencakup :
a. Mengumpulkan limbah kulit singkong dari mitra yang bersangkutan.
b. Memilih kulit singkong yang masih segar dan bisa diolah.
c. Memisahkan bagian kulit singkong bewarna putih dan coklat.
d. Mencuci kulit singkong sampai bersih tidak ada kotoran.
e. Menggoreng kulit singkong hingga warnanya kecokelatan.
f. Merendam kulit singkong selama dua sampai tiga hari menggunakan air garam yang
dicampuri penyedap rasa.
g. Menjemur kulit singkong yang sudah direndam hingga mengering lalu digoreng kembali.
h. Pengemasan keripik kulit singkong yang baik
Tujuan dari tahap pengajaran adalah memberikan materi berupa teori kepada
masyarakat sasaran supaya masyarakat memahami dan bisa mempraktekkan dalam
pembuatan keripik kulit singkong.
3. Tahap Penerapan
Tahap ini merupakan tahap akhir yang ingin dicapai dari program PERKUSI. Tahap
penerapan dilakukan dengan pendampingan produksi, pelatihan pengemasan, dan pemasaran.
Tujuan dari tahap penerapan sebagai penerapan dari tujuan utama program PERKUSI yaitu
mengurangi pencemaran lingkungan berupa limbah kulit singkong dan menghasilkan produk
olahan kulit singkong yang bernilai ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai