Anda di halaman 1dari 36

Meeting with Company A JUNE 15, 2021 - 18H

JULY 11, 2021 - 11H Meeting with Company A


Meeting with Company A JUNE 15, 2021 - 15H
AUGUST 8, 2021 - 16H Meeting with Company A
// Desember
Meeting with Company A 2021 JUNE 15, 2021 - 15H
RIL 15, 2021 - 15H Meeting with Company A
ing with Company A

PPN Lanjutan
dan PPn. BM
AZZAHRA SHAVIRA PUTRIE/B200200429/I1240
JUNE 15, 2021 - 18H
Meeting with Company A
MEETING DATE & TIME JUNE 15, 2021 - 15H
Main subject to discuss Meeting with Company A
JUNE 15, 2021 - 15H
Meeting with Company A
MARCH 22, 2021 - 15H
PENDAHULUAN

Salah satu hal yang ada di dalam Undang-undang omnibus law Cipta Kerja
adalah bidang perpajakan. Tren yang sedang mencuat saat ini adalah digitalisasi,
oleh karena itu diperlukan upaya untuk meyakinkan bahwa pemerintah dalam hal
ini Menteri Keuangan mampu mendulang pajak secara massif di era digital.
Disamping itu diperlukan upaya untuk menjaga hak perpajakan Indonesia dan
tidak terjadi erosi perpajakan karena orang bisa melakukan tax avoidance dan tax
allowance, di sisi lain diperlukan pula untuk membuat daya tahan Indonesia di
bidang perpajakan yang kompetitif. Tema inilah yang di masukkan di dalam
Undang-undang Cipta Kerja di bidang perpajakan.
Pembetulan SPT

1. SPT Masa PPN 1111 Masa Pajak Januari 2011 dan


setelahnya :
○ SPT berbentuk elektronik, pembetulan dilampiri
seluruh Lampiran SPT berbentuk dokumen elektronik
○ SPT berbentuk formulir kertas/ hardcopy, pembetulan
dilampiri Lampiran SPT yang dibetulkan
2. SPT Masa PPN 1111Masa Pajak sebelum Januari 2011,
pembetulan menggunakan formulir SPT Masa PPN yang
sama dengan formulir SPT Masa PPN yang dibetulkan
E-FAKTUR

Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi/sistem elektronik yang ditentukan Direktorat Jenderal Pajak

01 02
Pemasukan BKP dari tempat lain dalam pabean ke
Aplikasi yang digunakan seperti e-Faktur client desktop, kawasan bebas melalui pelabuhan/bandara wajib
e-Faktur web based dan e-Faktur host to host dibuatkan faktur yang diisi sesuai ketentuan yang
berlaku.

03 04

Pencantuman keterangan jenis barang dan jumlah barang NPWP bagi pembeli BKP/JKP dapat diganti NIK/nomor
keadaan yang sebenarnya termasuk kode pos tarif yang paspor jika WP pribadi tidak memiliki NPWP.
disesuaikan dengan buku tarif kepabeanan.
E-NOFA
Aplikasi online dari DJP bagi wajib pajak untuk melakukan permintaan nomor seri faktur pajak secara online

Langkah-Langkah : Syarat-Syarat :

Wajib pajak mendatangi KPP untuk dapat nomor Pengguna (WP yang dikukuhkan sebagai
seri faktur pajak Pengusaha Kena Pajak dan punya akun)
Membuat e-faktur di OnlinePajak (aplikasi Memiliki kode aktivasi dan password yang
hitung, setor dan lapor pajak diberikan DJP.
E-faktur dikirimkan ke email pengguna Memiliki sertifikat elektronik yang telah diajukan
ke KPP dan disetujui oleh DJP
Untuk permintaan nomor seri faktur pajak online,
WP mengakses website e-Nofa di
http://efaktur.pajak.go.id
Masukkan username (NPWP perusahaan dan
password)
BESARNYA PPN YANG WAJIB DISETOR

01 02 03
SATU DUA TIGA

PPN hitungan sendiri melalui PPnBM yang dipungut oleh PKP Pabrikan PPN/ PPnBM yang ditetapkan DJP pada
pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Keluaran. Yang disetor : selisih Pajak mewah. (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Masukan dan Pajak Keluaran, bila pajak Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat
Masukan lebih kecil dari Pajak Keluaran. Tagihan Pajak (STP).
Kantor Pos
dan Giro
Direktorat
Jenderal Bea Bank
dan Cukai, Pemerinta
Khusus h kecuali
untuk impor PPN
BTN
tanpa LKP Tempat
pembayaran PPn BM
penyetoran
Pajak
Bank lain Bank
penerima Pembangu
setoran nan
pajak Daerah

Bank
Devisa
Pembayaran dan Penyetoran Pajak Dilakukan ke Kas Negara Melalui:

Layanan : Sarana Lain :

Layanan Elektronik https://sse3.pajak.go.id BPN → secara elektronik/ datang ke Bank Persepsi

Layanan loket/teller Bank Persepsi/Pos SSPCP  PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan PPnBM
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi impor, dan PPN Hasil Tembakau Dalam Negeri
Mata Uang Asing
Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui
Pembayaran dan penyetoran pajak menggunakan Pemindahbukuan
Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana Bukti penerimaan pajak lain sesuai perpu
administrasi lain
SSP/sarana administrasi lain dinyatakan sah, jika
divalidasi dengan NTPN.
Bukti Pbk sah jika ditandatangani Pejabat yang berwenang
menerbitkan Bukti Pbk
Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dikenakan PPN (KMS)

KMS adalah kegiatan membangun bangunan yang


dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
pihak lain.

 
Yang dimaksud bangunan pada tanah atau perairan
dengan kriteria :
1. Konstruksi utamanya dari kayu, beton, baja, batu bata
atau bahan sejenis
2. Untuk tempat tinggal atau kegiatan usaha
3. Luas keseluruhan paling sedikit 200
Tarif dan Pengenaan Pajak Kegiatan Membangun Sendiri

01 02 03

KMS dikenakan PPN sebesar 10 %


Dasar Pengenaan Pajak atas KMS Termasuk pengertian jumlah biaya
(sepuluh persen) dari Dasar
adalah 20% dari jumlah biaya yang yang dikeluarkan untuk membangun
Pengenaan Pajak.
dikeluarkan atau dibayarkan, tidak sendiri adalah jumlah PPN yang
termasuk harga perolehan tanah. dibayar atas perolehan bahan dan jasa
untuk KMS tersebut.
Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan

Prinsip dasar pengkreditan Pajak Masukan :

A B
Pajak Masukan pada suatu Masa Pajak
dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk
A
A B
B PKP yang belum berproduksi sehingga
belum menyerahkan pajak terutang, Pajak
Masa Pajak yang sama. (Pasal 9 ayat 2
Masukan atas perolehan atau impor barang
UU PPN).
modal dapat dikreditkan.

C D
Yang dikreditkan harus menggunakan
Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan
C
C D
D Pajak Masukan yang dibayar untuk
perolehan BKP/JKP harus dikreditkan
Ps 13 ayat (5)&(9). (Ps 9 ayat 2a UU dengan Pajak Keluaran di tempat PKP
PPN). dikukuhkan.
Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan Sesuai Pasal 9 Ayat 8 UU PPN

01 02 03
Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa
Perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
mempunyai hubungan langsung dengan
dikukuhkan sebagai PKP memenuhi ketentuan (Pasal 13 ayat (5)/
kegiatan usaha
(9))

04 05 06
Perolehan dan pemeliharaan kendaraan Perolehan Barang Kena Pajak selain
Perolehan Barang/Jasa Kena Pajak yang
bermotor berupa sedan dan station barang modal/Jasa Kena Pajak sebelum
Pajak Masukannya ditagih dengan
wagon, kecuali barang dagang atau Pengusaha Kena Pajak berproduksi
penerbitan ketetapan pajak
disewakan (ayat (2a))
// Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan

Pengusaha Kena Pajak yang peredaran usahanya dalam 1 (satu) tahun tidak
melebihi jumlah tertentu. Dan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan
usaha tertentu (diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan).
PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak
melebihi Rp1.800.000.000,00 dapat menghitung Pajak Masukan dengan
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan. (Pasal 9 ayat
(7) UU PPN, PMK- 74/PMK.03/2010).
Ketentuan Umum Deemeed Omzet

Omzet dalam 2 tahun buku sebelumnya tdk


WP yang baru dikukuhkan sebagai
melebihi Rp 1.800.000.000 untuk setiap satu
PKP
tahun buku

Wajib pindah ke PK-PM : Mulai Masa Pajak berikutnya setelah peredaran usahanya melebihi
Rp1.800.000.000,00, MERCURY
dan akan Dikenai sanksi jika tdk pindah ke mekanismeVENUS
PKPM, PM yg dpt dikreditkan
adalah PM mulai masa pajak saat digunakannya mekanisme PKPM. Dan PKP dapat Kembali menggunakan
deemed omzet : PKP dapat Kembali menggunakan deemed omzet apabila peredaran dalam 2 tahun tidak melebihi
Rp1.800.000.000,00,-.
Deemed Omzet: Prosentase PM bagi penyerahan JKP adalah 60% dikalikan PK, dan bagi penyerahan BKP
adalah 70% dikalikan PK. Dan penghitungan PK adalah 10% dikalikan DPP/ (Peredaran Usaha). Adapun PPN
yang disetor atas penyerahan JKP adalah 4% dikalikan DPP dan 3% dikalikan DPP atas BKP.
// Ketentuan Umum Deemeed Omzet

CONTOH

Toko Merah, merupakan usaha milik Bapak Postel yang bergerak di


bidang perdagangan alat rumah tangga yang sudah dikukuhkan sebagai PKP
dan termasuk sebagai PKP tertentu. Dalam bulan Januari 2011, usaha Bapak
Postel memiliki omset penjualan sebesar Rp. 100 juta dengan pajak keluaran
(PK) sebesar Rp. 10 juta. Sedangkan pajak masukan (PM) yang telah dibayar
oleh Bapak Postel adalah sebesar Rp. 8 juta.
Dengan demikian, Toko Merah untuk bulan Januari 2011 harus
membayar ke kas negara sebesar Rp. 3 juta rupiah (PK- (30% x PK)) atau (10
juta – (70% x 10 juta)). Dalam hal ini meskipun Bapak Postel memiliki PM
sebesar Rp. 8 juta, namun PM yang diakui/yang dapat dikreditkan dengan
mekanisme deem PM tersebut adalah hanya sebesar Rp7 juta.
// Pajak Penjualan Barang Mewah

Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah


dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena
Pajak Tergolong Mewah di Daerah Pabean dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya;

Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah

// Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang PPN //


Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM

01 30% 23% 02
Perlu keseimbangan pembebanan Perlu adanya perlindungan terhadap
pajak antara konsumen yang produsen kecil atau tradisional
berpenghasilan rendah dengan
konsumen yang berpenghasilan tinggi

03 12% 35% 04
Perlu adanya pengendalian pola Perlu untuk mengamankan
konsumsi atas Barang Kena Pajak penerimaan negara
Yang Tergolong Mewah
// Pengertian BKP Mewah

1. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau


2. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
3. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
4. Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
5. Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu ketertiban
masyarakat, seperti minuman beralkohol

 Undang-undang terbaru PPN dan PPnBM yaitu Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Perubahan Ketiga Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (terbit tanggal 15 Oktober 2009, mulai berlaku 1 April 2010).
// Kriteria Barang Sangat Mewah

a. pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari


Rp20.000.000.000

b. kapal pesiar dan sejenisnya, yang harganya di atas


Rpl0.000.000.000

c. rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga


pengalihannya lebih Rp l0.000.000.000, sedangkan luas
bangunannya lebih dari 500 M3.

d. apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga


jual atau nilai pengalihan di atas Rp l0.000.000.000,
ataupun luas bangunan lebih dari l00nV.

e. kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang


kurang dari 10 orang. Jenisnya berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle (SUV), multipurpose vehicle (MPV), diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.253/PMK03/2008
ataupun minibus.
Cara Menghitung PPN dan PPnBM

PPN & PPnBM terutang dihitung dengan mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

01 02 03
Kelompok & Jenis BKP
Tarif PPN Tarif PPn BM Mewah

Diatur dalam Ps 7 UU PPN 1984 Menurut Ps 8 UU No 42 tahun 2009 Menurut Peraturan Pemerintah
• Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah • Tarif PPnBM adalah 10% ≤ x ≤ 20% • Kelompok Barang Kena Pajak Yang
10% • Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor Tergolong Mewah yang dikenakan
• Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar BKP adalah 0% Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
0% • Jenis Barang yang dikenakan Pajak
• Tarif pajak (ayat 1) diubah menjadi 5% Penjualan Atas Barang Mewah atas
≤ x ≤ 15% diatur dengan Peraturan Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Pemerintah (PP) Mewah
Cara Menghitung PPN & PPnBM Terutang

Cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan Jumlah Harga Jual, Penggantian,
Nilai Impor, Nilai ekspor atau Nilai Lain. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan(Pasal 7 ayat (1)) hanya untuk menjamin rasa keadilan dalam hal :
• Harga Jual, Nilai Penggantian, Nilai Impor, dan Nilai Ekspor sukar ditetapkan, dan atau
• Penyerahan Barang Kena Pajak yang dibutuhkankan oleh masyarakat banyak, seperti air minum, listrik dan sejenisnya.
Pihak yang berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib membayar PPN yang seharusnya sudah dibayar tersebut
merupakan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak. Pajak Masukan yang wajib dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak yang
dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungutnya dalam Masa Pajak yang sama.
Pengusaha Kena Pajak belum berproduksi atau belum melakukan peyerahan Barang atau Jasa Kena Paja, ekspor Barang
Kena Pajak sehingga Pajak Keluarannya belum ada (nihil), maka Pajak Masukan yang telah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
pada waktu perolehannya tetap dapat dikreditkan sesuai dengan Pasal 9 ayat (2), kecuali Pajak Masukan dalam Pasal 9 ayat (8).
Kelebihan Pajak Masukan dapat diminta kembali atau dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya.
// Ilustrasi Pengkreditan Pajak Masukan Terhadap Pajak Keluaran:

CONTOH 1
Pengusaha Kena Pajak melakukan beberapa macam penyerahan yaitu:
a. penyerahan terutang pajak = Rp, 250.000.000,00
Pajak Keluaran = Rp. 2.500.000,00.
b. penyerahan yang tidak dikenakan PPN = Rp. 5.000.000,00
c. penyerahan yang dibebaskan dan pengenaan PPN = Rp. 5.000.000,00
Pajak Keluaran = NIHIL
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan:
a. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkait dengan penyerahan yang terutang pajak Rp1.500.000,00.
b. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenakan PPN Rp300.000,00.
c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN
Rp500.000,00.
Menurut ketentuan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesar Rp 2.500.000,00
hanya sebesar Rp. 1.500.000,00. Dalam hal Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui
dengan pasti, maka cara pengkreditan Pajak Masukan dihitung berdasarkan pedoman yang diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan yang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan kepastian Pengusaha Kena Pajak.
Ilustrasi Pengkreditan Pajak Masukan Terhadap Pajak Keluaran:

CONTOH 2
Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 3 Januari 2009.
Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak diherikan pada
tanggal 5 januart 2009 dan berlaku surut sejak tanggal 3 Januari
2009. Pajak Masukan yang diperoleh sebelum tanggal 3 Januari
2009 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ayat ini. Yang
dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan
dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan-
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.
Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha. Aturan ini
memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang
diperoleh sebelum pengusaha melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat
dikreditkan.
// Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas

Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas

Pembeli kendaraan bermotor bekas dari dealer kendaraan


bermotor bekas akan mengeluarkan uang lebih besar dari
sebelumnya, karena PPN yang dibayar lebih besar dari sebelumnya.
Bukan karena tarif PPN berubah. Tarif PPN tetap 10% (sepuluh
persen). Tetapi yang berubah adalah Dasar Pengenaan Pajaknya.

Secara yuridis tidak semua barang yang dikonsumsi


merupakan objek PPN. Pajak Pertambahan Nilai “hanya” dikenakan
terhadap barang kena pajak.
Barang Kena Pajak

Yang dimaksud barang kena pajak adalah semua barang kecuali yang termasuk golongan barang :

02 04

Barang kebutuhan pokok yang sangat Uang, emas batangan, dan surat
dibutuhkan oleh rakyat banyak berharga

01 03

Barang hasil pertambangan atau hasil Makanan dan minuman yang disajikan di
pengeboran yang diambil langsung dari rumah makan, dll. Baik dikonsumsi di
sumbernya tempat/tidak (diserahkan oleh jasa
boga/katering
Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas

Kendaraan bermotor bekas tidak termasuk dalam 4


kelompok barang dimaksud sehingga termasuk barang kena
pajak yang atas konsumsinya terutang PPN. Meskipun
konsumen yang memikul beban pajak tetapi kewajiban
pelunasannya ke Kas Negara diserahkan kepada penjual.
Penjual memegang fungsi menetapkan pajak atas penyerahan
barang dan jasa yang terutang PPN dengan menerbitkan
Faktur Pajak. Faktur Pajak inilah yang merupakan bukti beban
pajak bagi pembeli yang harus dibayar kepada penjual dan
merupakan bukti pungutan pajak bagi penjual yang
selanjutnya wajib disetor ke Kas Negara.
Mekanisme Pelunasan PPN ke Kas Negara

Pasal 9 UU PPN 1984

01 02
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan
dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan;

03 04
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran > Apabila Pajak Masukan yang dapat dikreditkan > Pajak
Pajak Masukan, selisihnya merupakan PPN yang Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak; dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
// Mekanisme Pelunasan PPN untuk Penyerahan Kendaraan Bermotor Bekas

Diatur dalam Pasal 9 ayat 7a dan 7b UU PPN 1984 dan


ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 79/PMK.03/2010. Dalam peraturan tersebut diatur bahwa
bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha yang
semata-mata melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas
secara eceran, besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
dihitung menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan, yaitu sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari Pajak
Keluaran.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
567/KMK.04/1994 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
251/KMK.03 /2002. Dalam Peraturan tersebut antara lain diatur;
dasar Pengenaan Pajak untuk penyerahan kendaraan bermotor bekas
adalah berupa Nilai Lain yang ditetapkan sebesar 10% dari Harga
Jual, Pajak Masukan yang terkait dengan penyerahan kendaraan
bermotor bekas tidak dapat dikreditkan.
Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP

Istilah pengkreditan Pajak Masukan berlaku bagi setiap Pengusaha


Kena Pajak ketika membeli barang atau memanfaatkan jasa untuk
kepentingan usaha. Karena barang yang dibeli atau jasa yang dimanfaatkan
tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi sehingga pengusaha ybs bukan
merupakan sasaran bagi pengenaan PPN. Pajak yang sudah “terlanjur”
menjadi beban selanjutnya dapat dilimpahkan ke konsumen berikutnya yang
menurut sudut pandang penjual merupakan sasaran pengenaan PPN. Secara
yuridis pelimpahan pajak ke konsumen berikutnya dilakukan dengan
mekanisme pengkreditan. Secara konseptual, apabila Pengusaha Kena Pajak
dapat membuktikan bahwa dia bukan konsumen akhir dari barang yang dibeli
atau jasa yang dimanfaatkan maka PPN yang dibayar dapat dikreditkan.
// PPN atas Pemakaian Sendiri

PPN atas pemakaian sendiri sebelumnya diatur dalam


Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-87/PJ./2002 tentang
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah Atas Pemakaian Sendiri dan atau
Pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak dan atau Jasa
Kena Pajak. Dalam pasal 5 PP Nomor 1 Tahun 2012 ini
kemudian mengangkat substansi materi tersebut ke tingkat
yang lebih tinggi. Tak ada perubahan berarti sebenarnya
dilihat dari substansinya
//Pemakaian Sendiri

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak Tujuan Produktif

Pemakaian Barang Kena Pajak untuk kepentingan Pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk
pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya, baik kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang
barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri. mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi kegiatan
produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen

Pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak Tujuan Konsumtif

Pemakaian Jasa Kena Pajak untuk kepentingan


pengusaha sendiri, pengurus, atau karyawannya Pemakaian BKP/JKP yang tidak ada kaitan dengan
kegiatan produksi selanjutnya atau untuk kegiatan yang
tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan
usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang meliputi
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan
manajemen
// Perlakuan Pajak PPN

Perlakuan PPN atas pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dan tujuan
konsumtif berbeda. Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak dilakukan
pemungutan PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk
penyerahan yang tidak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan.
Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan, tidak dilakukannya pemungutan PPN
untuk pemakaian sendiri tujuan produktif dimaksudkan untuk kemudahan
administrasi karena PPN atas pemakaian sendiri untuk tujuan produktif nantinya
dapat dikreditkan kembali. Jadi, sebenarnya pemakaian sendiri untuk tujuan
produktif sebenarnya tetap terutang PPN.
PPN Pulsa dan Kartu Perdana

Pemerintah resmi berlakukan pajak pulsa, kartu perdana, token listrik, dan voucer. Aturan pungutan pajak ini
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.03/2021 dan berlaku mulai 1 Februari 2021.
Pemerintah resmi berlakukan pajak pulsa, kartu perdana,token listrik, dan voucer. Aturan pungutan pajak ini
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/PMK.03/2021 dan berlaku mulai 1 Februari 2021. Dalam
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pulsa,
kartu perdana, token, dan voucer tidak ada di dalam negative list. Artinya daftar barang atau jasa tersebut
tidak dikenakan PPN. Dapat dikatakan bahwa semua barang atau jasa yang diperjualbelikan itu kena PPN
kecuali yang ada di dalam daftar yang dikenakan PPN.

Dalam usaha penjualan pulsa dan kartu perdana, ada banyak distributor di antara operator
telekomunikasi seluler dan masyarakat sebagai konsumen akhir. PMK 6/2021 ini menyederhanakan
pemungutan PPN dalam penjualan pulsa dan kartu perdana. Dengan begitu, jelas tidak ada jenis dan objek
pajak baru. Bukan hanya itu, konsumen juga tak mengeluarkan tambahan uang saat membeli keduanya.
PPN Token Listrik

Listrik termasuk barang kena pajak tertentu yang


bersifat strategis dan dalam batas tertentu tidak
dikenakan PPN. Listrik dikenakan PPN jika pemakaian
dayanya di atas 6600 watt. Kurang dari itu tidak kena
PPN. Pada aturan sebelumnya, PPN dikenakan atas
seluruh nilai token listrik yang dijual oleh agen. Dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 6/2021 Pasal 2
dijelaskan token adalah listrik yang termasuk barang
kena pajak yang bersifat strategis sesuai dengan
60% ketentuan pada bidang perpajakan. Pada peraturan
PAJAK PULSA baru ini PPN token listrik dikenakan hanya atas jasa
penjualan/pembayaran token listrik berupa komisi atau
Peraturan Menteri Keuangan Nomor selisih harga yang diterima penjual, bukan nilai atas
6/2021 Pasal 2
token listriknya.
PPN Voucher

Hampir sama dengan token, komisi dan selisih harga penjualan voucer juga dikenakan pajak. PPN
dikenakan atas imbalan atau komisi atau fee yang diterima oleh distributor voucer dari penyelenggara voucer.
Dalam PMK Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penghitungan dan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai serta
Pajak Penghasilan atas Penyerahan/Penghasilan Sehubungan dengan Penjualan Pulsa, Kartu Perdana,
Token, dan Voucer, PPN hanya dikenakan atas jasa penjualan atau pemasaran voucer berupa komisi atau
selisih harga yang diperoleh agen penjual, bukan atas nilai voucer. Hal ini dikarenakan voucer diperlukan
sebagai alat pembayaran atau setara dengan uang yang memang tidak terutang PPN.
Dengan demikian, PPN hanya dikenakan atas jasa penjualan/pemasaran agen penjual voucer berupa
komisi atau selisih harga. Sementara itu, PPh Pasal 23 mengatur mengenai pajak atas jasa
penjualan/pembayaran agen token listrik dan voucer, untuk pemasaran/penjualan voucer merupakan pajak
yang dipotong di muka dan tidak bersifat final. Atas pajak yang dipotong tersebut nantinya dapat dikreditkan
oleh distributor voucer dalam SPT Tahunannya.
Meeting with Company A
JUNE 15, 2021 - 15H
Meeting with Company A
JUNE 15, 2021 - 15H
// PPN Lanjutan dan PPn. BM Meeting with Company A
MARCH 22, 2021 - 15H
Meeting with Company A

THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
JUNE 25, 2021 - 12H
Meeting with Company A JUNE 15, 2021 - 18H
JULY 11, 2021 - 11H Meeting with Company A
Meeting with Company A JUNE 15, 2021 - 15H
AUGUST 8, 2021 - 16H Meeting with Company A

Anda mungkin juga menyukai