Anda di halaman 1dari 5

Hal 117-132

 Bagian Keempat

Pemberian kuasa Untuk Pembelian

(1) Sesuatu yang dikuasakan kepada penerima kuasa harus diketahui dengan jelas agar bisa
dilaksanakan.

(2) Pemberi kuasa harus menyatakan jenis barang yang harus dibeli.

(3) Jika jenis barang itu sangat bervariasi, maka pemberi kuasa harus menyebutkan variannya.

(4) Jika syarat yang terdapat dalam ayat (1), (2), dan (3) tidak terpenuhi, maka transaksi pemberian
kuasa tidak sah.

 Bagian Kelima

Pemberian kuasa Untuk Penjualan

Pihak penerima kuasa yang telah diberi kekuasaan penuh untuk melaksanakan suatu proses
transaksi jual-beli berhak menjual harta milik pemberi kuasa dengan harga yang wajar.

 Bagian Keenam

Pemberian Kuasa untuk Gugatan

Baik penggugat maupun tergugat boleh menguasakan kepada orang lain yang mereka pilih untuk
bertindak sebagai penerima kuasa dalam perkara gugatan.

 Bagian Ketujuh

Pencabutan Kuasa

(1) Pemberi kuasa berhak mencabut kuasa dari penerima kuasanya

(2) Suatu kuasa yang dicabut oleh penerima kuasa, maka pencabutan kuasa itu baru akan berlaku
setelah diberitahukan kepada pemberi kuasa.

(3) Akad pemberian kuasa tidak dapat dialihkan dengan cara diwariskan.

BAB XVIII

SHULH

 Bagian Pertama
ash-shulhu adalah suatu jenis akad untuk mengakhiri perlawanan antara dua orang yang
berlawanan.

Ketentuan Umum Shulh

(1) Perdamaian dapat dilakukan sendiri oleh pihak yang berperkara atau orang yang dikuasakan
untuk itu sepanjang disebutkan dalam surat kuasa.

(2) Pemberi kuasa tidak dibenarkan menyelesaikan sendiri perkaranya tanpa diketahui oleh
penerima kuasa.
 Bagian Kedua

Penggantian Objek Shulh

(1) Jika penggantian objek perdamaian berupa barang tertentu, maka barang itu dianggap sebagai
suatu barang sah sebagaimana barang asal.

(2) Jika penggantian objek perdamaian itu berupa piutang, maka penggantian objek perdamaian
dianggap sebagai pembayaran harga.

 Bagian Ketiga Gugatan dalam Shulh

(1) Jika akad perdamaian dibuat dengan materi yang berupa pengakuan atas harta yang
disengketakan, maka perdamaian itu diakui sebagai sebab kepemilikan.

(2) Jika seluruh atau sebagian dari pengganti objek perdamaian diambil dari seseorang yang berhak
atas penggantian itu, maka penggantian objek perdamaian berupa barang yang digugat dari
perdamaian itu, yakni bisa seluruhnya atau sebagiannya, dinyatakan sah.

BAB XIX PELEPASAN

(1) Pelepasan hak yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah
tidak sah.

(2) Jika seseorang telah melepaskan haknya dari orang lain, maka haknya menjadi hapus, dan
seseorang itu tidak lagi berhak mengajukan tuntutan mengenai hal itu.

Hal 100

BAB XV GASHB DAN ITLAF

 Bagian Pertama Rukun dan Syarat Gashb

Rukun gashb/perampasan terdiri atas:

a. pelaku gashb/perampasan;

b. korban perampasan;

c. harta rampasan; dan

d. perbuatan perampasan.

 Bagian Kedua

Perampasan Benda Tetap

Pelaku perampasan benda tetap wajib mengembalikan benda itu kepada pemiliknya tanpa
penambahan atau pengurangan.

 Bagian Ketiga

Merampas Harta Hasil Rampasan

Merampas harta hasil rampasan dari pelaku perampasan adalah merampas juga.

Pelaku perampasan kedua yang mengembalikan harta rampasan kepada pelaku perampasan
pertama, terbebas dari tanggungjawab.
 Bagian Keempat

Perusakan Harta Secara Langsung

(1) Pihak yang melakukan perusakan harta orang lain, wajib mengganti kerugian.

(2) Pemilik berhak menuntut ganti rugi kepada perusak harta miliknya walaupun harta tersebut
ketika dirusak berada di bawah kekuasaan orang lain.

 Bagian Kelima

Perusakan Harta secara Tidak Langsung

(1) Perusakan dapat terjadi dengan perbuatan langsung dan perbuatan tidak langsung; serta
dilakukan secara sengaja dan tidak sengaja.

(2) Perusak tidak langsung yang dilakukan secara sengaja, wajib membayar ganti rugi.

(3) Perusak tidak langsung yang terjadi karena kelalaiannya, wajib membayar ganti rugi.

(4) Ganti rugi perusakan tidak langsung dapat dilakukan secara langsung, melalui mediator, dan atau
pengadilan.

BAB XVI SYIRKAH

 Bagian Pertama

Syirkah Milk

Syirkah milk/hak milik bersama atas harta dengan kepemilikan penuh terjadi apabila ada dua pihak
atau lebih, bergabung dalam suatu kepemilikan atas harta tertentu.

 Bagian Kedua

Pemanfaatan Syirkah Milk

Pemanfaatan syirkah milk dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

 Bagian Ketiga

Hak Atas Piutang Bersama

Jika salah satu pihak atau lebih meminjamkan harta warisan yang menjadi hak milik bersama kepada
pihak lain, maka piutang itu menjadi hak milik bersama.

 Bagian Keempat

Pemisahan Hak Milik Bersama

Pemisahan hak milik bersama dapat dilakukan selama dapat dihitung ukurannya dengan penetapan
pembagian atau pertukaran.

 Bagian Kelima

Syarat-Syarat Pemisahan

Pemisahan hak milik bersama hanya dapat dilakukan pada harta yang berwujud dengan status
kepemilikan sempurna.
Pemisahan harus dilakukan setelah bagian sahamnya diidentifikasi dan bisa dibedakan.

Pemisahan harus dilakukan sesuai dengan saham yang dimiliki masing-masing pemilik.

Pemisahan berdasarkan kesepakatan harus dinyatakan para pemilik baik dengan lisan, tulisan, atau
isyarat.

Pemisahan berdasarkan penetapan pengadilan dapat dilakukan atas adanya permohonan salah satu
pihak atau para pihak.

Pemisahan dapat dilakukan terhadap harta yang manfaatnya tidak boleh hilang dengan adanya
pemisahan tersebut.

Pemisahan tidak boleh merugikan pihak lainnya atau pihak-pihak yang memiliki hak manfaat atas
hak milik bersama tersebut.

 Bagian Keenam

Cara Pemisahan

Hak milik bersama yang dapat diukur dipisahkan berdasarkan ukuran.

Hak milik bersama yang tidak dapat diukur dipisahkan berdasarkan nilainya.

BAB XVII WAKALAH

 Bagian Pertama

Rukun dan Macam Wakalah

(1) Rukun wakalah terdiri atas :

a. wakil;

b. muwakkil;

c. akad.

(2) Akad pemberian kuasa terjadi apabila ada ijab dan kabul.

(3) Penerimaan diri sebagai penerima kuasa bisa dilakukan dengan lisan, tertulis, isyarat, dan atau
perbuatan.

(4) Akad pemberian kuasa batal jika pihak penerima kuasa menolak untuk menjadi penerima kuasa.

 Bagian Kedua

Syarat Wakalah
(1) Seorang penerima kuasa harus sehat akal pikirannya dan mempunyai pemahaman yang
sempurna serta cakap melakukan perbuatan hukum, meski tidak perlu harus sudah dewasa.

(2) Seorang anak yang sudah mempunyai pemahaman yang sempurna serta cakap melakukan
perbuatan hukum sah menjadi seorang penerima kuasa.

(3) Seorang anak penerima kuasa seperti disebut pada ayat (2) di atas, tidak memiliki hak dan
kewajiban dalam transaksi yang dilakukannya.
(4) Hak dan kewajiban dalam transaksi seperti disebut pada ayat (3) di ats dimiliki oleh pemberi
kuasa.

 Bagian Ketiga

Ketentuan Umum tentang Wakalah

Transaksi pemberian kuasa sah jika kekuasaannya dilaksanakan oleh penerima kuasa dan hasilnya
diteruskan kepada pemberi kuasa. Hak dan kewajiban di dalam transaksi pemberian kuasa
dikembalikan kepada pihak pemberi kuasa.

Anda mungkin juga menyukai