Anda di halaman 1dari 19

DINAMIKA KOMUNITAS WARUNG KOPI DAN

POLITIK RESISTENSI DI PULAU BELITUNG


Erwiza Erman
Peneliti pada Pusat Sumber Daya Regional - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PSDR-LIPI)
Email: erwiza_e@yahoo.com

Diterima: 27-1-2014 Direvisi: 11-2-2014 Disetujui: 28-2-2014

ABSTRACT
At present the coffee shop business undergoes rapid development in conjunction with the creation of tastes,
desires, and lifestyle of new urban middle class. In the past, drinking a cup of coffee is identical to old people, it
now, through a variety of advertisement, comes as a very expensive and luxurious lifestyle for middle class. By
choosing the towns of Tanjung Pandan and Manggar in Belitung island as a case study, this article tries to see the
factors of the emergence, development, function of coffee shops, and the role of the community in the wider political
and economic contexts. By applying the method of historical research, direct observation, and in-depth interviews
with the owners and customers as well as communities around the coffee shop, this study found that a coffee shop
is not just a business venture and public spaces that satisfy the desire and craving coffee addict, but it is as a place
to establish community, solidarity and channel of the politics of resistance to fight for justice. This development
continue to process, and it cannot be separated from local/nasional economic and political developments.

Keywords: Coffee shop, development, community, politics of resistance, Belitung.

ABSTRAK
Dewasa ini bisnis warung kopi mengalami perkembangan yang pesat bersamaan dengan penciptaan selera,
hasrat, dan gaya hidup baru kelas menengah kota. Jika dulu minum kopi identik dengan orangtua, kini melalui ber-
bagai iklan, kopi hadir sebagai minuman supermahal, identik dengan kemewahan dan gaya hidup kelas menengah.
Dengan memilih Kota Tanjung Pandan dan Manggar di Pulau Belitung sebagai studi kasus, artikel ini mencoba
melihat faktor-faktor kemunculan, perkembangan, fungsi warung kopi, dan peran komunitasnya dalam konteks
politik dan ekonomi yang lebih luas. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, observasi langsung dan
wawancara mendalam dengan pemilik dan pelanggan serta masyarakat sekitar warung kopi, penelitian ini memper-
lihatkan bahwa warung kopi tidak hanya sekedar sebuah usaha bisnis dan ruang publik yang memuaskan keinginan,
hasrat pencandu kopi, tetapi adalah sebagai tempat membentuk komunitas, solidaritas dan saluran politik resistensi
untuk memperjuangkan keadilan. Perkembangan ini berproses dan itu tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ekonomi dan politik lokal/nasional.

Kata kunci: Warung kopi, perkembangan, komunitas, politik resistensi, Belitung

PENDAHULUAN Belanda untuk diekspor ke luar Hindia-Belanda.


Indonesia adalah negara pengekspor kopi utama Melalui kebijakan Tanam Paksa kopi di daerah
di dunia. Sebagian besar kopi yang dihasilkan Jawa, Sumatra Barat, Tapanuli Selatan, dan Sula­
oleh para petani Indonesia diekspor, dan hanya wesi Utara, pemerintah Belanda memperoleh
sebagian kecil dikonsumsi.1 Tanaman kopi yang ke­­untungan besar dalam perdagangan kopi
lebih berorientasi ekspor ini bukanlah fenomena itu.2 Di Pulau Jawa, tanaman kopi lebih banyak
baru, tetapi merupakan akumulasi pengalaman
2 Untuk ini lihat studi-studi antara lain oleh Mestika Zed,
masa lalu. Bukti-bukti historis menunjukkan 2010, “Dari Melayu Kopi Daun Hingga Kapitalisme
betapa pentingnya kopi bagi pemerintah kolonial Global, dalam ejournal.unp.ac.id. Vol. 6, No. 2 (2010);
Mestika Zed, 1983. Melayu Kopi Daun: Eksploi-
1 Mengingat konsumsi kopi masyarakat Indonesia rata-rata tasi Kolonial dalam Sistem Tanaman Paksa Kopi di.
baru mencapai 1,2 kg per kapita/tahun dibanding dengan Minangkabau Sumatra Barat (1847–1908). Thesis
negara-negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, S2. Jakarta: ­Pascasarjana Bidang Studi Ilmu Sejarah,
Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia Universitas Indonesia; R.E. Elson, 1994. Village Java
10,6 kg, dan Finlandia 11,4 kg per kapita/tahun. Http// under The Cultivation System, 1830–1870, Sidney; ASA
www/finance.detik.com. Diakses 23 Desember 2013. ­Publication, hlm.68.

89 
dibudidayakan di beberapa wilayah dataran tinggi lipat dalam tiga tahun terakhir dari 1,2 juta orang
seperti di Keresidenan Kedu (Bagelen), Banten, pada tahun 2011 menjadi 3,5 juta orang pada
Kediri, Madiun, Pasuruan, dan Semarang. Di tahun 2013. Sekitar 64% konsumennya berada di
Sumatra Barat, sebelum pemerintah Belanda Jakarta.4 Menurut survei Antara terhadap analis,
mewajibkan kopi sebagai Tanam Paksa pada dealer, dan pelaku industri kopi diprediksi bahwa
tahun 1847, penduduk sudah lama mengenal dan konsumsi kopi di Indonesia periode 2013–2014
menanam tanaman ini untuk diperdagangkan, akan naik sampai 13,44%. 5
terutama dengan para pedagang Amerika yang Bersamaan dengan ekspansi warung kopi in-
datang ke Padang. ternasional, warung kopi tradisional dan setengah
Pada masa sekarang, Indonesia merupakan modern juga meningkat jumlahnya di berbagai
negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia kota di Indonesia. Boleh jadi peningkatan kedua
setelah Brasil dan Vietnam. Indonesia mampu jenis warung kopi ini sebagai kontestasi antara
memproduksi 748 ribu ton atau 6,6% dari produksi budaya global dan lokal atau karena munculnya
kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, kelas menengah kota dengan gaya hidup yang
produksi kopi robusta mencapai lebih dari 601 memerlukan identitas baru, ruang publik dan
ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika men- organisasi sosial baru. Artikel ini mencoba meli-
capai lebih dari 147 ribu ton (19,6%).3 Sebagian hat faktor-faktor penyebab sejarah kemunculan,
besar kopi Indonesia diekspor ke luar negeri, dinamika perkembangan warung kopi di Pulau
seperti Amerika, Jepang, Norwegia, dan Filandia. Belitung dalam perspektif ekonomi, politik dan
Selama satu dekade terakhir, berbagai usaha budaya yang lebih luas. Memang ada kaitan erat
dilakukan dalam meningkatkan tingkat konsumsi antara kehadiran warung kopi dengan proses
kopi dalam negeri dengan berbagai promosi. Islamisasi dan perkembangan tarekat yang ber-
Kondisi ini bersamaan dengan munculnya bisnis hubungan dengan dunia Arab di mana tradisi mi-
pengolahan kopi yang dikemas dalam berbagai num kopi berasal. Kriteria di atas tidak ditemukan
bentuk menarik dan munculnya bisnis warung kopi di Belitung, tetapi dua kota di pulau itu, Tanjung
dari yang berbentuk sederhana sampai ke sistem Pandan dan Manggar memiliki warung kopi
pelayanan yang prima dan canggih. Di mall-mall sejak zaman Belanda. Boleh jadi kasus dinamika
di kota-kota besar, bermunculan warung-warung warung kopi di Belitung memperlihatkan tradisi
kopi modern, seperti Starbucks dan Coffee Bean berbeda dengan daerah-daerah yang masuk dalam
yang menyuguhkan kopi dengan harga mahal, kriteria di atas. Sampai saat ini studi mengenai
bergaya Barat, dilengkapi pula dengan fasilitas warung kopi dari berbagai perspektif tampaknya
internet. Warung kopi modern, Starbucks yang telah menarik perhatian dunia akademis dari
merupakan usaha kapitalis internasional telah berbagai jurusan. Dari perspektif sejarah, Amra
melakukan penetrasi dan ekspansi bisnisnya ke (2013) memperlihatkan sejarah kemunculan
berbagai negara dan menyuguhkan pelayanan dan perkembangan bisnis warung kopi keluarga
untuk masyarakat global. Tionghoa mulai dari yang berskala kecil sampai
memiliki cabang-cabangnya di berbagai kota di
Di Indonesia, dalam 10 tahun usia Starbucks
luar Makassar.(2013). Dwi Indah Lestari (2009)
pada tahun 2012, terdapat 125 gerai di sepuluh
menganalisis kaitan erat antara pencarian identitas
kota dan meningkat menjadi 150 gerai pada tahun
generasi muda ‘Jawa Timur’ warung kopi Blan­
2013 (Pewarta Indonesia 28 Mei 2012). Seiring
dongan di Yogyakarta.
dengan ekspansi global warung kopi internasional
ini, berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan Dari perspektif ekonomi, Leonard, (2002)
konsumsi kopi masyarakat kelas menengah mencoba menganalisis perkembangan warung
atas. Hal ini terbukti dari penelitian Nielsen di kopi di Medan dari sudut pendapatan, semen-
sembilan kota besar di Indonesia, di mana jumlah tara dari perspektif komunikasi, Perwita (2011)
pengunjung kedai kopi meningkat hampir tiga kali 4 http://pasardana.com/konsumsi-kopi-Indonesia, diakses,
23 Desember 2013.
3 Http//www/houseofinfographics.com/kopi-indonesia- 5 http://pasardana.com/konsumsi-kopi-Indonesia, diakses,
terbesar-ketiga, diakses 23 Desember 2013. 23 Desember 2013.

90 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


melihat bahwa komunikasi dan pelayanan yang ini disebut Brian (2005) dengan civilizing society,
menyenangkan oleh pemilik dan pelayan warung artinya warung kopi berfungsi sebagai tempat
kopi dengan pelanggan telah membawa dampak bagi masyarakat untuk menyampaikan berbagai
positif terhadap perkembangan bisnis ini. Dari masalah sosialnya dengan cara-cara bijak.
perspektif sosiologis, menurut Ditrastiko (2013), Studi ini mencoba melihat proses kemunculan
ada hubungan erat antara kebutuhan masyarakat dan dinamika perkembangan warung dan komuni-
bawah (buruh) di Gresik terhadap ruang publik tasnya dalam konteks perubahan sosial-ekonomi
seperti warung kopi, tempat untuk menyampaikan yang lebih luas. Lokasinya adalah warung kopi
berbagai keinginan, kegelisahan individual dan yang terdapat di Kota Tanjung Pandan dan
kolektif terhadap kehidupan dan kondisi kerja. Manggar. Pertama, kemunculan warung kopi di
Kebanyakan studi-studi di atas dibuat setelah era Belitung tidak dapat dipisahkan dari perkembang­
Reformasi, yakni ketika warung kopi internasi- an ekonomi timah dan kemunculan masyarakat
onal memasuki pasar dan warung kopi lokal mulai tambang. Kedua, adanya keinginan untuk datang
menggeliat. Dengan demikian, tampak hubungan ke warung kopi tidak hanya sekedar menikmati
erat antara produksi pengetahuan tentang warung harumnya aroma kopi, tetapi adalah kombinasi
kopi dengan studi sosial-ekonomi dan budaya dari yang unik antara ‘budaya keingintahuan’ dan
warung kopi itu sendiri. ‘budaya keluh kesah’ melalui obrolan warung
Studi-studi di atas telah memberikan kon­­tri­ kopi dan menikmati kopi. Ketiga, berkembangnya
busi positif tentang warung kopi baik dari per­spektif bisnis warung kopi tidak dapat dipisahkan dari
sejarah, ekonomi, komunikasi, maupun sosio­ bisnis perdagangan kopi di satu pihak, muncul-
logi. Perbedaan sudut pandang ini sebenarnya nya komunitas dan organisasi sosial baru yang
memperkaya dan memperdalam pengetahuan membutuhkan ruang publik yang netral untuk
kita mengenai studi warung kopi, terutama dari tempat bertemu, bergosip, berbagi informasi dan
perspektif mikro. Artinya, semua studi di atas mendiskusikan berbagai hal secara netral dan
mengkaji warung kopi, baik sebagai usaha bisnis bebas, dan bahkan menyalurkan ideologinya. Wa-
maupun sebagai wadah atau tempat pembentukan rung kopi adalah ruang publik yang merupakan
komunitas dan pencarian identitas secara detil dan bagian dari budaya politik tempat terjadinya
mendalam, tanpa menghubungkannya dengan pertarungan ideologis antar berbagai kelompok
konteks perkembangan sosial-ekonomi dan poli- komunitas sebagaimana dibuktikan dalam studi
tik yang lebih luas. Kemunculan, perkembangan, Faisal (2008).
fungsi warung kopi, dan peran komunitasnya Ada tiga faktor penting yang perlu dikemuka-
tidak terjadi dalam situasi yang vakum, tetapi ada kan dalam studi ini. Pertama, studi ini berangkat
proses interelasi keduanya. Pertama, kemunculan dari pengalaman empiris yang didasarkan pada
warung kopi sebagai sebuah usaha bisnis adalah observasi langsung daripada menguji kerangka
“perang ekonomi” antara kapitalisme internasion- teoritis dalam kenyataan empiris. Kedua, pen­
al dan lokal sebagaimana ditemukan dalam studi de­kat­an etnografi yang berusaha memahami
Yoffie dan Bijlani (2013).6 Meskipun Starbucks pengalaman sehari-hari pengunjung warung kopi
sejak tahun 1996 telah berekspansi ke-41 negara serta wacana dan konteks melalui pandangan dan
di dunia, tetapi tidak semua usahanya berhasil, pemikiran dari orang-orang yang berbicara di wa-
sebagaimana ditemukan di India. Kedua, kemun- rung kopi. Ketiga, penulis kembali mendiskusikan
culan warung kopi berkaitan dengan perkembang­ dengan aktor-aktor yang menjadi anggota dari
an kelas menengah dan gaya hidup yang berubah komunitas warung kopi melalui media sosial.
dari masyarakat kota di satu pihak. Di pihak Wawancara mendalam dilakukan dengan pemilik
lain, pembentukan dan perubahan-perubahan dan pengunjung warung kopi untuk menggali
organisasi sosial yang terjadi dalam masyarakat
mendapatkan tempatnya di warung kopi. Kondisi

6 David B. Yoffie, Tanya Bijlani (2013) , “Coffee Wars


in India: Cafe Coffee Day Takes on the Global Brands”
dalam journal Harvard Business School August 8.

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 91


proses kemunculan dan perkembangan, alasan 112.569 orang pada tahun 2012 (Bangka Belitung
dan aktivitas komunitas warung kopi. dalam Angka 2013).
Letak Pulau Belitung strategis, tempat
LETAK GEOGRAFIS DAN persinggahan bagi pelaut-pelaut yang berlayar
PENDUDUK PULAU BELITUNG dari bagian Selatan, Laut Jawa ke utara melalui
Belitung, Belitong, Billiton, dan Negeri Laskar Laut Cina Selatan atau Selat Karimata. Letaknya
Pelangi adalah nama-nama yang diperuntuk- yang strategis itu telah membawa dampak pada
kan untuk pulau ini. Asal usul kata Belitung peninggalan arkeologis dan penduduknya. Pening-
berkaitan erat dengan siput, tetapi ada pula yang galan arkeologis dari dinasti Ming ditemukan di
menghubungkannya dengan asal usul kata Be- Belitung dan tidak heran pula bila peninggalan
litung dalam buku Negara Kertagama karangan arkeologis bawah laut dari kapal-kapal VOC,
Prapanca. Penyebutan Belitung dalam buku ini junk-junk Cina bertebaran di sekitar perairan pu-
dikaitkan dengan posisi Belitung sebagai daerah lau ini. Lalu lintas laut yang membawa orang dan
takluk kerajaan Majapahit (Wawancara Fr, barang-barang dagangan dari berbagai wilayah
19 Oktober 2013). Kata Belitong dan Billiton membawa pengaruh pada karakteristik penduduk
adalah penamaan yang sering muncul dalam Belitung, pada penamaan nama-nama kampung
sumber-sumber sejarah yang ditulis dalam bahasa dan pulau, dan penggunaan gelar-gelar bangsawan
Belanda dan dijadikan nama perusahaan timah keturunan kerajaan baik kerajaan Badau maupun
swasta, Billiton Maatschappij. Nama Billiton juga kerajaan Balok.
dikaitkan dengan kata Billitonit, yakni batu Satam Penduduk asli Belitung disebut orang-orang
yang dihasilkan oleh Belitung. Dalam beberapa Melayu yang memiliki dialek Melayu Belitung,
tahun terakhir, Belitung telah mendapatkan ju- bahasa Melayu yang bercampur dengan bahasa
lukan baru, Negeri Laskar Pelangi, merujuk ke Melayu Betawi, Minangkabau, dan Melayu Riau-
novel karangan Andrea Herata. Novel dan film Lingga. Percampuran bahasa ini adalah hasil
Laskar Pelangi telah membawa dampak pada pertemuan berbagai etnik yang singgah dan ting-
keterbukaan Belitung dan perhatian wisatawan gal untuk beberapa lama atau mereka kemudian
dalam dan luar negeri ke pulau ini dan sekaligus menetap di Belitung (Erman 1995: Bab II). Pada
pada penciptaan kreativitas yang berkaitan dengan umumnya, orang-orang Melayu Belitung ini
warung kopi baik sebagai usaha bisnis maupun menumpukan mata pencaharian mereka di sektor
ikon kota (Wawancara Y, 25 Oktober 2012). pertanian, terutama perkebunan lada, karet, kelapa,
Pulau Belitung yang letaknya di bagian dan kelapa sawit. Sejak tahun 1999, ketika timah
timur Pulau Sumatra, memiliki luas 4.800 km² diizinkan ditambang oleh masyarakat B­elitung,
atau 480.010 ha. Pulau ini diapit di sebelah utara mereka juga membuka tambang-tambang timah
dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur dengan berskala kecil yang umumnya berada di daerah
Selat Karimata, sedangkan di sebelah selatan bekas kawasan kuasa penambangan PT Timah.
dengan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan Selain masyarakat Melayu yang tinggal di pedala-
dengan Selat Gaspar. Di sekitar pulau ini terdapat man dengan mata pencaharian utama berkebun
pulau-pulau kecil seperti Pulau Mendanau, lada dan karet, ada pula komunitas Orang Laut
Kalimambang, Gresik, dan. Sejak terbentuknya yang tinggal di sekeliling laut Pulau Belitung.
Bangka-Belitung menjadi provinsi dan lepas dari Pola tempat tinggal mereka berpindah-pindah
provinsi induknya, Sumatra Selatan pada Novem- mengikuti musim. Wilayah pesisir B­elitung mayo­
ber 2000, Pulau Belitung yang dulunya berstatus ritas dihuni oleh masyarakat Bugis yang datang
sebagai Kabupaten Belitung, lalu dimekarkan dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan, tinggal
menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung mengelompok berdasarkan asal usul kampung.
dengan ibukotanya Tanjung Pandan, dengan jum- Mereka lebih banyak berprofesi sebagai nelayan,
lah penduduknya 163.871 orang pada tahun 2012, dan pada waktu ombak besar, mereka berkebun.
dan Kabupaten Belitung Timur dengan ibukota Selain berbagai kelompok etnik yang dijelaskan
Manggar dengan jumlah penduduk lebih kurang di atas, etnik Cina merupa­kan etnik yang datang

92 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


ke Belitung bersamaan dengan pembukaan Tradisi minum kopi di Belanda tercatat pada tahun
penambangan timah di sana sejak tahun 1852. 1616, Venetia pada tahun 1645, dan Oxford pada
Mereka berasal dari Cina bagian selatan. Mereka tahun 1650 .7
umumnya adalah Cina Hakka, bekerja sebagai Penyebaran tradisi minum kopi dari wilayah
penambang timah, sedangkan Cina Hokkien lebih Arab ke Eropa dan ke Asia membawa dampak
banyak sebagai pedagang. Selain itu, ada juga pada perluasan tanaman kopi itu sendiri. Pada
beberapa suku lain seperti Teochu, yang bergerak tahun 1658, VOC membuka perkebunan kopi
di bidang perdagangan, tetapi tidak banyak pertama di daerah jajahannya di Sri Lanka,
jumlahnya. Kehadiran orang-orang Cina sebagai diikuti pula di Batavia yang memaksa penduduk
penambang timah dan sebagian kecil pedagang menanam kopi, pertama kali di Jawa Barat.8
memberikan pengaruh cukup signifikan pada Kapan kopi ditanam dan kapan pula warung kopi
komposisi penduduk Belitung sampai sekarang. dibuka di Indonesia tidak diketahui dengan pasti.
Sebagian mereka juga sudah berasimilasi dengan Walaupun demikian, pengenalan tanaman kopi
orang-orang Melayu Belitung. Sepanjang sejarah­ dan pembukaan warung kopi memiliki sejarahnya
nya hampir tidak ditemukan konflik-konflik antar- sendiri di masing-masing daerah di Indonesia,
etnik di Pulau Belitung sampai sekarang. Dengan bisa saja bergantung pada kontak dengan para
kehadiran orang-orang Cina sebagai kuli tambang pedagang Arab atau pedagang lainnya yang
timah, muncul istilah . Sayangnya, data penduduk memiliki tradisi minum kopi lebih awal di Aceh
berdasarkan kelompok etnik di Belitung tidak yang dijuluki negeri Serambi Mekah dan Negeri
tersedia untuk periode kontemporer. Sejuta Warung Kopi, memiliki hubungan dagang
dan diplomatik dengan Turki diketahui memiliki
SEJARAH KEMUNCULAN WARUNG kebiasaan minum kopi sejak proses islamisasi di
KOPI DI INDONESIA DAN sana (Andreas Maryoto, Kompas 23 Juni 2012).
BELITUNG Ketika warung kopi berkembang di Ottoman,
pada saat yang sama sufisme juga berkembang
Perkembangan warung kopi di Indonesia dan di
di tempat itu. Kopi diminum oleh kaum Sufi
Belitung khususnya tidak terlepas dari perkem-
sebelum mereka melakukan ritual. Mereka minum
bangan tanaman kopi dan warung kopi dunia.
kopi agar dapat menahan kantuk, dan bahkan
Kopi dan warung kopi memiliki sejarah yang
ada yang menghubungkan antara produktivitas
panjang. Kopi sudah dikenal sejak 1.000 tahun
intelektual tokoh-tokoh sufisme seperti Hamzah
Sebelum Masehi oleh suku Galla yang tinggal di
Fanzuri dan Syamsudin Al Sumatrani di Aceh
Afrika Timur. Tanaman ini kemudian menyebar
dengan tradisi minum kopi. Sangat mungkin
ke pelosok Ethopia pada abad ke-5 Masehi dan
tradisi minum Turki Ottoman itu bersamaan
antara 700–1.000 Masehi, kopi sudah dikenal
dengan masuknya paham sufisme di Aceh. Guru
di jazirah Arab sebagai minuman yang dapat
besar Universitas Islam Negeri Ar Raniri, Aceh,
menjaga stamina tubuh. Penye­baran tanaman kopi
M. Hasbi Amruddin, yang banyak mengkaji se-
dan warung kopi ke berbagai wilayah bersamaan
jarah hubungan Aceh dengan kerajaan Ottoman
waktunya dengan penyebaran Islam, dan ekspansi
mengatakan, kemungkinan besar ada keterkaitan
bangsa-bangsa Barat ke negara-negara jajahan.
antara warung kopi dan kebiasaan orang Aceh
Sumber kopi pertama di Mocha, Yaman. Kemudi-
mendengarkan pembacaan kitab-kitab yang berisi
an pada tahun 1.400 penyebaran tanaman kopi dan
warung kopi pesat di jazirah Arab, menyebar ke 7 Mengenai penyebaran perdagangan dan kebiasaan minum
Turki pada tahun 1.453 yang memiliki hubungan kopi dari jazirah Arab dan Turki ke Venesia, London,
Amsterdam, dan Paris dan beberapa kota lainnya di
politik dengan kerajaan Aceh. Pada tahun 1475, Eropa dan kemudian ke Asia dan Amerika, lihat Elliot
di Turki, warung kopi atau disebut juga Kiva Han Horowitz, 1989. “Coffee, Coffeehouses, and Noctural
tercatat sebagai warung kopi pertama di negeri itu. Rituals”, dalam AJS Review, Vol. 14, no. 1, p. 44; Jean
Laclant, 1979. “Coffee and Cafes in Paris 1644–1693”
Perdagangan kopi dan penyebaran tradisi minum dalam R. Forster dan O. Ranum (eds.). Food and Drink
kopi menyebar ke berbagai wilayah, mengikuti in History. Baltimore, hlm. 86–97.
jalur perdagangan ke Barat dan juga ke Timur. 8 Http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_kopi, diakses 2
Desember 2013.

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 93


ajaran sufisme, sebagaimana dibuktikan melalui diperdagangkan Belanda di pasar kopi internasi-
pengalaman masa kecilnya sebagai berikut: onal. Untuk konsumsi dalam negeri, muncul pula
perusahaan pengolahan kopi dan dikatakan tertua
”Saat saya masih kecil, sekitar tahun 1970-an,
di Hindia-Belanda yang berlokasi di Batavia.
saya sering keluar rumah pada malam hari. Saya
mendatangi kedai kopi untuk mendengarkan Perusahaan itu berdiri tahun 1878, dijalankan oleh
pembacaan hikayat. Mereka mengobrol sambil seorang migran dari suku Hakka, Liaw Tek Soen.
minum kopi, kemudian mendengarkan pem- Selain pengolahan biji kopi yang datang dari ber­
bacaan hikayat” (Andreas Marwoto, Kompas 23 bagai daerah nusantara untuk dijadikan bubuk
Juni 2012). kopi, ia juga membuka warung kopi yang kemu-
dian terkenal dengan nama Waroeng Kopi Tinggi
Minangkabau yang memiliki hubungan erat yang berlokasi di jalan Hayam Wuruk, J­akarta.11
dengan Aceh dalam penyebaran Islam, pengem- Contoh lain, di kota Surabaya. Masyarakat Kota
bangan ajaran sufisme dan sekaligus sebagai Surabaya pada masa kolonial telah memiliki
wilayah taklukannya juga memiliki kebiasaan tradisi minum kopi di warung-warung kopi yang
minum kopi. Masyarakat Minangkabau sejak bertebaran di banyak tempat seperti di halaman
lama telah menanam kopi di halaman rumah depan stasiun Semut, halaman kantor pos besar
mereka atau sebagai tanaman pekarangan, Kebon Rodjo, sekitar stasiun Madoerataram, dan
sebelum adanya kewajiban Tanam Paksa kopi di sepanjang jalan Willemskade (Moordiati 2013;
yang diperkenalkan pemerintah kolonial Belanda dikutip dari Imam Dukut 2011: 40). Banyaknya
pada tahun 1847. Di sepanjang wilayah dataran warung kopi di Surabaya pada masa kolonial telah
tinggi di kaki Gunung Merapi sejak abad ke-18, menjadi penanda awal muncul dan meluasnya tra-
masyarakatnya menanam tanaman kopi dan men- disi minum kopi bagi masyarakat kota Surabaya.
guntungkan sehingga mereka dapat menunaikan
Budaya minum kopi di warung kopi tidak
haji ke Mekah.9 Mereka juga memiliki tradisi
hanya terbatas pada masyarakat di Indonesia,
yang masih ditemukan sampai kini, yaitu minum
tetapi juga dibawa oleh para perantau Indonesia
seduhan daun kopi yang dikeringkan untuk dima-
yang menetap dan bahkan telah menjadi pen-
sak dengan air dan diminum seperti minum teh
duduk permanen di luar negeri. Misalnya, para
atau disebut juga minum daun qahwa.10
perantau Indonesia di New York, Amerika Serikat.
Kebutuhan kopi semakin meningkat seirin­g Mereka mendirikan Partai Waroeng Kopi, sebuah
dengan meningkatnya permintaan kopi di ber­­­bagai komunitas perantau Indonesia yang merindukan
negara. Oleh karena itu, Belanda menerapkan suasana kebersamaan, khususnya setelah selesai
Sistem Tanam Paksa kopi pada pertengahan abad melakukan shalat Jumat.12 Kelompok ini bertemu
ke-19 di Minangkabau dan di Manado. Kopi yang setelah Jumatan dan mengopi di Bakery. Melihat
dihasilkan melalui Tanam Paksa ini kemudian kenyataan ini, para perantau Indonesia ini telah
9 Christin Dobbin telah melihat adanya hubungan erat mengartikulasikan makna Waroeng Kopi untuk
antara keuntungan ekonomi yang diperoleh dari penana- menjalin hubungan sosial di tengah masyarakat
man kopi dengan naik haji ke Mekah yang kemudian
membawa pengaruh pada gerakan revivalisme Islam
dan budaya individualistis yang kuat di Amerika
di Minangkabau. Lihat Christin Dobbin, 1983. Islamic Serikat.
Revivalism in a Changing Peasant Economy in a Central
Sumatra, 1784–1847. Monograph Series No. 47. London,
Bagaimana sejarah kopi dan warung kopi di
Malmo: Curzon Press. Belitung? Tidak diketahui sejak kapan masyarakat
10 Qahwa berasal dari bahasa Arab untuk menyebut kopi. Melayu Belitung pertama kali mengonsumsi kopi
Masyarakat Minangkabau sebelum Belanda datang tidak
hanya biasa minum kopi bahkan juga telah mengambil 11 Lihat website warung kopi tinggi dalam Https://four-
daun kopi yang dikeringkan di atas tungku untuk kemu- square.com/.../kopi-warung-tinggi.../4c6eb. Diakses, 29
dian diminum seperti meminum teh. Untuk penjelasan ini Desember 2013.
lihat Mestika Zed 2010, “Dari Melayu Kopi Daun Hingga 12 “Waroeng Kopi” bagi masyarakat Indonesia di New
Kapitalisme Global, dalam ejournal.unp.ac.id. Vol. 6, No. York merupakan kepanjangan dari perkumpulan, yaitu
2 (2010); Melayu Kopi Daun: Eksploitasi Kolonial dalam Warga Oenggoelan Koempoelan Perantaoe Indonesia di
Sistem Tanaman Paksa Kopi di Minangkabau Sumatra New York, dan mereka minum kopi sehabis shalat Jumat,
Barat (1847–1908). 1983. Thesis S2. Jakarta: Pascasar- mereka “Ngopi di Bakery” dalam Http//www.youtube.
jana Bidang Studi Ilmu Sejarah, Universitas Indonesia. com/watch?v=7Id4Ylrnog4. Diakses 29 Desember 2013.

94 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


sebagai minuman. Boleh jadi masyarakat Melayu motor penggerak perkembangan penduduknya
Belitung sudah memiliki tradisi minum kopi yang heterogen dan sosial-ekonomi Belitung,
sejak berabad-abad lalu, seiring dengan proses sehingga pulau ini dijuluki sebagai ‘company
Islamisasi di Belitung yang dibawa oleh ulama island (Heidhuis 1991: 1–20). Selain kepentingan
dari Pasai, Aceh, yaitu Syekh Abubakar Abdullah ekonomi dari pemilik warung kopi, adanya wa-
atau lebih terkenal dengan gelar Datuk Gunong rung kopi dapat dijadikan sebagai wadah hiburan
Tajam, dan Datuk Ahmad dari Mempawah.13 dan wadah untuk menampung berbagai persoalan
Sayangnya, sumber-sumber informasi yang dapat masyarakat tambang, baik untuk masyarakat
dipercaya untuk mengetahui kebiasaan minum kelas bawah maupun untuk masyarakat kelas
kopi, baik di rumah maupun di warung kopi atas. Masyarakat kelas bawah adalah kuli-kuli
sulit ditemukan. Walaupun demikian, menurut tambang timah yang mayoritas China dan setelah
para informan yang diwawancarai, penduduk kemerdekaan, mereka bercampur dengan suku
yang tinggal di kampung-kampung di pulau itu bangsa lain, baik orang Melayu Belitung sendiri
sudah memiliki kebiasaan minum kopi yang maupun orang Jawa, Sunda, Flores, dan berbagai
lama di warung-warung kopi, baik di kalangan suku bangsa lain yang datang bekerja di perusa-
masyarakat nelayan maupun masyarakat petani. haan timah di Belitung.
Boleh jadi kebiasaan minum kopi masyarakat Ada dua kota yang memiliki tradisi panjang
Belitung dan kemunculan warung-warung kopi dalam bisnis warung kopi, yaitu Tanjung Pandan
di daerah pedesaan berkaitan erat dengan proses dan Manggar. Tanjung Pandan dalam sejarah
perubahan dari ekonomi subsistem ke ekonomi perkembangannya adalah sebagai pusat peme­
uang yang merubah struktur sosial masyarakat rintahan dan kantor perusahaan Billiton di sana.
pedesaan sebagaimana ditemukan di pedesaan Adapun Manggar adalah kota yang dibentuk
Minangkabau dan juga di kalangan masyakarat karena dibukanya tambang timah dan kehadiran
petani di Turki.14 masyarakat tambang pada dekade pertama abad
Pada masyarakat Kota Tanjung Pandan dan ke-20. Di pusat Kota Tanjung Pandan, terdapat
Manggar, kemunculan warung kopi di Belitung warung kopi Senang yang dibuka oleh keluarga
lebih banyak dikaitkan dengan masuknya eko- Tionghoa Ake, yang sampai sekarang menurunkan
nomi kapitalis dengan pembukaan perusahaan bisnisnya itu melalui empat generasi (Wawancara
tambang timah dan kehadiran masyarakat dengan pemilik warung kopi Ake, 23 Oktober
tambang yang mayoritas etnik Cina.15 Kehadiran 2013). Menurut informan, Warung Kopi Senang
kuli-kuli Cina yang menjadi penambang timah adalah warung kopi kelas menengah dan merupa­
tidak bisa dipisahkan dari berdirinya perusahaan kan pusat berita, bisnis dan pusat informasi
Billiton atau Billiton Maatschappij pada tahun lainnya. Bagi masyarakat Eropa dan elit Cina,
1852 yang kemudian dinasionalisasikan pada Warung Kopi Senang merupakan tempat untuk
tahun 1957 dan setelah itu dikuasai oleh PN. berbagi informasi. Sampai sekarang, warung
Timah Indonesia yang kemudian berubah nama kopi ini menjadi pusat berita tentang pejabat dan
menjadi PT. Timah Tbk. politik. Di Manggar, ada beberapa warung kopi
yang sudah lama ada, seperti warung kopi Lohen,
Perusahaan timah dan kehadiran masyarakat warung Kopi A Ngi, dan Warung Kopi Atet. Akan
tambang dalam kenyataannya telah menjadi tetapi, kesan tua warung menghilang karena
13 Http://disbudpar.belitungkab.go.id/agama-dan-kebudaya­
direnovasi. Warung kopi Atet ini didirikan sejak
an, diakses pada 30 Desember 2013. tahun 1949, diwariskan secara turun-temurun dan
14 Brian W. Beeley, 1970. “The Turkish Village Coffeehouse sekarang dikelola oleh generasi ketiga dan meru-
as A Social Institution”, dalam Geographical Review, pakan warung kopi terlaris di Manggar (Antara 23
Vol. 60, No. 4 (Oct., 1970), hlm. 475–493.
Oktober 2012). Sama seperti di Tanjung Pandan,
15 Penulis telah menjelaskan secara terperinci mengenai
sejarah eksploitasi dan kemunculan masyarakat penam-
warung kopi di Manggar ini juga berperan untuk
bang Cina di Belitung dalam buku Erwiza Erman, 1995. melayani para pencinta kopi dari kelas menengah
Kesenjangan Buruh-Majikan; Pengusaha, Koelie dan ke atas pada masa lalu.
Penguasa di Industri Penambangan Timah Belitung,
1852–1942. Jakarta: Sinar Harapan. Salah satu contoh warung kopi masyarakat
kelas bawah yang pada umumnya berada di seki-
Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 95
tar lokasi penambangan timah adalah warung kopi ketat dan dikontrol perusahaan. Kopi Pan Chok16
Kong Djie, terletak di Siburik, Tanjung Pandan. adalah kopi setengah yang diminum oleh dua
Kopi yang disajikan oleh pemilik warung kopi orang dengan waktu minum kopi yang terbatas,
untuk penambang ini disebut pula dengan kopi karena disesuaikan dengan ritme dan disiplin
kuli (Wawancara dengan informan J, 21 Oktober kerja perusahaan. Kondisi ini berlangsung sampai
2013). Warung kopi kuli ini juga terdapat di dae- tahun 1990-an, ketika PT. Timah Tbk melakukan
rah pertambangan lainnya, seperti di Manggar. reorganisasi perusahaan dengan ‘merumahkan”
Setelah kemerdekaan, kedua jenis warung kopi ini sekitar 20.000 orang tenaga kerja dan kemudian
masih ada, bahkan sampai sekarang, hanya latar menutup areal operasi penambangan di Belitung.
belakang komunitasnya yang berubah. Perubahan Sejak itu, istilah kopi Pan Chok juga menghilang.
komunitas warung kopi itu ditandai dengan kem- Waktu minum kopi tidak lagi dibatasi atau
balinya orang-orang Eropa ke negeri Belanda se- dikontrol oleh jam kerja perusahaan. Sejak itu
jak nasionalisasi perusahaan Gemeenschappelijk pula warung-warung kopi tidak lagi mengenal
Maatschappij Billiton (GMB) pada tahun 1957 batas waktu dan pengunjung. Mantan pekerja
dan sebagian besar masyarakat Cina Belitung tambang timah yang sebelumnya menikmati kopi
yang kembali pula ke Cina akibat diterapkannya dalam waktu terbatas, kini memiliki waktu yang
PP No. 10/1959 yang berisi larangan orang asing tidak terbatas. Mereka kini dapat menghabiskan
(termasuk Cina) yang melakukan aktivitas eko- waktunya dari pagi sampai sore, menikmati kopi,
nomi di tingkat kabupaten. Akibatnya, komposisi mengobrol antarsesama mereka, membicarakan
masyarakat tambang mengalami perubahan dan masalah pesangon, dan romantisme pengalaman
perubahan ini membawa efek pada perubahan selama bekerja. Periode ini disebut dengan masa
latar belakang etnik pelanggan kopi. Warung kopi ‘keluh kesah’ mantan karyawan timah di warung
yang biasanya dikunjungi oleh orang-orang Eropa kopi (Wawancara dengan informan Y, 24 Oktober
dan kelas atas masyarakat Cina digantikan oleh 2013).
orang-orang Indonesia dari kelas menengah atas, Periode 1990-an sampai transisi politik dari
yang bekerja baik di perusahaan timah maupun Orde Baru ke Era Reformasi, warung kopi mulai
di birokrasi pemerintahan dan bisnis lain. Sampai mengalami pergeseran dari warung kopi yang
tahun 1990-an, warung kopi kuli masih ditemukan dibatasi waktu ke warung kopi ‘liberal’ yang
di dekat lokasi penambangan, baik di Tanjung dikunjungi oleh para pengunjung pensiunan PT
Pandan maupun di Manggar. Timah Tbk. Periode ini ditandai semakin banyak
Sampai tahun 1990-an, ketika PT. Timah ma- berdiri warung-warung kopi baru dengan pembi-
sih beroperasi di Belitung, pelanggan warung kopi caraan tidak lagi masalah kondisi kerja, gaji, dan
dan waktu kunjungan dipengaruhi oleh waktu dan jaminan sosial para kuli tambang, tetapi beralih
ritme kerja perusahaan tambang. Warung kopi kuli ke soal kondisi mereka yang dipensiunkan. Pada
akan dikunjungi oleh para kuli menjelang pukul masa ini, warung-warung kopi dipenuhi dengan
7.00 pagi, sebelum sirene berbunyi sebagai tanda ‘para mantan karyawan timah’, yang datang
mereka harus mulai bekerja. Bunyi sirene kedua, pagi, siang, sore, dan malam yang menunggu
pukul 12.00 siang menandakan jam isti­rahat siang. dan sedang menikmati pesangon. Kondisi ini
Pada saat inilah warung kopi kuli kemu­dian ramai berlangsung sampai akhir tahun 1990-an. Dengan
dikunjungi oleh para pekerja tambang kembali. demikian, ada perubahan yang dramatis dari latar
Pada warung kopi kuli ini, ada istilah kopi Pan belakang pelanggan warung kopi, dari karyawan
Chok, yakni bahasa suku Hakka yang berarti satu timah yang disiplin bekerja dan menikmati kopi
takaran kopi dibayar satu orang, untuk dua gelas dengan waktu terbatas ke mantan karyawan timah
kopi yang berisi setengah. (Wawancara dengan
16 Istilah kopi Pan Chok ini juga dikenal di kalangan pen­citan
informan, FR, 28 Desember 2013). Minum kopi di warung kopi di kota Pontianak. Kemungkinan
kopi Pan Chok bersama teman ini sebenarnya istilah yang berasal dari bahasa Cina ini berkaitan erat
bertujuan untuk mengingatkan waktu mengopi dengan kehadiran masyarakat Cina sejak abad ke-17 se­bagai
penambang di wilayah Kesultanan Sambas. Wawancara
mereka yang terbatas, dibatasi oleh jam kerja dengan informan di warung kopi Pontianak, 25 Februari
2014.

96 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


yang pengangguran, memiliki waktu yang tidak dipopulerkannya Belitung melalui novel Laskar
terbatas, dari pagi sampai malam. Adalah tidak Pelangi. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur
mengherankan bila satu gelas kopi yang dipesan menangkap peluang-peluang ekonomi itu dengan
pagi akan ditinggalkan dan kemudian diminum ikon di atas. Ketiga, dari perspektif ekonomi,
kembali pada waktu siang atau sore hari dengan ­adanya liberalisasi dalam sistem pengelolaan
cara meninggalkan gelas kopi yang masih tersisa. timah di Bangka-Belitung pada gilirannya mem-
Pemilik warung kopi sudah mengetahui tanda itu buka peluang kepada masyarakat lokal untuk
dan tidak akan membersihkan gelas kopi yang menambang timah. Keuntungan yang diperoleh
sudah ditutup dengan piring kecil, sebab pengun- dari timah telah membawa perubahan dalam
jungnya akan kembali lagi pada waktu siang hari status sosial dan gaya kehidupan penambang, ter-
(Wawancara dengan BM, 19 Oktober 2013). masuk kebiasaan baru mendatangi warung kopi.
Perkembangan warung kopi sebagai sebuah Keempat, gencarnya promosi budaya minum kopi
institusi sosial mulai meningkat sejak perubahan di Indonesia yang diiklankan lewat berbagai mass
politik, ekonomi, dan penciptaan budaya minum media.
kopi. Dari perspektif makro pendirian berbagai Keempat faktor yang dijelaskan di atas saling
warung kopi dan pembentukan berbagai komu- berkaitan satu sama lain dan membawa implikasi
nitasnya sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari pada pertumbuhan dan perkembangan warung
empat faktor. Pertama, peralihan politik dari rezim kopi dan pengunjungnya di Belitung. Jumlah
Orde Baru ke Era Reformasi yang pada dasarnya warung kopi semakin banyak sejak awal tahun
memberikan ruang dan peluang bagi masyarakat 2000. Sayangnya, data yang pasti mengenai
sipil Indonesia untuk menyalurkan berbagai ke- jum­lah warung kopi ini tidak tersedia. Perkem-
luhannya, memperjuangkan keadilan lebih bebas bangan warung kopi ini berjalan seiring dengan
daripada masa sebelumnya. Era Reformasi ini diizinkannya masyarakat menambang timah oleh
ditandai dengan begitu banyaknya Lembaga Swa- pemerintah yang dikenal dengan istilah Tambang
daya Masyarakat (LSM) dan berbagai organisasi Inkonvensional (TI). Banyak mantan karyawan
sosial yang tumbuh di kalangan masyarakat, ter- timah yang sudah dipensiun-dini-kan yang memi-
masuk di Belitung. Warung kopi berfungsi sebagai liki modal, kembali menekuni pekerjaan sebagai
kantor dan sekaligus sebagai tempat pertemuan. penambang timah yang dikenal dengan istilah TI.
Kedua, Era Reformasi ditandai dengan perubahan Pada periode inilah fungsi warung kopi bergeser,
politik pemilihan kepala daerah dan anggota legis­ dari periode keluh kesah mantan karyawan timah
latif secara langsung, serta pemekaran provinsi ke periode keberhasilan mereka yang diperoleh
dan kabupaten baru. Provinsi baru Kepulauan dari bisnis timah. Pada masa ini, warung-warung
Bangka-Belitung memisahkan diri dari propinsi kopi sebagai sebuah ruang publik dijadikan se-
induknya, Sumatra Selatan dan menjadi provinsi bagai tempat untuk menceritakan kejayaan dan
sendiri pada bulan November 2000. Pembentukan keuntungan yang diperoleh timah dan sekaligus
Provinsi Bangka-Belitung itu diikuti pula dengan sebagai tempat mencari pengakuan akan status
pemekaran dua kabupaten menjadi enam kabu- sosial mereka yang meningkat sebagai pebisnis
paten. Pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan timah yang berhasil (Wawancara dengan informan
dengan politik lebih banyak di warung kopi Pak M, 18 Oktober 2013). Kondisi ini berlangsung
A. Kabupaten Belitung Timur adalah kabupaten sampai tahun 2009, dan sejak pemerintah mengon­
pemekaran dengan ibukota Manggar pada tahun trol penambangan TI lebih ketat dan deposit
2003 yang kemudian berimplikasi pada pencarian timah semakin berkurang, sejak itu pula jumlah
ikon kota Manggar sebagai “Kota 1001 warung pengunjung warung kopi dari kalangan pebisnis
kopi”. Penciptaan ikon ini sebenarnya memiliki dan penambang timah juga menurun.
alasan ekonomis, di mana pemerintah daerah Dilihat dari sejarah, fungsi, dan karakteristik­
ingin menangkap peluang dari konsumen baru nya, warung kopi di Tanjung Pandan berbeda
dari kalangan turis. Belitung menjadi tempat dengan warung kopi di Manggar. Warung kopi di
destinasi yang mulai populer di kalangan para Tanjung lebih tua dibanding dengan Kota Manggar
turis domestik dan mancanegara terutama sejak karena Kota Tanjung Pandan lebih dulu berkem-

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 97


bang daripada Manggar. Kota Tanjung Pandan Selain warung kopi Senang atau Cafe senang
adalah sebagai pusat pemerintahan, ibukota yang merupakan representasi dari kelas sosial atas,
Kabupaten Belitung, pusat perdagangan, kantor ada pula warung kelas bawah untuk para kuli atau
utama perusahaan timah sejak abad ke-19. Seiring pekerja tambang yang berlokasi di seputar wilayah
dengan perkembangan kota industri, muncul kelas penambangan. Dari zaman pemerintah kolonial
menengah kota yang membutuhkan hiburan dan Belanda sampai berakhirnya pemerintahan Orde
arena sosial. Salah satunya adalah warung kopi. Baru, pembagian warung kopi berdasarkan kelas
Sementara Kota Manggar berkembang sejak dite- sosial ini masih ada. Menurut para informan yang
mukannya deposit timah di sana awal abad ke-20 diwawancarai, sulit untuk menemukan kelas
dan kemudian baru sejak era Reformasi menjadi sosial yang lebih tinggi di warung kopi kuli dan
ibukota kabupaten pemekaran, Belitung Timur. sebaliknya. Inilah tipikal gambaran masyarakat
Dilihat dari fungsi dan karakteristiknya, warung Belitung yang membedakan kelas sosial di dalam
kopi di Tanjung Pandan heterogen dari latarbe- masyarakat pertambangan dan antara masyarakat
lakang pengunjung ideologi dan topik diskusi, pertambangan dengan masyarakat lokal.
sementara di Manggar fungsi dan karakteristiknya Selain dua jenis tipe warung kopi yang
hampir seragam. Di Manggar, fungsi sebagian disebutkan di atas, di Tanjung Pandan ditemukan
warung kopi ganda, tidak hanya sebagai warung warung kopi yang berlokasi di Gang 60 yang
yang menyediakan kopi, juga sebagai penyedia disebut warung kopi broker, warung kopi Udin di
prostitusi. Sulit ditemukan warung kopi politik, dekat pasar Tanjung Pandan, warung kopi klekak,
warung broker, dan warung kopi budaya seperti warung kopi Band Two, warung kopi Mak Jana,
di Tanjung Pandan. dan warung kopi Bansai. Bila warung kopi Ake
Di Tanjung Pandan, warung kopi kelas atas adalah warung kopi kelas atas yang cenderung
baik untuk masyarakat Eropa dan kelompok mendiskusikan berbagai persoalan politik, be-
elit setelah merdeka, berlokasi di pusat kota, berapa warung kopi yang disebutkan di atas juga
di kawasan Staanplaats. Warung kopi itu dise- memiliki komunitas dan kepentingannya sendiri.
but Cafe Senang. Di wilayah Cafe Senang ini Misalnya, warung kopi Udin yang berlokasi di
terdapat pula warung kopi Ake, sebuah bisnis dekat pasar Tanjung Pandan memiliki komunitas
keluarga Cina yang turun temurun sejak berdiri kesenian. Ketika penulis mengunjungi warung
pada tahun 1922, khusus menyediakan kopi dan kopi ini, dua alat musik gitar tergantung di din­
berbagai kue tradisional. Warung kopi Ake ini ding warung, bisa dipakai oleh pengunjung yang
sebenarnya adalah representasi budaya Barat, bisa memainkan alat itu. Pengunjung warung kopi
karena kursi-kursi yang disediakan terletak d otomatis akan mengiringi petikan gitar dengan
di teras, di tempat terbuka, lebih bernuansa berbagai lagu. Warung Kopi Mak Jana lebih
‘ambtenaar’, karena pengunjungnya adalah para banyak memiliki pelanggan para wartawan dan
pejabat timah, birokrat atau disebut juga kelas pegawai negeri sipil yang pulang dari tugasnya
‘setaf’ (staf). Jika masa kolonial, warung kopi di sore hari. Warung Kopi Band Two adalah
Senang dikunjungi para pejabat Eropa dan elit kumpulan komunitas ilmiah, budayawan, aktivis
Cina, setelah kemerdekaan digantikan oleh para lingkungan yang merupakan komunitas yang
pejabat Indonesia dan staf perusahaan timah serius, mendiskusikan budaya lokal dan masalah
(Wawancara dengan pemilik Warung kopi A, 23 lingkungan sambil menikmati kopi. Warung kopi
November 2013). Di Era Reformasi ini, warung ini biasanya banyak dikunjungi pada malam hari
kopi Ake disebut juga warung kopi politik karena karena siang hari anggota komunitas yang terdiri
dikunjungi oleh birokrat dan politisi baik pada dari berbagai profesi sibuk dengan pekerjaannya
pagi hari atau malam hari. Pada saat penelitian masing-masing. Warung kopi Gang 60 yang
ini dilakukan, warung kopi ini dikunjungi oleh terdapat di samping bioskop adalah warung kopi
anggota legislatif tingkat kabupaten dan diskusi yang memiliki kepentingan ekonomi karena di
mereka seputar Pilkada Bupati Belitung. warung kopi inilah broker bisnis mulai dari motor,
mobil, tanah, rumah sampai ke persoalan peng­
adaan makanan (catering) berkumpul. Warung

98 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


kopi Klekak didirikan oleh Fithrorozi pada tahun Kota Manggar yang baru membangun sejak
2013, adalah warung kopi dengan life musik, menjadi ibukota kabupaten Belitung Timur,
selain mencoba berbisnis, bagi pemiliknya, wa- perkembangan warung kopi di kota ini tidak
rung kopi berfungsi sebagai tempat menampung dapat dipisahkan dari intervensi pemerintah
berbagai informasi yang datang dari desa untuk daerah. Diinspirasikan oleh kopi kuli dalam
dijadikan sebagai bahan tulisan bagi pemiliknya. novel Laskar Pelangi, dipadu dengan usaha me-
Menurut pemiliknya, pendirian warung kopi ningkatkan pendapatan asli daerah, pemerintah
ini dimaksudkan untuk menjembatani generasi daerah akhirnya menjadikan ikon kopi sebagai
muda dan generasi tua, menjembatani masalah- ciri khas untuk Kota Manggar (Bangka Pos 13
masalah sosial budaya yang terjadi di kampung. Maret 2013). Penciptaan ikon Manggar kota 1001
Sejak awal pendiriannya, selain ada keinginan warung kopi itu kemudian diwujudkan dalam
untuk berbisnis warung kopi, tujuan lain adalah bentuk bangunan tugu teko dan cangkir kopi, di
untuk menjadikan warung kopi sebagai tempat atas angka 1001 di Jalan Lipat Kajang, Manggar
menghimpun informasi yang datang dari desa (Bangka Pos 13 Maret 2013). Penciptaan ikon
untuk kemudian dipublikasikan dalam bentuk kota ini telah membawa dampak positif bagi
tulisan.17 Pemiliknya yang menjadi pegawai perkembangan warung kopi. Sampai tahun 2012,
negeri sipil dan memiliki keterbatasan waktu dan kota Manggar hanya memiliki kurang lebih 60
dana untuk melakukan riset sendiri ke desa-desa warung kopi. Pada waktu penelitian ini dilaku-
secara intensif, maka warung kopi merupakan kan, menurut perhitungan kasar, ada sekitar 100
salah satu wadah untuk menampung informasi warung kopi dari berbagai tipe. Warung-warung
dari para pengunjungnya. kopi ini terletak di jalan utama Kota Manggar
dan kini sudah berkembang sampai ke rumah-
Berbagai jenis dan karakteristik warung rumah penduduk yang berlokasi agak jauh dari
kopi yang dijelaskan di atas terjadi melalui kota itu. Intervensi pemerintah daerah dalam
sebuah proses yang panjang. Tidak saja pada melegitimasi warung kopi sebagai ikon kota
persamaan ideologi, tetapi juga bergantung telah memberi peluang bisnis bagi penduduk
pada latarbelakang para pengunjung. Ketika kota. Kondisi ini cukup memberikan bukti tentang
sebuah tema apakah politik atau budaya, diskusi proses komersialisasi minum kopi yang sekarang
warung kopi secara berulang-ulang dibicarakan. masuk ke rumah-rumah penduduk. Jika dipetakan
­Penjurusan tema-tema pembicaraan dari tema dari begitu banyak jumlah warung kopi di Mang-
politik, otonomi daerah, budaya dan ekonomi di gar, sekurang-kurangnya ada empat tipe. Tipe
warung-warung kopi membawa pengaruh pada pertama adalah tipe warung kopi lama dengan
pelabelan atau ciri khas warung kopi tersebut. lingkungan yang masih kuno. Warung kopi ini
Ada yang disebut warung kopi budaya, warung sangat sederhana, menyediakan kursi dan meja
kopi politik, dan warung kopi broker atau kayu yang panjang, pelayanan kopi langsung
­pialang. Pelabelan warung kopi ini tidak tertulis dari pemiliknya. Hal ini ditemukan di warung
dan tidak diketahui oleh pendatang baru, tetapi kopi Alifa yang sudah menjalankan bisnisnya
diketahui oleh para pengunjung setia warung kopi dari orangtua dan kakeknya, dari etnik Cina atau
(­Wawancara ­dengan para informan di warung sudah berjalan selama tiga generasi. Ciri warung
kopi A, 23 Oktober, 2013). kopi dengan kursi kayu panjang dengan meja
kayu panjang telah memungkinkan pendatang
17 Perjuangan Fithrorozi untuk kesejahteraan masyarakat duduk bebas berkelompok untuk bermain catur,
kelas bawah, budaya lokal telah ditulis dalam ba-
hasa Melayu Belitong dan dibukukan di bawah judul domino, dan mengobrol sambil menghirup kopi
­Ngejunjak Republik Klekak. Waktu peluncuran bukunya panas. Menurut pemilik warung kopi ini, interior
di Tanjung Pandan, ia kemudian dinobatkan sebagai warung kopi yang masih tradisional ini sengaja
Presiden ­Republik Klekak. Ia dididik sebagai ekonom di
Universitas Indonesia, tetapi ia lebih memilih menekuni
mereka pertahankan karena kursi dan meja kayu
masalah budaya Belitung. Di Belitung, ia terkenal panjang sebenarnya memiliki fungsi sosial yang
­sebagai figur yang mewakili perjuangan masyarakat akar lebih tinggi, dapat menimbulkan keakraban satu
­rumput. Wawancara dengan informan FR, 25 Desember, sama lain dari pada pengunjung duduk pada
6 ­Januari, 2014.

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 99


masing-masing kursi (Wawancara dengan Alifa, kursi dan meja kayu panjang, sebagai simbol
20 Oktober 2013). keakraban, tetapi di bagian lain interiornya telah
Tipe kedua adalah warung kopi yang masih diselingi dengan kursi untuk satu orang. Warung
tradisional, sudah lama berdiri, tetapi interiornya kopi ini tidak banyak diminati oleh kalangan
mulai diperbaharui. Para pengunjung disuguhkan masyarakat biasa, tetapi justru disukai oleh ke-
kopi yang dibuat pemiliknya. Akan tetapi, pen- lompok muda yang masih pelajar karena selain
gunjung duduk di kursi masing-masing, menge- kopi juga ada berbagai jenis minuman dan kue
lompok menjadi empat orang dengan satu meja. lainnya (Wawancara dengan Y, 7 Januari 2014).
Tipe ini ditemukan pada warung kopi A Tet yang Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
berlokasi di dekat pasar Manggar. Warung kopi kemunculan dan perkembangan warung kopi di
ini merupakan warung kopi terlaris di Manggar. Pulau Belitung, terutama di Tanjung Pandan dan
Menurut informan yang diwawancarai, warung Manggar tidaklah terisolasi dari perkembangan
kopi A Tet didirikan pada tahun 1949, sebuah ekonomi timah, perkembangan politik seperti
usaha keluarga yang turun temurun sampai pemekaran wilayah dan kebijakan wisata peme­
sekarang. Tipe ketiga adalah warung kopi yang rintah di satu pihak. Di lain pihak, perkembangan
dilengkapi dengan pramuniaga. Mayoritas warung kopi juga tidak dapat dipisahkan dari
pramuniaga didatangkan dari luar, terutama dari kemunculan masyarakat kelas menengah yang
Bogor. Warung kopi ini muncul ketika maraknya diuntungkan dari keuntungan bisnis timahnya
penambangan rakyat atau yang dikenal dengan TI serta perkembangan masyarakat sipil. Minum
yang kebanyakan lokasinya di wilayah Belitung kopi di warung kopi tidak lagi sekadar milik
Timur. Usaha penambangan rakyat yang marak budaya orang tua, tetapi sudah diminati oleh
antara tahun 2005 sampai 2009 telah membawa generasi muda dari berbagai kalangan profesi.
keuntungan yang luar biasa baik bagi pemilik
maupun penambang. Selain untuk membangun
rumah dan memenuhi kebutuhan lain, para pemilik DINAMIKA KOMUNITAS WARUNG
TI dan penambang juga menghabiskan uangnya KOPI DAN POLITIK RESISTENSI
untuk menikmati hiburan. Hiburan untuk minum Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa perkem-
di warung kopi bersama perempuan-perempuan bangan bisnis warung kopi meningkat pesat
penghibur atau pramuniaga. Tipe keempat adalah sejak tahun 1990-an, sejalan dengan perubahan
warung kopi yang menurunkan produk kopi dan ekonomi timah dan perubahan politik nasional.
turunannya sebagaimana ditemukan pada warung Perkembangan bisnis warung kopi tidak semata-
kopi Bijih Emas milik pasangan muda AW dan mata sebagai sebuah kesuksesan komersial, tetapi
isterinya (Wawancara dengan Y, 7 Januari 2014). juga kesuksesan sosial dan sekaligus kesuksesan
Bila warung kopi pada umumnya menghadirkan politik. Sayangnya artikel ini membatasi diri pada
keakraban, tanpa mengindahkan kualitas maka peranan warung kopi sebagai arena sosial dan
warung kopi ini lebih profesional. Lokasinya ti- arena politik praktis dan tidak membicarakan pada
dak di pasar, tetapi di dalam kompleks perumahan persoalan pendapatan yang diperoleh pemilik
penduduk dengan ciri rumah yang kuno. Warung warung kopi. Dalam perkembangannya, fungsi
kopi lebih edukatif sifatnya karena pemiliknya warung kopi memperlihatkan dinamikanya. Perio­
akan memperkenalkan pengunjung pada berbagai de awal sebagai tempat dua komunitas dengan
jenis kopi yang dihasilkan oleh berbagai daerah pembagian kelas sosial yang tajam, antara warung
di Indonesia, proses penggilingan biji menjadi kopi Senang dan warung kopi Kuli. Kemudian
tepung, penimbangan kopi dan cara memasaknya. terjadi proses demokratisasi komunitas warung
Dengan kata lain, pemilik warung kopi ini memi- kopi dan pembentukan komunitasnya yang
liki tujuan ganda, selain memperoleh keuntungan berkaitan erat dengan fokus pembicaraannya.
dari bisnisnya, juga sebagai pusat pemberian Selain itu, legitimasi politik yang berselubung
informasi, transfer pengetahuan kepada pengun- dengan kepentingan ekonomi pemerintah daerah
jung mengenai komoditas kopi sampai proses dengan menjadikan Manggar sebagai “Kota 1001
pembuat­annya. Warung ini masih menggunakan Warung Kopi” ikut memperluas bisnis warung

100 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


kopi sampai ke rumah-rumah penduduk. Dalam menyukai minum kopi di warung kopi daripada di
kaitan ini, dapat diungkapkan bahwa kopi kini rumah karena pembuatan dan rasa kopinya yang
telah memasuki dunia kehidupan sehari-hari berbeda. Walaupun demikian, argumen mereka ini
masyarakat Belitung dan menjadi bisnis massal sebenarnya tidak kuat karena jika proses pembuat­
yang tidak hanya didominasi oleh masyarakat an kopi yang persis sama dilakukan oleh istri di
Cina saja, tetapi telah menjadi bagian dari ma- rumah, mereka masih tetap memilih minum kopi
syarakat di seputar Manggar. Bagian ini akan di warung kopi. Di balik argumentasi yang kurang
melihat bagaimana proses terjadinya pembentuk­ kuat tentang rasa kopi, sebenarnya alasan mereka
an komunitas warung kopi yang beragam, tema- mengunjungi warung kopi di pagi hari, sore atau
tema pembicaraan di warung kopi, dan peranan malam hari didorong oleh rasa ingin tahu berbagai
komunitas warung kopi dalam memperjuangkan berita dan isu-isu hangat yang dibincangkan, ingin
keadilan melalui politik resistensi. berbagi pengalaman suka dan dukanya dengan
Proses sosialisasi ke dunia warung kopi pengunjung lain, ingin memperlihatkan identitas
sudah dimulai dari masa kecil bagi anak laki-laki sosialnya dan bahkan ingin mencari dukungan
Belitung. Dari hasil wawancara dengan pelanggan massa. Dengan kata lain, ada banyak motif yang
warung kopi Senang, seperti pebisnis, anggota melatarbelakangi orang untuk pergi ke warung
DPR-D, diketahui bahwa mereka sudah mengenal kopi. Minum kopi di sini adalah sebagai media
satu sama lain di warung kopi sejak masih anak- untuk mendapatkan atau memberi berbagai berita,
anak. Salah seorang dari mereka menjelaskan mulai dari yang ringan sampai ke berita politik
pengalaman pertamanya ketika mengunjungi luar negeri. Walaupun demikian, sesuai dengan
warung kopi Senang. munculnya beragam warung kopi maka isu-isu
sosial yang dibicarakan oleh pengunjung juga
“.... saya pertama kali diajak Bapak ke warung bervariasi
kopi Senang. Teman yang sering bicara dengan
Bapak adalah Pak Darwin. Penampilannya Pembentukan komunitas warung kopi se-
parlente, intelek sekali bu, selalu rapi dengan benarnya dapat dibagi ke dalam dua tipe. Tipe
kemeja panjang. Ia paling parlente di mata saya pertama adalah komunitas yang sudah terbentuk
dibanding pelanggan yang lain. Mungkin ia di luar dan kemudian masuk ke warung kopi.
menyesuaikan dengan status sosial pelanggan di Biasanya, anggota komunitas ini adalah ang-
sana. ­Belakangan saya tahu bahwa beliau bekerja
gota organisasi sosial, seperti Lembaga Swa-
di biro yang mengurus surat-surat semacam biro
pengurus. Memang beliau banyak kenal dan daya Masyarakat (LSM), komunitas budaya dan
dikenal orang (Wawancara dengan Y, 6 Januari, organisasi-organisasi sosial yang banyak muncul
2014). sejak reformasi. Dalam hal ini, warung kopi
sebagai sebuah lingkungan publik bagi berbagai
Para pelanggan warung kopi umumnya
organisasi sosial yang berfungsi sebagai wadah
adalah laki-laki. Kondisi ini bukanlah tipikal untuk
mendiskusikan isu-isu yang menjadi perhatiannya,
warung kopi di Belitung, tetapi juga ditemukan di
apakah isu lingkungan, budaya, ekonomi, politik
berbagai warung kopi di Indonesia, dan bahkan
dan isu-isu sosial lainnya. Tipe kedua, adalah
di dunia Eropa sebelum ekspansi warung kopi
komunitas yang terbentuk secara alami melalui
internasional, Starbuck dan sebelum intensifnya
proses interaksi sosial dan keterlibatan diskusi
promosi minum kopi di berbagai mass media
dan persamaan persepsi di kalangan pengunjung
dewasa ini. Ketiadaan perempuan di warung kopi
warung kopi. Tidak ada batas yang kaku antara
erat kaitannya dengan fungsi warung kopi sebagai
tipe komunitas pertama dan kedua dari komunitas
dunia publik, dunia maskulin, sedangkan perem-
warung kopi. Bisa jadi, anggota komunitas kedua
puan diidentikkan dengan dunia domestik yang
bergabung dengan anggota komunitas pertama
berperan sebagai istri dan ibu yang mengurusi
karena memiliki persepsi yang sama mengenai
dunia internal rumah tangganya.
satu isu yang dibahas.
Lalu mengapa laki-laki pergi ke warung Proses pembentukan komunitas warung kopi ini
kopi? Pada umumnya para pelanggan warung kopi bergantung pada tata letak meja dan waktu. Waktu
Ak, Ud, dan At mengatakan bahwa mereka lebih mengopi, pagi, siang atau sore memberi pengaruh

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 101


pada proses sosialisasi dan interaksi sosial dan di ­staan­plaats, pusat kota Tanjung Pandan. Ang-
pembentukan komunitas warung kopi. Pada pagi gota komu­­nitas­nya memiliki arti yang penting,
hari, komunitas warung kopi Ake yang berlokasi sebab tata letak dan perabotan warung tersebut
di dekat pasar sayur lama Tanjung Pandan, adalah telah menyatu dalam keseharian mereka. Meja,
komunitas para sopir angkot antardaerah dan para kursi, dan dinding-dinding warung menjadi saksi
pedagang hasil bumi. Di warung kopi ini hadir sejarah bagi anggota komunitasnya. Oleh sebab
pejabat negara yang bertugas memperpendek jalur itu, ketika bangunan tersebut dibongkar paksa
birokrasi, terutama dalam soal pengurusan per- oleh Bupati, anggota komunitas melakukan protes
panjangan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang ang-
Tanda Nomor Kenderaan (STNK) dan sebagainya. gota komunitasnya sebagai berikut.
Polisi datang ke warung ini untuk mengumpulkan
“Warung kopi Atet yang lama itu begitu bagus,
SIM dan STNK para sopir angkutan antardaerah
kami sudah menyatu dengan tempatnya, kalau
untuk diperbaharui atau diperpanjang. Pada sore mengobrol dibatasi oleh dinding tembok. Nya-
hari, komunitas warung ini berubah. Biasanya man dan tenang. Meskipun bangunannya jelek,
para pegawai kantor atau pedagang pasar yang kursi dan mejanya kuno, tetapi warung kopi itu
menjadi pengunjung warung kopi. Sementara memiliki makna sejarah yang penting bagi kami.
warung Udin yang berlokasi di dekat pasar ikan di Makanya kami protes ketika Bupati mau meng-
hancurkan bangunan lama yang bersejarah dan
Tanjung Pandan, komunitasnya lebih bervariasi,
menggantikannya kini dengan bangunan baru. Ini
antara lain adalah komunitas pedagang ikan, para salah satu akibatnya ia tidak populer (Wawancara
pensiunan, dan juga seniman. Warung kopi ini dengan anggota PDI-P, 24 Oktober 2013).
lebih santai karena pada waktu-waktu tertentu,
alat-alat musik seperti gitar yang tergantung Tahap lebih lanjut adalah memelihara per-
di sudut warung digunakan pengunjung untuk temanan dan kemudian membahas isu-isu yang
menghibur diri mereka dan para penikmat kopi. menjadi perhatian bersama, dan kemudian tercipta
Bagaimana proses sosialisasi dan interaksi sebuah komunitas warung kopi yang memiliki ciri
sosial antarpenikmat kopi terjadi sehingga men- yang berbeda dari satu warung ke warung kopi
ciptakan jalinan pertemanan dalam obrolan dan yang lain. Misalnya, anggota warung kopi Blantu,
kemudian memelihara pertemanan? Pertama, milik Pak Marwan, adalah representasi dari ko-
sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa proses munitas intelektual, sebuah kelompok budayawan
sosialisasi ke dunia warung kopi sudah dimulai dan aktivis lingkungan yang membahas masalah-
sejak kecil, kemudian masa muda dan memper­ masalah budaya dan lingkungan. Komunitas ini
lihatkan intensitas yang tinggi ketika sudah lebih sering mengadakan pertemuan pada malam
pen­­siun, sebagaimana dibuktikan oleh para hari, karena mereka sibuk dengan pekerjaan
pensiunan timah yang memiliki waktu luang. masing-masing di siang hari. Berbeda dengan
Ketika seorang pencinta kopi datang ke warung komunitas sopir angkutan antardaerah, atau pun
kopi dan kemudian mengobrol dengan teman juga anggota komunitas warung kopi politik yang
semejanya, dan dalam proses waktu, kemudian mendatangi warung kopi pada pagi atau malam
ia menemukan kecocokan, senasib, seide, maka hari. Proses seleksi anggota komunitas di warung
kemudian terjalin pertemanan. Pada tahap inilah kopi berjalan alamiah, dan ini terjadi ketika mem-
seorang pengunjung warung kopi akan memilih bahas satu isu. Jika seseorang yang duduk satu
meja yang sama dengan temannya. Meskipun ada meja dan tidak bisa masuk dan menyatu dalam
kursi kosong di tempat lain, ia tidak akan duduk pembicaraan, lama kelamaan ia akan menghindar
di kursi itu karena merasa tidak memilikinya. dan mencari teman lain atau warung kopi lain.
Di warung kopi Atet, pelanggannya adalah Selain kebutuhan untuk memperoleh infor-
komunitas politik, yang dicirikan dengan duduk masi di warung kopi, ada motif lain bagi seseorang
di teras di atas kursi yang sudah kuno dan untuk menjadi anggota komunitas warung kopi di
meja tua, sementara pengunjung biasa akan kota. Menjadi anggota komunitas warung kopi
memilih duduk di dalam warung. Warung kopi kota akan membawa pengaruh pada kedudukan
Atet yang dulu adalah warung kopi Senang berada dan status seseorang di kampung yang ingin men-

102 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


calonkan diri menjadi anggota legislatif. Akan diungkapkan oleh informan yang telah dilabelkan
tetapi, orang itu tidak mendapat perhatian di wa- sebagai ­budayawan berikut ini.
rung kopi kampung, padahal ingin mencalonkan
“Saya tidak membatasi bergaul di warung kopi
diri menjadi anggota legislatif. Caranya adalah
mana, tapi orang membatasi saya dengan pelabe-
dengan pergi ke warung kopi di kota melalui ke- lan Republik Klekak, budayawan. Tetapi, ketika
nalannya di kota. Dalam proses awal, ia ditemani saya berbicara politik dan memahami politik,
oleh kenalannya untuk mempertimbangkan ke mereka beralih bicara tentang dukun kampung
warung kopi mana ia akan menjadi pengunjung atau mereka enggan menanggapi. Kata mereka
dan menjadi bagian dari komunitasnya. Untuk ini Shahibul Hikayat. Meskipun saya bekerja
di Bappeda, lalu berbicara masalah tata ruang,
ikut terlibat dalam obrolan di warung kopi, ia
mereka juga tidak memperdulikan. Mereka malas
menyiapkan diri dengan menguasai beberapa hal menanggapi. Saya tidak bisa dominan jika berbi-
yang berkaitan dengan isu-isu terkini yang sedang cara masalah politik atau pemerintahan, meskipun
hangat dibicarakan orang. Melalui kenalannya, saya orang pemerintahan (Wawancara dengan FR
ia kemudian datang ke warung kopi politik dan dan Y, 30 Desember 2013).
ikut bergabung dalam pembicaraan-pembicaraan
dengan tokoh-tokoh penting seperti Bupati dan Pembicaraan di kalangan komunitas warung
tokoh politik lainnya. Ia memberikan komentar. kopi kadangkala memperlihatkan tensi yang tinggi
Pembicaraannya diperhatikan oleh pengunjung antara anggota yang setuju atau tidak setuju dengan
warung kopi yang lain. Meskipun pembicaraan di ide awal yang dilontarkan. Dalam situasi ini, ada
warung kopi adalah pembicaraan yang tidak bera- seorang tokoh yang dianggap bisa meredam emosi
khir dengan keputusan (open ended discussion), dan membawa pembicaraan-pembicaraan serius
tetapi bagi anggota komunitas baru, hal ini meru- dalam bentuk yang lebih ringan. Tokoh-tokoh ini
pakan langkah positif untuk kemudian ikut terlibat muncul sebagai penghibur. Salah satu dari tokoh
dalam acara-acara resmi seperti pertemuan di rumah penghibur itu adalah Pak I. yang dijuluki Cik I, di-
atau kantor bupati atau gubernur. Kedekatannya anggap tokoh legendaris seperti si Kabayan. Cik I
dengan tokoh-tokoh penting itu pada gilirannya adalah orang yang rajin mengumpulkan informasi
telah menaikkan statusnya. Pengalaman inilah dari obrolan yang dibicarakan di berbagai warung
kemudian diceritakan di kalangan komunitas kopi. Ia kemudian merangkumnya. Akibatnya, ia
warung kopi di kampungnya. Pembicaraannya memiliki stok informasi/pengetahuan yang luma-
di kalangan komunitas di kampungnya telah yan banyak untuk menanggapi isu-isu yang serius
berubah, melibatkan orang-orang besar (Wawa- dengan cara yang lebih rileks. Sebagai contoh, isu
ncara dengan Informan FR, 4 Januari 2014). kapal isap yang hendak melakukan penambangan
timah di lepas pantai yang mendapat kecaman
Tidak ada garis yang tegas dan kaku antara dari masyarakat Belitung karena akan merugikan
anggota komunitas warung kopi yang satu dengan nelayan. Isu ini membuat orang terprovokasi dan
warung kopi lainnya. Setiap orang bebas datang didengar oleh birokrat yang menjadi pengunjung
ke setiap warung kopi. Walaupun demikian, warung kopi juga. Tokoh penghibur, Cik I, ber-
sese­orang yang sudah masuk dalam komunitas peran menenangkan suasana warung kopi yang
tertentu akan dibatasi pembicaraannya karena semakin tegang. Cik I berperan mengingatkan
pelabelan itu. Pelabelan seseorang telah meng- para anggota pembicaraan dengan menyimpul-
giring dan membatasi fokus pembicaraan di kan pembicaraan dan mengemasnya dengan
warung kopi. Sebagai contoh, seorang informan gaya bicara yang ringan dan jenaka. Cik I tidak
yang dilabelkan budayawan, jika ia pergi ke terjebak ke dalam perseteruan antarkelompok
warung kopi politik dan berbicara politik maka yang sedang berdebat di warung kopi. Berbekal
anggota komunitas warung kopi politik akan pengetahuan cerita rakyat (folklore) tokoh Cik
membelokkan pembicaraan, misalnya tentang I ini berperan juga menghidupkan tradisi lisan,
dukun kampung. Ia tidak bisa dominan dan men- folklore di warung kopi (Wawancara dengan FR,
jadi figur utama di warung kopi politik, apalagi 30 Desember 2013).
untuk diperhatikan pembicaraannya sebagaimana

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 103


Dari penjelasan di atas dapat diketahui, 12 September 2011). Pembicaraan warung kopi
bahwa kehadiran tokoh pelipur lara dapat berperan secara informal kini maju dalam institusi formal
untuk memperingatkan batas-batas pembicaraan yang didengar oleh anggota legislatif. Perseteruan
atau batas perdebatan dengan mengatakan ini masyarakat dengan PT. AMA dan pihak Pemerin­
adalah ‘warung kopi’ atau dengan mengemas tah Kabupaten Belitung mengenai penguasaan
pembicaraan-pembicaraan serius dengan gaya lahan tidak pernah tuntas. Oleh karena itu, Forum
santai dan humoris. Pertanyaan kini adalah sejauh Masyarakat Kecamatan Sijuk dan Badau menem­
mana komunitas warung kopi memainkan peranan puh jalur hukum, menggugat izin lokasi yang
penting dalam memperjuangkan masalah-masalah di­keluarkan Bupati Belitung Ishak Zainuddin
sosial yang merugikan masyarakat? Pertanyaan sampai ke tingkat Mahkamah Agung (MA).
ini akan dijawab dengan mempelajari dua kasus Kasus kedua, adalah kasus penolakan kapal
sebagai berikut. Kasus pertama adalah kasus isap yang hendak melakukan eksploitasi penam-
perusahaan kelapa sawit milik PT Agro Makmur bangan timah di perairan Pulau Belitung. Jika
Abadi yang terletak di Kecamatan Sijuk dan di Bangka eksploitasi kapal isap telah merusak
Badai dengan 12.000 ha luas wilayah garapan. lingkungan laut dan biodata laut, dan merugikan
Izin pembukaan perkebunan kelapa sawit ini masyarakat nelayan di sana, maka di Belitung ada
diberikan oleh Bupati Belitung, Ishak Zainuddin kesadaran dan kekompakan dari masyarakatnya
pada bulan Februari 2004.18 Dalam pembebasan untuk menolak dampak negatif dari eksploitasi
tanah, perusahaan tidak mengomunikasikan ke- penambangan timah di laut dengan masuknya
pada pihak desa dan pemilik lahan. Akibatnya, kapal isap. Sebelum perjuangan penolakan kapal
bukan hanya kebun warga dan hutan desa, tetapi isap, Bupati Belitung memberi izin adanya pem-
makam leluhur pun digusur. Pengalihan fungsi la- bangunan Dolphin Island sebagai pulau wisata.
han hutan rakyat ke kelapa sawit sebenarnya telah Pembangunan pulau itu sebenarnya hanyalah
membawa akibat hilangnya sumber pendapatan suatu strategi untuk memasukkan kapal-kapal isap
masyarakat yang diperoleh dari pemanfaatan hasil yang digunakan untuk menambang timah di seki-
hutan, seperti mengambil lebah madu hutan atau tar pulau itu. Oleh karena itu, muncul kecurigaan
sunggau madu, mencari jamur hutan atau ngulat, di kalangan masyarakat sekitarnya dan kemudian
mencari kayu bakar, berburu pelanduk dengan masalah ini masuk dalam pembicaraan di kalangan
jerat atau berasuk. komunitas warung kopi. Sejak itu, bergulir diskusi
Penggerak dari gerakan protes masyarakat di warung kopi, terutama warung kopi Band Two
Sijuk dan Badau ini adalah tokoh pemuda dari yang dimiliki oleh Pak Marwan, seorang aktivis
Kota Tanjung Pandan dengan membentuk Forum lingkungan. Pembicaraan di warung kopi bersen-
Masyarakat Sijuk dan Badau. Forum ini tidak tuhan dengan masalah lingkungan tentang apa itu
memiliki kantor, dan telah menjadikan warung Dolpin Island, kemudian tokoh-tokoh penyelamat
kopi di Tanjung Pandan sebagai tempat untuk lingkungan menerangkan tentang Dolphin, dam-
menyusun strategi gerakan. Dipilihnya warung paknya, disertai dengan penempelan foto-foto di
kopi di Tanjung Pandan sebagai tempat berdis- dinding warung kopi.
kusi dianggap jauh lebih aman daripada di Sijuk Pada tahap kemudian, pembicaraan tidak
dan Badau yang justru diperkirakan memancing hanya terbatas di warung kopi Band Two milik
banyak perhatian kelompok yang pro perusahaan komunitas lingkungan dan budaya, tetapi me-
kelapa sawit oleh PT Agro Makmur Abadi. Pem­ nyebar ke warung kopi lain seperti warung kopi
bicaraan-pembicaraan di warung kopi oleh ang- Kong Djie, Bansai, dan warung kopi Ake. Bahkan
gota Forum ini mendapat dukungan yang lebih ada warung kopi yang berlokasi di terminal bus
luas dari anggota komunitas lain yang kemudian yang memperlihatkan sikap mendukung gerakan
muncul kesepakatan untuk memprotes kantor penolakan kapal isap. Isu pembangunan Dolphin
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Island menghilang dan beralih ke isu eksploitasi
Belitung pada 12 September 2011 (Bangka Pos, penambangan dengan menggunakan kapal isap.
18 Berdasarkan surat keputusan Bupati Belitung No. Lama kelamaan isu itu bergulir, meluas ke pe­la­ku
0061/1/2004. wisata yang akan mengalami kerugian jika kapal

104 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


isap beroperasi di perairan Belitung. Diskusi- tidak berarti bahwa pembicaraan di warung kopi
diskusi mengenai penolakan kapal isap kemudian tidak memiliki dampak signifikan terhadap kebi-
beralih lokasi, tidak lagi di warung kopi di Kota jakan pemerintah.
Tanjung Pandan dan Manggar, tetapi beralih Kasus penolakan terhadap PT Agro Makmur
ke warung-warung kopi yang berada di pesisir Abadi dan kasus penolakan kapal isap adalah dua
pantai. Aktivis lingkungan telah menjadi­kan contoh yang dapat memperlihatkan bahwa ang-
warung kopi sebagai kantor dan bahkan mem­ gota komunitas yang memiliki kesamaan persepsi
fung­sikannya sebagai posko-posko mereka. Isu dan ide telah menjadikan warung kopi sebagai ru-
kapal isap dalam kaitan dengan penggunaan tata ang publik yang menebarkan ide untuk melakukan
ruang menjadi obrolan di warung-warung kopi di politik resistensi terhadap ekspansi ekonomi kapi-
pesisir. Akhirnya, disertai dengan siaran-siaran talis yang masuk ke wilayah mereka. Forum Ma-
radio sampai ke kampung-kampung, muncul syarakat Kecamatan Sijuk dan Badau serta protes
penyatuan emosi penolakan kapal isap dalam para aktivis lingkungan yang dapat menggalang
bentuk aksi demo besar-besaran terhadap Bupati massa secara besar-besaran merupakan bukti
Belitung yang akan membuka pintu investasi bagi bagaimana pembicaraan-pembicaraan mereka di
para investor untuk menambang timah di lepas warung kopi memiliki implikasi politik yang lebih
pantai dengan kapal isap. Demo ini sebenarnya luas. Oleh sebab itu, pembicaraan-pembicaraan
yang berperan menurunkan reputasi Bupati yang di warung kopi tampaknya tidak bisa dipandang
sedang meme­rintah di Kabupaten Belitung. Ke­ remeh karena akan meluas dan menjamah institusi
kuatan penolakan masyarakat Belitung itu telah formal dan memunculkan kesadaran politik yang
berdampak pada kontrak politik yang dibuat semakin tinggi di kalangan masyarakat sipil.
oleh pasangan calon bupati yang maju dalam Masuknya kasus protes terhadap pengambilan
Pilkada tahun 2013. Isi kontrak politik itu adalah tanah hutan dan kebun masyarakat oleh PT Agro
bahwa calon pasangan bupati dan wakil bupati Makmur Abadi dari Forum Masyarakat Sijuk
tidak akan memasukkan kapal isap ke perairan dan Badau ke Mahkamah Konstitusi dan demo
Belitung (Wawancara dengan FR, 24 Oktober penolakan terhadap kapal isap yang kemudian
2013). Perjuangan itu berhasil, karena pasangan diikuti pembuatan kontrak politik antara pen-
bupati memperoleh dukungan suara dari ma- demo dengan pasangan bupati adalah produk
syarakat B­elitung, menan­dingi pesaing lainnya. dari pembicaraan-pembicaraan di warung kopi.
Keberhasilan kontrak politik dengan p­asangan Produk pembicaraan di warung kopi memiliki
bupati terpilih untuk Kabupaten B­elitung menjadi implikasi politik yang lebih luas dan menjamah
pembicaraan kembali di warung kopi dan diang- institusi formal. Dalam perspektif komparatif,
gap sebagai sebuah kemenangan bagi aktivis kondisi ini juga ditemukan dalam budaya warung
lingkungan. kopi di Inggris sebagaimana distudi oleh Klein
Dari uraian di atas terlihat betapa pentingnya (1996), Zappiah (2007) dan Cowan (2004).
warung kopi sebagai ruang publik yang berfungsi
tidak hanya sekedar tempat menikmati kopi, tetapi PENUTUP
lebih jauh adalah sebagai ruang demokrasi terbuka Di Belitung, warung kopi adalah satu wahana yang
yang membangun daya pikir kritis. Dalam setiap mempertemukan berbagai usia, latar belakang
pembicaraan-pembicaraan kritis dan debat hangat suku, agama, dan profesi. Sebagai ruang publik,
di kalangan anggota komunitas warung kopi tidak warung kopi berfungsi sebagai pusat informasi,
ditenggarai oleh kekerasan fisik bagi pihak yang media sosialisasi, dan sentra kehidupan bagi ma-
pro atau yang kontra. Di sinilah peran tokoh syarakat Belitung. Di warung kopi, orang-orang
pelipur lara yang mampu meredam emosi dan Belitung bisa duduk seharian, mengobrol, dan mem­
menyadarkan anggota komunitas kopi bahwa ini bicarakan apa saja yang menjadi perhatiannya.
adalah pembicaraan di warung kopi. Kata warung Dilihat dari perkembangannya, kemunculan
kopi menyimbolkan tidak seriusnya pembicaraan dan perkembangan warung kopi di Belitung tidak
dan tidak adanya keputusan. Walaupun demikian, dapat dipisahkan dari konteks yang lebih luas,

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 105


seperti pendirian perusahaan timah Belitung pada PUSTAKA ACUAN
pertengahan abad ke-19 dan kehadiran masyara- Buku
kat Cina sebagai kuli tambang dan masyarakat Brian, Cowan. 2005. The Social Life of Coffee: The
Eropa dan para elite lainnya. Pada masa ini, Emergence of the British Coffeehouse. New
warung kopi terbagi ke dalam dua ruang publik Haven, London: Yale University Press.
yang memperlihatkan perbedaan kelas, antara Elson, R.E. 1994. Village Java under The Cultivation
warung kopi kuli dan warung kopi elite. Di Era System, 1830-1870. Sidney: ASA Publication.
Reformasi, muncul berbagai warung kopi dengan Erman, Erwiza. 1995. Kesenjangan Buruh-Majikan;
komunitas yang fragmentaris, sesuai dengan tema Pengusaha, Koelie dan Penguasa di Industri
utama pembicaraan seperti politik, sosial-budaya, Penambangan Timah Belitung, 1852–1942.
Jakarta: Sinar Harapan.
lingkungan, dan ekonomi. Fragmentasi tema
pembicaraan yang menjadi label dari warung kopi Laclant, Jean. 1979. “Coffee and Cafes in Paris 1644–1693”
dalam R. Forster dan O. Ranum (eds.). Food
merupakan representasi dari organisasi-organisasi
and Drink in History. Baltimore.
sosial baru yang memang membutuhkan ruang
Bangka. 2013. Bangka Belitung dalam Angka, BPS, 2013.
publik yang lebih banyak untuk membicarakan
isu-isu kebijakan publik. Komunitas warung kopi Tesis & Skripsi
juga terbentuk berdasarkan persamaan persepsi, Amra, Riswan. 2013. “Perkembangan Warung Kopi
nasib, ideologi yang berproses bersamaan dengan Phoenam 1946–2006”. Skripsi S1, Jurusan
kedatangan dan keterlibatannya dalam diskusi- Sejarah, Universitas Hasanuddin.
diskusi yang diikuti di warung kopi. Ditrastiko, Rifno T. 2013. “Fenomena Warung Kopi
Pembicaraan-pembicaraan di warung kopi Uyel”. Skripsi S1, Sosiologi, Fisipol, Univer-
memang terbuka, tanpa keputusan, tetapi bukan sitas Erlangga.
tidak memiliki pengaruh terhadap proses pengam- Faisal, Andi. 2008. “Ruang Publik Phoenam sebagai
bagian Budaya Politik Kontemporer Makassar:
bilan politik. Kasus penolakan masyarakat Sijuk
Sebuah Pertarungan Ideologis Menuju Hege-
dan Badau terhadap pengambilan tanah hutan dan moni”. Thesis S2. Studi Ilmu Sastra, Fakultas
kebun rakyat oleh PT Agro Makmur Abadi dan Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.
kasus penolakan kapal isap yang disertai demo Lestari, Dwi Indah. 2009. “Warung Studi Blandongan
dan kontrak politik dengan pejabat pemerintah dan Makna Pendidikannya: Studi tentang
mengajarkan kita akan fungsi penting warung Perkembangan Kopi Blandongan dan Identi-
kopi sebagai tempat bertumbuhnya solidaritas, tas Anak Muda”, Skripsi S1. Jurusan Sejarah,
kesadaran dan partisipasi politik komunitas. Par- Universitas Negeri Malang.
tisipasi politik komunitas meluas dari komunitas Leonard, A.H.S. 2002. “Analisis Pendapatan Usaha
Warung Kopi di Kota Medan: Studi Kasus Keca­
warung kopi ke masyarakat luas di luar warung
matan Medan Baru dan Kecamatan Medan
kopi dan akhirnya bermuara pada politik resis- Polonia”. Skripsi S1. Jurusan Ekonomi Pem-
tensi yang sampai ke institusi formal. Ujung dari bangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas
perjuangan untuk mencapai keadilan itu adalah Sumatra Utara.
ditandatanganinya kontrak politik dengan pasang­ Perwita, Kiki Diah. 2011. “Analisis Costumer Rela-
an Bupati Kabupaten Belitung sebelum terpilih. tions Kedai Kopi Espresso Bar di Yogya dalam
Meningkatkan dan Mempertahankan Kon-
sumer”, Skripsi S1, Jurusan Ilmu Komunikasi,
UCAPAN TERIMA KASIH
Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Zed, Mestika. 1983. “Melayu Kopi Daun: Eksploitasi
Pak Yudha dan Bung Fithrorozi yang memberikan Kolonial dalam Sistem Tanaman Paksa Kopi
informasi dalam dan luas mendukung studi ini di. Minangkabau Sumatra Barat (1847–1908)”.
serta Dr. Linda Sunarti (UI) atas bantuannya Thesis Master. Jurusan Sejarah. Fakultas Sastra,
dalam mengakses jurnal internasional untuk Universitas Indonesia.
keberhasilan penelitian ini. Jurnal
Beeley, W. Brian. 1970. “The Turkish Village Cof-
feehouse as A Social Institution”. Geographical
Review, 60 (4), 475–493.

106 | Masyarakat Indonesia, Vol. 40 (1), Juni 2014 


Brian, Cowan. 2004. “Mr. Spectator and the Coffee- Surat Kabar
house Public Sphere”. American Society for
Antara, 23 Oktober, 2012
Eighteenth Century Studies (ASECS), 37. (3),
345–366. Kompas, 23 Juni, 2012.
Dobbin, Christin. 1983. “Islamic Revivalism in a Bangka Pos, 12 September 2011
Changing Peasant Economy in a Central Su- Bangka Pos, 13 Maret 2013.
matra, 1784-1847”. Monograph Series No. 47. Pewarta Indonesia, 28 Mei 2012
London, Malmo: Curzon Press.
Heidhuis, S. Mary Somers. 1991. “Company Island: A Website
Note on the History of Belitung”. Indonesia, 51 Http//www/houseofinfographics.com/kopi-indonesia-
(April), 1–20. terbesar-ketiga, diakses 23 Desember 2013.
Horowitz, Elliot Horowitz. 1989. “Coffee, Coffee- Http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_kopi, diakses 2
houses, and Noctural Rituals”. AJS Review, Desember 2013.
14(1), .44.
H t t p s : / / f o u r s q u a re . c o m / . . . / k o p i - w a r u n g -
Klein, Laurence E. 1996. “Coffee house Civiliting tinggi.../4c6eb, diakses, 29 Desember 2013.
courtly Culture in England”. Huntington Library
Quarterly, 59 (1), 30–51. Http//www.youtube.com/watch?v=7Id4Ylrnog4,
diakses 29 Desember 2013.
Yoffie, David B dan Bijlani, Tanya. 2013. “Coffee Wars
in India: Cafe Coffee Day Takes on the Global Http://disbudpar.belitungkab.go.id/agama-dan-
Brands”. Journal Harvard Business School, kebudayaan, diakses 30 Desember 2013.
August 8.
Zappiah, Nat. 2007. “Coffee House and Culture”, Hun-
tington Library Quartely. 70 (4), 671–677.Zed,
Mestika. 2010. “Dari Melayu Kopi Daun Hingga
Kapitalisme Global” ejournal.unp.ac.id. 6, (2).

Erwiza Erman | Dinamika Komunitas Warung Kopi dan ... | 107

Anda mungkin juga menyukai